Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang melatarbelakangi penelitian ini antara lain:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No

1.

Judul dan Rumusan

Variabel dan

Masalah

Metode Penelitian

Akroman (2009)

Variabel :

Hasil

a. ROA berpengaruh
positif dan

Judul: Pengaruh Rasio

Harga saham, ROA,

Keuangan (ROA dan

ROE dan EVA

signifikan terhadap
harga saham.

ROE) dan EVA terhadap


Harga Saham pada
Perusahaan yang terdaftar
di JII periode 2004 2006.

b. ROE tidak
Metode Penelitian:
Kuantitatif

berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
harga saham dan
tidak dapat

Rumusan Masalah:
Apakah pengaruh rasio
keuangan (ROA dan ROE)
dan EVA terhadap harga
saham pada perusahaan
yang terdaftar di JII
periode 2004 2006 ?

digunakan untuk
menentukan nilai
perusahaan.
c. EVA tidak
berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
harga saham dan
tdak dapat
digunakan untuk
menentukan nilai

perusahaan.
2.

Robert Lambey (2013)


Judul: Analisis Pengaruh

Variabel: Harga

a. ROA dan TATO

saham, CR, ROA,

berpengaruh secara

DER, dan TATO.

signifikan terhadap

Rasio Keuangan terhadap

harga saham

Harga Saham pada Bank


di Bursa Efek Indonesia.

b. CR dan DER tidak


Metode Penelitian:
Kuantitatif

berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham.

Rumusan Masalah:
Apakah CR, ROA, DER
dan TATO berpengaruh
terhadap harga saham
pada bank yang terdaftar
di BEI?

3.

Setyaningsih Sri Utami

Variabel: Harga

(2005)

saham, LDR, CR,

berpengaruh

ROA, ROE, NPM,

negatif terhadap

EPS, DPS dan DER.

perubahan harga

Judul : Pengaruh Rasio


Keuangan terhadap Harga

a. LDR dan ROE

saham

Saham (Studi pada


Perusahaan Perbankan di
Bursa Efek Jakarta)

b. CR, NPM dan EPS


Metode Penelitian:
kuantitatif

berpengaruh
positif terhadap
perubahan harga

Rumusan Masalah:
Apakah ada pengaruh

saham.

yang signifikan dari rasio


c. ROA, DPS dan

keuangan yang diukur

DER tidak

dengan Loan to Deposit

berpengaruh

Ratio,Capital Ratio,

terhadap

Return On Asset,Return

perubahan harga

On Equity,

saham.

Net Profit Margin,Earning


Per Share, Dividend Per
Share,Debt to Equity Ratio
terhadap perubahan harga
saham?

Dalam penelitian kali ini, penulis akan meneliti mengenai pengaruh


rasio keuangan terhadap harga saham dengan menggunakan metode deskriptif
kuantitatif. Adapun yang menjadi pembeda dari penelitian terdahulu adalah
objek penelitiannya yaitu 5 perbankan yang terdaftar di BEI pada periode
2010 sampai dengan 2014.

1.2 Return On Asset (ROA)


1.2.1. Pengertian Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang penting digunakan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
aktiva yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba (Tandelilin,
2001: 240). Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Husnan, 1998: 340). Return
On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total
aktiva. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin
baik.

Investor

percaya

bahwa

manajemen

perusahaan

telah

menggunakan aktiva perusahaan secara efektif untuk menghasilkan

laba bagi para pemiliknya. Keadaan ini akan direspon positif oleh
investor sehingga permintaan saham perusahaan meningkat dan dapat
menaikkan harga saham sehingga akan berdampak pada return yang
meningkat pula. (Husnan, 1998: 340)
Return On Asset (ROA) merupakan perkalian antara faktor
margin laba dengan perputaran total aktiva. Margin laba menunjukkan
kemampuan memperoleh laba bersih dari setiap penjualan yang
diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran total aktiva
menunjukkan

seberapa

jauh

perusahaan

mampu

menciptakan

penjualan dari total aktiva yang dimilikinya (Brigham dan Houston,


2006: 114). Apabila salah satu faktor tersebut meningkat (atau
keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Apabila ROA meningkat,
berarti profitabilitas perusahaan juga meningkat, sehingga dampaknya
adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang
saham.
1.2.2. Rumus Mengitung Return On Asset (ROA)
Return On Asset =

