Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Steroid adalah sebuah kelas tanaman metabolit sekunder. Steroid
merupakan senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang merupakan
hasil reaksi dari turunan terpena atau squalena (Hanani et al., 2005).
Steroid merupakan hasil modifikasi triterpenoid tetrasiklik. Struktur
kolesterol dapat dianggap sebagai struktur dasar steroid, tetapi modifikasi
lebih lanjut pada rantai samping menghasilkan struktur yang bervariasi seperti
steroid estrana, androstana, pregnana, kholana, kolestana, ergostana,
kampetana, stigmastana dan poriferastana. Mirip dengan triterpenoid, steroid
juga banyak ditemukan dalam bentuk saponin. Diosgenin merupakan saponin
steroid yang dihasilkan pada hidrolisis saponin komplek disokin yang
terdapat

pada

tanaman

Dioscorea.

Diosgenin

mengandung

struktur

yamogenin yang menjadi kerangka dasar pada sintesis obat steroid. Akar
tanaman disogenin sudah lama digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan
yang berhubungan dengan menopause. Hekogenin terdapat pada Agave
silsana. Spesies agave selain merupakan sumber saponin steroid juga dikenal
karena hasil fermentasinya yang menghasilkan tequila.
Steroid juga dikenal sebagai senyawa hormon. Salah satu golongan
steroid merupakan hormon seksual yang diproduksi di kelenjar kelamin yang
berfungsi mengendalikan pertumbuhan serta perkembangan organ seksual.
Golongan lain

hormon steroid adalah kortikosteroid yang berhubungan

dengan metabolisme protein dan karbohidrat. Biosintesis steroid berasal dari


modifikasi lanosterol. Steroid awalnya diisolasi dari manusia (urine wanita
hamil), namun karena jumlahnya yang sangat

sedikit seiring dengan

perkembangan teknik sintesis kimia maka kebanyakan hormon steroid


sekarang adalah hasil sintesis. Terpenoid saponin alam merupakan bahan
dasar yang cukup melimpah untuk digunakan sebagai bahan sintesis steroid
seperti diosgenin, hekogenin, stigmasterol bahkan kolesterol (Raharjo, 2013).
B. Tujuan
1. Mengetahui sifat fisika kimia senyawa steroid.
2. Mengetahui cara pengujian fitokimia senyawa steroid.
3. Mengetahui metode ekstraksi senyawa steroid.
4. Mengetahui metode isolasi senyawa steroid.
5. Mengetahui efek farmakologi senyawa steroid.
6. Mengetahui kandungan kimia (senyawa steroid) pada tanaman.

BAB II
PEMBAHASAN

1. SIFAT FISIKA KIMIA


Steroid mempunyai kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umum
steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B dan C

beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan lima.


Perhatikan Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka dasar steroid dan penomorannya (Hanani et al., 2005).


Squalena merupakan prekursor steroid awalnya diisolasi dari liver
ikan hiu (Squalus sp.) dan juga ditemukan pada liver mamalia. Siklisasi
squalena terjadi melalui intermediet squalena oksida. Siklisasi squalena
menghasilkan terpenoid pentasiklik dan tetrasiklik. Modifikasi struktur
tetrasiklik diantaranya membentuk senyawa steroid. Proses siklisasi
triterpenoid seperti halnya siklisasi terpena yang lain melibatkan migrasi
metil dan hidrida melalui penataulangan Wagner-Meerwein. Terdapat tiga
kerangka karbon utama triterpenoid pentasiklik, yaitu -amirin, -amirin dan
lupeol, sedangkan untuk tetrasiklik terdapat dua kerangka karbon masingmasing lanosterol dan sikloartenol (Raharjo, 2013).
Perbedaan tingkat kepolaran senyawa steroid Dinan et.al (2001) :
Sifat
Non polar
Semi polar
Polar sangat polar

Contoh
Brassinosteroids, bufadienolides, cardenolides,
vertebrate-type steroids.
Brassinosteroids, cucurbitacins, ecdysteroids, steroidal
alkaloids, withanolides.
Brassinosteroids, cardenolides, ecdysteroids, steroidal
saponins.

