1. HASIL PENGAMATAN
1.1 Tabel Pengamatan Kinetika Fermentasi Dalam Produksi Vinegar
Hasil kinetika fermentasi dalam pembuatan minuman vinegar dapat diketahui pada Tabel 1.
Tabel 1. Kinetika Fermentasi dalam Minuman Vinegar Sari Apel
Kel.
Perlakuan
Waktu
E1
Sari Apel + S.
cereviceae
E2
Sari Apel + S.
cereviceae
E3
Sari Apel + S.
cereviceae
E4
Sari Apel + S.
cereviceae
E5
Sari Apel + S.
cereviceae
N0
N24
N48
N72
N96
N0
N24
N48
N72
N96
N0
N24
N48
N72
N96
N0
N24
N48
N72
N96
N0
N24
N48
N72
N96
2
4
86
12
56
16
12
61
39
54
23
8
47
104
56
16
6
51
18
108
30
14
103
87
80
83
3
6
88
14
52
26
11
94
50
19
14
13
47
122
54
25
6
52
40
145
30
7
96
98
70
85
4
7
90
15
22
33
9
73
43
28
37
12
48
137
47
14
4
51
43
111
32
13
58
90
55
78
Rata-rata /
m.o tiap petak
Rata-rata /
m.o tiap CC
OD (nm)
5,5
84,75
13
36
32,5
10,75
79,25
53,75
32,25
24
11
46,5
117,25
48,25
15
7,25
56,5
28,5
111,25
29,75
11
88,5
97,25
65
78,75
2,2x107
3,39x108
5,2x107
1,44x108
1,3 x108
4,3x107
3,17x108
2,15x108
1,29x108
9,6 x107
4,4x107
1,86x108
4,69x108
1,93 x108
6 x107
2,9x107
2,26x108
1,14x108
4,45x108
1,19 x108
4,4x107
3,54x108
3,89x108
2,6x 108
3,15 x108
0,2219
1,2240
0,9243
1,1990
1,5189
0,1833
1,0081
1,5554
1,907
1,4150
0,1737
1,0212
1,0997
1,4480
0,3846
0,1798
0,9443
1,0406
1,2870
0,5548
0,1714
1,1281
0,9164
1,0664
0,5206
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Pada tabel hasil pengamatan diatas produksi vinegar menggunakan bahan sari apel dan
ditambahkan dengan saccharomyces cereviceae menunjukkan bahwa pada kelompok E1
mempunyai rata-rata / Mo tiap petak dan rata-rata / Mo tiap cc tertinggi terdapat pada waktu N
24. Untuk nilai OD (nm) dan total asam tertinggi pada waktu 96, sedangkan pH tertinggi pada
waktu 72 dan total asam tertinggi pada N 96. Pada kelompok E2 mempunyai rata-rata / Mo tiap
petak tertinggi pada waktu 24 dan rata-rata jumlah Mo tiap cc tertinggi ada pada N 24, OD tertinggi
N 72 pH tertinggi N 72 dan total asam tertinggi N 96. Pada kelompok E3 mempunyai rata-rata /
Mo tiap petak tertinggi pada waktu 48 dan rata-rata jumlah Mo tiap cc tertinggi ada pada N 48, OD
tertinggi N 72 pH tertinggi N 72 dan total asam tertinggi N 48 dan N 72(hasil sama 9,024).Pada
kelompok E4 mempunyai rata-rata / Mo tiap petak tertinggi pada waktu 72 dan rata-rata jumlah
Mo tiap cc tertinggi ada pada N 72, OD tertinggi N 72 pH tertinggi N 72 dan total asam tertinggi N
72. Pada kelompok terakhir E5 mempunyai rata-rata / Mo tiap petak tertinggi pada waktu 48 dan
rata-rata jumlah Mo tiap cc tertinggi ada pada N 48, OD tertinggi N 24 pH tertinggi N 96 dan total
asam tertinggi N 24 dan N 48(hasil sama 9,216).
1.2.1
mengalami penurunan pada waktu ke 48, sebelum kembali meningkat pada 72, dan menutun drastis
pada 92.Sedangkan pada kelompok E1 menunjukkan polang yang sama dengan E4, E5 dan E6
namun pada 92 meningkat. Terahir pada kelompok E2 dari waktu ke 0 sampai 72 mengalamu
peningkatan dan turun pada 92.
