Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN PARTISIPASI SUAMI

DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


DI RB KARTINI SURABAYA
Masadah, Rijanto, Wiwik Anggraeni.
ABSTRAK
ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan
kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang
dibutuhkan oleh bayi. Namun demikian pemberian ASI Eksklusif masih belum
banyak dilakukan oleh ibu dikarenakan masih rendahnya pengetahuan ibu
dan kurangnya partisipasi suami terhadap pemberian ASI Eksklusif. Oleh
karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara
Pengetahuan Ibu dan Partisipasi Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara pengetahuan
ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional crosssectional. Populasi penelitian ini sebesar 163 ibu nifas sedangkan sampelnya
sebesar 44 ibu nifas yang diambil dengan cara simple random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang hasilnya akan
dianalisis kemudian diuji statistik menggunakan Chi-Square dalam Pearson
dengan tingkat kemaknaan 0,05. H1 diterima apabila 2 hitung > 2 tabel.
Hasil penelitian di RB Kartini Surabaya dari 44 responden hampir
setengahnya yakni 12 ibu (27,27 %) memiliki pengetahuan kurang, tidak
memberikan ASI Eksklusif. Dan hampir setengahnya yakni 14 ibu (31,82 %)
tidak mendapatkan partisipasi dari suami, tidak memberikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan uji statistik Chi-Square 2 hitung, pengetahuan ibu (7,80),
partisipasi suami (8,40), 2 tabel (5,99). Oleh karena 2 hitung > 2 tabel
sehingga H1 diterima.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir
setengah responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang
pemberian ASI Eksklusif, hampir setengah responden tidak mendapatkan
partisipasi dari suami, sebagian besar responden tidak memberikan ASI
Eksklusif pada bayinya dan ada hubungan antara pengetahuan ibu dan
partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif. Saran kepada bidan
adalah untuk menambah frekuensi penyuluhan mengenai pentingnya
pemberian ASI Eksklusif dan partisipasi suami, sebaiknya suami selalu
mendampingi ibu sejak melakukan pemeriksaan antenatal, persalinan dan
nifas.
Kata Kunci: Pengetahuan, Partisipasi, ASI Eksklusif

PENDAHULUAN

Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta juta ibu di seluruh


dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI.
Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan
hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. (Roesli Utami, 2005 ; Hegar,
Badriul.dkk, 2008).
Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang
harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua
zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi.
ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap berbagai penyakit. Apabila
bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga
membantu pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut
penelitian, anak anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual
Quotient) lebih rendah 7 8 poin dibandingkan dengan anak anak yang
diberi ASI secara eksklusif. Karena didalam ASI terdapat nutrien yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali
terdapat pada susu sapi, antara lain: Taurin, Laktosa, DHA, AA, Omega-3, dan
Omega-6 (Harms Way, 2002 ; Yuliarti, Nurheti, 2010)
Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun upaya
meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI Eksklusif masih diperlukan karena
pada kenyataannya praktik pemberian ASI Eksklusif belum dilaksanakan
sepenuhnya. Penyebab utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan
pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum
sepenuhnya mendukung program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PPASI), gencarnya promosi susu formula, rasa percaya diri ibu masih kurang,
rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan dirinya
(Depkes RI, 2005. Roesli, 2008).
Sebagai gambaran data pemberian ASI berdasarkan SDKI 2007, Angka
Cakupan ASI Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,30% (SDKI 2007), masih
jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38%. Sementara itu, saat ini jumlah bayi di
bawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,70% pada tahun
2002 menjadi 27,90% pada tahun 2007 (SDKI 2007).
Pencapaian ASI Eksklusif di Jawa Timur masih rendah dan mengalami
penurunan setiap waktu. Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui
bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2010
sebesar 30,72% dan yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebesar 69,28%.
(Profil Kesehatan Jawa Timur 2009).
Pencapaian ASI Eksklusif di Kota Surabaya masih rendah dan mengalami
penurunan setiap waktu. Berdasarkan data dari Puskesmas di Surabaya
diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Kota Surabaya
tahun 2010 sebesar 26,90% dan yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebesar
73,10% (Profil Kesehatan Jawa Timur 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret
2012 kepada 20 ibu nifas diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI
Eksklusif di RB Kartini bulan Maret 2012 sebesar 10% dan yang tidak
mendapat ASI Eksklusif sebesar 90%. Serta 90% ibu tidak memberi ASI
Eksklusif karena tidak ada partisipasi dari suami.

Bila dibandingkan dengan target pada Standart Pelayanan Minimal (SPM)


di Kabupaten/Kota, di mana target pencapaian ASI Eksklusif adalah 80%
pada tahun 2010 (Kepmenkes, 2004), juga berdasarkan target Indonesia
Sehat 2010 bahwa persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah 80%
(Depkes, 2003), maka pencapaian di Kota Surabaya tersebut masih sangat
rendah.
Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan
masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui
secara eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono,
1992). Ternyata rendahnya pencapaian ASI Eksklusif tersebut terkait dengan
peran suami yang memiliki andil yang cukup besar dengan kondisi psikis ibu
menyusui. Bentuk dukungan yang dapat diberikan antara lain menemani istri
ketika sedang menyusui, ikut merawat bayi. Memberikan kata kata
pujian/pemberi semangat sehingga istri terus merasa percaya diri.
Rendahnya angka pencapaian tersebut tentu saja perlu mendapat
perhatian karena kontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya
manusia dimasa mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka
kesakitan maupun angka kematian di Jawa Timur, khusunya di Kota
Surabaya.
Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan
kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eskklusif yang dipelopori oleh World
Health Organization (WHO). Dahulu pemberian ASI Eksklusif berlangsung
sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI
Eksklusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan (Tedjasaputra, 2007).
Bahkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih
banyak atau ketika anak sudah tidak mau lagi minum ASI.
Berdasarkan paparan diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengetahuan ibu dan partipasi suami dalam upaya pemberian ASI Eksklusif
di RB Kartini Surabaya, sehingga diharapkan dapat menyusun perencanaan
guna meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif berdasarkan target pencapaian
Standart Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota di masa yang akan
datang, serta menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kota Surabaya.
Berdasarkan latar belakang maka penulis menetapkan rumusan masalah
pada penelitian ini yakni Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dan
partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif ?,
sehingga perlu diadakan penelitian dengan judul Hubungan antara
pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif di RB
Kartini Surabaya.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara
pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif di RB
Kartini Surabaya. Dan tujuan khususnya: 1) Mengindentifikasi pengetahuan
ibu tentang ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya. 2) Mengindentifikasi
partisipasi suami tentang ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya. 3)
Mengindentifikasi pemberian ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya. 4)
Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

Eksklusif di RB Kartini Surabaya. 5) Menganalisis hubungan partisipasi suami


dengan pemberian ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penerimaan rasa dan raba. (Soekidjo N., 2007 ).
Menurut Soekidjo N. (2007) mengemukakan bahwa pengetahuan yang
dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know), adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima.
2.
Memahami (Comprehention), adalah kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisa (Analisys), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
stuktur organisasi tersebut.
5. Sintesis (Synthesis), adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6.
Evaluasi (Evaluation), adalah suatu kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Menurut Soekidjo N. (2007) cara yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1.
Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis.
2.
Cara Modern atau Cara Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini
lebih sistematik, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah
atau lebih popular disebut metode penelitian. Dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan
membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
obyek penelitian.
Menurut Soekidjo N. (2007) ada enam faktor yang mempengaruhi
diperolehnya pengetahuan yaitu :
1.
Usia.

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan,
persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai
dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam
pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun
dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam
menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35
tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu
sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan
pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan,
persalinan dan nifas (Arini H, 2012).
2.
Pendidikan.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya
pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah,terutama dalam pemberian
ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal.
Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan
kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk
ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan
menjadi pengetahuan (Arini H, 2012).
3.
Intelegensia.
Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah dimana seseorang
dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil keputusan.
4.
Pekerjaan.
Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan untuk bekerja
membantu ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu memilih bekerja di luar
rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya,
akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan diberikan melalui
botol, menyebabkan frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi ASI
akan menurun. Keadaan ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI.
Jadi, seorang ibu yang bekerja kemungkinan menyusui bayinya secara
eksklusif menurun drastis.
5.

Pengalaman.
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak maka
pengetahuannya akan lebih luas pula.
6.
Penyuluhan.
Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui metode penyuluhan.
Dengan pengetahuan yang bertambah seseorang akan dapat mengubah
perilakunya.
7.
Media massa
Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media
massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang
inovasi baru.
8.
Sosial Budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran


apakah yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya.
Untuk menghitung persentase pengetahuan menurut Nursalam (2003)
menggunakan rumus :
Keterangan : P = Persentase
F = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
Setelah persentase diketahui, kemudian di interpretasikan pada kriteria
1. Jawaban benar 76% - 100% : Baik
2. Jawaban benar 56% - 75%
: Cukup
3. Jawaban benar <56 span="">
: Kurang
Konsep Partisipasi
Mardikanto (2003), mengatakan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan
seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.
Menurut Budiasih (2008) dukungan ayah sangat penting dalam
suksesnya menyusui, terutama untuk ASI. Ayah semestinya menguatkan
motivasi ibu agar menjaga komitmen dengan ASI. Jangan mudah tergoda
dengan susu formula atau makanan lainnya. Ayahlah yang menjadi benteng
pertama saat ibu mendapat godaan yang kadang datang dari keluarga
terdekat, orang tua, atau mertua. Ayah juga harus membantu secara teknis
seperti mengantar kontrol ke dokter atau bidan, menyediakan makanan ibu
yang bergizi, hingga memijit ibu yang biasanya cepat lelah sejak hamil tua.
Badan yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan
kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik. Dalam kesempatan lain
ayah juga dapat menjadi the breastfeeding father.
Adapun manfaat pemberian ASI bagi ayah menurut Roesli (2004),
diantaranya yaitu:
1.
Ekonomis. ASI akan sangat mengurangi pengeluaran untuk membeli susu
formula serta perlengkapan untuk membuatnya, tetapi juga biaya kesehatan
untuk si bayi. Bayi ASI eksklusif telah dibuktikan hampir tidak pernah sakit
dibanding dengan bayi yang diberi susu formula, terutama di negara
berkembang seperti Indonesia.
2.
Praktis dan tidak merepotkan, karena tidak perlu membuat susu formula di
malam hari dan tidak harus mencari warung atau toko yang buka pada
tengah malam daat kehabisan persediaan susu.
3.
Kalau berpergian dengan bayi. ASI eksklusif akan mudah dan tidak perlu
repot membawa bermacam macam peralatan menyusui.
Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan sang ayah adalah
dukungan yang paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam
keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ayah cukup memberikan dukungan
secara emosional dan bantuan bantuan yang praktis.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1.
2.
3.
4.

Untuk membesarkan seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain


menyusui, seperti menyendawakan bayi, mengendong dan menenangkan
bayi yang gelisah, mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan
jalan di taman, memberikan ASI perah, dan memijit bayi. Kecuali menyusui,
semua tugas tadi dapat dikerjakan oleh ayah.
Kini banyak para ayah yang ingin berperan dalam perawatan bayinya,
meskipun pada umumnya mereka hanya memiliki waktu yang sangat
terbatas. Mungkin para ayah hanya memiliki waktu pada sore hari atau pada
akhir minggu saja. Di samping keterbatasan waktu, beberapa ayah kadang
merasa canggung untuk ikut merawat bayinya sehingga merasa terhambat
untuk berperan. Agar seorang ayah tidak segan untuk memulai peran
merawat bayinya, dorongan ekstra pada ayah sangat diperlukan.
Beberapa cara ayah menyusui membesarkan bayinya atara lain :
Setia saat, siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan
digendong ke ibunya yang disusui.
Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling tepat
adalah dengan mengendong tegak kemudian perut bayi diletakkan pada
pundak ayahnya.
Ganti popoknya sebelum atau sesudah bayinya menyusu.
Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan
ayahnya.
Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara mengendong, menepuk
menepuk nepuk, atau mengoyang goyang tempat tidur goyangnya.
Sekali kali memandikan bayi atau bila sudah sedikit lebih besar mandilah
bersama sama.
Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat mendengar detak
jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.
Biasakan memijat bayi Anda sejak baru lahir, bila mungkin sehari dua kali.
Untuk menghitung persentase partisipasi menurut Budiarto (2001)
menggunakan rumus :
Keterangan : P = Persentase
F = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
Setelah persentase diketahui, kemudian di interpretasikan pada kriteria
Jawaban benar 76% - 100% : Sangat Setuju
Jawaban benar 51% - 75% : Setuju
Jawaban benar 26% - 50% : Kurang Setuju
Jawaban benar <25 font="" setuju="" tidak="">
Konsep ASI Eksklusif
ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa tambahan
cairan atau makanan lain. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan
sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama
kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI

Eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama sama dengan makanan


padat setelah bayi berumur 6 bulan (Roesli, 2007).
Pencapaian pemberian ASI Eksklusif yang rendah tersebut ternyata
disebabkan berbagai faktor. Salah satunya adalah rendahnya pengetahuan
ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Selain itu, kurangnya kepedulian
dan dukungan suami, keluarga dan masrakat untuk memberikan kesempatan
kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif (Supari, 2006); Kuntari dan
Rachmawati, 2006; Marjono, 1992). Hal ini njuga menurut UNICEF (1993),
dukungan suami dalam pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir sangatlah
penting. Ayah dapat sebagai sumber utama dalam mendukung (support)
dalam pemberian ASI kepada bayi baru lahir. Hal ini perlu kuga didiskusikan
dengan anggota keluarga yang salah satunya adalah suami sebagai kepala
keluarga tentang kebutuhan ibu dalam proses kelahiran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik, berdasarkan waktunya cross
sectional. Populasi penelitian 163 ibu nifas. Sampel diambil dengan teknik
simple random sampling sejumlah 44 bufas. Variabel independen
pengetahuan ibu dan partisipasi suami, dan variabel dependen pemberian
ASI Eksklusif. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data
menggunakan uji statistik Chi Square ( 2 ) dari pearson, a = 0,05. Apabila 2
hitung > 2 tabel, H0 ditolak dan H1 diterima, simpulannya ada hubungan
antara pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI
Eksklusif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan Ibu
Dari 44 ibu hampir setengahnya 21 ibu (47,73 %) mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang ASI Eksklusif. Menurut teori, Hal ini dapat
dilatarbelakangi pendidikan SD dan SMP disamping itu juga tidak pernah
mendapatkan informasi dan memiliki pengalaman sama sekali dalam
pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dapat diperkuat oleh Soekidjo N. (2005)
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan.
Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk
memberikan informasi dan motivasi serta meningkatkan pengetahuan ibu
bekerja tentang prinsip pemberian ASI Eksklusif baik secara langsung,
maupun tidak langsung. Pemberian secara langsung sudah jelas dengan cara
menyusui sedangkan pemberian ASI secara tidak langsung dilakukan dengan
cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya untuk kemudian
diberikan pada bayi. Dan hal yang perlu diupayakan juga adalah adanya
peraturan Pemerintah yang mengatur agar kantor-kantor atau pihak
Perusahaan menyediakan Taman Penitipan Anak (TPA) agar ibu selalu dekat
dengan bayinya dan dapat memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
atau bila memungkinkan, bisa disediakan fasilitas pojok laktasi yaitu tempat
untuk memeras ASI. Karena menyusui sebenarnya tidak saja memberi
kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara

fisik saja, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil,
perkembangan spiritual yang baik, serta perkembangan sosial yang lebih
baik (Roesli, 2005).
Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Dari 44 ibu hampir setengahnya yakni 20 ibu (45,45 %) tidak
mendapatkan partisipasi dari suami.
Menurut Roesli (2005) bahwa, dari semua partisipasi bagi ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif, partisipasi suami adalah partisipasi yang paling
berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian
ASI khususnya ASI eksklusif.
Masih ditemukannya partisipasi suami yang kurang pada ibu meneteki
di masyarakat seperti dari 44 ibu sebagian kecil tidak mendapatkan
partisipasi dari suami dikarenakan kepuasan peran masing-masing dalam
rumah tangga kurang. Kepuasan tersebut kurang karena kebanyakan istri
juga bekerja. Ada semacam kompetisi antara suami dan istri tersebut. Istri
yang juga bekerja mungkin berpikir bahwa dirinya kuat dan bisa mencari
nafkah sendiri tidak tergantung pada suami.
Pemberian ASI Eksklusif
Dari 44 ibu sebagian besar yakni 23 ibu (52,27 %) tidak memberikan
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
Menurut Hegar dan Roesli (2005) pendidikan dan usia mempengaruhi
pola pikir pemahaman ibu. Pemahaman ibu mengenai tata laksana laktasi
yang benar meliputi pentingnya memberikan ASI, posisi menyusui yang
benar, cara mengeluarkan ASI yang benar menjadi salah satu faktor
pemberian ASI. Semakin rendah pendidikan dan kurangnya pengetahuan
maka semakin kurang frekuensi meneteki bayi.
Pekerjaan atau tuntutan ekonomi bukanlah alasan pokok seorang ibu
untuk tidak memberikan ASI pada bayinya. Karena masih ditemukan pula ibu
yang bekerja memberikan ASI pada sang buah hatinya. Alasan pekerjaan
yang membuat ibu tidak memberikan ASI pada sang buah hati dikarenakan
frekuensi bertemunya ibu dan sang buah hati berkurang. Sehingga ibu tidak
sempat memberikan ASI nya pada sang buah hati. Sebagian ibu yang
bekerja tentunya masih bisa memberikan ASI Eksklusif terhadap bayinya, ibu
bisa memberikan ASI nya kepada sang buah hati dengan cara memerah ASI
sebelum ibu berangkat bekerja dan menyimpannya di dalam lemari es agar
tahan lama. Dengan begitu ibu tidak ada alasan lagi untuk tidak memberikan
ASI Eksklusif kepada sang buah hati saat ibu harus bekerja.
Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari 44 responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar
23 responden (52,27 %) tidak memberikan ASI.
Menurut teori, Hal ini sejalan dengan pendapat Soekidjo N. (2005) yang
mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan

ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif,
maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya, begitu juga
sebaliknya.
Salah satu kondisi yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI
eksklusif adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat dibidang
kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui
secara eksklusif. Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha
untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif, dukungan Dokter, Bidan, Petugas kesehatan lainnya atau kerabat
dekat sangat dibutuhkan terutama untuk ibu yang baru pertama menyusui
dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang pertama kali menyusui,
pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif belum berpengalaman
dibanding dengan ibu yang sudah menyusui anak sebelumnya. Usaha
usaha tersebut dapat diberikan melalui penyuluhan, konseling dan
pendampingan.
Hubungan antara Partisipasi Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari 44 ibu yang mendapatkan partisipasi sangat setuju dari suami
sebagian besar 24 ibu (54,55 %) memberikan ASI. dari 20 responden yang
tidak mendapatkan partisipasi dari suami ada hampir setengahnya yakni 14
responden (31,82 %) tidak memberikan ASI Eksklusif pada sang buah hati.
Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk
meningkatkan partisipasi suami terhadap pemberian ASI eksklusif dengan
cara melibatkan dan mengikutsertakan suami mulai dari pemeriksaan
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan sampai dengan mengurus sang
buah hati. Seperti halnya program pemerintah yang menyuarakan tentang
adanya suami sigap, siap dan tanggap kapan pun mendampingi istri dalam
mengahadapi persalinan sampai dengan mengurus kelahiran bayi, merawat
dan membesarkan sang buah hati.

1.
2.
3.
4.
5.

SIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
Hampir setengahnya ibu mempunyai pengetahuan yang kurang tentang
pemberian ASI Eksklusif
Hampir setengahnya tidak mendapatkan partisipasi dari suami
Sebagian besar ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.
Ada hubungan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif.
Sehingga disarankan: 1) Bagi Peneliti Selanjutnya, Saran yang
diperuntukkan bagi peneliti selanjutnya yakni melakukan penelitian tentang
hubungan pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI
Eksklusif yang jumlah sampelnya lebih banyak dan ruang lingkup penelitian
lebih luas serta meneliti faktor-faktor lain yang terkait dengan pemberian ASI
eksklusif misalnya ekonomi, pola pikir atau pengetahuan, kondisi fisik ibu
dan bayi, peran tenaga kesehatan dan lain sebagainya.

