Laporan Tutorial DM
Laporan Tutorial DM
Skenario I:
Mengapa tidak Sembuh-sembuh
Seorang pria berusia 60 tahun datang ke klinik penyakit dalam dengan keluhan luka di
kaki kanan yang tiddak sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya luka tersebut disebabkan
karena tertusuk duri saja dan sudah diobati oleh mantra kesehatan di kampong. Satu minggu
kemudian luka bertambah luas. Kemudian dibawa kembali berobat ke mantra dan disarankan
berobat ke dokter umum.
Kemudian saat berobat ke dokter umum didapatkan keluhan banyak makan,minum,
dan kencing serta penurunan bera badan. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan
laboraturium darah meliputi gula darah sewaktu dan puasa maka dokter merujuk pasien ke
rumah sakit.
Karena pasien menlak untuk dirujuk ke rumah sakit, maka dokter memberikan obat
minum dan membersihkan luka serta memberikan edukasi kepada pasien seperti pengaturan
pola makan, aktivitas fisik, perawatan luka dan mengenali tada bahaya hiperglikemia dan
hipoglikemia.
STEP 1
1. Hiperglikemia : kelebihan glukosa darah karena kekurangan insulin
2. Hipoglikemia : menurunnya kadar klukosa darah <70 mg/dl karena kelebihan insulin
STEP 2
1. Kenapa luka yang diderita tidak sembuh dan makin bertambah besar?
2. Kenapa pasien mengalami polifagia,polidipsia, poliuria dan penurunan berat badan?
3. Bagaimana pemberian edukasi, pengaturan pola makan, perawatan luka , aktivitas
fisik dll?
4. Bagaimana pemeriksaan fisik dan laboratorium?
5. Berapakah nilai kdar glukosa normal?
1
6. Apa penyakit yang diderita oleh tuan tersebut? ( gejala klinik, diagnosis, pencegahan,
penatalaksanaan, komplikasi, klasifikasi, patofiologi)
STEP 3
1. Luka bertambah besar dan tidak sembuh
a. Luka yang diderita tidak sembuh karena kurangnya dan lambatnya pasokan aliran
darah ke jaringan perifer.
b. Merupakan salah satu komplikasi bagi orang yang terkena diabetes mellitus yaitu
berupa macroangiopati.
c. Luka tambah besar karena glukosa meningkat dan bakteri menyukai glukosa sebagai
makanannya.
2. Poliuria
a. Banyak minum karena darah banyak mengandung glukosa yang mana membuat air
tertarik kedalam darah.
b. Peningkatan tekanan osmotic, glukosa menarik H2O
Polifagia.
a. Karena definsiasi insulin mak glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, akhirnya sel
merasa membutuhkan energy berlebih, dan kompensasinya dengan banyak makan.
b. Karena di intrasel tidak ada pasokan glukosa dan di ekstrasel banyak pasokan glukosa
berlebih
Polidipsia
a. Untuk kompensasi karena banyak nya cairan yang keluar dari tubuh sehingga tubuh
memerlukan banyak cairan tambahan.
b. Mengalami dehidrasi.
Penurunan berat badan.
a. Pemakaian energy dari selain karbohidrat seperti protein dan lemak menyebabkan
penurunan berat badan
b. Terkurasnya cadangan makanan yang disimpan di otot seperti lemak dan protein.
3. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Dengan pemeriksaan gula darah puasa/gula darah sewaktu/gula darah 2jam PP.
4. Diagnose diabetes mellitus
Cara mendiagnoasa dengan menganamesis terlebih dahulu untuk menemukan gejala
diabetes :
Keluhan atau apa yang dirasakan
2
STEP 4
1. Kaki diabetic (footdiabetik)
Seperti kita ketahui Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang harus tertangani
dengan baik, jika penanganan diabetes tidak bagus, maka akan muncul komplikasikomplikasi yang bisa memperburuk keadaan pasien penderita diabetes. Komplikasi
dari diabetes dapat berupa komplikasi metabolic akut dan komplikasi vascular jangka
panjang. Dalam hal ini akan diulas tentang patofisiologi komplikasi diabetes yang
mengarah ke terjadinya Kaki Diabetik
Dari komplikasi metabolic akut selain ketoasidosis hal yang dapat terjadi juga adalah
hipoglikemia akibat dari pemakaian insulin dan obat oral yang tidak terkontrol serta
tidak
diikuti
asupan
nutrisi
yang
memadai
(factor
eksogen),
keganasan
Dari
komplikasi
vascular
jangka
panjang
dapat
menyebabkan
kelainan
atau
nekrosis
tidak
bisa
dihindari.