1.2.2
Dari grafik diatas didapat informasi bahwa, E1 mangalami peningkatan sedang E2 mengalami
peningkatan yang lebih rendah dari E1, namun sempat mengalami kenaikan yang drastis. Pada E3
mengalami peingkatan yang sangan kecil dan sebelumnya meningkat sangan drastis. Pada E4
peningkatannya hampir sama dengan E1 namun sempat mangalami peningkatan yang drastis
sebelumnya. Pada E5 terjadi peningkatan yang drastis.
1.2.5 Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam
2. PEMBAHASAN
3. Schlegel & Schmidt, (1994) menjelaskan, fermentasi merupakan proses pemecahan gula
yang terjadi kaena adanya peran mikroorganisme yang berada dalam bahan pangan, yang
menjadikan alkohol dan karbondioksida (CO2). Fermentasi bisa juga berarti proses
metabolisme yang menghasilkan produk-produk pemecahan dari substrat organik yang
berfungsi
sebagai
pemberi
atau
penerima
hydrogen.Winarno
et
al.,(1984)
4.
5. Hardana et al., (2013) menjelaskan pula, fermentasimerupakan proses perubahan kimia
substrat organik yang berlangsung dengan adanya katalisator-katalisator biokimia.
Katalisator biokimiaadalah enzim yang dihasilkan oleh mikroba tertentu.Fermentasi berasal
dari kata latin fervere yang artinya mendidih, yang menunjukkan adanya proses aktivitas
dari yeast pada ekstrak buah-buahan atau biji-bijian. Fatimah et al.,(2013)menambahkan,
bila dalam mikrobiologi industri fermentasi diartikan suatu proses untuk mengubah bahan
baku menjadi suatu produk oleh bantuan mikroba.
6.
7. Winarno et al., (1984) berpendapat,
vinegar. Hasil akhir dari proses fermentasi bervariasi tergantung jenis bahan yang menjadi
sumber nutrisi mikroorganisme atau substrat untuk fermentasi, proses metabolisme
mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi dan mikroorganisme yang
digunakan. Sumber makanan utama untuk mikroorganisme yaitu karbon, sedangkan
nitrogen merupakan bahan cadangan setelah karbon.
8.
9. vinegar berasal dari kata vinaigredari bahasa prancis, yang artinya anggur yang sudah asam.
Vinegar adalah produk yang dihasilkan dari fermentasi bahan yang mengandung gula yang
selanjutnya diubah menjadi alkohol. Bahan yang mengandung gula akan di fermentasi
menjadi vinegar. Dalam praktikum kali ini vinegar yang dibuat merupakanvinegar dari sari
apel malang. Yeastyang digunakan adalahSaccharomyces cereviceae. Proses fermentasi pada
vinegar ini dilakukan hingga diperoleh kadar asam asetat sebesar 4 gram/100mL, jumlah
padatan total 1,6% dan kadar gula reduksi maksimal 50%.
10.
11. Rahman, (1992) berpandapat, proses fermentasi selalu membutuhkan substrat (memiliki
kandungan gula) untuk pertumbuhan dan metabolisme yeast itu sendiri, dalam praktikum ini
yang di gunakan yaitu sari buah apel malang. Dalam pembuatan vinegar, gula digunakan
sebagai substrat mikroorganisme untuk bertumbuh. Gula pada substrat inilah yang akan
dipecah menjadi alkohol dan gas CO2 pada saat proses fermentasi.
12.
13. Jenis mikroorganisme yang digunakan dalam pembuatan vinegar ini yaituSaccharomyces
cereviceae. Saccharomyces cereviceae sudah banyak dipasarkan secara komersial dan
banyak yang menyebutnya sebagai bakers yeast (Fardiaz, 1992). Gaman & Sherrington,
fermentasi. Senyawa komponen alkohol pada apel selama proses fermentasi akan
mengalami perubahan komposisi, terutama pada senyawa fenoliknya. Dalam pembuatan
cuka apel bisa terjadi peningkatan caffeic acid dan katekin dan terdapat senyawa yang
berkurang atau hilang, seperti polymeric flavan-3-ol. Saat proses fermentasi berlangsung,
senyawa fenolik yang lain tidak banyak mengalami perubahan.
