Anda di halaman 1dari 5

BERTOBAT DARI DOSA




















Sidang jumaat yang berbahagia
Pada hakekatnya tak ada penyejuk yang benar-benar menyegarkan, dan tak ada obat
yang paling mujarab selain taqwa kepada Allah. Hanya taqwa kepadaNyalah satu-satunya
jalan keluar dari berbagai problem kehidupan, yang mendatangkan keberkahan hidup, serta
menyelamatkan dari adzab-Nya di dunia maupun di akhirat nanti, karena taqwa jualah
seseorang akan mewarisi Surga Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Tsa'labah bin Abdurrahman, adalah salah seorang sahabat Rasulullah, yang selalu
mendampingi dan membantu Rasulullah. la bermukim di kota Rasul, Madinah alMunawarah. Pada suatu hari, ia berjalan-jalan di sekitar kota kediamannya itu. Tiba-tiba, ia
melihat sebuah pintu rumah penduduk terbuka. Dari pintu itu, ia melihat seorang wanita
yang sedang mandi di dalam rumah tersebut. Kemudian iapun sadar bahwa perbuatannya
itu adalah dosa. La semakin bertambah takut, kalau-kalau sebab perbuatannya itu wahyu
Allah turun dan memberitahukan kepada Rasulullah. Jika itu terjadi, betapa malunya ia
melihat Rasulullah nanti.
Untuk menghindari hal tersebut, maka ia mengambil keputusan untuk pergi menjauh
dari kota Madinah. Ditinggalkannya semua keluarga dan sahabatnya, demikian pula dengan
orang yang paling dicintainya, Rasulullah saw. la pun tinggal di salah satu tempat
persembunyian.
Sudah empat puluh hari Tsa'labah menghilang dari Madinah. Para sahabat mulai
bertanya-tanya. Begitu juga Rasulullah saw. Kemudian datanglah Jibril kepada Rasulullah
dan memberitahukan: "Hai Muhammad, Allah mengucapkan salam untukmu dan

memberitahukan bahwa umatmu yang menghilang itu berada di sebuah gunung di sana.
Umatmu itu terus meminta perlindungan kepada Allah dari siksaan Jahannam."
Setelah menerima berita dari Jibril itu Rasulullah langsung mengutus Umar bin
Khattab dan Salman al-Farisy untuk menemui Tsa'labah dan mengajaknya kembali ke
Madinah.
Merekapun kemudian berangkat mencari tempat yang ditunjukkan oleh Rasulullah di
luar kota Madinah. Setelah mencari ke sana sini, mereka bertemu dengan seorang yang
sedang menggembala ternaknya. Kebetulan, Umar bin Khattab telah mengenalnya dan
mengetahui namanya, Zufafah. Umar bertanya kepadanya. "Apakah engkau melihat
pemudayang berada di sekitar daerah ini?"
Zufafah menjawab. Ya! Mungkin yang Anda maksudkan adalah orang yang lari dari
neraka jahanam itu?"
"Dari mana Anda mengetahui bahwa ia melarikan diri dari jahanam? Umar
melanjutkan pertanyaannya.
"Biasanya pada tengah malam ia datang dari arah sini, tangannya diletakkan di atas
kepalanya. la menangis dan mernekik sambil berseru: "Ya Allah. Alangkah baiknya jika
Engkau mencabut nyawaku ini," jawab Zufafah.
"Benar! Dialah yang kami cari!" kata Umar.
Zufafah menyarankan Urnar dan Salman agar mereka menunggu saat-saat yang
biasanya Tsa'labah keluar dari persembunyiannya. Akhirnya, seperti biasa, Tsa'labah keluar
dan berseru dengan suara keras: "Ya Allah! Seandainya Engkau mencabut nyawaku ini?"
Umar lalu mendekatinya. Setelah dekat benar dan saling mengetahui, Umar memulai
pembicaraannya. "Saya Umar bin Khattab"
Mendengar itu, Tsa 'labah kepada Umar."Tahukah Rasulullah dosa yang telah
kuperbuat?" "Saya tidak tahu. Tetapi, kemarin RasuluIIah menyebutmu dengan penuh kasih
sayang dan kelembutan. la yang menyuruh saya datang menemuimu di sini agar kita samasama kembali ke Madinah,"
"Baiklah Umar. Kalau itu yang di kehendaki oleh Rasulullah saw. Tetapi, dengan syarat
kita menemui beliau ketika ia sedang shalat atau ketika iqamat, sesaat sebelum shalat
dimulai," Tsa 'labah memberi syarat. "Baiklah," jawab Umar.
Akhirnya merekapun berangkat bersama-sama kembali ke Madinah. Ketika mereka
tiba di Masjid Rasul, para sahabat sedang melaksanakan shalat dan Rasulullah saw sebagai
imamnya. Ketika Tsa'labah mendengar ayat-ayat yang dibaca Rasulullah, iapun jatuh
tersungkur.
"Ini orangnya ya Rasululallah," seru Umar.
"Bukankah telah kuajarkan kepadamu ayat-ayat penghapus dosa?" kata Rasulullah.
"Benar, wahai Rasulullah," jawab Tsa'labah.

"Bacalah, "seru Rasulullah. "Ya Allah! Bahagiakanlah aku hidup di dunia dan
bahagiakanlah aku hidup di akhirat serta lepaskanlah aku dari siksaan azab-Mu," lanjut
Rasul.
"Dosaku lebih besar dari itu, ya Rasulullah!" sela Tsa 'labah.
"Tidak! Firman Allah itulah yang lebih agung dan lebih mulia," kata Rasulullah.
Kemudian Rasulullah menyuruh Tsa'labah agar ia kembali ke rumahnya semula.
Tsa'labah pun menuruti apa yang diperintahkan Rasulullah.
Tak lama setelah di rumah, Tsa'Iabah menderita sakit. Setelah tiga hari ia sakit,
Salman memberitahukannya kepada Rasulullah. Mendengar itu segeralah Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya yang ada ketika itu bersama-sama pergi mengunjungi Tsa'labah. Setiba
di sana, Rasulullah memegang kepala Tsa'labah. Tsa'labah lalu menarik kepalanya dan
meletakkannya pada pangkuan Rasulullah saw.
"Mengapa engkau turunkan kepalamu pada pangkuanku?" tanya Rasulullah kepada
Tsa'labah.
"Hai Rasulullah! Sebenarnya kepalaku ini tidaklah pantas berada di atas pangkuanmu,
sebab kepalaku telah penuh dosa!" Jawab Tsaiabah.
"Dari mana engkau tahu?" tanya Rasulullah.
"Terasa laksana semut yang menjalar di tulang dan kulitku ini," jawab Tsa 'labah.
"Jadi apa yang engkau inginkan, wahai Tsa'labah?" tanya Rasulullah saw. lagi.
"Pengampunan Allah!" jawab Tsa' labah singkat.
Beberapa saat setelah kalimat itu Tsa'labah pun agak memekik. la menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Rasulullah segera memandikan, mengkafani dan menshalatkan Tsa'labah yang telah
menjadi mayat. Selain itu, Rasulullah turut pula mengusung keranda jenazah Tsa'labah
hingga ke pemakaman, tempat peristirahatannya yang terakhir. Ketlka mengusung keranda
Tsa'labah, sahabat-sahabat melihat Rasulullah berjalan terjingkat-jingkat, Rasulullah terlihat
seperti kesusahan jalan. Lalu seorang sahabat bertanya: "Tadi, kami lihat engkau seperti
susah jalan ketika memikul jenazah Tsa'labah. Apa yang menyebabkan hal itu, hai
Rasulullah"
"Ketika aku memikut jenazah Tsa'labah tadi, hampir aku tidak blsa menjejakkan kaki
ke tanah, disebabkan banyak dan padatnya malaikat-malaikat yang turut mengusung dan
mengiringi jenazahnya," jawab Rasulullah.
Akhirnya, kehidupan Tsa'Iabah diakhiri dengan taubat dan pengampunan dari Allah.
Subhanallah
Lantas.. apakah kita akan terus menambah dosa-dosa kita?
Apakah kita pantas mengungkit kebaikan yang belum tentu diterima Allah, dan
melupakan dosa-dosa yang telah kita lakukan?

Mari kita merenung sejenak, meraba diri, mengenal diri, dan akhirnya kita bisa kembali
kepada kasih sayang Allahu rabbi..
Selagi kita bisa, selagi nyawa masih ada
Selagi mampu, selagi ada waktu..
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu











Khutbah Kedua









.









.

.












.



























.





Jumat, 27 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai