Anda di halaman 1dari 20

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Kehamilan
Masa kehamilan adalah masa dari adanya pembuahan (konsepsi)
sampai lahirnya seorang bayi. Kehamilan yang normal berlangsung
selama 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan, dengan catatan satu bulan
terdiri dari 4 minggu. Kalangan medis menghitung masa kehamilan sejak
menstruasi terakhir, bukan sejak terjadinya pembuahan, sebab yang bisa
diketahui pasti adalah hari haid terakhir. Kehamilan terjadi bila pada
masa ovulasi diadakan persetubuhan, sehingga sel telur dan sel sperma
bertemu (Saidun, 2006).
Kehamilan ialah masa dimulainya dari konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung hari pertama haid terakhir (Rukiyah, dkk, 2009).
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan
stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk
memberi perawatan dan memberi tanggung jawab yang lebih besar
(Bobak, 2008).
Kehamilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa janin
dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan
proses pembuahan, yang diakhiri dengan proses persalinan (El-Manan,
2011).
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
8

Nasional), kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan


keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian
bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang
akan bertumbuh (Syakur, 2012).
2. Tanda Kehamilan
a. Tanda dugaan hamil
Adapun tanda dugaan kehamilan pada wanita adalah tidak datang
bulan (anomera), payudara sakit, perasaan mengidam (ingin makanan
khusus), muntah-muntah (terutama pada pagi hari), tidak nafsu makan
(anoreksia), terdapat pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi),
kepala sakit dan pusing, dan gangguan pada pencernaan serta
perkemihan (Chandranita, 2009).
b. Tanda kemungkinan hamil
Adapun tanda-tanda kemungkinan hamil adalah pembesaran
rahim dan perut, adanya tanda Hegar, ballottement, tes kehamilan
(Bobak, 2005).
Menurut Yeyeh, (2008) tanda kemungkinan tidak hamil meliputi
pembesaran perut dan rahim, tanda hegar (segmen bawah rahim
melunak), tanda Chanwick (vagina dan vulva menjadi lebih merah dan
agak kebiruan, tanda Goodle (serviks menjadi lebih lunak dan jika
dilakukan pemeriksaan dengan spekulum, serviks terlihat berwarna
lebih kelabu kehitaman), tandan braxton Hick (bila uterus dirangsang
mudah berkontraksi)
c. Tanda pasti kehamilan
Adanya suatu kehamilan biasanya ditandai dengan adanya,
Gerakan janin dalam rahim : terlihat/ teraba gerakan janin, teraba
bagian-bagian janin, Denyut jantung janin (Didengar dengan stetoskop

10

lenec, alat kardiografi, dopler, Dilihat dengan ultrasonografi),


Pemeriksaan dengan, yaitu rongent untuk melihat kerangka janin,
USG (Menurut Manuaba, 2009).
3. Fisiologis Kehamilan
Menurut PUSDIKNAKES WHO JHPIEGO dalam buku Panduan
Asuhan Antenatal (Arlene, 2003), selama kehamilan terjadi perubahan yang
menakjubkan pada ibu dan janin.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
a. Trimester I
Tanda fisik pertama yang dapat dilihat adalah adanya spooting atau
perdarahan yang sedikit terjadi sekitar 11 hari setelah konsepsi
(Bertemunya sel sperma dan sel ovum). Jika ibu mempunyai siklus haid
28 hari, perdarahan ini terjadi sebelum ibu mendapatkan haidnya.
Perdarahan ini disebut perdarahan implantasi. Perdarahan implantasi ini
biasanya berlangsung kurang dari lamanya haid normal. Perubahan fisik
lainnya yaitu adanya nyeri dan pembesaran pada payudara diikuti oleh
rasa kelelahan yang kronis dan seringnya kencing (Arlene, 2003).
Sementara itu, Morning Sickness atau mual muntah di pagi hari
biasanya dimulai pada usia kehamilan 8 minggu dan mungkin berakhir
sampai 12 minggu. Pertumbuhan uterus dapat teraba di bawah simfisis
pubis pada usia kehamilan 12 minggu. Adapun kenaikan berat badan
yang terjadi pada trimester I sekitar 1-2 kg (Arlene, 2003).
b. Trimester II dan III

11

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan


melindungi hasil konsepsi ( janin, plasenta amnion) sampai persalinan.
Uterus mempunyai kemampuan yang laur biasa untuk bertambah besar
dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan
semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak
hamil uterus mempunyai berat berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau
kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ
yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata
pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapai
mencapai 20 liter atau lebih, dengan berat rata-rata 1100 gram
(Prawirohardjo, 2006).
Pada bulan-bulan pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk
aslinya seperti buah alpukat. Pada kehamilan 4 bulan berbentuk bulat,
dan akhir kehamilan akan seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil
kira-kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur bebek,
dan

kehamilan

bulan

sebesar

telur

angsa.

Pada

minggu

pertama, isthmusrahim mengadakan hipertrofi dan bertambah panjang,


sehingga bila diraba terasa lunak (soft), pelunakan isthmus disebut tanda
Hegar. Pada kehamilan 5 bulan, rahim teraba seperti berisi air ketuban,
dinding rahim terasa tipis. Karena itu, bagian-bagian janin dapat diraba
melelui dinding perut dan dinding rahim (Mochtar, 2002).
Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi
terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga

12

rahim bentuknya tidak sama. Bentuk rahim yang tidak sama


disebut tanda Piscaseck. Dan perubahan konsentrasi hormonal yang
mempengaruhi rahim, yaitu estrogen dan progesterone menyebabkan
progesterone mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim
yang disebut Braxton Hicks. Terjadinya kontraksi Braxton Hicks, tidak
dirasakan nyeri dan terjadi bersamaan diseluruh rahim. Kontraksi
Braxton Hicks akan berlanjut

menjadi kontraksi untuk persalinan

(Manuaba, 2009).
4. Perubahan Psikologi Pada Kehamilan
Ibu hamil akan mengalami perubahan-perubahan psikologis sebagai
berikut :
a. Pada kehamilan trimester pertama
Pada periode ini umumnya reaksi psikologi dan emosional wanita
yang pertama kali hamil ditunjukan dengan adanya rasa kecemasan,
kegusaran, ketakutan dan kepanikan. Hendaknya pasangan suami istri
berusaha menerima kenyataan yang ada, komunikasi dan saling terbuka
merupakan modal utama untuk membicarakan perasaan masing- masing
sehingga kesulitan- kesulitan yang mungkin timbul bisa diatasi. Salah
satu upaya untuk mengatasi perubahan-perubahan psikologi yang terjadi
di awal kehamilan adalah mengikuti program orang tua di beberapa
rumah sakit yang menyediakan fasilitas tersebut. Melalui program ini
pasangan suami istri akan dipandu mengenai proses perkembangan
kehamilan, nutrisi ibu hamil, dan hidup sehat selama kehamilan.
Tentunya program ini merupakan dukungan yang sangat didambakan
oleh wanita hamil (Huliana, 2008).

13

b. Pada kehamilan trimester kedua


Trimester II sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan
yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari
segala ketidaknyamanan yang normal yang dialami pada trimester I.
Trimester kedua juga merupakan fase dimana ketika wanita menelusur ke
dalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester II ini dibagi
menjadi 2 fase, yaitu pra quickening dan pasca quickening. Quickening
mendatangkan sejumlah perubahan seperti penerimaan kehamilan,
meningkatnya hubungan sosial dengan wanita hamil lainnya, dan
keterkaitan serta ketertarikannya terhadap peran baru. Kebanyakan
wanita akan merasa lebih erotis selama trimester II, kurang lebih 80%
wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka
dibanding pada trimester I, hal ini banyak dipengaruhi oleh karena
hilangnya rasa kebingungan dan keraguan yang terjadi pada trimester I
(Hanifa W, 2005).
Pada periode ini dukungan suami kepada istri sangat dibutuhkan.

Kursus program orang tua harus diikuti terus untuk mempersiapkan


program asi eksklusif, yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan
tambahan pada bayi selama 4-6 bulan. Untuk mengatasi berbagai
perubahan psikologi, wanita hamil dapat mengikuti senam hamil. Akan
tetapi sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan dokter/bidan yang
menangani kehamilan untuk mengetahui ada tidaknya kontra indikasi
(Huliana, 2008).
c. Pada kehamilan trimester tiga

14

Pada trimester III, calon ibu akan semakin peka perasaannya.


Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Calon ibu akan lebih
sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan perlindungannya
kepada janin, senang berbicara kepada janin, terutama ketika berubah
posisi. Banyak calon ibu yang sering berkhayal atau bermimpi tentang
apabila hal-hal negatif akan terjadi kepada bayinya saat melahirkan nanti.
Khayalan-khayalan tersebut seperti kelaian letak bayi, tidak dapat
melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan. Calon ibu
menjadi sangat merasa bergantung kepada pasangannya, Pada trimester
III ini,terutama pada minggu-minggu terakhir kehamilan membutuhkan
lebih banyak perhatian dan cinta dari pasangannya, mulai takut jika akan
terjadi sesuatu terhadap suaminya. Maka dari itu, calon ibu ingin
memastikan bahwa pasangannya mendukung dan selalu ada di
sampingnya (Sulistyowati, A. 2009).
Tidak semua wanita dapat mengekspresikan perasaan ketergantungan
terhadap

pasangannya.