Laba Bersih
Total Aktiva

1.3 Return On Equity (ROE)


1.3.1. Pengertian Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal
sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan
yang menjadi hak pemilik modal sendiri (Martono dan Harjito, 2001 :
60)
ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas.
Dimana rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba
berdasarkan ekuitas pemegang saham. Return On Equity (ROE)
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola
modal yang tersedia untuk memperoleh net income. Brigham dan
Daves (2004 : 240) mengemukakan bahwa ultimately, the most
important, or bottom line, accounting ratio is the ratio of net income
to common equity, which measures the return on common equity
(ROE). Stockholders invest to get a return on their money, and thus

ratio tells how well they are doing in an accounting sense. Rasio
keuangan yang paling penting adalah rasio yang membandingkan laba
bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat
pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk
mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio
tingkat pengembalian atas ekuitas atau return on equity (ROE)
mengindikasikan seberapa baik perusahaan dapat memberikan
keuntungan bagi para pemegang saham secara akuntansi.
The return on equity (ROE) ratio measures the averages return
on firms capital contributions from its owners (for a corporation, that
means the contributions of common stockholders). It indicates how
many dollars of income were produced for each dollar invested the
common stockholders (Gallagher dan Andrew, 2003 : 102). Semakin
tinggi ROE menggambarkan semakin baik manajemen perusahaan
karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan pendapatan yang
optimal.
1.3.2 Rumus Mengitung Return On Equity (ROE)
Laba Bersih
Return On Equity = Modal Pemilik

1.4

Earning Per Share (EPS)


1.4.1 Pengertian Earning Per Share
EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per
lembar saham (Darmaji, 2001:139). Menurut Helfert (1993:67), laba
per lembar saham adalah suatu ukuran di mana baik manajemen
maupun pemegang saham menaruh perhatian Ini digunakan secara
luas dalam penaksiran nilai saham biasa dan sering merupakan basis
untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan sebagai
bagian dari perencanaan strategis. Berdasarkan pendapat diatas,
pengertian EPS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ratio yang
menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau

pemegang saham per lembar saham yang beredar selama suatu


periode.
1.4.2 Kegunaan Earning Per Share
Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan
yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai
bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan
memiliki suatu saham (Chandradewi, 2000:17). Seorang investor
membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan
harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya
menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai
saham di masa mendatang (Prastowo, 2002:93). Oleh karena itu, para
pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan
perusahaan.
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan
bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan
pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham diperoleh
dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan
rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan hasil atau
pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap
lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam
perusahaan. laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba
yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi
yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham.
Jumlah pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham adalah
pendapatan bersih setelah dikurangi pajak pendapatan. Pendapatan
bersih ini setelah dikurangi dengan deviden dan hak-hak lainnya untuk
pemegang saham biasa. Dengan cara membagi jumlah pendapatan
yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar
saham biasa yang beredar maka akan diketahui jumlah lembar
pendapatan untuk setiap lembar saham tersebut (Munawir, 1995:96).

Husnan (2001:317) bahwa jika kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat.
Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham
yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS
naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga
mengalami kenaikan.
Pendapatan per saham (Earning per share/EPS) perusahaan
biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau
calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah
uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin
besar nilai EPS, semakin besar keuntungan/return yang diterima
pemegang saham (Alwi, 2003:77).
Jadi jika saham yang beredar dari saham prioritas dan saham
biasa maka langkah pertama adalah menentukan pendapatan yang
menjadi hak pemegang saham prioritas dan hak tersebut dikurangkan
pada laba bersih yang diperoleh baru kemudian dapat dihitung laba
per lembar saham.
1.4.3 Rumus Earning Per Share
Laba Per lembar saham dapat dirumuskan:
Earning Per Share =

Laba Bersih
jumlah saham

EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang


lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar
saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil
meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan
mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan
pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang
pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga
sebaliknya.
Angka per lembar saham diperoleh dari laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi
yang sudah diterima. Laporan keuangan yang utama yaitu laporan

neraca dan laporan rugi laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan


kewajiban dan modal pada waktu tertentu sedangkan laporan laba rugi
menunjukkan berapa laba diperoleh perusahaan pada waktu tertentu.
Pada level atau tingkat perusahaan laba per lembar saham yang
mencerminkan kombinasi berbagai faktor yang mempengaruhinya.
1.5 Harga Saham
1.5.1 Pengertian saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu Perseroan Terbatas (PT) (Riyanto,1995:240). Saham
menurut Robert Ang (1997:22) yang dikutip dari Sri Artatik (2007)
adalah surat berharga sebagai tanda kepemilikan atas perusahaan
penerbitnya. Dari pengertian saham menurut Riyanto maka dapat
disimpulkan bahwa saham adalah surat bukti kepemilikan seseorang
terhadap suatu perusahaan.
1.5.2 Jenis-jenis saham
Menurut Jogiyanto (2003:67) saham dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Saham Preferen
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara
obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan
bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang
tetap berupa deviden preferen. Dibandingkan saham biasa, saham
preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan
hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena
itu, saham preferen dianggab mempunyai karakteristik di tengahtengah antara obligasi dan saham biasa.
b. Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja,
saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock).
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai
beberapa hak antara lain:

1.

Hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih


pimpinan perusahaan.

2.

Hak menerima Pembagian Keuntungan yaitu hak pemegang


saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan
perusahaan.

3.

Hak

Preemptive

yaitu

hak

pemegang

saham

untuk

mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan


mengeluarkan

tambahan

lembar

saham

untuk

tujuan

melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan


melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.
c. Saham Treasuri
Merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh
perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat
dijual kembali.
1.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
Menurut Arifin (2001:115-116) yang dikutip dari Sri Artatik
(2007) pergerakan saham dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Kondisi fundamental emiten
Faktor fundamental merupakan faktor yang berhubungan dengan
kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber
daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin
dalam

kinerja

keuangan

perusahaan.

Nilai

fundamental

merupakan nilai intrinsik dari suatu saham yang dianalisis dengan


menggunakan analisis yang menggunakan data-data finansial
yaitu data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan,
contohnya laba, dividend yang dibagi, penjualan dan sebaginya
(Jogiyanto,1998:70) Sedangkan menurut Arifin (2001:116) faktor
fundamental merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
pergerakan harga saham. Perkembangan harga saham tidak akan
terlepas dari perkembangan kinerja perusahaan. Secara teoritis

jika kinerja perusahaan mengalami peningkatan maka harga


saham akan merefleksikannya dengan peningkatan harga saham,
demikian sebaliknya (Ang, 1997: 187). Earning per share dan
Price Earning Ratio merupakan data rasio dari laporan keuangan
perusahaan

dan

merupakan

faktor

fundamental

yang

mempengaruhi pergerakan harga saham (Arifin, 2001:116).


Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan
kinerja emiten yang tercermin dalam kinerja keuangan yang
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Semakin baik
kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap
kenaikan harga saham. Demikian sebaliknya, semakin menurun
kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya
harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Selain itu
keadaan emiten akan menjadi tolak ukur seberapa besar resiko
yang akan ditanggung oleh investor. Saham-saham yang bagus
atau saham blue chip tentu memiliki resiko yang lebih kecil jika
dibanding dengan jenis saham lainnya. Ini karena faktor
fundamental perusahaan penerbitnya bagus. Baik kondisi
keuangannya,

strategi

bisnisnya,

produknya,

maupun

manajemennya.
2. Hukum permintaan dan penawaran
Faktor hukum permintaan dan penawaran digunakan investor
untuk mengetahui kondisi fundamental perusahaan dalam
melakukan transaksi jual beli. Transaksi inilah yang akan
mempengaruhi fluktuasi harga saham. Perlu diwaspadai juga
bahwa kenaikan harga saham karena permintaan yang banyak
atau penawaran yang sedikit tidak akan berlangsung terus sebab
pada suatu titik harga akan terlalu mahal.

3. Tingkat suku bunga

Investor harus memperhatikan faktor suku bunga untuk


mengetahui harapan hasil dari setiap investasi yang dilakukannya.
Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian
hasil berbagai sarana invertasi akan mengalami perubahan, ada
yang cenderung naik dan ada pula yang cenderung turun. Bunga
yang tinggi ini tentunya akan berdampak pada alokasi dana
investasi para investor. Investor produk bank seperti deposito atau
tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibanding dengan
investasi dalam bentuk saham. Karena investor akan menjual
saham dan dananya akan ditempatkan di bank. Penjualan saham
secara serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham
secara signifikan.
4. Valuta asing
Dolar Amerika (US Dollar) merupakan mata uang kuat yang
mempengaruhi nilai dari mata uang negara-negara lain. Sebagai
contoh ketika suku bunga dolar Amerika naik, investor asing
mengharapakn hal yang sama. Mereka akan berbondong-bondong
menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk
dolar, otomatis harga saham akan turun.
5. Dana asing di Bursa
Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang
penting, karena dengan semakin besarnya dana yang ditanamkan,
hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah
kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif,
yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk
mencetak laba. Sebaliknya, jika investasi asing berkurang, ada
perkiraan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas
keadaan sosial politik maupun keamananya. Jadi besar kecilnya
investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan
atau penurunan harga saham.
6. Indeks harga saham

Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu


tertentu,

tentunya

menandakan

kondisi

investasi

dan

perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun


berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan
mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar bursa.
7.

News dan Rumors


Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut berbagai hal
baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan, hingga berita
seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut,
parainvestor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri
ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan
berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. Begitu
banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, dalam
penelitian ini akan difokuskan pada factor fundamental emiten
sebagai pertimbangan utama dalam menanamkan saham.

1.6 Kerangka Konseptual


Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Variabel Independen

Variabel Dependen

ROA
ROE

Harga Saham

EPS

1.7 Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian (DR.
Sugiono, 1994:39), yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Sesuai
dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka hipotesa
yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :
Ha1 = ROA ada pengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Ha2 = ROE ada pengaruh signifikan terhadap Harga Saham

Ha3 = EPS ada pengaruh signifikan terhadap Harga Saham


Ha4 = ROA, ROE dan EPS ada pengaruh signifikan terhadap Harga Saham

Anda mungkin juga menyukai