Dari patofisiologi yang telah diulas, jika pengelolaan kaki diabetic tidak bagus, maka
komplikasi terburuk yang bisa terjadi adalah osteomyelitis yang berakhir ke proses
amputasi kaki.
Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan
penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang
buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah
oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, sehingga
menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab seperti
sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti neuropati,
angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta infeksi yang merupakan
faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya kaki diabetik.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan
faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata
mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme
karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat
menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),
akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi
kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat
berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari
akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. neuropati
juga dapat menyebabkan deformitas seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil),
dan Charcot Foot.
2. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu.
Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam
lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu
Insulin adalah hormon yang dibentuk sel beta langerhans yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat bagi sel dalam bentuk insulin yangberfungsi
terhadap transparan glukosa ,asam amino,asam lemak, di samping ituinsulin juga
berperan mengaktifkan enzim sehingga meningkatkan metabolismeintra sel.
Bermacam-macam penyebab Diabetes melitus yang berbeda akhirnyaakan mengarah
ke insufisiensi insulin. Metabolisme karbohidrat yang terganggu akan menyebabkan
kelaparan dalam sel hormon counter regulator seperti flukagon,epineprin, non
epineprin growth hormon dan kortisel akandikeluarkan oleh tubuh.menurunya proses
glikogenesis menyebabkan produksi glukosa dari glikogen meningkat dan
glikogenesis akan menurun yaitu
5
pembentukan glukosa dari non kaarbohidrat seperti sam amino, hal ini akan
menyebabkan penurunan pemecahan lemak menjadi keton untuk member alternative
sumber energi. Kekurangan insulin akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel.menyebabkan sel mengalami kelaparan. Sel sebagai keadaan krisis dengan
mengeluarkan hormon counter regulator untuk tetap memenuhi kebutuhan energi
dengan menggunakan sumber energi lain seperti lemak.akibat tingginya kadar glukosa
darah menimbulkan tiga gejala utama poliuria,polidipsi,polifagia. Karena glukosa
yang masuk ke tubulus tinggi maka glukosa melampui ambang ginjal dan glukosa
akan dibuang bersama urine dan menyebabkan dehidrasi ruang ekstra sel dan cairan
intrasel akan keluar dan menimbulkan mekanisme haus.polifagia terjadi karena
glikogen tidak sampai sel akan mengalami starvasi atau kelaparan dan muncul tanda
lapar (Brunner And Suddart).
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah mengalami
kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi
insulin.18 Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan
pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-macam
diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes
dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali
tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada insulin
dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap
sehat.Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari
semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula
pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya
penderita DM Tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering
dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi
insulin dan resistensi terhadap insulin. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin,
tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
6
Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
Ketiga, dengan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral). Meskipun TTGO dengan beban
75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa
plasma puasa, tetapi memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit dilakukan berulangulang dan dalam praktik sangat jarang dilakukan.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) tergantung dari hasil yang diperoleh.
TGT
glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-190 ml/dl (7,8-11,0 mmol/l).
GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
menuju DM. Keuda keadaan tersebut merupakan faktor risiko terjadinya DM dan
penyakit kardiovaskular di kemudian hari.
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok yang memiliki salah satu faktor
risiko DM.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksan kadar glukosa darah
sewaktu atau kadar glukosadarah puasa. Apabila pada pemeriksaan penyaring
ditemukan hasil positif, maka perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa atau dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar.