18.
19.
20. Proses awal dari pembuatan vinegar apel pertama-tama dilakukan persiapan buah apel
malang yang meliputi pencucian dan pemotongan buah selanjutnya di juicer untuk diambil
sari apelnya. Ikhsan, (1997) menjelaskan, tujuan juice yaitu untuk menghasilkan sari buah
apel dan untuk ekstraksi gula yang tersimpan di dalam buah apel.
21. gambar 6. Pencucian apel malang
gambar 7. Pemotongan apel malang
31.
32.
33.
10
34.
35. gambar 11. Pengisian botol dengan 250 ml
36.
aseptis
dibutuhkan
untuk
mengantisipasi
terjadinya
kontaminasi
11
(LAF).
selanjutnya
dilakukan
beberapa
pengamatan
penentuan
total
kepadatan
12
60. Dari hasil pengamatan dari kelompok pada E1 dan E2 mengalami peningkatan. Sedang yang
lain mengalami penurunan setelah mengalami kenaikan yang sangat drastis. Pada E1 dan E2
meningkat karena sisa sumber makanan yeast masih ada dan pada kelompok lain dusah
habis.
61.
62. Galaction et al., (2010) berpandapat, total asam adalah salah satu indikator yang berguna
untuk menentukan banyak atau sedikitnya jumlah sel pada sampel. Jika total asam tinggi,
hal ini menunjukkan jumlah sel yang ada pada sampel semakin meningkat, maka
kepadatannya juga akan semakin tinggi. Saccharomyces cereviceae yang tumbuh dalam
sampel menghasilkan asam dan juga alkohol, dimana jumlahnya lebih banyak dari
sebelumnya.
63. Dari pengamatan tentang hubungan antara jumlah sel dengan total asam yang semakin
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa Saccharomyces cereviceae sudah mulai kehabisan
media, sehingga sedikit menghasilkan asam dan alkohol. Selain itu, fase pertumbuhan
Saccharomyces cereviceae sudah mencapaifase stasioner. Dapat juga dikarenakan oleh
kekurangakuratan dalam mengamati titik akhir titrasi.
64.
65. 2.2. Pengukuran Kepadatan Mikroorganisme dengan Haemocytometer
66.
67. Atlas, (1984) menjelaskan, pengukuran mikroorganisme dengan alathaemocytometersering
disebut sebagai pengukuran total biomassa sel. Untuk mengukur kepadatan mikroorganisme
menggunakan alat haemocytometer, yaitu alat yang digunakan untuk menghitung banyaknya
atau jumlah sel. Haemocytometerjuga mampudigunakan untuk menghitung sel yang
memiliki massa jenis lebih besar dari 104 sel/ml.
68.
69. Langgkah-langkah untuk menggunakan alat haemocytometeradalah sebagai berikut.
Pertama haemocytometerdibersihkan dengan alkohol dan dikeringkan dengan tissue,
selanjutnya sempel diambil menggunakan pipet tetes dan di teteskan pada tengah alat
haemocytometer. Setelah itu ditutup dengan kaca preparat yang telah di bersihkan pula
dengan cara yang sama. Pastikan tidak ada gelembung udara saat menutup preparat. Hal itu
akan
membuat
pengamatan
menjadi
sulit
karena
adanya
ruang
kosong
pada
haemocytometer. Kemudian dihitung secara manual. Bagian yang dihitung adalah bagian
13
yang ada dalam gatis lapis tiga. Hal ini dilakukan pada empat petak yang berbeda. Hal ini
bermaksut untuk hasil yang lebih akurat.
70.
71.
lebih dari 104sel/ml. Haemacytometer memiliki bagian yang berukuran 1x1 mm2dan
kemudian terbagi menjadi sembilan persegi. Tingkat keakuratan penghitungan manual
dengan menggunakan haemacytometer tergantung pada keakuratan pencampuran sampel
(tanpa adanya gelembung), jumlah ruang yang dihitung dan jumlah sel yang dihitung
(biasanya antara 200-500 per 0.1 mm3).
