Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh
bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya otitis
eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi. Faktor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut
adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides
(11%).1 Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga
bagian luar. 2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga
terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis
eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum
disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.4
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang
pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak
tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca
(1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan.
Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel
dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk
(1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.
Otitis eksterna akut difusa adalah penyakit yang terutama timbul pada musim panas
dan merupakan bentuk otitis eksterna yang paling umum. Terjadinya kelembaban yang
berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan
menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
Adapun tujuan dari laporan kasus ini sendiri adalah untuk mempermudah
menegakkan diagnosis otitis eksterna, serta dapat memahami apa saja penatalaksanaan,
patogenesis serta pencegahan juga prognosis dari penyakit ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Embirologi dan Anatomi Telinga Luar

Gambar.
Anatomi Telinga
Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan liang telinga
(canalis acusticus eksternus/CAE). Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam oleh
membran timpani. aurikula dan 1/3 lateral liang telinga tediri dari kartilago elastis yang
secara embrional berasal dari mesoderm dan sejumlah kecil jaringan subkutan yang ditutupi
oleh kulit dan adneksanya. Hanya lobulus pinna yang tidak memiliki kartilago dan terdapat
lemak.

Gambar. Perkembangan Aurikula


Aurikula berasal dari enam tonjolan mesenkim, tiga tonjolan dari arkus brankial
pertama dan lainnya dari arkus brankial kedua. Pada kehamilan yang normal tonjolan
2

mesenkim kartilaginosa bersatu membentuk aurikula. Aurikula akan berpindah posisi menjadi
lebih tinggi yaitu dari posisi semula dekat comissura lateralis oris ke area temporal dengan
pertumbuhan selektif dari mandibula.
Kanalis akustikus eksterna merupakan derivat dari celah brankial pertama
ektodermantara mandibula (I) dan lengkung hyoid (II). Epitel yang melapisi celah ini
bertemu dengan endoderm dari lengkung faringeal pertama yang kemudian membentuk
membran timpani dan menjadi batas medial dari kanalis akustikus eksterna. Jaringan ikat
yang berasal dari mesoderm ditemukan antara ektoderm dan endoderm dan kemudian
menjadi lapisan fibrosa membran timpani. Karena embriologinya yang berasal dari ektoderm,
kanalis akustikus eksternus, termasuk permukaan lateral membran timpani, dilapisi oleh
epitel skuamosa.
Proses kanalisasi lengkap terjadi pada minggu ke-12 kehamilan, pada saat itu kanalis
akustikus eksternus telah dilapisi oleh jaringan epitel. Kemudian akan terjadi rekanalisasi
pada minggu ke-28 kehamilan.
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari kartilago yang dilapisi kulit. Bentuk
kartilago ini unik dan harus diusahakan untuk mempertahankan bangunan ini karena dapat
menjaga telinga luar dari trauma. Kulit pada permukaan luar daun telinga melekat erat pada
kartilago di bawahnya beserta jaringan ikat dari dermis yang padat membentuk perikondrium.
Sebaliknya, kulit permukaan belakang daun telinga mempunyai lapisan subkutan sejati.
Keadaan daun telinga serta posisi daun telinga yang terbuka merupakan penyebab timbulnya
sebagian besar masalah klinis yang mengenai daun telinga yaitu trauma, kontak langsung
dengan cuaca, dan infeksi.

Gambar.
Liang

Telinga. a.

bagian

kartilaginosa. b. bagian osseus


Pengumpulan cairan akibat proses-proses tersebut seperti adanya pus dan hematom
mengakibatkan terpisahnya perikondrium dari kartilago. Bila proses ini tidak segera diatasi
maka akan terjadi nekrosis kartilago karena terganggunya perfusi nutrisi dari pembuluh darah
perikondrium.
Kanalis akustikus eksternus dapat dibagi menjadi 2 bagian. Bagian luar, 40% dari
CAE, adalah bagian kartilaginosa dan terdapat lapisan tipis jaringan subkutan diantara kulit
dan kartilago. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal dari bagian tulang, selain
itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi tiap individu namun ikut
membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Bagian dalam, 60% dari CAE,
adalah bagian osseus terutama dibentuk oleh timpanic ring dan terdapat jaringan lunak yang
sangat tipis antara kulit, periosteum dan tulang.
Anatomi bagian ini sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh
dengan kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan
demikian daerah ini sangat peka dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak
terdapat ruang untuk ekspansi. Terdapat penyempitan pada petemuan bagian kartilaginosa
dan bagian osseus kanalis akustikus eksternus yang disebut isthmus.

Panjang kanalis

akustikus eksternus pada orang dewasa rata-rata 2,5 cm. Karena posisi membran timpani
yang miring, maka bagian posterosuperior kanalis akustikus eksternus lebih pendek 6 mm
dari bagian anteroinferior. Kanalis akustikus eksternus membentuk kurva seperti huruf S arah
superior dan posterior dari lateral ke medial. Kanalis akustikus eksternus juga mengarah ke
4

hidung sehingga pada pemeriksaannya aurikula perlu ditarik ke superior, lateral dan posterior
untuk meluruskan kanalis akustikus eksternus.
Bagian lateral kanalis akustikus eksternus dibatasi oleh meatus. Bagian medial
dibatasi oleh membran tympani dan bagian squamosa tulang temporal yang menjadi barier
yang baik terhadap penyebaran infeksi bila membran tersebut utuh. Bila terjadi perforasi
membran tympani infeksi dapat menyebar kembali dan terus menyebar dari telinga tengah ke
kanalis akustikus eksternus. Tympanic ring yang berbentuk seperti tapal kuda dan bagian
squamosa tulang temporal memisahkan kanalis akustikus eksternus dengan fossa cranial
media, yang jarang terjadi penyebaran infeksi secara langsung ke intracranial.
Batas posterior kanalis akustikus eksternus adalah kavum mastoid. Beberapa
pembuluh darah masuk ke kanalis akustikus eksternus, khususnya sepanjang sutura
tympanomastoid. Infeksi dapat menyebar secara hematogen melalui segmen mastoid ini. Dari
posterior ke bagian kartilaginosa kanalis akustikus eksternus terdapat jaringan ikat tebal
mastoid yang dapat menyebabkan infeksi sekunder.
Batas superior kanalis akustikus eksternus adalah fossa infratemporal dan basis
kranii.infek yang meluas sampai ke atap kanalis akustikus eksternus dapat meluas ke
strukturr ini. Batas anteriornya adalah kelenjar parotis dan temporomandibular junction.
Pada kanalis akustikus eksternus terdapat tiga mekanisme pertahanan pelindung yaitu
tragus dan antitragus, kulit degan lapisan serumen, dan isthmus. Tragus dan antitragus
membentuk barier parsial terhadap benda asing makroskopik. Kulit pada bagian kartilaginosa
memiliki banyak sel rambut dan kelenjar apokrin seperti halnya kelenjar seruminosa. Ketiga
struktur adeneksa ini bersama-sama memberikan fungsi proteksi dan biasa disebut unit
apopilosebaseous. Eksfoliasi sel-sel epitel skuamosa ikut berperan dalam pembentukan
materi sebagai lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. Gabungan berbagai
bahan ini membentuk suasana asam dengan pH 6, yang berfungsi mencegah infeksi.migrasi
sel epitel yang terlepas juga membentuk suatu mekanisme pembersihan sendiri dari membran
timpani ke arah luar.
Gambar. Unit Apopilosebaseus pada Kanalis Akustikus Eksternus

Invaginasi epidermis membentuk dinding terluar dari folikel rambut dan tangkai
rambut membentuk dinding bagian dalam. Saluran folikularis merupakan ruangan antara
kedua struktur ini. Alveoli dari kelenjar sebasea dan apokrin kosong sampai dengan pendek,
duktus ekskretorius yang lurus, dan bemuara ke saluran folikularis. Sumbatan pada salah satu
bagian dari salah satu sistem kelenjar ini merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya
infeksi.
Kanalis akustikus eksternus yang normal memiliki struktur proteksi dan pembersihan
sendiri. Lapisan serumen berangsur-angsur berjalan pada salurannya yaitu setelah bagian
isthmus ke bagian lateral kanalis akustikus eksternus dan kemudian keluar dari telinga.
Pembersihan kanalis akustikus eksternus yang berlebihan, baik karena alat maupun sebagai
suatu tindakan, dapat mengganggu barier pelindung primer dan dapat memicu terjadinya
infeksi. Variasi individu pada anatomi kanalis akustikus eksternus dan konsistensi produksi
serumen dapat menjadi predisposisi terjadinya penumpukan serumen pada beberapa orang.

2. 2. Vaskularisasi Telinga Luar


6

Aurikula dan kanalis akustikus eksternus menerima perdarahan dari arteri temporalis
superfisialis dan cabang aurikularis posterior yang merupakan cabang dari arteri karotis
eksterna.
Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu melalui vena temporalis
superfisiali

dan

vena

aurikularis

posterior

kemudian

bersatu

membentuk

vena

retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya bertemu di vena jugularis, pertemuan
terakhir terdapat pada vena jugularis eksterna namun demikian juga menuju ke sinus sigmoid
melalui vena emissarius mastoid.
2. 3. Persarafan dan alitan limfatik telinga luar
2. 3. 1. Persarafan daun telinga dan kanalis akustikus eksternus
Persarafan sensoris ke aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal dari persarafan
kranialis dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang aurikulotemporal N. Trigeminus (V), N.
Fasialis (VII), dan N. Vagus (X)., dan juga N. Aurikularis magna dari pleksus
servikalis (C 2-3). Otot motorik ekstrinsik telinga, yaitu pada bagian anterior, superior, dan
posterior aurikula dipersarafi N. Fasialis (VII).
Tabel. Persarafan Aurikula
Nerve
Greater auricular

Derivation
Cervical plexus

Region Supplied
Permukaan medial dan permukaan

Lesser occipital

C2.3
Cervical plexus

lateral bagian posterior


Bagian superior dari permukaan

Auricular

C2.3
Vagus

Medial
Concha , antihelix, sebagian
eminentia concha (permukaan

Auriculotemporal

Mandibular (N. V3)

medial)
Tragus, crus of helix, perbatasan
Helix
Kemungkinan menyuplai sebagian

Facial (N. VII)

kecil dari akar konka


Gambar. Wilayah persarafan Aurikula

2. 3. 2. Aliran Limfatik Telinga

Aliran limfatik kanalis akustikus eksternus merupakan saluran yang penting pada
penyebaran infeksi. Bagian anterior dan posterior terdapat aliran limph dari kanalis akustikus
eksternus menuju ke limfatik pre-aurikular didalam kelenjar parotis dan kelenjar getah bening
leher profunda bagian superior.
Bagian inferior kanalis akustikus eksternus aliran limphnya menuju ke kelenjar getah
bening infra aurikular dekat angulus mandibularis. Sedangkan bagian posterior menuju ke
kelenjar getah bening post aurikular dan kelenjar getah bening leher profunda superior.

B. Definisi Otitid Eksterna


Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga cuaca
panas ( hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri
yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit sehingga menyumbat saluran
folikel.
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah
maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga menambah
kemungkinan trauma karena garukan 3,5 .
C. Epidemiologi
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping
penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d
Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa
dan 585 kasus (5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta.
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang
pada

iklim-

otitis

eksterna

mengemukakan

iklim

sejuk

sangat

komplek

faktor

pencetus

dan
dan

kering.

sejak

dari

tahun

penyakit

Patogenesis
1844
ini

banyak
yang

dari
peneliti

mengatakan

bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Bahwa keadaan


panas,

lembab

dan

trauma

terhadap

liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna
D. Etiologi

epitel

dari

Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa,
Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa bakteri gram negatif. Serta
dapat juga disebabkan oleh jamur sereti Jamur golongan Aspergillus atau Candida sp. Otitis
eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis 4,9.
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 6,7

Derajat keasaman (pH)


Ph pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai
protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan

pH menjadi basa maka akan

mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi


terhadap infeksi menurun.

Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan factor predisposisi
terjadinya otitis eksterna.
Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit liang telinga
dapat terjadi setelah terkena air.

E. Klasifikasi Otitis Eksterna


Melihat bentuk infeksi di liang telinga, penyakit dibagi atas:
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di
liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
1. Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%
ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan
insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
9

2. Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup


berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250
qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
3. Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu
adanya penyakit diabetes mellitus.

Otitis eksterna difus


Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi

bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab


lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang
telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat
furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta
(furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari
kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika
sistemik.
Berdasarkan perjalanan waktu, otitis eksterna dibagi menjadi:
1. Otitis eksterna akut :
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).

Otitis eksterna difus


2. Otitis eksterna kronik
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul) adalah otitis eksterna lokal yang
bermula dari infeksi folikel rambut dan menimbulkan furunkel (bisul) 10 pada
sepertiga luar dari liang telinga luar (meatus akustikus eksterna). Otitis eksterna
difus adalah otitis eksterna yang dapat disebabkan bakteri (pseudomonas,
stafilokokus, proteus) atau jamur pada dua per tiga dalam dari liang telinga luar
(meatus akustikus eksterna).
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.
F. Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
10

dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga)
dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen
akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan
anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal
yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa
gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa
nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan
terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas (41%),
streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Infeksi pada liang
telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :

Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis
akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.

Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa
sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.

11

Gambar. Patofisiologi Otitis Eksterna


G. Gejala Klinik
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.1
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal
disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis
eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.1
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang
hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan
ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya
tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan
bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan
perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit
12

dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan
dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang
hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut.
Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progresif
pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan
yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman
hantaran suara.1
H. Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa gatal. Rasa
gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan kondisi
penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri terutama ketika
daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental
purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan
bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya
furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada pasien,
ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan menggunakan bulu ayam
yang merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan Fisik pada pasien bisanya menunjukkan:
Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan liang MAE
penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak tampak.
Pada folikulitis akan didaptkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous MAE.
Nyeri tragus (+)
Tidak adanya partikel jamur
Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.4

I. Penatalaksanaan
Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya perlu
13

disisipkan tampon berukuran x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat agar


mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan perlahan-lahan
dengan menggunakan forsep hartmann yang kecil. Penderita harus meneteskan obat tetes
telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari
liang telinga karena lumen sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotic yang paling efektif terhadap
pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang
telah diasamkanbahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat
bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan
berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga bersih dan kering.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin terjadi
pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus menjaga agar
telinganya selalu kering, menggunakan alcohol encer secara rutin tiga kali seminggu. Juga
harus diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu
sering 2.
J. Komplikasi
Perikondritis
Selulitis
Dermatitis aurikularis.4

BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: tn. M
Umur
: 18 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
14

Pekerjaan
Agama
Alamat

: pelajar
: Islam
: Lrg. Damai

2. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Perasaan penuh dan nyeri di telinga kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli THT dengan keluhan perasaan penuh dan nyeri pada
telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada
telinga kiri sedikit terasa berkurang, liang telinga kiri sedikit gatal dan rasa berair.
Pasien mengaku kerap membersihkan liang telinganya menggunakan cotton bud dan
pasien masukkan air. Riwayat telinga berdengung (-). Pasien tidak mengeluhkan
demam. Riwayat batuk, pilek dan nyeri tenggorokan juga disangkal oleh pasien.
Pasien sebelumnya juga sering mengalami keluhan yang sama dalam 5 bulan
terakhir..
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat, riwayat sinusitis (-),
riwayat rinitis (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), riwayat trauma pada
telinga (-), riwayat penyakit pada telinga sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota keluarga pasien.
Riwayat Alergi:
riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan
(+).
Riwayat Pengobatan :
Pasien sering mencoba mengobati keluhan yang dirasakannya.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital:
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu: 36,3 C
Respirasi : 16 x/menit
Status Lokalis:
Telinga:
Gambar :

15

Bagian Telinga
Aurikula

Daerah preaurikula

Daerah retroaurikula

Meatus akustikus

Membran timpani

Telinga kanan
Deformitas (-), hiperemis (-),

Telinga kiri
Deformitas (-), hiperemis (-),

edema (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula

edema (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula

(-), abses (-), nyeri tekan tragus

(-), abses (-), nyeri tekan tragus

(-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula

(+)
Hiperemis (-), edema (-), fistula

(-), abses (-), nyeri tekan (-)


Serumen (-), edema (+),

(-), abses (-), nyeri tekan (-)


Serumen (-), edema (-),

hiperemis (+), furunkel (-),

hiperemis (-), furunkel (-),

sekret (+), cair, kekuningan


Retraksi (-), bulging (-),

otorea (-)
Retraksi (-), bulging (-),

perforasi (-), cone of light (+),

perforasi (-), cone of light (+),

posisi jam 5, Injeksi (+)

posisi jam 7, Injeksi (+)

Hidung:

Gambar :

Pemeriksaan Hidung
Hidung Luar

Hidung Kanan
Hidung Kiri
Bentuk (N), Inflamasi (-), Bentuk (N), Inflamasi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-).

nyeri tekan (-), deformitas (-).

Rinoskopi Anterior
Vestibulum
Dasar kavum nasi media

N
N
Bentuk (N), mukosa hiperemi Bentuk (N), mukosa hiperemi

Meatus nasi media

(-).
(-).
Mukosa hiperemi (-), sekret Mukosa hiperemi (-), sekret
(-), konka nasi media (N), (-), konka nasi media (N),
massa (-), sekret (-).
16

massa (-), sekret (-).

Meatus nasi inferior

Mukosa hiperemi (-), edema Mukosa hiperemi (-), edema

Konka nasi inferior

(-)
(-)
Mukosa hiperemi (-), edema Mukosa hiperemi (-), edema

Septum nasi

(-)
(-)
Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-).

perdarahan (-).

Tenggorokan:
Gambar :

Bagian
Mukosa bukal
Mukosa gigi
Palatum durum dan palatu mole
Mukosa faring
Tonsil

Keterangan
hiperemis (-), massa (-)
hiperemis (-), massa (-)
Hiperemis (-), massa (-)
Hiperemis (-), edema (-), massa (-), granul (-), ulkus (-)
Hiperemis (-), ukuran T1-T1, detritus (-)

4. RESUME
Seorang laki-laki 18 tahun,datang Poli THT datang dengan keluhan perasaan
penuh dan nyeri pada telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
pendengaran pada telinga kiri sedikit terasa berkurang, liang telinga kiri sedikit gatal
dan rasa berair. Pasien mengaku kerap membersihkan liang telinganya menggunakan
cotton bud dan pasien masukkan air. Riwayat telinga berdengung (-). Pasien tidak
mengeluhkan demam. Riwayat batuk, pilek dan nyeri tenggorokan juga disangkal
oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik telinga kanan pasien didapatkan adanya gejala klinis
otitis eksterna diffusa berupa nyeri tekan tragus selain itu terdapat peradangan pada
meatus akustikus telinga kiri yaitu terdapat edema, hiperemi, secret(+), dan liang
telinga sangat sempit.

17

5. DIAGNOSIS BANDING :
- Otitis eksterna difusa
- Otitis eksterna sirkumskripta
6. DIAGNOSIS KERJA:
Otitis Eksterna Diffusa Sinistra.
7. PEMERIKSAAN ANJURAN
Swab telinga untuk dilakukan kultur guna mengetahui jenis kuman penyebab dan
sensitifitas terhadap antibiotik.
8. PENATALAKSANAAN:
a. Non medikamentosa
Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin

terjadi pada pasien.


pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering.
Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud

terlalu sering.
b. Medikamentosa
Lokal :
Antibiotik topikal : dapat diberi antibiotik topikal polimiksin B dan neomisin,
3-4 tetes / 3-4 kali perhari.
Sistemik :
- Antibiotik : amoxicilin tab 500 gr 3x1
- Analgesik : Asam mefenamat 500gr 3x1 jika perlu

9. PROGNOSIS :
Dubia ad bonam

18

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis otitis eksterna diffusa sinistra ditegakkan berdasarkan
anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis di dapatkan bahwa
pasien mengeluh telinga kanan terasa penuh dan sedikit nyeri yang dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu, dimana sebelumnya pasien memiliki kebiasaan mengkorek-korek telinga karena
telinga terasa gatal dan berair. Hal ini yang kemungkinan dapat menyebabkan trauma ringan
sehingga terjadi perubahan pada kulit liang telinga yang memudahkan terjadinya infeksi
kuman. Pasien juga mengeluhkan sensasi gatal pada liang telinga serta terdapat penurunan
pendengaran yang dirasakan sejak keluhan utama muncul. Hal ini sesuai dengan gejala otitis
ekterna diffusa yaitu nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit akibat edema masif,
terdapat secret yang berbau dan terdapat gangguan pendengaran yang terjadi karena liang
telinga yang edema dan menyumbat liang teling.
Pada pemeriksaan fisik telinga kiri pasien didapatkan adanya gejala klinis otitis
eksterna diffusa berupa nyeri tekan tragus selain itu terdapat peradangan pada meatus
akustikus telinga kiri yaitu terdapat edema, hiperemi, secret(+), dan liang telinga sangat
sempit.
Pada otitis eksterna, pengobatannya amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan
penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Pembersihan liang telinga
dengan mengorek-ngorek telinga dengan benda asing seperti cotton bud tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan trauma atau iritasi. Penatalaksanaannya dapat diberikan obat tetes
telinga yang mengandung neomisin, polimiksin B dan korikosteroid juga dapat menjadi
pilihan. Kadang- kadang diperlukan obat antibiotik sistematik.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from :
www.usudigitallibrary.com. Accessed : 2011, April 16.
2. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher
Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
3. Kartika,
Henny.
2008.

Otitis

Eksterna.

Availble

from

http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed : April 16th 2011.


4. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id . Accessed : 2011 April 16.
5. Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC
6. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id . Accessed : 2011 April 16.
7. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam, Jakarta :
Gaya Baru.
8. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar.Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal. 59. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

20

Anda mungkin juga menyukai