Pemeriksaan penyaring untuk tujuan penjaringan masal (mass screening) tidak
dianjurkan mengingat biaya yang mahal, serta pada umumnya tidak diikuti dengan
rencana tindak lanjut bagi mereka yang diketemukan adanya kelainan. Pemeriksaan
penyaring juga dianjurkan dikerjakan pada saat pemeriksaan untuk penyakit lain atau
general check-up.
4. Pemeriksaan fisik dan laboratorium diabetes mellitus
Untuk Dx DM: pemeriksaan glukosa darah/hiperglikemia (puasa, 2 jam setelah
makan/post prandial/PP) dan setelah pemberian glukosa per-oral (TTGO).
Antibodi untuk petanda (marker) adanya proses autoimun pada sel beta adalah islet
cell cytoplasmic antibodies (ICA), insulin autoantibodies (IAA), dan antibodi terhadap
glutamic acid decarboxylase (anti-GAD). ICA bereaksi dengan antigen yang ada di
sitoplasma sel-sel endokrin pada pulau-pulau pankreas. ICA ini menunjukkan adanya
kerusakan sel. Adanya ICA dan IAA menunjukkan risiko tinggi berkembangnya
penyakit ke arah diabetes tipe 1. GAD adalah enzim yang dibutuhkan untuk
memproduksi neurotransmiter g-aminobutyric acid (GABA). Anti GAD ini bisa
teridentifikasi 10 tahun sebelum onset klinis terjadi. Jadi, 3 petanda ini bisa digunakan
sebagai uji saring sebelum gejala DM muncul.
Untuk membedakan tipe 1 dengan tipe 2 digunakan pemeriksaan C-peptide.
Konsentrasi C-peptide merupakan indikator yang baik untuk fungsi sel beta, juga bisa
digunakan untuk memonitor respons individual setelah operasi pankreas. Konsentrasi
C-peptida akan meningkat pada transplantasi pankreas atau transplantasi sel-sel pulau
pankreas.
Sampling untuk Pemeriksaan Kadar Gula Darah
9
Untuk glukosa darah puasa, pasien harus berpuasa 6--12 jam sebelum diambil
darahnya. Setelah diambil darahnya, penderita diminta makan makanan seperti yang
biasa dia makan/minum glukosa per oral (75 gr ) untuk TTGO, dan harus dihabiskan
dalam waktu 15--20 menit. Dua jam kemudian diambil darahnya untuk pemeriksaan
glukosa 2 jam PP.
Darah disentrifugasi untuk mendapatkan serumnya, kemudian diperiksa kadar
glukosanya. Bila pemeriksaan tidak langsung dilakukan (ada penundaan waktu), darah
dari penderita bisa ditambah dengan antiglikolitik (gliseraldehida, fluoride, dan
iodoasetat) untuk menghindari terjadinya glukosa darah yang rendah palsu. Ini sangat
penting untuk diketahui karena kesalahan pada fase ini dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan gula darah tidak sesuai dengan sebenarnya, dan akan menyebabkan
kesalahan dalam penatalaksanaan penderita DM.
Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa
Metode pemeriksaan gula darah meliputi metode reduksi, enzimatik, dan lainnya.
Yang paling sering dilakukan adalah metode enzimatik, yaitu metode glukosa
oksidase (GOD) dan metode heksokinase.
Metode GOD banyak digunakan saat ini. Akurasi dan presisi yang baik (karena enzim
GOD spesifik untuk reaksi pertama), tapi reaksi kedua rawan interferen (tak spesifik).
Interferen yang bisa mengganggu antara lain bilirubin, asam urat, dan asam askorbat.
Metode heksokinase juga banyak digunakan. Metode ini memiliki akurasi dan presisi
yang sangat baik dan merupakan metode referens, karena enzim yang digunakan
spesifik untuk glukosa.Untuk mendiagosa DM, digunakan kriteria dari konsensus
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia tahun 1998 (PERKENI 1998)
Pemeriksaan untuk Pemantauan Pengelolaan DM
Yang digunakan adalah kadar glukosa darah puasa, 2 jam PP, dan pemeriksaan
glycated hemoglobin, khususnya HbA1C, serta pemeriksaan fruktosamin. Pemeriksaan
fruktosamin saat ini jarang dilakukan karena pemeriksaan ini memerlukan prosedur
yang memakan waktu lama. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan ialah urinalisa
10
STEP 5
1. Sekresi insulin
2. Patofisiologi, klasifikasi dan perbedaan DM tipe 1 dan 2
3. Gejala klinik
Diabetes mellitus
11
4. Penentuan diagnosis
5. komplikasi
6. penatalaksanaan
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. PROSES PEMBENTUKAN DAN SEKRESI INSULIN
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam
keadaan normal insulin akan disintesis dan disekresikan ke dalam darah sesuai dengan
kebutuhan tubuh untuk regulasi glukosa darah. Insulin akan membawa glukosa dalam
12
darah masuk ke sel-sel target yaitu sel lemak, otot, dan hepar untuk melakukan fungsi
fisiologisnya sehingga kadarnya dalam darah tidak berlebihan. Apabila glukosa dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam sel target, maka akan terjadi peningkatan kadar
glukosa dalam darah.
Aspek penting dari kerja hormon insulin pada hepar adalah insulin akan menekan
peran pelepasan glukosa endogen dari hepar apabila kadar glukosa dalam darah
meningkat sehingga kadar glukosa dalam darah tidak bertambah banyak. Seperti kita
tahu keadaan homeostasis (normal) glukosa tubuh juga turut dipertahankan oleh
hepar. Ketika kadar glukosa dalam darah menurun dari ambang normal maka hepar
akan melakukan proses glukoneogenesis dan glikogenolisis menghasilkan glukosa
endogen yang dikeluarkan ke dalam darah untuk meningkatkan kadarnya menuju
batas normal. Apabila kadar glukosa dalam darah sudah tinggi dan insulin terstimulasi
untuk keluar maka kerjanya pada hepar menyebabkan hepar tidak mensekresikan
glukosa endogen lagi, sehingga kadar glukosa tidak bertambah tinggi.
Sintesis insulin dimulai dari bentuk preproinsulin (prekursor insulin) di retikulum
endoplasma sel beta pankreas. Dengan bantuan enzim peptidase maka preproinsulin
akan dipecah menjadi proinsulin yang kemudian dihimpun dalam gelembung
gelembung sekresi (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan
bantuan enzim peptidase, proinsulin akan diurai menjadi insulin dan peptida-C (Cpeptide) yang siap disekresikan secara bersamaan melalui membran sel apabila
diperlukan.
13
Produksi dan sekresi insulin oleh sel beta pankreas terutama dipengaruhi oleh
meningkatnya kadar glukosa darah. Ketika glukosa terdapat dalam darah, untuk dapat
masuk ke sel melewati membran sel, glukosa harus berikatan dengan senyawa lain
sebagai kendaraan pembawanya. Senyawa ini disebut GLUT (Glucose Transporter).
Pada sel beta pankreas terdapat GLUT 2 yang diperlukan untuk membawa glukosa
dalam darah melewati membran sel dan masuk ke dalam sel. Proses tersebut
merupakan langkah yang penting karena selanjutnya glukosa yang masuk ke dalam
sel beta pankreas akan mengalami glikolisis dan fosforilasi sehingga menghasilkan
ATP.
14
Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2 (sustained phase,
latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan
bertahan dalam waktu relatif lebih lama. Setelah berakhirnya fase 1, tugas pengaturan
glukosa darah selanjutnya diambil alih oleh sekresi fase 2. Sekresi insulin fase 2 yang
berlangsung relatif lebih lama, seberapa tinggi puncaknya (secara kuantitatif) akan
ditentukan oleh seberapa besar kadar glukosa darah di akhir fase 1, disamping faktor
resistensi insulin. Jadi, terjadi semacam mekanisme penyesuaian dari sekresi fase 2
terhadap kinerja fase 1 sebelumnya. Apabila sekresi fase 1 tidak adekuat, terjadi
mekanisme kompensasi dalam bentuk peningkatan sekresi insulin pada fase 2.
