Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS I: Seorang Anak Muda Laki-laki dengan Kecelakaan

Sepeda Motor

KELOMPOK X
030.09.288 Albertus Bananjar F.

030.10.280 Yelsen Sumalim

030.10.272 Trian Satrio

030.10.281 Yita Gayatri Willyani

030.10.273 Ula Inda Rahmadhani

030.10.282 Yosephine Wiranata

030.10.274 Ully Amri Suharyati

030.10.283 Yosha Santoso Putra

030.10.275 Vanessa Modi A. P.

030.10.284 Yoshua Adhinugraha M.

030.10.276 Vivi Nurvianti

030.10.285 Yudha Satria

030.10.277 Wella Rusni

030.10.286 Yudhia Pratama

030.10.278 Wenny Wijaya


030.10.279 Yasmine Salida

Universitas Trisakti
Jalan Kyai Tapa (Kampus B)
Grogol, Jakarta Barat
9 Desember 2010

1. Pendahuluan
Perdarahan epidural atau Epidural Hemorrhage (EDH) terjadi di dalam ruang
potensial antara dura dan tengkorak. Epi adalah Yunani selama lebih dari atau atas.
Sebuah

EDH

juga

dapat

disebut

sebagai

ekstradural (luar dura). EDH hasil dari gangguan


kapal

dural,

termasuk

cabang-cabang

arteri

meningeal tengah, urat, sinus vena dural, dan kapal


tengkorak. Lanjutan perdarahan dan pertumbuhan
dapat

mengakibatkan

hipertensi

intrakranial.

Sebuah gambar yang menggambarkan perdarahan


epidural dapat dilihat di samping ini. Sebanyak 1020% dari semua pasien dengan cedera kepala
diperkirakan

memiliki

EDH,

kejadian

yang Gambar 1: CT scan dari sisi

proporsional dengan usia pada populasi anak-anak. kiri epidural hematoma akut.
Sekitar 17% dari pasien yang sebelumnya sadar
yang memburuk koma setelah trauma memiliki
EDH. Tidak seperti hematoma subdural , memar
otak, atau menyebar aksonal cedera otak, EDH
tidak

dihasilkan

sekunder

ke

kepala

atau

Perhatikan
cembung
berbentuk
khas
atau
penampilan lensa. Hematoma
mengambil
bentuk
ini
sebagai
strip
dura
dari
permukaan
bawah
tempurung kepala, dibatasi
oleh
garis
jahitan.
Pergeseran garis tengah

percepatan gerak. EDH terutama disebabkan oleh gangguan struktural kapal dural dan

tengkorak umumnya terkait dengan patah tulang calvarial. Laserasi dari arteri
meningeal tengah dan sinus dural menyertainya adalah penyebab paling umum. Pada
fosa posterior, gangguan sinus vena dural (misalnya, melintang atau sinus sigmoid)
dengan fraktur dapat menyebabkan EDH. Gangguan sinus sagital superior dapat
menyebabkan EDH vertex. Sumber-sumber non-arteri lain dari perdarahan epidural
termasuk danau vena, vena diploic, granulasi arakhnoid, dan sinus petrosal. Sejumlah
kecil hematoma epidural telah dilaporkan dalam ketiadaan trauma. Etiologi penyakit
menular termasuk tengkorak, kelainan vaskular dari dura mater, dan metastasis ke
tulang tengkorak. EDH spontan juga dapat berkembang pada pasien dengan
coagulopathies terkait dengan masalah kesehatan primer (misalnya, stadium akhir
penyakit hati, alkoholisme kronis, kondisi penyakit lain yang terkait dengan platelet
disfungsional).[1]
2. Laporan Kasus
Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 1