72.
N 24 4x ulangan.
73.
74.
Perhitungan dari total biomasa dilakukan selama 5 hari himulai dari N ke-1 hingga
ke-96. Jumlah mikroorganisme yang didapatkan pada praktikum ini yaitu antara 4,3 x 10 7
mikroorganisme tiap cc hingga 4,69 x 10 7 mikroorganisme tiap cc.Dari hasil penganmatan
dengan alat haemocytometeruntuk E1 dari N 0 ke N 24 meningkat pada N 24 ke N 48
menurun dari N 48 hingga N 96 terus meningkat. Untuk E2 dari N 0 ke N 24 menurun pada
N 24 ke N 48 meningkat dari N 48 ke n 72 menurun dan dari N72 ke N 96 meningkat. Pada
E3 dari N 0 ke N 24 menurun pada N 24 ke N 48 meningkat dari N 48 ke n 72 tetap dan
dari N72 ke N 96 menurun. Kelompok E4 dari N 0 ke N 24 menurun pada N 24 ke N 48
meningkat dari N 48 ke n 72 meningkat dan dari N72 ke N 96 munurun. Terahir E5 dari N
0 ke N 24 menurun pada N 24 ke N 48 tetap dari N 48 ke n 72 menurun dan dari N72 ke N
96 tetap. Peningkatan dari jumlah biomassa tersebut dikarenakan media yang ditumbuhi
Saccharomycess cereviceae sangat berguna sebagai substrat bernutrisi yang digunakan oleh
14
2.3.
15
merupakan metode pengukuran yang dilakukan berkaitan antara kekeruhan sampel dengan
jumlah sel. Dalam praktikum ini panjang gelombang yang digunakan yaitu 660nm.
Penentuan panjang gelombang yang di gunakan tidak boleh sembarangan. Hal ini karena
setiap bahan memiliki warna yang berbeda, sehingga panjang gelombang sinar yang
ditembakkan juga beragam. Penentuan panjang gelombang berarti ditentukan dari warna
sempel yang di gunakan.
81. Penggunaan panjang gelombang padal praktikum ini sudah sesuai dengan teori Sevda &
Rodrigues (2011) yang menyatakan bahwa,Saccharomyces cereviceae dapat diukur dengan
menggunakan panjang gelombang 660 nm. Kelebihan dari metode perhitungan ini adalah
proses yang lebih cepat, mudah serta tidak merusak sampel. Sedangkan, kekurangannya
yaitu, sel terukur saja yang dapat dihitung, sehingga tidak diketahui jumlah sel hidup dan sel
mati (Black, 2002).
82.
83.
Dari hasil pengangalatan didapat data yang bervariasa setiap waktunya, terdapat
peningkatan
dan
ada
juga
penurunan.
Rahman,
(1992)
menjelaskan,
aktivitas
16
17
99.
Bahan utama dalam pembuatan vinegar adalah buah apel malang dan yeastyang digunakan
yaitu Saccharomyces cereviceae.
Asam dan alcohol dalam minuman vinegar dihasilhan oleh Yeast (Saccharomyces
cereviceae).
Pertumbuhan yeast terjadi dalam tiga fase yaitu fase lag, fase log, dan fase stasioner.
Suhu dapat mempengaruhi sensitivitas ragi terhadap konsentrasi alkohol, laju fermentasi,
laju pertumbuhan, lama fase lag, enzim dan fungsi membran.
Penentuan kadar biomassa dengan absorbansi berdasarkan pada kekeruhan yang menandai
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
H.
108.
109.
110.
DAFTAR PUSTAKA
111.
Asisten Dosen:
Bernardus Daniel
Metta Meliani
Chaterine Meilani
112.
113.
114.
115.
18
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
Fatimah. & G, Febrina L. & G, Lina R. (2013). Kinetika Reaksi Fermentasi Alkohol
Dari Buah Salak. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik. Universitas Sumatera
Utara.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
Hardana, N. E. & Suparwi. & Suhartati, F. M. (2013). Fermentasi Kulit Buah Kakao
(Theobroma cacao L.) Menggunakan Aspergillus niger Pengaruhnya Terhadap
Kecernaan Bahan Kering (KBK) Dan Kecernaan Bahan Organik (KBO) Secara In
Vitro. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
19
134.
