KAK - dataFormasiWIl.I
KAK - dataFormasiWIl.I
(KAK)
Latar Belakang
Tingginya
tingkat
pertambahan
penduduk
terutama
akibat
urbanisasi
konsekuensi negatif pada beberapa aspek, termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap
awal perkembangan kota, sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka hijau.
Namun, adanya kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya, ruang
hijau tersebut cenderung mengalami konversi guna lahan menjadi kawasan terbangun.
Sebagian besar permukaannya, terutama di pusat kota, tertutup oleh jalan, bangunan
dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda dengan karakter
ruang terbuka hijau. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada
di perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah
mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi
banjir di perkotaan, tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial
(kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress
karena terbatasnya ruang publik yang tersedia untuk interaksi sosial. Dalam hal ini,
diperlukan orientasi visi pembangunan kota lebih mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.
Pembangunan di berbagai sektor menekan pada ruang-ruang terbuka yang ada,
karena hanya untuk keuntungan ekonomis.ruang-ruang terbuka, termasuk RTH tidak
mendapat penghargaan yang layak. Sebagian dari kita tidak sadar bahwa ruang-ruang
terbuka ini justru bernilai ekonomis dan sekaligus ekologis tinggi yang sangat vital bagi
keberlanjutan kehidupan. Penting dan tingginya nilai RTH dalam jangka panjang telah
diakui sebagai suatu harta yang harganya justru tak ternilai bagi suatu kota.
Penyediaan
RTH
Perkotaan
merupakan
amanat
UUPR
yang
mengatur
pengembangan kawasan perkotaan dilihat dari aspek penataan ruang. Untuk mencapai
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, diperlukan
penataan ruang kota sedapat mungkin menyesuaikan diri dengan alam sekitar,
Kebijakan penataan ruang harus menerapkan keseimbangan antara ruang binaan dan
ruang alam dengan tetap memperhatikan peningkatan bidang ekonomi. Dalam rangka
mewujudkan kota/kawasan perkotaan yang berkelanjutan. Undang-undang No.26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, antara lain telah mengamanatkan secara tegas bahwa
30% dari wilayah kota/kawasan perkotaan harus berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH),
dengan komposisi 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Preskripsi RTH 30% tersebut
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota/Kabupaten dan
termuat didalam Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota/Kabupaten.
Sebagai jawaban
2.
3.
green community;
4.
green water;
5.
green waste;
6.
green energy;
7.
8.
green transportation.
Dari 8 (delapan) atribut tersebut, Green Community menjadi salah satu atribut
yang penting, karena keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat yang utamanya dijaring
melalui forum komunitas. Keterlibatan elemen masyarakat sebagai subyek dan obyek
secara langsung ataupun tidak sebagai demografi kota dapat meningkatkan kesadaran
mereka tentang manfaat ruang terbuka hijau.
Untuk menciptakan suatu Kota
Kota Hijau
pembangunan lingkungan
dengan skala dan luasan yang masih terbatas, namun inspirasi itu telah lama ada dan
kini kita yang akan melanjutkan hasil jerih payah mereka.
Program pengembangan Kota Hijau yang telah dirintis oleh Kementerian Pekerjaan
Umum c,q Direktorat Penataan Ruang, merupakan salah satu langkah nyata Pemerintah
Pusat bersama-sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam
memenuhi ketetapan UUPR, terutama terkait pemenuhan luasan RTH perkotaan,
sekaligus
menjawab
tantangan
perubahan
iklim
di
Indonesia.
Untuk
Pada
dasarnya seluruh kabupaten yang baru terbentuk selain rencana tata ruang juga belum
memikirkan rencana induk RTH, mereka masih memfokuskan pada birokrasi,
pengembangan ekonomi lokal, fasiltas umum yang hanya digunakan dalam jangka
pendek. Kebutuahan RTH perlu direncanakan yang sama dengan tingkat kebutuhan
RTRW yaitu selama 20 tahun kedepan. Master Plan RTH adalah suatu rancangan
rencana induk program dan kegiatan yang sangat riil dan operasional. RTH tidak
dibiarkan terbangaun secara alamiah atau asal menempatkan tetapi harus ditata sesuai
dengan jenis dan fungsi kawasan. Master Plan RTH adalah bagian integral dari RTRW
yang harus direncakan sebelum kondisi perkotaan penuh sesak dan lahan semakin sulit
didapat.
II.
Maksud :
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya mendorong terwujudnya Kota Hijau
dalam rangka implementasi RTRW Kabupaten dan guna mewujudkan amanat
UUPR Pasal 29 bahwa proporsi RTH paling sedikit 30 persen dari luasan
wialayah perkotaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan RTH di ibu Kota kabupaten Morowali.
b.
1.
Tujuan :
Tersusunya konsep Rencana Induk Master Plan RTH Perkotaan Kabupaten
Morowali, yang memuat rencana struktur dan pola pemanfaatan Ruang RTH
perkotaan dan tersusunnya Detail Engineering Design (DED) RTH terpiih
berdasarkan rencana Induk RTH sebagai acuan bagi kontraktor pelaksana
dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.
2.
3.
c.
Sasaran :
2. Album Peta dengan skala ketelitian minimal 1 : 10.000 dalam format A1 yang
dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi sistem informasi
geografis (GIS) yang terdiri dari :
III.
Tahapan
II
III
IV
Persiapan
FGD 1
> Membangun kesepahaman
materi Peta Hijau
Survey Lapangan
Bulan ke-
Pelaporan
Seminar Akhir
3.1.
keseluruhan.
3. Sebagai wadah dan ruang interaksi sosial dan budaya yang mampu
menggambarkan ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi
warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian;
4. Mampu menstimulasi
Tenaga Ahli
Tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan ini disyaratkan jenjang pendidikan
Strata 1 (S1) yang memiliki pengalaman profesional di bidang masing-masing
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dari jenjang pendidikan Strata 2 (S2), Strata 3
(S3) sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. Kebutuhan tenaga
Ahli dan
diuraikan dan
2)
3)
Ahli Geodesi/Pemetaan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik
Jurusan Teknik Geodesi yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3
di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman
profesional di bidang perancangan kota/kawasan sekurang-kurangnya 3
tahun(untuk S1)dan 2 tahun (untuk S2 dan S3)
B.
C.
Tenaga Ahli
BULAN KE
1
Ket
Pengolahan Data
Master Plan
4 bulan
Pengolahan Data
3 bulan
Ahli Geodesi/Pemetaan
1
Green Map
Masterplan
2 bulan
Kegiatan Penyusunan analisis data/ formasi RTH ini akan mencakup beberapa
aspek antara lain adalah :
1. Lingkup Wilayah Perencanaan
Kegitan ini dilaksanakan pada lingkup wilayah administratif kota city Wide
dan kawasan fungsional perkotaan di Kabupaten Morowali Kota Bungku.
2. Lingkup Kegiatan :
lingkup ini termasuk periode perencanaan yang meliputi :
Melakukan persiapan administrasi dan teknis.
Identifikasi RTH eksisting ( mencakup lokasi, luasan, status tanah, fungsi,
jenis vegetasi dsb).
Tahapan perwujudan RTH 30 % (roadmap untuk jangka menengah dan
jangka panjang, sesuai dengan periode RTRW Kabupaten 20 Tahun).
Prioritas implementasi/ peningkatan kuantitas dan kualitas RTH
Merencanakan penyusunan peta hijau sesuai dengan kriteria dan elemen
peta hijau antara lain:
a. Aktivitas ruang luar
b. Fauna
c. Flora
d. Tanah dan air
Melakukan analisis terkait elemen peta hijau yang telah dipetakan
sebelumnya.
Mendeliniasi kawasan yang patut dibangun RTH untuk konsumsi publik.
Menghitung Luasan RTH untuk menetukan Rasio RTH Perkotaan.
Melakukan produksi peta hijau yang telah menjadi hasil akhir.
3. Target Group :
Penyusunan Masterplan RTH ini ditujukan untuk Pemerintah Kabupaten,
swasta dan masyarakat. Pemerintah kabupaten dapat memanfaatkan
Masterplan RTH ini sebagai salah satu suplemen utama dalam penetapan
kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.
