Anda di halaman 1dari 3

AYAH

Judul Buku

: AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

Penulis

: Tere-Liye

Penerbit : Gramedia
Tahun Terbit

: April 2011

Tebal Buku

: 302 hlm

Sebuah novel penuh makna kehidupan dan sangat inspiratif. Karangan fiksi ini
banyak yang bilang mirip dengan gaya penceritaan novel Big Fish. Jiplakan atau tidaknya
sang penulis serahkan sepenuhnya kepada pembaca untuk menilainya.
Secara keseluruhan buku mulai kertas, jenis huruf dan sebagainya tidak ada masalah.
Tetapi cover novel ini cukup menarik, bagaimana mungkin dengan judul AYAHKU
(BUKAN) PEMBOHONG, cover yang ditampilkan berupa sebuah apel emas dan pemain
bola memegang piala dan sebuah layang-layang yang di atasnya terdapat dua orang. Mungkin
jika baru pertama kali melihat kalian akan berfikir apa hubungannya cover ini dengan
judulnya? Tetapi semuanya akan jelas ketika kalian membaca bukunya. Seperti puzzle,
perlahan tetapi pasti semuanya akan semakin jelas.
Dengan tema kehidupan anak yang dididik dengan dongeng-dongeng dari ayahnya
novel ini dapat dibaca dari kalangan remaja hingga dewasa muda bahkan dewasa. Dengan
alur maju-mundur cerita novel ini seperti layaknya puzzle, pelan tetapi pasti semuanya
semakin jelas. Dengan gaya bahasa santai tetapi tetap memukau pembaca tidak akan
dibingungkan.
Sejak kecil, Dam, sudah dididik dengan dongeng-dongeng penuh makna kehidupan.
Bahkan, sejak Dam masih di janinpun ayahnya sudah sibuk menceritakan dongeng dari bukubuku atau perjalanan mudanya yang penuh dengan petualangan. Dari dongeng-dongeng itu
terbukti berhasil dengan Dam selalu melakukan dan mengingat hikmah-hikmah atau maknamakna dari dongeng yang diceritakan ayahnya. Tetapi apakah ayahnya siap akan perasaan
keingin tahuan Dam saat dewasa?
Sang Kapten, El Capitano, El Prince adalah pemain sepak bola idola Dam semasa
kecil. Tak jarang dia menirukan gaya selebrasi sang idola, karena idolanya adalah
insipirasinya. Ayahnya mengatakan dia mengenal baik dengan sang kapten, dulu katanya
semasa sang kapten muda memiliki rambut ikal yang sama dengan yang dimiliki Dam, ia
juga mengatakan dulu sang kapten diperolok dengan sebutan si keriting dan si pengecut. Tahu
apa reaksi Dam ketika mendengar itu semua? Dia begitu senang dan terpukau dengan
kesamaan yang mereka berdua miliki. Kebenaran? Siapa peduli? Umur Dam masih kecil
untuk sekritis itu untuk menanyakan soal kebenaran.

Menjelang tes masuk klub renang di kota mereka. Ini bukan pertama kalinya Dam
mengikuti tes masuk ini. Tidak peduli dengan kegagalan yang harus ia tempuh untuk
mencapai keberhasilan. Toh, Sang Kapten idolanya juga harus melalui beberapa kali
penolakan sebelum diterima di klub bola di kotanya. Dia sudah berlatih sangat keras untuk
menghadapi tes hari ini. Sama juga dengan Sang Kapten semasa kecil dia selalu berlatih
dengan bola tenis dan menendangnya ke dinding yang sudah ia tandai. Dan hingga sekarang,
hingga ia menjadi mendunia, Sang Kapten bahkan masih berlatih dua kali lebih lama
dibanding dengan pemain lainnya.
Tes pertama 100 meter dia tempuh dengan rekor terbaiknya. Tes kedua daya tahan.
Bagaimana mungkin ada tes kedua? Pelatih mengumumkan untuk menjadi anggota klub
bukan hanya kecepatan yang dipilih tetapi daya tahan sang perenang. Dam memucat,
semalam dia sehabis begadang menonton siaran langsung permainan Sang Kapten dan
mendengarkan cerita ayahnya tentang Sang Kapten. Teringat Sang Kapten tekad Dam
kembali membulat, dia tidak boleh menyerah karena Sang Kapten pun tidak pernah
menyerah. Tes kedua dimulai, awalnya semua berjalan dengan lancar hingga dia tenggelam,
menelan banyak air dan tidak sadarkan diri. Ibunya berkali-kali mengatakan Masih bisa
tahun depan.
Kesempatan kedua? Belum pernah terbayangkan oleh Dam akan kesempatan kedua.
Tetapi itulah yang ia dapatkan. Sebuah kesempatan kedua. Bagaimana bisa mendapatkannya?
Mungkin kalian tidak akan menyangka bahwa Taani, teman terdekat Dam selama ini, adalah
anak dari pelatih renang di klub tersebut. Taani membujuk ayahnya untuk memberikan
kesempatan kedua kepada Dam dengan alasan sehabis begadang menonton siaran langsung
sepak bola dan karena rekor kecepatan yang dicetak Dam saat tes pertama.
Datanglah Dam pada hari inaugurasi. Sejak pagi bahkan sejak sehari sebelumnya dia
menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat dan tidur lebih awal di malam hari, mencoba
menyimpan sebanyak-banyaknya energi. Demi kesempatan kedua yang akan dia manfaatkan
sebaik mungkin. Renang daya tahan berjalan lancar hingga menit-menit terakhir. Celana
renang Dam mulai kendur dan tiba-tiba terlepas di hadapan ratusan penonton pada hari
inaugurasi tersebut. Tak terbayang betapa malunya Dam. Meskipun Dam akhirnya diterima di
klub tersebut.
Melihat Jarjit menyeringai licik di pintu ruang ganti. Orang yang mengoloknya si
keriting dan si pengecut, orang yang selalu membual tentang Sang Kapten, ya, dialah Jarjit.
Tak terhitung berapa kali mereka berkelahi dan dihukum bersama setelah dipanggil kepala
sekolah. Dan tak terhitung pula Ibunya minta maaf atas perlakuan anaknya itu. Dam
seharusnya tahu pasti dialah pelakunya dan perkelahian pun tidak terelakkan. Beruntung
mereka berdua tidak dihukum karena para senior membantu menutup-nutupi.
Bertahun-tahun berlalu banyak kejadian terjadi selama itu. Seperti dia
berbaikan dengan jarjit, menang lomba estafet 3x200 meter, bertengkar dengan Taani yang
membongkar rahasia tentang sang kapten, dan melihat secara langsung permainan Sang
Kapten di kotanya. Dan melanjutkan sekolah di Akademi Gajah. Disanalah dia menemukan
buku berisi dongeng-dongeng yang diceritakan ayahnya. Dam mulai mempertanyakan
kebenaran cerita ayahnya. Hingga tiba dimana pertengkaran hebat antara Dam dan ayahnya.
3 tahun sudah Dam bersekolah di Akademi Gajah, seminggu sebelum ujian akhir dia
mendapatkan telegram dari ayahnya bahwa keadaan ibu sedang kritis. Selama setahun

terakhir Dam mengumpulkan uang dengan bekerja membantu warga sekitar akademi untuk
biaya terapi ibunya. Ibunya mengidap penyakit bawaan sejak lahir. Setelah beberapa hari
bersama, nyawa ibunya sudah tak tertolong lagi. Meninggalkan Dam dan ayahnya berdua.
Duka yang sangat mendalam menimpa Dam. Dam marah dan murka, menimpakan kesalahan
kepergian ibunya kepada ayahnya. Dam mempertanyakan mengapa tidak diberlakukan terapi
kepada ibu. Tetapi dalam keadaan seserius ini ayahnya masih sempat mengatakan
dongengnya itu. Dam muak dengan ayahnya dan jarang menemuinya hingga setelah lulus
kuliah arsitektur, menikah dengan Taani dan memiliki sepasang anak.
Setelah beberapa tahun menikah dan memiliki rumah sendiri akhirnya ayahya mau
tinggal bersama Dam. Keseharian ayahnya diisi dengan menceritakan dongeng-dongeng
masa kanak-kanak Dam kepada cucunya. Kemuakan akan cerita ayahnya tak bisa terbendung
lagi saat perilaku anak-anaknya berubah. Membolos sekolah demi mencari kebenaran cerita
kakeknya di perpustkaan nasional. Dam mengusir ayahnya mengatakan jangan menceritakan
cerita-cerita itu kepada anaknya. Ayahnya tersinggung pergi meninggalkan rumah Dam.
Keesokan paginya Dam mendapat telefon bahwa ayahnya ditemukan pingsan di atas
pusara ibunya. Kepanikan melanda Dam melupakan seluruh rasa kebencian kepada ayahnya.
Dam bertemu ayahnya sebelum embusan terakhirnya. Ayahnya menceritakan dongeng
terakhirnya. Pemakaman ayahnya berlangsung ramai, bahkan mungkin lebih ramai dari
festival di kotanya. Dan disanalah pembuktian bahwa ayahnya bukan pembohong.
Buku ini sangat tidak terkira atau tertebak, alur yang sangat membuat penasaran dan
penuh tanda tanya saat membacanya, penuh keajaiban dan fantasi-fantasi yang belum pernah
saya bayangkan dengan makna-makna yang tertimbun didalamnya yang sangat menginspirasi
kehidupan, penuh dengan motivasi, ya tuhan jika ditanya kelebihan novel ini, kertas ini tidak
akan cukup untuk menjelaskannya. Kekurangan? Bagaimana mungkin bisa menjelaskan
kekurangannya jika kelebihannya tidak terjelaskan? Saya sudah terbuai oleh keindahan novel
ini.

Anda mungkin juga menyukai