135.
Ikhsan, M. B. (1997). Pengaruh Media Starter dan Cara Penambahan Gula Terhadap
Kualitas Anggur Pisang Klutuk. Stiper Farming. Semarang.
136.
137.
Kwartiningsih, Endang. & Mulyati, Nuning S. Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi
Vinegar. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. UNS.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
Schlegel, H.G. & K, Schmidt. (1994). Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
148.
149.
150.
151.
20
152.
153.
154.
155.
Winarno, F.G. & S, Fardiaz dan Dedi Fardiaz (1984). Pengantar Teknologi Pangan. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
LAMPIRAN
5.1.
Perhitungan
Perhitungan Kelompok E1
164.
165.
166.
167.
= 0,00025 mm3
168.
= 0,00000025 cc
169.
= 2,5 x 10-7 cc
170.
N0
5,5
=2,2 107
7
2,5 10
21
171.
172.
N48
173.
174.
N96
N24
13
=5,2 107
7
2,5 10
N72
84,75
=3,39 108
7
2,5 10
36
=1,44 108
7
2,5 10
32,5
=1,3 108
7
2,5 10
175.
176.
178.
N0
Total Asam =
179.
N24
Total Asam =
180.
N48
Total Asam =
181.
N72
Total Asam =
182.
N96
183.
Perhitungan Kelompok E2
184.
mg/ml
mg/ml
mg/ml
22
185.
Jumlah sel/cc=
186.
N0
187.
N24
188.
N48
189.
190.
N96
10,75
=4,3 107
7
2,5 10
79,25
=3,17 10 8
7
2,5 10
Jumlah sel/cc=
53,75
=2,15 108
7
2,5 10
N72
32,25
=1,29 108
7
2,5 10
24
=9,6 107
7
2,5 10
191.
192.
Total Asam =
194.
N0
Total Asam =
195.
N24
Total Asam =
196.
N48
Total Asam =
5 0,1 192
=9,6
mg/ml
10
N72
197.
23
198.
N96
199.
Perhitungan Kelompok E3
200.
201.
202.
203.
204.
N48
205.
206.
N96
N0
N24
11
7
=4,4 10
7
2,5 10
46,5
8
=1,86 10
7
2,5 10
117,25
=4,69 108
7
2,5 10
N72
48,25
=1,93 108
7
2,5 10
15
8
=2,88 10
7
2,5 10
207.
208.
Total Asam =
210.
N0
Total Asam =
211.
N24
Total Asam =
4,4 0,1192
=8,448
mg/ml
10
24
212.
N48
213.
N72
Total Asam =
214.
N96
Total Asam =
mg/ml
mg/ml
215.
Perhitungan Kelompok E4
216.
217.
218.
219.
220.
N48
221.
222.
N96
N0
N24
Jumlah sel/cc=
7,25
=2,9 107
7
2,5 10
56,5
=2,26 10 8
7
2,5 10
N72
28,5
=1,14 108
7
2,5 10
111,25
=4,45 108
7
2,5 10
29,75
=1,19 108
7
2,5 10
223.
224.
25
225.
226.
N0
Total Asam =
227.
N24
Total Asam =
228.
N48
Total Asam =
229.
N72
Total Asam =
230.
N96
mg/ml
231.
Perhitungan Kelompok E5
232.
233.
234.
N0
235.
N24
236.
N48
11
=4,4 107
7
2,5 10
88,5
=3,54 108
7
2,5 10
97,25
=3,89 108
7
2,5 10
26
237.
238.
N96
N72
65
=2,6 10 8
7
2,5 10
78,75
=3,15 108
7
2,5 10
239.
240.
242.
N0
Total Asam =
5 0,1 192
=9,6
mg/ml
10
243.
N24
Total Asam =
244.
N48
Total Asam =
245.
N72
Total Asam =
246.
N96
247.
248.
249.
1.1.
1.2.
5.2 Viper
Laporan Sementara
Jurnal
250.
251.
252.
27
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.