Akan

tetapi,

tetap

mengharapkan

bahwa

perhatian, dukungan, dan kasih sayang dapat tercurah dari pasangannya


tersebut. Selain itu, calon ibu akan menjadi lebih mudah lelah dan iritabilita.
Pada fase ini, calon ibu mulai sibuk mempersiapkan diri untuk
persiapan melahirkan dan

mengasuh

anaknya

setelah

dilahirkan.

Mempersiapkan segala kebutuhan bayi, seperti baju, nama, dan tempat tidur.
Bernegosiasi dengan pasangannya tentang pembagian tugas selama masamasa menjelang melahirkan sampai nanti setelah bayi lahir. Pergerakan

15

dan aktivitas bayi akan semakin sering terasa, seperti memukul, menendang,
dan menggelitik (Rynerson, 2007).
Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah semakin kuat
dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada
trimester

III

dapat

menyebabkan

kenikmatan

dan

rasa

tertarik

terhadap aktivitas seksual menurun (Bobak, 2005).


5. Resiko Tinggi Pada Kehamilan
Resiko Tinggi pada kehamilan adalah suatu kehamilan yang
memiliki resiko lebih besar dari biasanya, baik bagi ibu maupun bayinya,
yang akan menyebabkan terjadinya penyakit atau kematian sebelum
maupun sesudah persalinan (El-Manan, 2011).
Menurut Hasan (2012) kehamilan resiko tinggi adalah suatu
kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu
maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun
sesudah persalinan.
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang mempengaruhi
optomalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba,
2010).
6. Faktor Penyebab Terjadinya Kehamilan Resiko Tinggi
a. Faktor Resiko Sebelum Kehamilan
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang
menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jiuka
seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka
resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan
datang adalah lebih besar (El-Manan, 2011).
b. Karakteristik Ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Ibu hamil dengan usia
kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun. Anak perempuan berusia

16

15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu


keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air
kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang
akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan
berat badan rendah atau bayi kurang gizi dan Wanita yang berusia 35
tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes
atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan
persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan
kromosom (misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita
hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan
ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin (Prawirohardjo,
2006).
c. Peristiwa Pada Kehamilan yang Lalu
Dimana pada kehamilan yang lalu ibu pernah mengalami
keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati, hair hidup lalu mati
umur kurang dari 7 hari, dalam hal ini bahaya yang dapat terjadi seperti
kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tandatanda
pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut
kencang. Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan,
misalnya: diabetes mellitus, radang saluran kencing (Poedji Rochjati,
2003).
d. Kelainan Struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim
ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko
terjadinya keguguran (El-Manan, 2011).

17

Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim


ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko
terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur,
bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen. Fibroid
(tumor

jinak)

di

dalam

rahim

bisa

meningkatkan

resiko

terjadinya: kelahiran prematur, gangguan selama persalinan, kelainan


letak janin, kelainan letak plasenta dan keguguran berulang (Poedji
Rochyati dkk, 2003).
e. Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan

tertentu

pada

wanita

hamil

bisa

membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya, Tekanan darah


tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau
keadaan lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa
merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus
segera diobati. Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi
kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal
kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk
mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur
dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh bakteri
selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan
ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal
tersebut, diberikan antibiotik. Penyakit yang menyebabkan demam
(suhu lebih tinggi dari 39,4 Celsius) pada trimester pertama
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan

18

kelainan sistem saraf pada bayi. Demam pada trimester terakhir


menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan
prematur (Prawirohardjo, 2006).
f. Riwayat Keluarga
Riwayat adanya

keterbelakangan

mental

atau

penyakit

keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan


meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan pada bayi yang
dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya
diturunkan (El-Manan, 2011).
g. Faktor Resiko Selama Kehamilan
Seorang wanita hamil dengan resiko rendah mengalami suatu
perubahan yang menyebabkan bertambahnya resiko yang dimiliknya,
dikarenakan terpapar oleh teratogen (bahan yang dapat menyebabkan
cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan
infeksi (El-Manan, 2011).
h. Obat-obatan atau infeksi
Obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan cacat bawaan
jika diminum selama hamil adalah alcohol, phenitoin, obat-obatan
yang kerjanya melawan asam folat (triamtern atau trimthoprim).
Lithium, Streptomycin, Thalidomide, dan warfarin (Manuaba, 2010).
Sementara itu, infeksi yang dapat menyebabkan cacat bawaan
adalah Herpes Simpleks, Hepatitis virus, Influenza, Gondongan,
Campak Jerman, Sifilis, Listeriosis, Toksoplasmosisi dan Infeksi oleh
virus coxsackie atau sitomegalovirus (Manuaba, 2010).
Disamping itu merokok berbahaya bagi ibu dan janin., efek yang
paling sering terjadi adalah berat badan bayi rendah dan ibu hamil

