Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

JUDUL : Banjir Rob di Kota Semarang


Pengaruh/Faktor:
Faktor Geograf.
Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit,
yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah
ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota
bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan,
banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah
selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan
sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi,
Mijen, Gunungpati,Tembalang dan Banyumanik. Pusat
pertumbuhan di Semarang sebagai pusat aktivitas dan
aglomerasi penduduk muncul menjadi kota kecil baru,
seperti di Semarang bagian atas tumbuhnya daerah
Banyumanik sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi
penduduk Kota Semarang bagian atas menjadikan daerah
ini cukup padat. Fasilitas umum dan sosial yang mendukung

Dahulunya Banyumanik hanya merupakan daerah sepi tempat


tinggal penduduk Semarang yang bekerja di Semarang bawah
(hanya sebagai dormitory town). Namun saat ini daerah ini
menjadi pusat aktivitas dan pertumbuhan baru di Kota
Semarang, dengan dukungan infrastruktur jalan dan
aksessibilitas yang terjangkau. Fasilitas perdagangan dan
perumahan baru banyak bermunculan di daerah ini, seperti
Carefour, Mall Banyumanik, Ada Swalayan, Perumahan
Banyumanik, Perumahan Pucang Gading, dan fasilitas
pendidikan baik negeri maupun swasta, seperti Undip, Polines,
Unika, dll, dengan dukungan akses jalan tol dan terminal moda
yang memperlancar transportasi. Cepatnya pertumbuhan di
daerah ini dikarenakan kondisi lahan di Semarang bawah
sering terkena bencana rob banjir. Pengaruh ParigeeApogee .
Kekuatan
gaya gravitasi suatu benda ditentukan oleh jarak.

Demikian juga gaya gravitasi bulan, besarnya bergantung


pada jarak dari bulan (garis orbit) ke pusat inti bumi. Orbit
bulan berbentuk elip, karena itu jarak bulan dengan bumi
selalu berubah. Jarak terjauh bulan dari pusat bumi ketika
berevolusi mengelilingi bumi pada orbitnya disebut apogee,
sedangkan jarak terdekatnya disebut perigee (Gambar 1)

Jarak perigee terdekat adalah 356,375km sedangkan jarak


apogee terjauh adalah 406.720km. Jadi, selisih jarak
apogee dengan perigee dapat mencapai 45.000km (lebih
besar darpada keliling bumi). Selisih ini memberikan
pengaruh cukup signifikan terhadap efek gravitasi bulan di
permukaan bumi. Ketika posisi bulan berada pada titik

Bila kondisi itu bersamaan pula dengan situasi bulan


dan matahari berada pada satu garis lurus maka
terbentuklah pasang yang sangat tinggi yang disebut
perigean spring tide. Pasang jenis inilah yang sering
menimbulkan
masalah
bagi
masyarakat
yang
bermukim di kawasan pantai. Bila pasang tersebut
disertai tiupan angin kencang yang durasinya panjang
maka terjadilah fenomena gelombang pasang.
Pengaruh Inklinasi Orbit Bulan dan Sumbu Bumi
Faktor lain
yang menentukan terjadi atau tidaknya perigean spring
tide di suatu tempat adalah apakah tempat tersebut
berada di bawah lintasan bulan atau tidak. Bidang orbit
bulan selalu berinklinasi (tetap) terhadap bidang orbit
bumi dengan sudut 5o8 (Gambar 9.11A), karena itu
suatu ketika bulan dapat berada tepat pada bidang
orbit bumi saat berevolusi.

Titik dimana posisi bulan berada tepat di bidang orbit bumi


saat dia bergerak turun (jika dilihat dari atas kutub utara)
disebut simpul turun (descending node); sedangkan titik
dimana posisi bulan tepat di bidang orbit bumi saat ia
bergerak naik disebut simpul naik (ascending node).
Ketika berada di simpul turun atau simpul naik itulah
lintasan bulan sejajar dengan lintasan matahari (Gambar
2).

Tempat-tempat yang dapat berada di bawah simpul naik atau


simpul turun itu selalu berubah secara siklik karena pengaruh
inklinasi sumbu bumi terhadap bidang orbitnya. Seperti diketahui,
ketika berevolusi mengelilingi matahari kemiringan sumbu bumi
terhadap bidang orbitnya selalu berubah. Perubahan maksimum
sumbu bumi bila dilihat dari atas kutub utara adalah 23,5 o.
Peristiwa itu menyebabkan bidang equator bumi berubah secara
siklik terhadap bidang orbitnya. Ketika sumbu bumi condong ke
arah matahari dengan besar sudut 23,5 o maka lintasan matahari
bila dilihat dari garis equator (katulistiwa) berada pada garis 23,5 o
Lintang Utara (LU). Sebaliknya, bila sumbu bumi condong menjauhi
matahari sejauh 23,5o maka lintasan matahari berada pada garis
23,5o Lintang Selatan (LS).
Untuk lebih mudah memahami perubahan tempat-tempat
lintasan matahari itu simak contoh berikut. Kota Pontianak tepat
berada di garis equator (katulistiwa) yakni pada garis lintang 0 o,
sementara Bandar Sri Begawan (Brunei) berada pada 5 o LU,
sedangkan Jakarta berada pada garis 6o LS. Pada tanggal 20-21
Maret atau 22 -23 September kota Pontianak berada tepat di bidang
orbit bumi, sehingga lintasan matahari tepat diatas kota. tersebut.

Pada saat itu, jika dilihat dari kota Bandar Sri Begawan,
lintasan matahari berada 5o di selatan, sedangkan bila
dilihat dari Jakarta lintasan matahari berada 6 o di utara.
Ketika Jakarta berada tepat di bidang orbit bumi dan pada
saat itu bulan berada pada simpul naik atau simpul turun
maka lintasan bulan dan matahari akan berada tepat di atas
Jakarta. Bila pada saat itu bulan sedang dalam fase bulan
baru atau purnama dan bulan sedang berada pada posisi
perigee pada orbitnya, maka Jakarta dan tempat-tempat
lain yang terletak pada atau di sekitar garis 6 o LS akan
mengalami pasang perigean spring tide yang sangat tinggi.
Kerugian :
TambakRusak.
Pemerintah kota harus melakukan
penyemprotan rutin, karena genangan air yang terjadi
merupakan ancaman dalam bentuk berbagai penyakit,
terutama penyakit kulit dan demam berdarah.

Ida Purnomowati dari Dinas Kelautan dan


Perikanan, DKP, Kota Semarang mengatakan
banyak tambak yang rusak di kawasan pesisir
Semarang.
"Di daerah kecamatan Tugu saja
ada kurang lebih 110 hektar, tambak yang tidak
dapat difungsingkan lagi untuk tahun 2006-2007.
Ini
tentunya
memprihatinkan,"
kata
Ida
Purnomowati dari Dinas Kelautan dan Perikanan,
DKP.
Untuk menangani rob, Ida
Purnomowati mengatakan pihaknya melakukan
gerakan bersih pantai dan laut. Selain untuk
mengatasi dampak rob di pantai, kata Ida, langkah
itu juga menangani dampak rob di daratan .

Latar Belakang
Pesisir merupakan salah satu kawasan tempat tinggal
paling penting bagi manusia dengan segala macam
aktivitasnya. Pada awal tahun 1990, diperkirakan 50% 70% penduduk dunia tinggal di pesisir. Apabila pada saat
itu penduduk dunia berjumlah kurang lebih 5,3 milyar,
maka 2,65 sampai 3,7 milyar tinggal di pesisir. Sampai
tahun 2023, 75% penduduk dunia diprediksi tinggal di
kawasan garis pesisir sampai sejauh 60 km ke daratan
(Edgren 1993 dalam Nurmiladan 2009). Angka tersebut
menunjukkan begitu pentingnya pesisir bagi manusia
terutama untuk tempat tinggal.
Panjang pesisir di Indonesia kurang lebih 81.000 km dan
merupakan pesisir terpanjang di dunia setelah pesisir di
Kanada. Dengan jumlah pulau mencapai 17.500, Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan
kawasan pesisir. Namun, dibalik potensinya yang besar,
persoalan pesisir di Indonesia menjadi masalah yang serius
akibat adanya bencana. Bencana-bencana yang terjadi di
wilayah pesisir diantaranya adalah tsunami dan banjir

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap


tekanan lingkungan baik yang berasal dari darat maupun dari
laut. Salah satu tekanan yang akhir-akhir ini mengancam
keberlangsungan wilayah pesisir di seluruh dunia adalah adanya
kenaikan muka air laut. Secara umum, kenaikan muka air laut
merupakan dampak dari pemanasan global (global warming)
yang melanda seluruh belahan bumi. Berdasarkan laporan IPCC
(International Panel On Climate Change), rata-rata suhu
permukaan global meningkat 0,3 - 0,6 0C sejak akhir abad 19 dan
sampai tahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4
- 5,80C. Diperkirakan pada tahun 2100 mendatang, kenaikan
muka air laut sekitar 1,4- 5,8m (Dahuri, 1996). Naiknya suhu
permukaan global.
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana proses terjadinya Rob ?
2.
Upaya apa saja yang
bisa mengatasi banjir rob di daerah
Semarang ?
3.
Kapan banjir rob sering terjadi ?
4.
Adakah keuntungan dari banjir rob ?

Tujuan Penelitian
1. Memberikan solusi penyelesaian dari
bencana Abrasi atau Rob yang menyebabkan
banjir di daerah pesisir.
2. Mengajak bencana atau masalah yang
terjadi sehingga bencana tak lagi menjadi
masalah namun dapat membawa berkah.
Manfaat Penelitian
Agar mengetahui, apa yang di maksud banjir
rob, dampak dari banjir rob dan faktor yang
mempengaruhi banjir rob di Semarang.

Anda mungkin juga menyukai