2. PENGUJIAN FITOKIMIA
a. Uji Reaksi Warna
Sebanyak 1 ml ekstrak kental tanaman patikan kebo (Euphorbiae
hirtae)dari

pelarut

metanol,

heksan,

kloroform

masing-masing

dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah dengan asam asetat

anhidrat dan asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna biru atau hijau
menandakan adanya steroid. Jika terbantuk warna ungu atau jingga
menandakan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).
b. Uji Kromatografi Lapis Tipis
Uji steroid dengan KLT menggunakan n-heksan : etil asetat (4:1)
sebanyak 5 mL. n-heksan diambil sebanyak 4 mL dan etil asetat
sebanyak 1 mL. Kemudian masing-masing dimasukkan dalam chamber
dan dicampur hingga homogen (Budji, 2011).

3. METODE EKSTRAKSI
Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi. Maserasi
merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang
digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan
antara di dalam dan di luar sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang ada
dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstrasi senyawa
akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan (Lenny,
2006). Proses ini dilakukan beberapa kali dan ekstrak kemudian disatukan
lalu diuapkan dengan menggunakan penguap putar vakum (Markham, 1988).
Setelah dilakukan proses ekstraksi, tahap isolasi selanjutnya adalah analisis
senyawa dengan menggunakan beberapa jenis kromatografi.
Contoh cara ekstraksi yang digunakan yaitu berdasarkan pada
penelitian mengenai isolasi senyawa steroid pada skripsi dengan judul
Isolasi dan identifikasi senyawa steroid dari buah mahkota dewa (phaleria

macrocarpa) oleh Astri Rahayu, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas


Lampung, dan pada jurnal dengan judul Isolasi dan Identifikasi Glikosida
Steroid dari Daun Andong (Cordyline terminalis Kunth) oleh N.W
Bogoriani, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran :
- Sebanyak 1500 gram buah mahkota dewa yang telah
dihaluskan,dimaserasi 3 kali dengan menggunakan etil asetat (EtOAc)
masing-masing selama 1x24 jam. Ekstrak etil asetat yang diperoleh
disaring kemudian dipekatkan dengan menggunakan penguap putar
-

vakum pada suhu 45o-50oC dengan laju putaran 120-150 rpm.


Serbuk kering daun andong kira-kira 0,5 kg diekstraksi dengan cara
maserasi selama 24 jam menggunakan pelarut n-heksana untuk
mengekstraksi lipid. Selanjutnya residu dikeringkan pada suhu kamar
sampai bebas n-heksana, ditimbang, kemudian dimaserasi dengan
metanol dengan cara berulang-ulang sampai terekstraksi sempurna,
kemudian diuapkan. Adapun proses ekstraksi dengan dua pelarut ini
dilakukan untuk memisahkan semua komponen baik polar maupun non
polar dari cuplikan, sehingga mempermudah pemisahan selanjutnya.
Ekstrak kental dari metanol adalah 85 g. Hasil penapisan fitokimia
terhadap ekstrak metanol kental diperoleh bahwa daun Andong
mengandung saponin dan steroid.

4. METODE ISOLASI
Metode utama isolasi senyawa steroid menurut Dinan et. al (2001)
dapat dilakukan melalui ekstraksi pelarut/ partisi diikuti dengan kromatografi
kolom, dan TLC/ HPLC. Pada makalah ini, kami membahas penelitian
mengenai isolasi senyawa Steroid pada jurnal yang berjudul Isolasi dan