Seorang anak muda laki-laki kecelakaan sepeda motor. Anak langsung dibawa ke RS
terdekat dengan anda sebagai dokter jaganya. Didapati anak muda tadi tak sadar
dengan luka terbuka di daerah temporal. Darah mengucur dari luka tersebut setelah
diberi pertolongan darurat pada lukanya, infus dan O 2 dilakukan CT scan kranium.
Hasilnya dinyatakan terjadi perdarahan epidural hebat dan diperlykan oprasi cito
untuk menolongnya. Pungsi lumbal terlihat cairan liquor berdarah.
3. Pembahasan
3.1.
Jawaban Diskusi Sesi Pertama
3.1.1. Masalah yang terjadi pada kepala pasien
Masalah yang terjadi pada kepala pasien adalah adanya pendarahan
intrakranial. Terdapat beberapa macam pendarahan intracranial, antara
lain:
1. Pendarahan epidural
Terjadi akibat cedera pada arteri atau vena meningea. Benturan
pada sisi kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak di
daerah anteroinferior os parietale dan dapat merusak arteri
meningea media. Cedera arteri atau vena terjadi terutama jika
pembuluh-pembuluh masuk ke dalam canalis tulang di daerah ini,
yang menimbulkan pendarahan dan terlepasnya lapisan meningeal
dura mater dari permukaan tengkorak. Tekanan intracranial
meningkat dan bekuan darah yang membesar menimbulkan
tekanan setempat pada daerah gyrus precentralis (area motorik).
2. Pendarahan subdural
Terjadi akibat robeknya vena cerebri superiors pada saat memasuki
sinus sagittalis superior. Benturan pada bagian depan atau belakang
kepala dapat menimbulkan pergeseran anteroposterior otak. Ketika
vena rupture, darah bertekanan rendah mulai terakumulasi di
dalam rongga potensial di antara dura mater dan arachnoidea
mater.
3. Pendarahan subarachnoid
Terjadi akibat kebocoran nontraumatik atau rupture aneurisma
kongenital

pada

circulus

anteriorus

cerebralis.

Diagnosis

pendarahan ini ditegakkan dengan melakukan CT, MRI, atau

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 2

dengan didapatkannya banyak darah di dalam cairan cerebro spinal


bila dilakukan pungsi lumbal.
4. Pendarahan cerebral
Terjadi akibat rupture dinding arteri lenticulostriata yang tipis.
Pada pendarahan ini pasien segera kehilangan kesadaran dan akan
terjadi paralisis ketika pasien sadar kembali.[2]
3.1.2. Hal-hal yang berkaitan anatomi susunan saraf sesuai permasalahan
Berikut ini adalah penjelasan anatomis mengenai susunan saraf:

Gambar 2: Anatomi Otak Manusia

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 3

Gambar 3: Anatomi Otak Manusia[3]

3.1.3. Hal-hal yang berkaitan histologi saraf sesuai permasalahan


Sistem saraf mencakup seluruh massa jaringan saraf dalam tubuh. Fungsi
dasar dalam sistem saraf, yang menurun pada yang lainnya, adalah
komunikasi; ia tergantung pada sifat kimiawi dan listrik khusus dari selsel saraf dan cabang-cabang sel yang panjang. Sifat-sifat ini
mencerminkan dua ciri fundamental protoplasma; iritabilitas, yaitu
kemampuan bereaksi dengan secara bertingkat terhadap rangsangan fisik
atau kimiawi, dan konduktivitas, yaitu kemampuan menghantar
rangsangan dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain. Setelah
menerima rangsangan dari luar atau dalam tubuh, bentuk dan aliran
energi rangasang (mekanis, termal, kimiawi, dsb) ditransduksi oleh
struktur khusus, yaitu reseptor, menjadi potensial listrik yang pada
gilirannya membangkitkan rangsang saraf. Deretan impuls ini kemudian
dengan cepat diteruskan ke pusat-pusat saraf, tempat mereka
membangkitkan pola aktivitas tambahan dalam sel saraf lain yang
menimbulkan sensasi atau respon motoris. Dengan cara ini organisme
bereaksi terhadap kejadian di sekitar atau di dalamnya