2)

Bagi Institusi Pendidikan, Saran yang diperuntukkan bagi Institusi Pendidikan


yakni menambah literatur di perpustakaan tentang teori pengetahuan ibu
dan dukungan atau motivasi pada ibu menyusui dan pemberian ASI untuk
mempermudah mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
3) Bagi Bidan di RB Kartini Surabaya, Saran yang diperuntukkan bagi bidan
adalah sebagai berikut.
1.
Menambah frekuensi penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI
Eksklusif, pengetahuan ibu dan partisipasi dari suami.
2.
Mengikutsertakan suami klien untuk selalu mendampingi istri pada saat
pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, N.U., 2004. Ayah Menyusui, Cermin Kesetaraan Gender. Jakarta:
Penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga
Amiruddin, R. dan Rostia, 2007. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan Di Keluarahan Pabaeng-Baeng Makassar
Tahun 2006. Bagian Epidemiologi FKM Unhas. http://www.google.com.
Diakses tanggal 2 Maret 2012.
Anonymous, 2006. Hanya 3,7% Bayi Memperoleh ASI. http://www.depkes.go.id.
Diakses tanggal 2 Maret 2012.
Arini, 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui ?. Yogyakarta. Flash Books
Aziz Alimul Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Budiarto. 2001. Pengantar Statistika. Jakarta
Budiasih, Kun Sri. 2008. Handbook Ibu Menyusui. Bandung: PT. Karya Kita
Depkes, 2005. Manajemen Laktasi; Buku Panduan bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2010. Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun
2010. Diakses tanggal 2 Maret 2012.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2010. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur
Tahun 2010. Diakses tanggal 2 Maret 2012

Harms Way, 2002. Why Breast-Feeding is Stilll Best for Baby. Greater Boston
Physicians for Social Responsibility (GBPSR): http://wwwigc.org/psr/. Diakses
tanggal 7 Maret 2012
Kepmenkes, 2004. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan RI., Nomor
1091/MENKES/SK/X/2004, Tentang Petunjuk Teknis Standart Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Jakarta:Sekjen. Depkes. RI.
http://www.depkes-RI.org. Diakses tanggal 6 Maret 2012.
Mamik. 2011. Metode Penelitian Kesehatan dan Kebidanan. Surabaya: Prins Media
Publishing

71
Menon, P., Akhtar, N. and Habicht, J., 2001. An Ethnographic Study of the
Influences on Maternal decision-Making about Infant Feeding Practices
in Rural Bangladesh. Antwerp Belgium: Proceedings of the International
Colloquium. D/2002/0450/1:175-190. Diakses tanggal 10 Maret 2012.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Prasetyono, Dwi Sunar, 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press
(Anggota IKAPI)
Roesli, 2004. Inisiasi Menyusui Dini. Plus ASI Eksklusif. Cetakan I. Jakarta: Pustaka
Bunda
Roesli U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif, Trubus agriwidya, Jakarta
Roesli U., 2007. Mengenal ASI Eksklusif, Trubus agriwidya, Jakarta
Roesli, 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Plus ASI Eksklusif. Cetakan I. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Soekidjo N., 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Soekidjo N., 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Soekidjo N., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Soetomo, 2006. Pembangunan Masyarakat. Cetakan I. Pustaka Pelajar.

Suharsimi A. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi


Cetakan 12. Jakarta:
Suharsimi A. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi
Cetakan 14. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Suradi
R.,
2004.
Ibu
Berikan
ASI
Eksklusif
Baru
http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 10 Maret 2012.

Dua

Persen.

Tedjasaputra, M.S., 2007. Pemberian ASI Eksklusif: Suatu Tinjauan dari Sudut
Psikologi. http://www.pontianak-post.com. Diakses tanggal 12 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai