Anda di halaman 1dari 5

Profil

Dari kiri ke kanan: Dr. Ir. Anhar R. Antariksawan (Deputi Pendayagunaan Teknologi Nuklir), Dr.
Taswanda Taryo, M.Sc.Eng. (Deputi Teknologi Energi Nuklir), Prof. Dr. Djarot S. Wisnubroto
(Kepala BATAN), Dr. Ferhat Aziz, M.Sc. (Deputi Sains & Aplikasi Teknologi Nuklir), Ir. Falconi
Margono S., MM.(Sekretaris Utama)
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan UU No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran dan Keppres RI No. 64/2005, BATAN
ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen, berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Presiden. BATAN dipimpin oleh seorang Kepala dan dikoordinasikan
oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi
Tugas pokok BATAN adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir sesuai ketentuan Peraturan dan perundangundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, BATAN menyelenggarakan fungsi:
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan tenaga nuklir
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN
Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian,
perlengkapan dan rumah tangga
Visi
BATAN Unggul di Tingkat Regional, Berperan dalam Percepatan Kesejahteraan Menuju
Kemandirian Bangsa
Misi
Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir
Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat
Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional, dan berperan aktif secara
internasional
Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi kepuasan pemangku kepentingan
Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada asas kemanfaatan, keselamatan
dan keamanan
Tujuan
Tujuan pembangunan iptek nuklir adalah memberikan dukungan nyata dalam pembangunan
nasional dengan peran
Meningkatkan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi, dan pemanfaatan/pendayagunaanya
oleh masyarakat dalam mendukung program pembangunan nasional
Meningkatkan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem inovasi dalam rangka
mendukung penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi
Sasaran
Sasaran pembangunan iptek nuklir yang ingin dicapai adalah :
Peningkatan hasil litbang enisora berupa bibit unggul tanaman pangan, tersedianya insfrastruktur
dasar pembangunan PLTN, pemahaman masyarakat terhadap teknologi nuklir, pemanfaatan

aplikasi teknologi isotop dan radiasi untuk kesehatan; dan


Peningkatan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem inovasi meliputi kelembagaan
iptek, sumber daya iptek dan penguatan jejaring iptek dalam rangka mendukung pemanfaatan
hasil penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi di masyarakat
Prinsip
Segenap kegiatan iptek nuklir dilaksanakan secara profesional untuk tujuan damai dengan
mengutamakan prinsip keselamatan dan keamanan, serta kelestarian lingkungan hidup
Nilai-Nilai
Segenap kegiatan nuklir dilandasi nilai-nilai
Visionary, Innovative, Excellent dan Accountable
Kejujuran, Kedisiplinan, Keterbukaan, Tanggungjawab, Kreatif dan Kesetiakawanan
Serta Berpedoman pada 5 (lima) pedoman BATAN yaitu :
Berjiwa pionir
Bertradisi ilmiah
Berorientasi industri
Mengutamakan keselamatan
Komunikatif

Badan Tenaga Nuklir Nasional, disingkat BATAN, adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan,
dan pemanfaatan tenaga nuklir. Kepala Batan saat ini dijabat oleh Prof. Dr. Djarot S. Wisnubroto
(sejak tahun 4 September 2012)[1] menggantikan Dr. Hudi Hastowo yang menggantikan Kepala
BATAN periode sebelumnya yaitu Dr. Soedyartono Soentono, M.Sc.
Sejarah PerkembanganSunting
Kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia diawali dari pembentukan
Panitita Negara untuk Penyelidikan Radioaktivet tahun 1954. Panitia Negara tersebut mempunyai
tugas melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba
senjata nuklir di Lautan Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom bagi
kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 1958, pada tanggal 5
Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang
kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)berdasarkan UU NO.
31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5
Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia
telah ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.

Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang iptek nuklir,
maka dibangun beberapa fasilitas penelitian, pengembangan, dan rekayasa (litbangyasa) yang
tersebar di berbagai kawasan, antara lain Kawasan Nuklir Bandung (1965), Kawasan Nuklir Pasar
Jumat, Jakarta (1966), Kawasan Nuklir Yogyakarta (1967), dan Kawasan Nuklir Serpong (1987).
Sementara itu dengan perubahah paradigma pada tahun 1997 ditetapkan UU no. 10 tentang
Ketenaganukliran yang diantaranya mengatur pemisahan unsur pelaksna kegiatan pemanfaatan
tenaga nukir (BATAN) dengan unsur pengawas tenaga nuklir (BAPETEN).
Kedudukan, Tugas Pokok dan FungsiSunting
Sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan Keppres RI No. 64 Tahun
2005, BATAN ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen, berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden. BATAN dipimpin oleh seorang Kepala dan dikoordinasikan
oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi.
Tugas pokok BATAN adalah melaksanakan tugas pemerintahan dibidang penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BATAN menyelenggarakan fungsi:
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan tenaga nuklir.
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN.
Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan tenaga nuklir.
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian,
perlengkapan dan rumah tangga.
BATAN mengoperasikan 3 buah reaktor nuklir di Indonesia, 2 buah reaktor Triga mark II dan
sebuah reaktor nuklir 30 MW di Serpong.
Fasilitas NuklirSunting
Untuk melaksanakan kegiatan Litbangyasa iptek nuklir telah dibangun dan dilengkapi berbagai
fasilitas /sarana penelitian yang tersebar di beberapa lokasi yaitu Kawasan Nuklir Serpong di
Kawasan Puspiptek, Kawasan Nuklir Bandung, Kawasan Nuklir Yogyakarta, Kawasan Nuklir
Pasar Jumatdi Jakarta, Stasiun Pemantauan Gempa Mikro dan Meteorologi di ujung Watu dan
Ujung Lemah Abang Jepara, dan unit Penelitian Eksplorasi Penambangan Uranium di Kalan,
Kalimantan Barat
Kawasan Nuklir SerpongSunting
Salah satu fasilitas nuklir Batan yang dibangun untuk melaksanakan kegiatan Litbangyasa iptek

nuklir adalah Kawasan Nuklir Serpong. Kawasan Nuklir Serpong merupakan kawasan pusat
Litbangyasa iptek nuklir yang dibangun dengan tujuan untuk mendukung usaha pengembangan
industri nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia. Pembangunan
instalasi dan laboratorium Kawasan Nuklir Serpong dilaksanakan melalui 3 (tiga) fase yang
dimulai sejak tahun 1983 dan selesai secara keseluruhan pada tahun 1992. Luas kawasan
mencapai sekitar 25 hektare dan terletak di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Puspiptek), Serpong.
Di kawasan ini, terdapat Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN), Pusat
Reaktor Serba Guna (PRSG), Pusat Pengembangan Informatika Nuklir (PPIN), Pusat Rekayasa
Perangkat Nuklir (PRPN), Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), Pusat Teknologi Bahan
Bakar Nuklir, Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR), Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir
(PTBIN), Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir (PSJMN), dan Pusat Kemitraan Teknologi
Nuklir (PKTN).
Fasilitas utama yang terdapat di kawasan ini adalah Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy (RSGGAS) engan daya 30 MW, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset, Instalasi Radioisotop
dan Radiofarmaka, Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, Instalasi Pengolahan Limbah
Radioaktif, Instalasi Radiometalurgi, Instalasi Keselamatan dan Keteknikan Reaktor, Fasilitas
Penembangan Informatika, Instalasi Mekano Elektronik Nuklir, Instalasi Spektrometri Neutron
serta Instalasi Penyimpanan Elemen Bakar Bekas dan Bahan Terkontaminasi.
Kawasan Nuklir Pasar JumatSunting
Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta dibangun pada tahun 1966 dan menempati area sekitar 20
hektare. Di kawasan ini terdapat Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Pusat
Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR), Pusat Pengembangan Geologi Nuklir
(PPGN), Pusat Pendidikan dan Pelatihan )Pusdiklat), serta Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN).
Berbagai Kegiatan penelitian yang dilakukan du kawasan ini meliputi litbang radioisotop dan
radiasi serta aplikasinya di berbagai bidang, litbang eksplorasi dan pengolahan bahan nuklir,
kegiatan pendidikan dan pelatihan, serta kegiatan sosialisasi dan diseminasi hasil litbangyasa iptek
nuklir BATAN kepada masyarakat.
Fasilitas yang terdapat di kawasan ini antara lain Iradiator Gamma ( ) 60CO, mesin berkas
elektron, laboratorium pengolahan uranium, perangkat alat ukur radiasi, laboratorium kimia,
biologi, proses dan hidrologi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, serta gedung pertemuan peragaan
sains dan teknologi nuklir (Perasten).
Kawasan Nuklir YogyakartaSunting
Kawasan Nuklir Yogyakarta dibangun pada tahun 1974 dan menempati area sekitar 8,5 hektare. Di
kawasan ini terdapat Pusat Teknplogi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) dan Sekolah Tinggi
Teknologi Nuklir (STTN).
Kegiatan yang dilakukan meliputi litbang fisika, kimia nuklir, teknologi akselerator zarah energi