dan

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 4

mengkoordinasi fungsi organnya. Susunan saraf pusat (SSP) terdiri atas


otak dan medula spinal dan mengandung sel-sel saraf, atau neuron, dan
sel-sel penyokong disebut neuroglia. Impuls saraf keluar masuk SSP
melalui cabang neuron panjang disebut akson. Susunan saraf tepi (SST)
terdiri atas cabang-cabang ini yang berjalan dengan saraf kranial dan
spinal dan kelompok neuron di luar terkait yang dikenal sebagai ganglia.
Fungsi semua bangian tubuh diintegrasi oleh sistem ini. ,eskipun
terdapat perkecualian pada respons saraf setempat tertentu(seperti pada
kulit dan visera), sentralisasi adalah prinsip terpenting dari organisasi
neural.
Fungsi komunikatif neuron tidak hanya tergantuk pada iritabilitas dan
konduktivitasnya namun juga pada struktur, sifat integratif dan
hubunganya,

selain

pada

senyawa

kimiawi

yang

dibuat

dan

disampaikanya pada neuron lain, otot, atau kelenjar. Substansi neuroaktif


ini ada tiga jenis:
1. Neurotransmitter, yang bekerja cepat dan setempat untuk
mengubah aktivitas sel-sel sasaran
2. Neuromodulator, yang mengatur, namun umumnya tidak secara
langsung mempengaruhi neurotransmisi
3. Neurohormon, yang pengaruhnya lambat dan luas, biasanya
melalui cairan ekstrasel atau darah
Neuron memiliki aneka macam bentuk, namun masing-masing
mempunyai badan sel, atau soma, terdiri atas inti dan sitoplasma
sekitarnya, yaitu perikarion. Badan biasanya memancarkan beberapa
cabang disebut dendrit dan sebuah cabang panjang dan langsing, yaitu
akson. Sebuah akson dapat sangat panjang, memncarkan cabang-cabang,
atau kolateral akson, sepanjang jalanya, dan dekat ujungnya bercabangcabang halus menjadi yang disebut cabang preterminal, atau terminal
akson. Jarang sekali tidak ada akson, hanya dendrit, yang mengadakan
hubungan rumit dengan neuron lain.[4]

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 5

Gambar 4: Bentuk dasar sel saraf

Gambar 5: Tipe-tipe dasar sel saraf[5]

3.2.

Jawaban Diskusi Sesi Kedua


3.2.1. Hal-hal yang berkaitan

fisiologi

kerja

sistim

saraf

sesuai

permasalahan
Sistem saraf terorganisasi menjadi sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi (perifer)
Sistem saraf tersusun dari susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari
otak dan korda spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang terdiri dari
serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh
lain (perifer). SST kemudian dibagi lagi menjadi divisi aferen dan
eferen. Divisi aferen membawa informasi ke SSP, memberitahu SSP
mengenai mengenai lingkungan eksternal dan aktivitas-aktivitas internal
yang diatur oleh SSP. Instruksi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen
ke organ efektorotot atau kelenjar yang melaksanakan perintah untuk
menimbulkan efek yang diinginkan. Sistem saraf eferen dibagi menjadi
sistem saraf somatik, yang terdiri dari serat-serat neuron motorik yang
Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 6

mempersarafi otot-otot rangka, dan serat-serat sistem saraf otonom,


yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Sistem yang
terakhir dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sitem saraf
parasimpatis, keduanya mempersarafi sebagian besar organ yang
dipersarafi oleh sistem otonom.[6]

Gambar 6: Organisasi sistem saraf[6]

Sensorik dan Motorik


Dalam penghantaran Impuls, secara garis besar, ada dua macam jalur
terutama yaitu sensorik dan motorik. Sensorik adalah jalur yang
menghantarkan impuls dari reseptor menuju otak, sedangkan motorik
adalah jalur yang menghantarkan impuls dari otak menuju efektor.
Jalur sensorik:
Jalur sensorik dimulai dari sinyal yang datang ditangkap oleh reseptor.
Kemudian Impuls dihantarkan melalui neuron aferen yang merupakan
Neuron sensorik tingkat I. Perlu diketahui bahwa neuron aferen memiliki
Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 7

badan sel pada ganglion radix posterior sehingga penghantaran impuls


dari reseptor menuju medulla spinalis, melalui bagian posterior. Di
dalam medulla spinalis, neuron sensorik tingkat I akan bersinaps dengan
neuron sensorik tingkat II yang memiliki akson menyilang garis tengah
(kontralateral) dan akson-akson tersebut akan membentuk tractus
ascendens. Tractus ascendens adalah kumpulan serabut saraf yang
berfungsi dalam penghantaran impuls dari medulla spinalis menuju
thalamus yang merupakan diencephalon dari otak. Setelah impuls
sampai pada thalamus, neuron sensorik tingkat II akan bersinaps lagi
dengan neuron sensorik tingkat III yang aksonnya berjalan ke area
sensorik cortex cerebri. Penjabaran di atas dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Reseptor
2. Neuron sensorik tingkat I (aferen)
3. Neuron sensorik tingkat II pada medulla spinalis
4. Neuron sensorik tingkat III pada thalamus
5. Cortex cerebri area sensoris
Adapun tractus-tractus ascendens secara umum antara lain:
1. Tractus spinothalamicus lateralis untuk sensasi nyeri dan suhu
2. Tractus spinothalamicus anterior untuk sensasi raba dan tekanan
3. Fasciulus gracilis dan Fasciulus cuneatus untuk diskriminasi getar,
raba, dan sensasi otot sendi secara sadar
4. Tractus spinocereberallis anterior dan posterior untuk sensasi sensasi
otot sendi yang tidak disadari
Jalur motorik:
Jalur motorik dimulai dari Impuls yang berasal cortex cerebri area
motorik. Impuls kemudian akan dihantarkan melalui neuron motorik
tingkat I yang akson-aksonnya membentuk serabut saraf yang disebut
tractus descendens. Karena pada pembahasan kali ini akan dijabarkan
jalur motoris secara pyramidalis, maka tractus descendens yang akan
dijelaskan adalah tractus corticospinalis yang bertanggung jawab untuk
gerak voluntar yang cepat dan terlatih. Impuls kemudian berjalan melalui
bagian pyramid pada medulla oblongata. Pada batas medulla oblongata
Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 8

dan medulla spinalis, sebagian besar tractus corticospinalis akan


menyilang (decussatio pyramidum) yang akan membentuk tractus
corticospinalis lateralis dan yang tidak menyilang akan membentuk
tractus corticospinalis anterior. Hal ini akan menyebabkan hemisphere
otak dextra bertanggung jawab untuk ekstremitas sinistra begitu juga
sebaliknya. Sebagian kecil dari tractus yang sebelumnya tidak menyilang
akan menyilang garis tengah pada medulla spinalis dan berakhir pada
columna grisea anterior medulla spinalis bagian cervical dan thoracal
atas. Begitu impuls sampai pada medulla spinalis, sebagian besar neuron
tingkat I akan bersinaps dengan neuron tingkat II (internuncial) yang
kemudian akan langsung bersinaps dengan neuron tingkat III (eferen).
Kemudian impuls akan dihantarkan melalui serabut saraf eferen menuju
efektor. Penjabaran di atas dapat diringkas sebagai berikut:
1. Cortex cerebri area motoris
2. Neuron sensorik tingkat I
3. Decussatio pyramidum
4. Neuron sensorik tingkat II pada medulla spinalis
5. Neuron sensorik tingkat III (eferen)
6. Efektor
Adapun tractus-tractus ascendens secara umum antara lain:
1. Tractus corticospinalis untuk gerak voluntary cepat dan terlatih
2. Tractus rubrospinalis untuk memfasilitasi aktivitas otot-otot flexor
dan menghambat aktivitas otot-otot ekstensor.
3. Tractus vestibulospinalis untuk memfasilitasi aktivitas otot-otot
ekstensor dan menghambat aktivitas otot-otot flexor.[2]

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 9

Gambar 7: Jalur sensorik

Gambar 8: Jalur motorik[7]

LCS (Liquor Cerebro Spinal) / CSF (Cerebro Spinal Fluid)


Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 10

Cairan serebrospinal terdapat di dalam ventrikel otak dan di ruang


subarachnoid

di sekeliling

otak dan medulla

spinalis.

Cairan

serebrospinal diproduksi oleh Plexus Choroideus. Fungsi cairan


serebrospinal yang utama adalah sebagai bantalan antara susunan saraf
pusat dengan tulang-tulang yang mengelilinginya. Oleh karena itu,
cairan ini melindungi otak dari trauma mekanik. Adapun sirkulasi LCS
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Plexus Choroideus pada ventrikel lateralis memproduksi LCS
2. LCS mengalir ke dalam ventrikel 3 (tertius) melalui foramen
interventriculare (monro)
3. Pada ventrikel 3, LCS juga diproduksi oleh Plexus Choroideus
4. LCS mengalir ke dalam ventrikel 4 (quartus) melalui aqueductus
cerebri sylvii
5. Pada ventrikel 4, LCS juga diproduksi oleh Plexus Choroideus
6. LCS masuk ke dalam ruang subarachnoid melalui foramen
Luschka pada bagian lateral dan foramen magendie pada bagian
medial
7. LCS perlahan-lahan bergerak melalui cisterna cerebellomedullaris
menuju

superior

melalui

aspek

lateral

masing-masing

hemispherium cerebri
8. Sebagian LCS berjalan ke inferior di dalam ruang subaracnoid di
sekeliling medulla spinalis dan cauda equina
9. Pada bagian superior, LCS diabsorpsi oleh villi arachnoidales yang
membentuk granulasi arachnoidea
10. LCS masuk ke dalam sinus sagittalis superior.[2]

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 11

Gambar 9: Sirkulasi cairan serebrospinal[8]

Pungsi lumbal
Pungsi lumbal dilakukan untuk mengambil sampel liquor cerebro
spinalis (LCS) demi pemeriksaan mikroskopik dan bakteriologis, atau
untuk menyuntuikkan obat demi mengatasi infeksi atau menginduksi
anastesi. Pungsi lumbal dilakukan dengan cara: memasukkan jarum
pungsi ke dalam ruang subarachnoid dibawah Vertebra lumbalis II untuk
menghindari rusaknya medulla spinalis yang mana ujung inferior dari
medulla spinalis sampai pada vertebra lumbalis II, hal ini dikarenakan
pertumbuhan columna vertebrae lebih cepat daripada medulla spinalis.
Sebelum masuk ke ruang subaracnoid, jarum akan melintasi struktur
anatomi berikut:

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 12

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kulit
Fascia Superficialis
Ligamentum supraspinale
Ligamentum interspinalia
Ligamentum flavum
Jaringan areolar
Dura mater
Aracnoidea mater.

Gambar 10: Pungsi Lumbal[2]

3.2.2. Hal-hal yang berkaitan biokimia sesuai permasalahan


Penghataran impuls saraf
Stimulus yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan melalui akson
menuju sebuah sinapsis, kemudian impuls akan dilanjutkan pada neuron
selanjutnya. Adapun proses yang terjadi di dalam sebuah akson sampai
terjadinya potensial aksi antara lain:
1. Stimulus
2. Peningkatan permeabilitas membran sel terhadap ion Na+
3. Influks Na+
4. Eksfluks K+ dan Potensial aksi

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 10

5. Penurunan permeabilitas membran sel terhadap ion Na+


6. Pompa Sodium-potassium
7. Kembali ke resting potential.[2]
Neurotransmitter
Setelah impuls berada di akson terminal, impuls akan dilanjutkan ke
neuron berikutnya melalui celah sinapsis antarneuron. Kerja
penghantaran impuls pada sinapsis ini melibatkan neurotransmitter yang
merupakan suatu substansi kimia yang tersimpan dalam yang dapat
berupa asetilkolin (terutama pada sistem saraf perifer), glutamate
(terutama pada sistem saraf pusat), gaba, katekolamin (dopamine,
norepinephrine, epinephrine), serotonin, ataupun sebuah peptida.
Sintesis Neurotransmitter
Sintesis Asetilkolin:

Gambar 11: sintesis asetilkolin

Sintesis dopamin, norepinephrine, dan epinephrine:

Gambar 12: sintesis dopamin, norepinephrine, dan epinephrine

Sintesis Serotonin:

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 11

Gambar 13: serotonin[9]

Kerja Neurotransmitter
Adapun kerja dari neuro transmitter pada celah sinaps adalah sebagai
berikut:
1. Impuls saraf (Potensial aksi) datang pada sinaps
2. Infulks Ca2+
3. Vesikel Sinaptik bergabung dengan membran prasinaptik
4. Neurotransmitter dikeluarkan ke celah sinaps melalui proses
eksositosis
5. Menuju membran pascasinaptik (dapat meningkatkan atau
menurunkan resting potensial)
6. Neurotransmitter diikat oleh protein reseptor pada membran
pascasinaptik
7. Kanal ion terbuka dengan membangkitkan excitatory postsynaptic
potential (EPSP) atau inhibitory postsynaptic potential (IPSP) cepat.
Pada EPSP, kanal kation akan terbuka sedangkan pada IPSP, kanal anion
Cl- akan terbuka. Efek eksitasi atau inhibisi pada membran pascasinaptik
neuron bergantung pada jumlah respons pascasinaptik pada sinaps yang
berbeda. Jika efek keseluruhannya adalah depolarisasi, neuron akan
terstimulasi dan potensial aksi akan dibangkitkan pada segmen inisial
akson dan impuls saraf akan dihantarkan sepanjang akson. Sebaliknya,
jika efek keseluruhannya adalah hiperpolarisasi, neuron akan diinhibisi
dan tidak ada impuls saraf yang timbul. Eksitasi cepat diketahui memakai
neurotransmitter asetilkolin (nikotinik) dan L-glutamat, sedangkan
inhibisi menggunakan GABA (Gamma aminobutyric acid).[2]

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 12

Gambar 14: Kerja neurotransmitter pada sinaps[10]

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 13

DAFTAR PUSTAKA
1. EMedicine from WebMD. Bedah Saraf. Trauma : Perdarahan Epidural. [Update 2010
Mar 9]. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/248840-overview.
Accessed on 2010 Nov 30.
2. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran, Ed. 5. Jakarta: EGC;
2006: 24; 159-80; 508-10; 20-1; 48-51; 56-7.
3. Nursingcrib.com. Schizophernia Case Study. [Update 2008 Sep 11]. Available at :
http://nursingcrib.com/case-study/schizophrenia-case-study/. Accessed on 2010 Nov
30.
4. Fawcett D. Buku Ajar Histologi, Ed.12. Jakarta: EGC; 2002: 277.
5. Discovery Health. How Brain Works: Neuron. [Update 2007 Sep]. Available at :
http://health.howstuffworks.com/human-body/systems/nervous-system/brain.htm.
Accssed on 2010 Dec 1.
6. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Ed. 2. Jakarta : EGC; 2001: 106-7.
7. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2006: 556-7
8. Netter FH, Machado CAG. Interactive Atlas of Human Anatomy. Version 3.0.
Carbondale: Dxr Development Group; 2003.
9. faculty.washington.edu. Neurotransmitters and Neuroactive Peptides. Available at :
http://faculty.washington.edu/chudler/chnt1.html. Accessed on 2010 Dec 7
10. Worm Book. Synaptic Function. [Update 2007 Dec 7]. Available at :
http://www.wormbook.org/chapters/www_synapticfunction/synapticfunction
.html. Accessed on 2010 Dec 4.

Laporan Makalah Kasus 1 MP 4 | 14

Anda mungkin juga menyukai