Identifikasi Glikosida Steroid dari Daun Andong (Cordyline terminalis


Kunth) oleh N.W Bogoriani, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana,
Bukit Jimbaran.
Ekstrak kental metanol yang diperoleh dipartisi antara air dan nbutanol, kemudian fraksi n-butanol diuapkan, dicuci dengan dietileter,
dilarutkan dalam methanol, dan disaring. Filtrat metanol kemudian
ditambahkan dietileter berlebih. Endapan yang terbentuk disaring (Heftmann,
1974). Endapan saponin selanjutnya dipisahkan dan dimurnikan. Proses
pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan kromatografi lapis tipis,
kromatografi kolom dan kromatografi cair kinerja tinggi.
Ekstrak metanol kental seberat 60 g kemudian dipartisi antara air dan
n-butanol (1:1), kemudian masing-masing fraksi dipisahkan dan dipekatkan
sehingga diperoleh fraksi air, dan nbutanol. Masing-masing fraksi kental
diperoleh n-butanol seberat 40,1 g dan air 16,0 g. Fraksi nbutanol kental lebih
banyak mengandung saponin setelah uji fitokimia. Fraksi n-butanol kemudian
dicuci dengan eter, setelah itu dilarutkan dalam methanol, disaring dan
kemudian filtrat methanol ditambah eter berlebih dan endapan disaring.
Endapan saponin yang diperoleh seberat 11,0 g.
Cara deteksi dengan KLT
Setelah

diperlakukan

kromatografi

lapis

tipis

dengan

kloroformmetanol- air (3:1:0,1) eluat ini menghasilkan tiga kelompok fraksi .


Fraksi fraksi B telah menunjukkan satu noda melalui uji kemurnian dengan
KLT menggunakan berbagai eluen. Dari hasil uji busa dan steroid
menunjukkan bahwa fraksi B adalah positif saponin steroid.

Kromatografi Kolom dan KCKT


Fraksi n-butanol yang paling aktif kemudian dipisahkan dengan cara
kromatografi kolom gravitasi dan kromatografi cair kinerja tinggi. Fraksi nbutanol total (tiga gram) dipisahkan pada kolom dengan menggunakan fasa
diam silika gel 60 (70-230 mesh) dan fase gerak kloroform-metanol-air
(3:1:0,1) dan penampak noda asam sulfat 10%) . Hasil kromatografi kolom
gravitasi adalah 50 fraksi (tiap fraksi tiga meliliter).
Analisis fraksi B dilanjutkan dengan KCKT yaitu dengan kolom
YMC ODS-AQ 5mm 120 Ao 250 x 4,6 mm, fasa gerak campuran asetonitrilair-asam asetat (50:50:0,05), menunjukkan ada lima puncak kemudian
dilakukan pemisahan dan pemurnian. Keempat komponen yang dipisahkan
diperoleh berat berturut-turut (4,8 mg; 1,4 mg; 4,0; 7,5 mg dan 4,8 mg). Isolat
mayor (7,5 mg) berupa serbuk putih yang diteruskan untuk analisis dengan
spektrometri massa (SM) dan resonansi magnet proton (RMI-1H).
Cara deteksi dengan Instrument
Metode penapisan saponin dan steroid mengikuti metode yang
dikembangkan oleh Webb (Lajis, 1985). Setelah proses pemisahan dan
pemurnian, isolat murni, selanjutnya dilakukan elusidasi struktur dengan
teknik spektrometri.
Data Spektrometri Massa (MS)

Dari perhitungan ion puncak pada m/z 891 [M + Na]+ dan 869[ M +
H]+ pada spectrum massa terlihat bahwa isolat CT-4 mempunyai berat
molekul 868. Berdasarkan data spectrum spektrometri massa dari isolat yang
mempunyai harga m/z 891 [M + Na]+, 869[ M + H]+ dan data hasil
penggalan fragmen-fragmennya pada harga m/z 727[(M + Na) 164]+,
723[(M + H) 146]+, 705[(M + H) 164]+, dan 413[(M + H) 456]+
menunjukkan bahwa molekul isolate mengikat tiga gula (kemungkinan dua
gula terminal dan satu gula sentral) yang berasal dari metilpentosa dengan
berat molekul masingmasing gula adalah 164 yang terikat pada aglikon.
Data Spektrometri Resonansi Magnet Proton (RMI-1H)
Spektrum resonansi magnet proton dalam pelarut C5D5N (300
MHz) menunjukkan adanya sinyalsinyal proton dari empat gugus metil
steroid pada: d 1,37 ppm (3H, s, 19-H), 1,06 ppm(3H, d, J = 6 Hz, 21-H) dan
d 0,85 ppm (3H, s, 18-H), dan sebuah gugus metil yang terikat pada C25
dengan d 0,66 ppm (doublet, J=6 Hz ), sebuah gugus etilen pada d 5,51 ppm
(1H, br d, J = 5,7 Hz, 6-H) dan muncul sinyal-sinyal proton yang terikat pada
atom C26 pada d 4,13 dan 3,49 ppm (masing-masing 1H, brd, J = 9,3 Hz, dan
9Hz 26a-H dan 26b-H) serta tiga sinyal dari proton anomerik pada d 6,43
ppm (1H, br s, 1-H), 5,56 ppm (1H, br s,1-H) dan 4,57 ppm (1H, d, J = 7,0
Hz, 1-H) memperkuat dugaan bahwa senyawa isolat merupakan saponin
steroid turunan spirostan dengan mengikat tiga gula (diduga dua gula
ramnosa dan satu gula fukosa) dan mempunyai tiga orientasi ikatan glikosidik
(dua orientasi ikatan dua a-L-ramnopiranosida dan satu b-D-fukopiranosida