19

rentan mengalami komplikasi plasenta, ketuban pecah dini sebelum


waktunya, persalinan premature dan infeksi rahim (El-Manan, 2011).
7. Akbiat Dari Kehamilan Resiko Tinggi
Menurut Hidayah (2011) akibat dari kehamilan resiko tinggi antara
lain bayi lahir belum cukup bulan, bayi lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR), keguguran (Abortus), persalinan tidak lancar / macet, pendarahan
sebelum dan sesudah persalinan, janin mati dalam kandungan, ibu hamil /
bersalin meninggal dunia dan keracunan kehamilan / kejang-kejang.
8. Cara Mencegah Kehamilan Resiko Tinggi
Menurut Bobak (2005) cara mencegah kehamilan resiko tinggi antara
lain:
a. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
posyandu, puskesmas, rumah sakit, paling sedikit 4 kali selama masa
kehamilan.
b. Dengan mendapatkan imunisasi TT dua kali.
c. Bila ditemukan kelainan resiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan
lebih intensif.
d. Makan makanan yang bergizi yang memenuhi criteria 4 sehat 5 sempurna.
9. Kriteria Ibu Hamil Yang Termasuk Ke Dalam Golongan Kehamilan
Yang Beresiko Tinggi
Menurut Suririnah (2012) ada beberapa criteria ibu hamil yang
termasuk ke dalam golongan kehamilan yang beresiko tinggi diantaranya
adalah riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik,
tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm, ibu hamil yang kurus / berat
badan kurang, usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
sudah memiliki 4 anak atau lebih, jarak antara 2 kehamilan kurang dari 2
tahun, ibu menderita anemia atau kurang darah, pendarahan pada kehamilan
ini, tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak

20

pada tungkai, kelainan letak janin atau bentuk panggul tidak normal, riwayat
penyakit kronik seperti, diabetes, darah tinggi, asma, dan lain-lain.

B. Tinjauan Variabel
1. Dukungan Suami
a. Defenisis
Dukungan keluarga atau suami adalah dukungan yang terdiri atas
informasi atau nasihat verbal dan non verbal bantuan nyata atau tindakan
yang diberikan oleh keakraban sosial dan didapat karena kehadiran
mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak
penerima (Nursalam & Kurniawati 2007)
Dukungan merupakan faktor penting yang dibutuhkan seseorang
ketika menghadapi masalah (kesehatan). Salah satu kelebihan masyarakat
di Indonesia adalah kekerabatannya yang kuat, dapat dilihat dari ketika
ada anggota keluarga yang sakit, semua keluarga dan tetangga
memberikan dukungan dengan menunggu/tidur di rumah sakit secara
bergantian (Ratna 2010).
2. Macam-macam bentuk dukungan
Friedman (2008) menjelaskan bahwa keluarga memiliki 4 jenis dukungan,
yaitu:
a. Dukungan informasional
Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat (Misalnya:
profesional atau sanak saudara) memberi nasehat tentang tata cara
menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul (Bobak, 2005).
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi
tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu
masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya

21

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbang


aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspekk aspek dalam
dunkungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi (Friedman, 2008).
b. Dukungan penilaian
Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi kriteria
yang dapat ia gunakan untuk mengukur keterampilannya, ada dua
kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil.
Kebutuhan pertama ialah menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan
pasangannya terhadap sang anak (Bobak, 2005).
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menegahi masalah serta sebagai sumber validator
identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support,
pengakuan, penghargaan dan perhatian (Friedman, 2008).
c. Dukungan instrumental
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya
ialah ayah sang anak. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama
kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik,
lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan
penyesuaian selama masa nifas (Bobak, 2005).
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan
seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah
mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun

22

selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian
dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami
kesusahan atau penderitaan (Friedman, 2008).
d. Dukungan emosional
Sumber utama dukungan pria ialah pasangannya. Dukungan ini
harus dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi
dan memberikan asuhan tambahan terhadap kebutuhan istrinya.oleh
karena itu para ayah perlu mencari dukungan dari keluarga dan teman
teman (Bobak, 2005).
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari
dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik
pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiannya dari keingintahuan
orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujidkan dalam bentuk adanya kepercayaan, perhatian dan mendengar
serta didengarkan (Friedman, 2008).
Penelitian yang dilakukan Meyerowitz yang di kutip dari dalam jurnal
susi ernawati tahun (2012), yang berjudul gambaran dukungan suami pada
ibu

menjelang proses persalinan di wilayah kerja

puskesmas doro 2

kabupaten pekalongan menunjukkan bahwa ada tiga sumber dukungan


sosial yaitu dokter atau paramedis, pasangan atau keluarga, dan orang yang
mempunyai kondisi sama. adapun dukungan sosial yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah dukungan yang berasal dari suami.

23

Dukungan yang diberikan suami sangat berperan penting, dukungan


tersebut berupa perhatian emosi, bantuan instrumental, bantuan informasi,
dan

penilaian.

Perhatian

terhadap

masalah

psikologis

termasuk

mengikutsertakan partisipasi keluarga ibu bersalin dapat membuat


persalinan

menjadi

lebih

menyenangkan

atau

kadang-kadang

menghebohkan. Hal ini dapat mempengaruhi lama persalinan dan sikap ibu
terhadap ayah,bayi serta kehamilan berikutnya. Pendampingan selama
proses persalinan dapat mempersingkat lama persalinan, karena dengan
pendampingan akan membuat ibu merasa aman, nyaman, lebih percaya diri,
dan ibu merasa damai. Akibat persalinan lama menimbulkan kelelahan dan
ibu menjadi makin tidak nyaman. Tindakan stimulasi, ekstraksi vakum,
kadang-kadang operasi cesar untuk menyelamatkan ibu dan bayi perlu
dilalukan. Semua itu tidak akan terjadi kalau persalinan tidak berlangsung
lebih lama (Burroughs & Leifer,2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana (2011) yang berjudul
gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil trisemester III dalam
kunjungan antenatal care di Desa Bukit Pala Kecamatan Ranto Panjang
Pereulak tahun 2011,responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga
untuk pemeriksaan Antenatal Care hanya mencapai 38,5% sedangkan yang
tidak mendapatkan dukungan sebanyak 62,5%
3. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Adalah:
a. Faktor Internal
1) Tahap Pekembangan

24

Dukungan ditentukan oleh faktor usia yang dalam hal ini


merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang
usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda (Purnawan, 2008).
2) Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh variabel intelektual yang terdiri dari latar belakang pendidikan
Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang
termasuk

kemampuan

untuk

memahami

faktorfaktor

yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan


tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya (Purnawan,
2008).
3) Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Bagaimana cara
seseorang merspon keadaan sakitnya, tergantung bagaimana orang
tesebut merespon stressor dalam tiap fase kehidupannya. Pada orang
yang cenderug stress, maka ia akan merespon sakit dengan cara
mengkhawatirkannya, sedangkan pada orang yang cenderung
tenang, mungkin juga memiliki respon yang kecil seama ia sakit
(Purnawan, 2008).
4) Faktor Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dara bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mecakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan,

hubungan

dengan

keluarga

atau

teman,

dan

25

kemampuan mencari harapan dan artin dalam hidup (Purnawan,


2008).
b. Faktor Eksternal
1) Praktik Keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi

penderita

dalam

melaksanakan

kesehatannya.

Misalnya : klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan


pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama, Misal : anak
yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan ha yang
sama (Purnawan, 2008).
2) Faktor Ekonomi
Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau
pekerjaan orangtua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas
menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin
ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih
otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial
menengah mempunyai tingkatdukungan, afeksi dan keterlibatan yang
lebih tinggi daripada orangtua dengan kelas sosial bawah (Friedman,
2008).
Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga
menurut (UMP Aceh, 2015) di bagi menjadi:
Tinggi

: Diatas Rp. 1.900.000 Perbulan

Sedang

: Rp 1000.000 s/d 1.500.000 Perbulan

Rendah

: Dibawah Rp. 1000.000 Perbulan

26

3) Latar belakang budaya


Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara
pelaksanaan kesehatan (Purnawan, 2008).

C. Kerangka Teoritis

27

Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan kepustakaan,


maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor Internal
Purnawan & Friedman (2008)

Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Faktor Emosi
Faktor Spiritual

faktorfaktor yang
mempengarui suami dalam
memberikan dukungan pada
Ibu dengan kehamilan resiko
tinggi

Faktor Eksternal

Praktik Keluarga
Faktor Ekonomi
Faktor Latar Belakang
Budaya
Skema 2.1 Kerangka Teoritis

Anda mungkin juga menyukai