rendah dan menengah, teknologi proses, analisis bahan nuklir dan reaktor, serta pendayagunaan
reaktor untuk penelitian dan pembinaan keahlian. Disamping itu dilakukan pula pengawasan
keselamatan kerja terhadap radiasi dan pengawasan radioaktivitas lingkungan. Sedangkan STTN
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan program D4 di bidang iptek nuklir.
Fasilitas yang ada di kawasan ini adalah Reaktor Kartini dengan daya 100 kW, perangkat
subkritik, laboratorium penelitian bahan murni, akselerator, laboratorium fisika dan kimia nuklir,
fasilitas keselamatan kerja dan kesehatan, fasilitas perpustakaan, serta fasilitas laboratorium untuk
pendidikan. Reaktor Kartini merupakan reaktor Kartini perekayasaannya murni dilakukan 100%
oleh putra putri bangsa. Teras reaktor Kartini merupakan teras reaktorTriga Mark II Bandung yang
tidak terpakai saat dilakukan peningkatan daya reaktor Bandung.
Kawasan Nuklir BandungSunting
Kawasan Nuklir Bandung dibangun pada tahun 1966 yang menempati area sekitar 3 hektare
berlokasi di seberang kampus ITB tepatnya di Jalan Tamansari dan merupakan tempat
dibangunnya reaktor pertama di Indonesia. Di kawasan ini terdapat Pusat Sains dan Teknologi
Nuklir Terapan (PSTNT).
Kegiatan yang dilakukan meliputi pendayagunaan reaktor untuk penelitian dan pembinaan
keahlian, litbang bahan dasar, radioisotop dan senyawa bertanda, instrumentasi dan teknik analisis
radiometri, pengawasan keselamatan kerja terhadap radiasi dan lingkungan.
Kedokteran nuklir pertama kali dikembangkan di Kawasan Nuklir Bandung yang merupakan
embrio dari kedokteran nuklir di Indonesia. Saat ini kegiatan kedokteran nuklir dikembangkan
lebih lanjut di beberapa rumah sakit di Indonesia.
Untuk mendukung pelaksanaan litbang, Kawasan Nuklir Bandung dilengkapi dengan berbagai
fasilitas antara lain Reaktor Triga Mark II dengan daya 250 kW (1965). Daya reaktor ini pada
tahun 1971 ditingkatkan menjadi 1000 kW dan kemudian menjadi 2000 kW pada tahun 2000.
Fasilitas lain yang terdapat di kawasan ini adalah laboratorium fisika, kimia dan biologi, produksi
isotop dan senyawa bertanda

Anda mungkin juga menyukai