yang terjadi baik secara antar glikon maupun antar glikon dan sapogenin).
Struktur dari sapogenin steroid spirostan dan tiga gula yang menyusun
glikonnya (dua a-L-ramnopiranosidadan satu b- D-fukopiranosida) diusulkan
seperti pada Gambar 1 berikut :

5. FARMAKOLOGI
Steroid terdistribusi secara luas dalam tanaman dan memiliki
berbagai fungsi. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon (Hanani et
al., 2005). Lanosterol dan sikloartenol merupakan prekursor steroid yang
merupakan senyawa bahan alam yang sangat penting dalam pengembangan
obat. Kelompok steroid ini meliputi hormon, vitamin, saponin dan glikosida
lain.
Salah satu hormon steroid yang sangat penting adalah progesteron.
Progesteron bersama dengan estrogen merupakan bahan aktif yang digunakan
dalam kontrasepsi pil. Kedua hormon tersebut bekerja untuk mencegah
ovulasi serta menurunkan viabilitas sperma sehingga tidak terjadi pembuahan.
Hormon steroid lain sudah banyak dikembangkan sebagai obat dengan

berbagai macam aplikasi seperti antiinflamasi, pengobatan rheumatoid


arthritis dan lain-lain (Raharjo, 2013).
Menurut Kappas and Palmer, efek farmakologi dari senyawa steroid
diantaranya adalah :
a. Efek anestesi steroid.
Mekanisme dari efek anestesi steroid belum diteliti secara ekstensif.
Tetapi, Jakoby and Tomkins telah menggambarkan hidrolitik dan
perubahan reduksi dari hidroksidion yang mungkin menunjukkan
inaktivasi proses. Inhibisi respirasi otak dan fosforilasi oksidatif yang
tidak berpasangan dalam jaringan otak oleh anestesi steroid juga telah
dituliskan.
b. Antibodi dan antialergi
c. Antibakteri
Efek antibakteri steroid menunjukkan sebuah aspek besar dari interaksi
antara senyawa steroid dan mikroorganisme dan ada bukti nyata yang
menandakan bahwa secara in vitro, sejumlah besar steroid telah banyak
menghambat pertumbuhan dari berbagai jenis bakteri dan jamur.
d. Efek hipokolesterolemik steroid
e. Antihipertensi
Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron,
metandienon, nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik
dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti
menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung,
menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat,
kelainan koagulasi dan gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut,
tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria. Secara fisiologi,
steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.
6. KANDUNGAN KIMIA

