Anda di halaman 1dari 13

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

PENYUSUNAN DAN ANALISIS DATA/ FORMASI


PENGELOLAAN RTH WILAYAH I
DINAS CIPTA KARYA PERUMAHAN DAN TATA RUANG DAERAH

PROVINSI SULAWESI TENGAH

TAHUN ANGGARAN 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


KEGIATAN PENYUSUNAN DAN ANALISIS DATA/ FORMASI
PENGELOLAAN RTH WILAYAH I
TAHUN ANGGARAN 2015
I.

Latar Belakang
Tingginya

tingkat

pertambahan

penduduk

terutama

akibat

urbanisasi

merupakan salah satu permasalahan kota-kota di Indonesia. Jumlah penduduk


perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu-kewaktu memberikan dampak
dan tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, terutama berkurangnya
ruang-ruang terbuka (open spaces) yang berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Non Hijau sebagai ruang terbuka publik yang berpotensi menjadi ruang
permukiman atau ruang budidaya. Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi
masalah yang cukup pelik untuk diatasi.

Perkembangan perkotaan membawa pada

konsekuensi negatif pada beberapa aspek, termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap
awal perkembangan kota, sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka hijau.
Namun, adanya kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya, ruang
hijau tersebut cenderung mengalami konversi guna lahan menjadi kawasan terbangun.
Sebagian besar permukaannya, terutama di pusat kota, tertutup oleh jalan, bangunan
dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda dengan karakter
ruang terbuka hijau. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada
di perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah
mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi
banjir di perkotaan, tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial
(kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress
karena terbatasnya ruang publik yang tersedia untuk interaksi sosial. Dalam hal ini,
diperlukan orientasi visi pembangunan kota lebih mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.
Pembangunan di berbagai sektor menekan pada ruang-ruang terbuka yang ada,
karena hanya untuk keuntungan ekonomis.ruang-ruang terbuka, termasuk RTH tidak
mendapat penghargaan yang layak. Sebagian dari kita tidak sadar bahwa ruang-ruang

terbuka ini justru bernilai ekonomis dan sekaligus ekologis tinggi yang sangat vital bagi
keberlanjutan kehidupan. Penting dan tingginya nilai RTH dalam jangka panjang telah
diakui sebagai suatu harta yang harganya justru tak ternilai bagi suatu kota.
Penyediaan

RTH

Perkotaan

merupakan

amanat

UUPR

yang

mengatur

pengembangan kawasan perkotaan dilihat dari aspek penataan ruang. Untuk mencapai
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, diperlukan
penataan ruang kota sedapat mungkin menyesuaikan diri dengan alam sekitar,
Kebijakan penataan ruang harus menerapkan keseimbangan antara ruang binaan dan
ruang alam dengan tetap memperhatikan peningkatan bidang ekonomi. Dalam rangka
mewujudkan kota/kawasan perkotaan yang berkelanjutan. Undang-undang No.26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, antara lain telah mengamanatkan secara tegas bahwa
30% dari wilayah kota/kawasan perkotaan harus berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH),
dengan komposisi 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Preskripsi RTH 30% tersebut
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota/Kabupaten dan
termuat didalam Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota/Kabupaten.
Sebagai jawaban

kompleksitas ketersediaan ruang terbuka hijau diperkotaan,

dilaksanakan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) demi capaian sinergitas


lingkungan alami dan binaan, keselarasan dan kesehatan lingkungan berdasarkan
perencanaan dan perancangan kota dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Pencapaian program kota hijau dapat dicapai melalui 8 (delapan) atribut yang
harus dipenuhi yakni;
1.

green planning and design,

2.

green open space,

3.

green community;

4.

green water;

5.

green waste;

6.

green energy;

7.

green building dan

8.

green transportation.

Dari 8 (delapan) atribut tersebut, Green Community menjadi salah satu atribut
yang penting, karena keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat yang utamanya dijaring
melalui forum komunitas. Keterlibatan elemen masyarakat sebagai subyek dan obyek
secara langsung ataupun tidak sebagai demografi kota dapat meningkatkan kesadaran
mereka tentang manfaat ruang terbuka hijau.
Untuk menciptakan suatu Kota

sebagai kota yang nyaman, produktif, dan

berkelanjutan diperlukan Program Pengembangan

Kota Hijau

akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

yang pada gilirannya

pembangunan lingkungan

perkotaan lebih memperhatikan keserasian hubungan antara kota terbangun dengan


lingkungan alaminya. Untuk bisa menjembatani hal ini diperlukan salah satunya adalah
Perencanaan yang matang dan keseriusan pemerintah kota dalam mengembangkan
RTH-RTH yang baru meskipun pendahulu telah membangun

bentuk bentuk RTH

dengan skala dan luasan yang masih terbatas, namun inspirasi itu telah lama ada dan
kini kita yang akan melanjutkan hasil jerih payah mereka.
Program pengembangan Kota Hijau yang telah dirintis oleh Kementerian Pekerjaan
Umum c,q Direktorat Penataan Ruang, merupakan salah satu langkah nyata Pemerintah
Pusat bersama-sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam
memenuhi ketetapan UUPR, terutama terkait pemenuhan luasan RTH perkotaan,
sekaligus

menjawab

tantangan

perubahan

iklim

di

Indonesia.

Untuk

mengimplementasikan program tersebut Bidang Penataan Ruang Dinas Cipta Karya


Perumahan dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tengah melakukan kegaitan Penyusunan
dan Analisis Data Pengelolaan RTH pada pusat perkotaan yang ada di Kabupaten
Morowali sehingga tersusun suatu rencana induk masterplan RTH berdasarkan hasil
inventarisasi dan analisis dengan memberdayakan komunitas hijau setempat.

Pada

dasarnya seluruh kabupaten yang baru terbentuk selain rencana tata ruang juga belum
memikirkan rencana induk RTH, mereka masih memfokuskan pada birokrasi,
pengembangan ekonomi lokal, fasiltas umum yang hanya digunakan dalam jangka
pendek. Kebutuahan RTH perlu direncanakan yang sama dengan tingkat kebutuhan
RTRW yaitu selama 20 tahun kedepan. Master Plan RTH adalah suatu rancangan
rencana induk program dan kegiatan yang sangat riil dan operasional. RTH tidak
dibiarkan terbangaun secara alamiah atau asal menempatkan tetapi harus ditata sesuai
dengan jenis dan fungsi kawasan. Master Plan RTH adalah bagian integral dari RTRW

yang harus direncakan sebelum kondisi perkotaan penuh sesak dan lahan semakin sulit
didapat.
II.

Maksud, Tujuan dan Sasaran


a.

Maksud :
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya mendorong terwujudnya Kota Hijau
dalam rangka implementasi RTRW Kabupaten dan guna mewujudkan amanat
UUPR Pasal 29 bahwa proporsi RTH paling sedikit 30 persen dari luasan
wialayah perkotaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan RTH di ibu Kota kabupaten Morowali.

b.
1.

Tujuan :
Tersusunya konsep Rencana Induk Master Plan RTH Perkotaan Kabupaten
Morowali, yang memuat rencana struktur dan pola pemanfaatan Ruang RTH
perkotaan dan tersusunnya Detail Engineering Design (DED) RTH terpiih
berdasarkan rencana Induk RTH sebagai acuan bagi kontraktor pelaksana
dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.

2.

Membentuk forum hijau kota sebagai mitra pemerintah dalam meningkatkan


kualitas dan kuantitas RTH Kota/Kawasan perkotaan.

3.

Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat dalam menjaga dan


melestarikan potensi hijau di Kab Morowali dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk memetakan lokasi-lokasi hijau yang diintegrasikan dengan
fungsi Ruang kawasan serta memiliki kontribusi positif bagi kualitas ruang
kota.

c.

Sasaran :

Keluaran yang diharapkan dalam penyusunan Masterplan RTH Perkotaan


kabupaten Morowali ini adalah :
1. Memuat dokumen teknis Masterplan RTH yang terdiri dari :
-

Gambaran umum Kota Bungku

Identifikasi dan evaluasi RTH Kota Bungku RTH eksisting

Analisa kebutuhan RTH Kota Bungku

Rencana Pembangunan RTH Kota Bungku

Tabel Indikasi Program

Analisis Rasio RTH

2. Album Peta dengan skala ketelitian minimal 1 : 10.000 dalam format A1 yang
dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi sistem informasi
geografis (GIS) yang terdiri dari :

III.

Peta eksisting RTH

Peta rencana RTH dalam periode 20 tahun kedepan

Peta lokasi pembangunan RTH Prioritas dalam skala 1 : 5.000

Peta tematik eksisting (topografi, geologi, hidrologi dll).

Jangka Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan Penyusunan dan Analisis Data/ Formasi RTH Perkotaan
Kota Bungku dilaksanakan selama 4 (empat) bulan atau 120 (seratus dua puluh)
hari.

Tabel. 3.1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Peta Hijau


Kabupaten Morowali
No
1
2

Tahapan

II

III

IV

Persiapan
FGD 1
> Membangun kesepahaman
materi Peta Hijau

Survey Lapangan

Penyusunan draft peta hijau


FGD 2
> Koordinasi pemetaan titik-titik
hijau dengan pemerintah
setempat

Bulan ke-

Penyusunan Laporan Akhir

Pelaporan

Seminar Akhir

3.1.

Manfaat Pelaksanaan Kegiatan

3.1.1. Bagi Pemerintah


1. Mengarahkan program penanganan, pengelolaan, pembangunan, serta
pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Bungku Kabupaten
Morowali.
2. Sebagai acuan koordinasi

instansi terkait dalam rangka penanganan,

pengelolaan, pembangunan, serta

pengembangan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Kabupaten Morowali.


3. Menetapkan kebijakan pembangunan yang terkait dengan penanganan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Bungku.
3.1.2. Bagi Masyarakat
1. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam rangka pembangunan
dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Bungku.
2. Memberdayakan masyarakat

untuk ikut serta dalam rangka rangka

pembangunan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Bungku


sebagai

bagian atau salah satu sub-sistem dari sistem kota secara

keseluruhan.
3. Sebagai wadah dan ruang interaksi sosial dan budaya yang mampu
menggambarkan ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi
warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian;
4. Mampu menstimulasi

kreativitas dan produktivitas warga kota. Juga bisa

berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti: bermain, berolahraga, atau


kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan keseimbangan
kehidupan fisik dan psikis.
IV.

Tenaga Ahli
Tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan ini disyaratkan jenjang pendidikan
Strata 1 (S1) yang memiliki pengalaman profesional di bidang masing-masing
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dari jenjang pendidikan Strata 2 (S2), Strata 3
(S3) sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. Kebutuhan tenaga

Ahli dan

pendukungnya beserta tugas utama dalam kegiatan ini

diuraikan dan

dialokasikan dalam jadwal sebagai berikut :


1)

Ahli Perencanaan Wilayah


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang
teknik planologi atau arsitektur yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2
atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan
pengalaman profesional di bidang perancangan kota sekurang-kurangnya 4
tahun (untuk S1)dan 2 tahun (untuk S2 dan S3).

2)

Ahli Arsitektur/ Lansekap


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik
Arsitektur atau bidang lansekap yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2
atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan
pengalaman profesional di bidang perancangan kota/kawasan sekurangkurangnya 4 tahun(untuk S1)dan 2 tahun (untuk S2 dan S3).

3)

Ahli Geodesi/Pemetaan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik
Jurusan Teknik Geodesi yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3
di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman
profesional di bidang perancangan kota/kawasan sekurang-kurangnya 3
tahun(untuk S1)dan 2 tahun (untuk S2 dan S3)

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Tenaga Ahli


No
A.

B.

C.

Tenaga Ahli

BULAN KE
1

Ket

Ahli Perencanaan Wilayah


1

Pengolahan Data

Master Plan

4 bulan

Ahli Arsitektur/ Lansekap


1

Pengolahan Data

DED/Master Plan Green Map

3 bulan

Ahli Geodesi/Pemetaan
1

Green Map

Masterplan

2 bulan

4.1.1. Tenaga Surveyor dan Operator Komputer


Selain Tenaga Ahli dibutuhkan juga Tenaga Surveyor sebanyak 2 (dua) orang
dan Tenaga Operator Komputer 1 (satu) orang.
4.1.2. Ruang Lingkup Kegiatan, Lokasi dan Peserta
4.1.2.1.

Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan Penyusunan analisis data/ formasi RTH ini akan mencakup beberapa
aspek antara lain adalah :
1. Lingkup Wilayah Perencanaan
Kegitan ini dilaksanakan pada lingkup wilayah administratif kota city Wide
dan kawasan fungsional perkotaan di Kabupaten Morowali Kota Bungku.
2. Lingkup Kegiatan :
lingkup ini termasuk periode perencanaan yang meliputi :
Melakukan persiapan administrasi dan teknis.
Identifikasi RTH eksisting ( mencakup lokasi, luasan, status tanah, fungsi,
jenis vegetasi dsb).
Tahapan perwujudan RTH 30 % (roadmap untuk jangka menengah dan
jangka panjang, sesuai dengan periode RTRW Kabupaten 20 Tahun).
Prioritas implementasi/ peningkatan kuantitas dan kualitas RTH
Merencanakan penyusunan peta hijau sesuai dengan kriteria dan elemen
peta hijau antara lain:
a. Aktivitas ruang luar
b. Fauna
c. Flora
d. Tanah dan air
Melakukan analisis terkait elemen peta hijau yang telah dipetakan
sebelumnya.
Mendeliniasi kawasan yang patut dibangun RTH untuk konsumsi publik.
Menghitung Luasan RTH untuk menetukan Rasio RTH Perkotaan.
Melakukan produksi peta hijau yang telah menjadi hasil akhir.

3. Target Group :
Penyusunan Masterplan RTH ini ditujukan untuk Pemerintah Kabupaten,
swasta dan masyarakat. Pemerintah kabupaten dapat memanfaatkan

Masterplan RTH ini sebagai salah satu suplemen utama dalam penetapan
kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.
4.1.2.2.

Lokasi

Pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan diKabupaten Morowali Provinsi Sulawesi


Tengah yaitu diwilayah perkotaan Kota Bungku.
4.1.2.3. Peserta
Kegiatan penyusunan

masterplan

ini

melibatkan

stakeholder

pemangku

kepentingan yakni, Pemerintah provinsi dan kabupaten, swasta dan masyarakat Kota
Bungku.
4.1.3. Metode Kerja
Kegiatan Penyusunan dan Analisis Data/ Formasi RTH Perkotaan bagi Kabupaten
Bungku ini dilaksanakan secara kontraktual oleh penyedia jasa. Setelah menerima
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) penyedia jasa melakukan pengumpulan data
baik primer maupun sekunder, Penyedia jasa mengumpulkan informasi sejauh
mana ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Kabupaten Morowali
kemudian dilakukan identifikasi. Tahapan Kegiatan sebagai berikut :
1) Melakukan survey sekunder dan primer meliputi obsevasi lapangan dan
analisis citra satelit;
2) Melakukan survey pada lokasi-lokasi RTH untuk melihat kondisi eksisting RTH
Perkotaan;
3) Melakukan perumusan materi teknis;
4) Melakukan deliniasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau;
5) Konsinyasi;
6) Seminar laporan palaksanaan kegiatan yaitu untuk melakukan koordinasi dan
rapat konsolidasi di Kabupaten, terutama untuk menyepakati :
Rencana Jenis kegiatan
Jenis RTH

10

Lokasi RTH
Status Kepemilikan Lahan
Besaran Pendanaan
Jenis Insentif yang diberikan
instansi Pelaksana, meliputi pemerintah kota, swasta serta masyarakat
Waktu dan tahapan pelaksanaan perwujudan RTH (disesuaikan dengan
indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten).
7) Penyusunan laporan kegiatan dan Album Peta.
4.1.4. Penanggung Jawab Kegiatan
PenanggungJawab Kegiatan adalah Dinas Cipta karya Perumahan dan Tata Ruang
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.
4.1.5. Sumber Dana
Kegiatan ini dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Propinsi
Sulawesi Tengah, melalui DPPA-SKPD Nomor : 044/DPA-SKPD/BPKAD/2015
tentang Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD Tahun Anggaran 2015 Dinas Cipta
Karya, Perumahan dan Tata Ruang Daerah Propinsi Sulawesi Tengah. Biaya yang
akan digunakan dalam kegiatan ini sebesar Rp. 150.000.000.- (Seratus Lima Puluh
Juta Rupiah) termasuk PPN/ PPh sebagaimana terlampir.
4.1.6. Keluaran
Pelaksanaan kegiatan Penyusunan dan Analisis Data/Formasi Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau Wilayah I di Kabupaten Morowali ini akan dilaporkan melalui
laporan-laporan berikut:
1)

Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisikan metode atau cara pelaksanaan kegiatan, jadwal rinci

pelaksanaan kegiatan, dan personil yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
ini, serta panduan penyusunan proposal rencana perwujudan dan pengelolaan
Penyusunan dan Analisis Data/Formasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Wilayah
I di Kabupaten Morowali. Laporan Pendahuluan diserahkan 1 (satu) bulan setelah
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) sebanyak 10 (Sepuluh) buku,
kemudian dilakukan diskusi pembahasan bersama tim supervisi dan instansi terkait

11

serta para pelaku pembangunan di daerah. Laporan Pendahuluan dilengkapi


dengan softcopy yang berisi Laporan Pendahuluan, bahan tayangan presentasi
yang dikopi dalam 5 (Lima) buah CD.
2)

Laporan Antara
Laporan ini akan berisikan pembahasan hasil Penyusunan dan Analisis

Data/Formasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Wilayah I Kabupaten Morowali.


Laporan ini akan di diskusikan bersama tim supervisi dan instansi terkait serta
para pelaksana pembangunan di daerah, yang dibuat sebanyak 10 (Sepuluh)
eksemplar dan Laporan ini dilengkapi dengan softcopy yang berisi Laporan Antara,
bahan tayangan presentasi yang dikopi dalam 5 (Lima) buah CD, diserahkan 2
(Dua) bulan setelah SPMK ditandatangani.
3)

Laporan Akhir
Laporan akhir ini akan berisikan penyempurnaan laporan sebelumnya yaitu

hasil Penyusunan dan Analisis Data/Formasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau


Wilayah I di Kabupaten Morowali. Laporan ini di diskusikan bersama tim supervisi
dan instansi terkait serta para pelaksana pembangunan di daerah, yang dibuat
sebanyak 10 (Sepuluh) eksemplar dan softcopy dari seluruh pelaporan dalam
bentuk CD sebanyak 10 (Sepuluh) keping diserahkan setelah pelaksanaan
pekerjaan.
Laporan masterplan RTH yang lengkap meliputi :
a)

Executive Summary yaitu merupakan ringkasan dari seluruh laporan


pelaksanaan perkerjaan dibuat sebanyak 10 Eksemplar;

b)

Compact Disk (CD) berisi Softcopy dari seluruh Laporan yang disampaikan
sebanyak 10 (sepuluh) buah;

c)

Indikasi Program yaitu Indikasi Program Jangka Pendek, Jangka Menengah,


dan Jangka Panjang dalam rangka upaya penyediaan dan peningkatan RTH
berbasis peran serta masyarakat;

d)

Rencana pembiayaan yaitu rencana jenis pelaksanaan pada setiap periode 5


tahunan dan pertahun pelaksanaan;

e)

Dokumen Teknis Lainnya;

f)

Album Peta :

12

a.

Peta analisis mengikuti standar/format (Skala, Legenda, Teks dsb) yang


telah dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG);

b.

Peta

dasar

dapat

menggunakan

sumber

hasil foto udara, citra satelit, disarankan setiap daerah telah memiliki foto
udara pada kawasan perkotaan.
c.

Format album peta A-3 full color.

d.

Album Peta/album gambar desain RTH Kota Site plan + ilustrasi


diserahkan sebanyak 10 (Sepuluh) album + CD diserahkan setelah
pelaksanaan pekerjaan.

V.

Kepemilikan Data dan Hasil Kegiatan


Seluruh kepemilikan data dan hasil kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam KAK

ini adalah hak milik organisasi pengguna jasa yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Cipta Karya, Perumahan dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tengah,
Bidang Penataan Ruang.

13

Anda mungkin juga menyukai