4.1.2.2.
Lokasi
masterplan
ini
melibatkan
stakeholder
pemangku
kepentingan yakni, Pemerintah provinsi dan kabupaten, swasta dan masyarakat Kota
Bungku.
4.1.3. Metode Kerja
Kegiatan Penyusunan dan Analisis Data/ Formasi RTH Perkotaan bagi Kabupaten
Bungku ini dilaksanakan secara kontraktual oleh penyedia jasa. Setelah menerima
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) penyedia jasa melakukan pengumpulan data
baik primer maupun sekunder, Penyedia jasa mengumpulkan informasi sejauh
mana ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Kabupaten Morowali
kemudian dilakukan identifikasi. Tahapan Kegiatan sebagai berikut :
1) Melakukan survey sekunder dan primer meliputi obsevasi lapangan dan
analisis citra satelit;
2) Melakukan survey pada lokasi-lokasi RTH untuk melihat kondisi eksisting RTH
Perkotaan;
3) Melakukan perumusan materi teknis;
4) Melakukan deliniasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau;
5) Konsinyasi;
6) Seminar laporan palaksanaan kegiatan yaitu untuk melakukan koordinasi dan
rapat konsolidasi di Kabupaten, terutama untuk menyepakati :
Rencana Jenis kegiatan
Jenis RTH
10
Lokasi RTH
Status Kepemilikan Lahan
Besaran Pendanaan
Jenis Insentif yang diberikan
instansi Pelaksana, meliputi pemerintah kota, swasta serta masyarakat
Waktu dan tahapan pelaksanaan perwujudan RTH (disesuaikan dengan
indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten).
7) Penyusunan laporan kegiatan dan Album Peta.
4.1.4. Penanggung Jawab Kegiatan
PenanggungJawab Kegiatan adalah Dinas Cipta karya Perumahan dan Tata Ruang
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.
4.1.5. Sumber Dana
Kegiatan ini dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Propinsi
Sulawesi Tengah, melalui DPPA-SKPD Nomor : 044/DPA-SKPD/BPKAD/2015
tentang Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD Tahun Anggaran 2015 Dinas Cipta
Karya, Perumahan dan Tata Ruang Daerah Propinsi Sulawesi Tengah. Biaya yang
akan digunakan dalam kegiatan ini sebesar Rp. 150.000.000.- (Seratus Lima Puluh
Juta Rupiah) termasuk PPN/ PPh sebagaimana terlampir.
4.1.6. Keluaran
Pelaksanaan kegiatan Penyusunan dan Analisis Data/Formasi Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau Wilayah I di Kabupaten Morowali ini akan dilaporkan melalui
laporan-laporan berikut:
1)
Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisikan metode atau cara pelaksanaan kegiatan, jadwal rinci
pelaksanaan kegiatan, dan personil yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
ini, serta panduan penyusunan proposal rencana perwujudan dan pengelolaan
Penyusunan dan Analisis Data/Formasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Wilayah
I di Kabupaten Morowali. Laporan Pendahuluan diserahkan 1 (satu) bulan setelah
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) sebanyak 10 (Sepuluh) buku,
kemudian dilakukan diskusi pembahasan bersama tim supervisi dan instansi terkait
11
Laporan Antara
Laporan ini akan berisikan pembahasan hasil Penyusunan dan Analisis
Laporan Akhir
Laporan akhir ini akan berisikan penyempurnaan laporan sebelumnya yaitu
b)
Compact Disk (CD) berisi Softcopy dari seluruh Laporan yang disampaikan
sebanyak 10 (sepuluh) buah;
c)
d)
e)
f)
Album Peta :
12
a.
b.
Peta
dasar
dapat
menggunakan
sumber
hasil foto udara, citra satelit, disarankan setiap daerah telah memiliki foto
udara pada kawasan perkotaan.
c.
d.
V.
ini adalah hak milik organisasi pengguna jasa yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Cipta Karya, Perumahan dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tengah,
Bidang Penataan Ruang.
13