Klasifikasi Senyawa Steroid Pada Makhluk Hidup Melalui Proses


Biosintesisnya :
a. Hewan
1) Serangga
Sebuah ekdisteroid adalah jenis hormon steroid pada
serangga yang berasal dari modifikasi enzimatik kolesterol oleh p450
enzim. Hal ini terjadi dengan mekanisme yang mirip dengan sintesis
steroid dalam vertebrata. Ecdysone dan 20-hydroxyecdysone mengatur
molts larva, onset pembentukan puparium, dan metamorfosis. Menjadi
bahwa hormon ini hidrofobik, mereka melintasi membran lipid dan
menembus jaringan dari suatu organisme. Memang, reseptor utama
dari sinyal-sinyal hormon - yang reseptor ecdysone - adalah
intraseluler protein.
2) Hewan Bertulang belakang (vertebrata)
Hormon-hormon steroid alami umumnya disintesis dari
kolesterol dalam gonad dan kelenjar adrenal . Bentuk-bentuk hormon
adalah lipid . Mereka dapat melewati membran sel karena mereka larut
dalam lemak, dan kemudian mengikat reseptor hormon steroid yang
mungkin nuklir atau sitosol tergantung pada hormon steroid, untuk
membawa perubahan dalam sel. Hormon steroid umumnya dilakukan
dalam darah terikat dengan operator tertentu protein seperti hormon
seks pengikat globulin atau kortikosteroid-binding globulin . Konversi
lebih lanjut dan katabolisme terjadi di hati, di lain "perifer" jaringan,
dan dalam jaringan target.
a) Steroid hormon

Steroid seks adalah subset dari hormon seks yang menghasilkan


perbedaan jenis kelamin atau dukungan reproduksi. Mereka

termasuk androgen, estrogen, dan progestagens.


Kortikosteroid termasuk glukokortikoid dan mineralokortikoid .
Glukokortikoid mengatur banyak aspek metabolisme dan fungsi
kekebalan tubuh, sedangkan mineralokortikoid membantu
mempertahankan volume darah dan mengontrol ginjal ekskresi
elektrolit.

Kebanyakan

medis

'steroid'

obat

adalah

kortikosteroid.
Kortikosteroid disintesis dari kolesterol dalam korteks
adrenal. Reaksi yang paling steroidogenik yang dikatalisis oleh
enzim dari sitokrom P450 keluarga. Mereka berada di dalam
mitokondria dan memerlukan adrenodoxin sebagai kofaktor
(kecuali 21-hidroksilase dan 17-hidroksilase). Aldosteron dan
corticosterone berbagi bagian pertama dari jalur biosintesis
mereka. Bagian terakhir ini dimediasi baik oleh sintase
aldosteron (untuk aldosteron) atau oleh 11-hidroksilase (untuk
corticosterone ). Enzim ini hampir identik (mereka berbagi 11hidroksilasi dan 18-hidroksilasi fungsi), tapi sintase aldosteron
juga mampu melakukan oksidasi-18. Selain itu, synthase
aldosteron ditemukan dalam glomerulosa zona di tepi luar dari
korteks adrenal , 11-hidroksilase ditemukan di fasciculata zona
-

dan zona glomerulosa.


Steroid anabolik adalah kelas steroid yang berinteraksi dengan
reseptor androgen untuk meningkatkan otot dan tulang sintesis.

Ada steroid anabolik alami dan sintetis. Dalam bahasa populer,


kata "steroid" biasanya mengacu pada steroid anabolik.
b. Kolesterol, yang memodulasi fluiditas membran sel dan
merupakan

konstituen

utama

dari

plak

terlibat

dalam

aterosklerosis.
Semua sel hewan memproduksi kolesterol dengan
tingkat produksi relatif bervariasi menurut jenis sel dan fungsi
organ. Sekitar 20-25% dari produksi total kolesterol harian
terjadi di hati; situs lain dari tingkat yang lebih tinggi sintesis
termasuk usus, kelenjar adrenal, dan organ reproduksi .
c. Tanaman
1) Phytosterols
Pitosterol, yang mencakup tanaman sterol dan stanol , adalah
senyawa steroid mirip dengan kolesterol yang terjadi pada tanaman dan
berbeda hanya dalam rantai samping karbon dan / atau ada tidaknya
ikatan ganda. Stanol yang jenuh sterol, tidak memiliki ikatan rangkap
dalam struktur cincin sterol. Lebih dari 200 sterol dan senyawa yang
berhubungan telah diidentifikasi. pitosterol Gratis diekstrak dari minyak
yang tidak larut dalam air, relatif tidak larut dalam minyak, dan larut
dalam alkohol. Fitosterol-diperkaya makanan dan suplemen diet telah
dipasarkan selama beberapa dekade. Meskipun didokumentasikan efek
penurun kolesterol, tidak ada bukti efek menguntungkan pada penyakit
kardiovaskular (CVD) atau kematian secara keseluruhan ada.
2) Brassinosteroids
Brassinosteroids (BRs) adalah kelas polyhydroxysteroids yang
telah diakui sebagai kelas keenam hormon tanaman. Ini pertama kali

dieksplorasi hampir 40 tahun yang lalu, ketika Mitchell et al.


melaporkan promosi dalam pemanjangan batang dan pembelahan sel
oleh perlakuan ekstrak organik dari rapeseed ( Brassica napus ) serbuk
sari. Brassinolide adalah brassinosteroid diisolasi pertama pada tahun
1979, ketika serbuk sari dari Brassica napus ditunjukkan untuk
mempromosikan pemanjangan batang dan pembelahan sel, dan molekul
biologis aktif diisolasi. Hasil dari Brassinosteroids dari 230 kg serbuk
sari napus Brassica hanya 10 mg. Sejak penemuan mereka, lebih dari 70
BR senyawa telah diisolasi dari tanaman.
d. Jamur
1) Ergosterol
Ergosterol (ergosta-5 ,7,22-trien-3-ol) adalah sterol yang
ditemukan dalam jamur, dan nama untuk ergot, sebuah nama umum
untuk anggota genus jamur Claviceps dari mana ergosterol pertama kali
diisolasi. Ergosterol tidak terjadi pada sel-sel tumbuhan atau hewan. Ini
adalah komponen dari ragi dan jamur membran sel, melayani fungsi
yang sama kolesterol melayani dalam binatang sel.
Ergosterol kadang-kadang dilaporkan analitis terjadi di rumput
seperti rye dan alfalfa (termasuk kecambah alfalfa), dan tanaman
bunga seperti hop. Namun, deteksi seperti biasanya diasumsikan
deteksi pertumbuhan jamur pada (dan kadang-kadang kontaminasi)
dari tanaman, seperti jamur merupakan bagian integral dari sistem
pembusukan rumput. Teknik uji ergosterol sehingga dapat digunakan
untuk uji rumput, biji-bijian, dan sistem pakan untuk konten jamur.

Karena ergosterol adalah provitamin vitamin D 2, radiasi UV jamurbantalan bahan rumput dapat menghasilkan vitamin D 2 produksi , tapi
ini adalah produksi dari suatu bentuk vitamin D dari jamur ergosterol
(sebanyak radiasi UV ragi dan jamur) dan tidak benar vitamin D
produksi oleh pabrik sendiri dari sinar UV, sebuah proses yang tidak
dapat terjadi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Steroid mempunyai kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umum steroid
ialah sistem empat cincin yang tergabung. Beberapa contoh senyawa
steroid yang bersifat Non Polar yaitu : Brassinosteroids, bufadienolides,
cardenolides, vertebrate-type steroids, Semi Polar : Brassinosteroids,
cucurbitacins, ecdysteroids, steroidal alkaloids, withanolides, dan besifat
polar sampai sangat polar yaitu : Brassinosteroids, cardenolides,
ecdysteroids, steroidal saponins.
2. Uji fitokimia senyawa steroid dalam tanaman dapat dilakukan dengan
reaksi warna dan KLT.
3. Metode ekstraksi senyawa steroid dapat dilakukan dengan cara maserasi.
4. Metode utama isolasi senyawa steroid menurut Dinan et. al (2001) dapat
dilakukan melalui ekstraksi pelarut/ partisi diikuti dengan kromatografi
kolom, dan TLC/ HPLC.

5. Efek farmakologi senyawa steroid diantaranya adalah efek anestesi,


antibodi dan antialergi, antibakteri, efek hipokolesterolemik, dan
antihipertensi.
6. Kandungan senyawa steroid dapat diperoleh dari hewan, tanaman, dan
jamur. Klasifikasi Senyawa Steroid Pada Makhluk Hidup Melalui Proses
Biosintesisnya yaitu : 1) Hewan (serangga, hewan bertulang belakang), 2)
Tanaman (Phytosterols, Brassinosteroids). 3) Jamur (Ergosterol).

Anda mungkin juga menyukai