15
Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal, disertai pula oleh aksi insulin yang juga
normal di jaringan ( tanpa resistensi insulin ), sekresi fase 2 juga akan berlangsung
normal. Dengan demikian tidak dibutuhkan tambahan ( ekstra ) sintesis maupun
sekresi insulin pada fase 2 diatas normal untuk dapat mempertahankan keadaan
normoglikemia. Ini adalah keadaan fisiologis yang memang ideal karena tanpa
peninggian kadar glukosa darah yang dapat memberikan dampak glucotoxicity, juga
tanpa hiperinsulinemia dengan berbagai dampak negatif
Aksi Insulin
Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh
terutama metabolisme karbohidrat. Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan
lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate = IRS)
yang terdapat pada membran sel tersebut. Ikatan antara insulin dan reseptor akan
menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme
glukosa didalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya
belum begitu jelas. Setelah berikatan, transduksi sinyal berperan dalam meningkatkan
kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) dan selanjutnya juga pada mendorong
penempatannya pada membran sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah
yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya
mengalami metabolism (Gb. 3). Untuk mendapatkan proses metabolisme glukosa
normal, selain diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan
pula aksi insulin yang berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya
16
resistensi jaringan tubuh terhadap insulin merupakan salah satu faktor etiologi
terjadinya diabetes, khususnya diabetes tipe 2.
Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan dengan metabolisme
glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar dimana GLUT-2 berfungsi
sebagai kendaraan pengangkut glukosa melewati membrana sel kedalam sel. Dalam
hal inilah jaringan hepar ikut berperan dalam mengatur homeostasis glukosa tubuh.
Peninggian kadar glukosa darah puasa, lebih ditentukan oleh peningkatan produksi
glukosa secara endogen yang berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis
di jaringan hepar. Kedua proses ini berlangsung secara normal pada orang sehat
karena dikontrol oleh hormon insulin. Manakala jaringan ( hepar ) resisten terhadap
insulin, maka efek inhibisi hormon tersebut terhadap mekanisme produksi glukosa
endogen secara berlebihan menjadi tidak lagi optimal. Semakin tinggi tingkat
resistensi insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis, dan semakin tinggi tingkat produksi glukosa dari
hepar.
7 transporter glukosa yang berbeda-beda dan diberi nama sesuai urutan penemuannya.
Tabel 3.1 Transporter glukosa pada difusi terfasilitasi
Transporter glukosa
Fungsi
GLUT1
Plasenta,
sawar
otak,
eritrosit,
darah
otak,
ginjal,
Sensor
glukosa
sel
usus
GLUT3
Otak,
plasenta,
ginjal,
GLUT4
Ambilan
glukosa
dirangsang insulin
jaringan adiposa,
jaringan lain
GLUT5
Transporter fruktosa
Jejunum, sperma
GLUT6
Tidak ada
Pseudogen
GLUT7
Transporter
glukosa-6-fosfat Hati
di
retikulum
endoplasma
GLUT4 adalah transporter di jaringan adiposa dan otot. Dalam vesikel di sitoplasma
sel-sel-peka insulin, terdapat cadangan molekul GLUT 4. Sewaktu berikatan dengan
reseptornya, insulin menggumpal dalam bercak-bercak dan diambil oleh sel melalui
proses endositosis yang diperantarai reseptor. Kompleks insulin-reseptor ini akan
masuk ke dalam lisosom, yang mengakibatkan reseptor terurai atau didaur ulang.
Setelah reseptor berikatan dengan insulin, vesikel-vesikel yang berisi cadangan
molekul transporter glukosa di sitoplasma akan bergerak cepat ke membran sel dan
berfusi untuk melepaskan molekul-molekul transporter glukosa. Transporter glukosa
inilah yang akan mengangkut glukosa dari luar sel masuk ke dalam sel.
Insulin juga meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel hati, tetapi bukan melalui
peningkatan jumlah transporter glukosa, melainkan dengan memicu glukokinase. Hal
ini akan meningkatkan fosforilasi glukosa sehingga kadar glukosa bebas intrasel tetap
rendah. Akibatnya glukosa dari luar sel akan masuk ke dalam sel hati.
2. Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.Tingkat kadar glukosa darah
menentukan apakah seseorang menderita DM atau tidak. Tabel berikut menunjukkan
kriteria DM atau bukan :
Bukan DM
Puasa
Vena
18
< 100
2 jam PP
Kapiler < 80
Gangguan
Puasa
Toleransi
Kapiler
Kapiler 80 120
Glukosa
DM
80 -
120
Puasa
Vena
> 140
Kapiler
> 120
2 jam PP
Vena
> 200
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus
19
Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel,
dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
jika sel-sel ? tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka
kadar glukosa akan meningkat danterjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II,
namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
20
3.
Diabetes Gestasional
DIABETES TIPE 1
Penyakit autoimun dengan karakteristik adanya destruksi (kerusakan) -sel pankreas
dan terjadinya absolut insulin defisiensi.Kebanyakan penderita diabetes tipe 1
bergantung pada suplementasi insulin eksogen untuk bertahan. Jika tidak, mereka
akan mengalami komplikasi metabolisme serius seperti akut ketoacidosis dan coma.
Oleh karena itu, diabetes tipe 1 disebut juga sebagai Juvenile-onset diabetes atau
Insulin dependent diabetes (IDDM).
Prevalensi
5 10 % dari kejadian diabetes, sering terjadi pada usia < 20 tahun (anak-anak &
remaja) dalam masa pubertas seiring perkembangan usia. Namun dapat timbul pada
segala usia.
Patofisiologi
21
Faktor Resiko
1. Kerentanan / Pengaruh Genetik
Adanya genetik predisposisi meningkatkan kecenderungan mengidap diabetes tipe 1.
Orang-orang tertentu mungkin memiliki gen diabetogenik suatu profil genetik yang
menyebabkan mereka rentan mengidap diabetes tipe 1. Bagian lokus yang rentan
yakni pada area yang mengkode molekul *MHC kelas II pada kromosom 6p21 (HLAD). Beberapa estimasi menunjukkan HLA locus berkontribusi sebanyak 50 % dalam
kejadian diabetes tipe 1. Juga antara 90%dan 95% oleh HLA-DR3 atau -DR4 atau
keduanya. Gen terkait insulin spesifik lainnya di kromosom 11 diduga berperan dalam
pembentukan diabetes tipe 1 melalui efeknya pada pembentukan dan replikasi -sel.
*MHC (Major Histocompatibility Complex) : gen yang berlokasi pada kromosom no.
6 yang mengkode antigen, meliputi HLA sistem antigen, yang berperan dalam
determinasi histocompatibility
*Histocompatibility : bentuk kesesuaian yang bergantung pada komponen jaringan,
utamanya antigen glikoprotein spesifik pada membran sel
*HLA (Human Leucocyte Antigen) : antigen permukaan sel yang bersifat khas pada
setiap orang. Berfungsi mirip seperti sidik jari
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan menstimulasi respons autoimun.
-
DIABETES TIPE 2
Definisi
Penyakit yang disebabkan kombinasi insulin resistansi dan respon sekretori yang tidak
cukup (insensitivitas) oleh -sel pankreatik. Biasanya menimbulkan relatif insulin
defisiensi.
Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau dalam rentang normal. Karena insulin
tetap dihasilkan oleh -sel pankreatik, maka disebut juga sebagai Noninsulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Adult-onset diabetes.
Prevalensi
Rata-rata 90 95% pasien diabetes mengidap diabetes tipe 2. Mayoritas menimpa
individu yang kegemukan. Sekitar > 80% pengidap obesitas mengalami diabetes tipe
2. Biasanya terjadi pada usia > 30 tahun (dewasa), namun juga bisa terjadi pada usia
anak. Pasien wanita lebih banyak daripada pria.
Patofisiologi
-
23
-sel disfungsi ( sekresi insulin tidak mencukupi dalam menyikapi resistansi insulin
dan hiperglikemia )
-sel mampu beradaptasi terhadap resistensi insulin jangka panjang. Pada resistensi
insulin obesitas, sekresi insulin melebihi kadar normal. Hiperinsulinemia ini terjadi
sebagai kompensasi untuk resistansi perifer dan menjaga kadar glukosa tetap normal
selama bertahun-tahun. Akhirnya, bagaimana pun kompensasi -sel tidak memadai,
sehingga timbullah hiperglikemia.
Faktor Resiko
1.
Juga
terdapat
kaitan
genetik
antara
kegemukan
dan
rangsangan
25
Gambar 1.4.1.
Sel
beta
terjadi
komposisi
sumber
energi
abnormal.
Selain
itu
juga
terjadi
Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional apabila tidak ditatalaksana dengan baik
akan mengakibatkan timbulnya preeklamsi. Preeklamsi atau keracunan kehamilan
adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema (penimbunan cairan dalam cairan
tubuh pada ibu hamil sehingga ada pembengkakan pada tungkai dan kaki) akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
DM Gestasional dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan dengan
meningkatkan resiko malformasi kongenital, bayi lahir meninggal, dan bayi bertubuh
besar, yang dapat menimbulkan masalah saat persalinan. DM Gestasional harus
diperiksa secara rutin pada pemeriksaan medis pranatal.
DM Gestasional terjadi bila dua atau lebih nilai berikut ditemukan atau dilampaui
setelah pemberian 75 gram glukosa secara peroral:
Puasa : 105 mg/dl; 1 Jam : 190 mg/dl; 2 jam : 165 mg/dl; 3 jam : 145 mg/dl.
DM Tipe Lain
Termasuk dalam golongan ini adalah diabetes melitus yang disebabkan oleh berbagai
hal, antara lain:
Cacat genetik fungsi sel beta :
1).
2).
Defek/cacat genetik fungsi sel beta akibat mutasi DNA mitokondria (DNA
adalah molekul pembawa sifat genetik yang terdapat dalam inti sel; mitokondria
adalah organel sel yang berfungsi untuk pernafasan sel dan pembuatan energi sel)
2).
3). Pankreatopati fibrokalkulus (adanya jaringan ikat dan batu pada pankreas)
d. Endokrinopati
1).
2).
3).
4).
Hipertiroidisme
2).
3).
Karakteristik
1. Tingkat
DM tipe 1
DM tipe 2
insulin
tidak ada
atau melebihi
normal
Anak-anak
2. Usia awitan yang
Masa dewasa
lazim
3. Persentase pasien
4. Keterkaitan dengan
kegemukan
10-20%
80-90%
Tidak
Umumnya ya
Ya
Ya
penyakit
6. Kecepatan
perkembangan
gejala
7. Timbulnya ketosis
Cepat
8. Defek dasar
Lambat
Sering jika tidak diobati
Destruksi
normal
sel
29
beta
Jarang
pankreas
Penurunan kepekaan
reseptor
terhadap
insulin
Biasanya penderita kurus, karena terjadi lipolisis dan glukoneogenesis dari lemak,
Sel beta pancreas mamapu menghasilkan insulin namun tidak berfungsi optimal.
Penyebab :
Dominan insulin resisten + defisiensi insulin relatif. Hal ini dihubungkan dengan
pada penderita obese yang mengalami penurunan jumlah receptor insulin, sehingga
walaupun kadar insulin normal/meningkat, penderita tetap hiperglikemia. Faktor lain
yang berpengaruh terhadap resistensi adalah faktor genetik dan lingkungan.
-
Pada saat awal biasanya tidak menunjukkan gejala, penegakan diagnosa dilakukan
31
3.
- ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah,
ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2.Diabetes Tipe II
lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia,
luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke
dokter dan kemudian didiagnosa sebagai DM ialah keluhan:
- Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul
- Kelainan ginekologis : keputihan
- Kesemutan, rasa baal
- Kelemahan tubuh
- Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
- Infeksi saluran kemih
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital atau pun daerah lipatan
kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya timbul akibat jamur.
Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama tidak sembuh. Pada
wanita, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien
datang ke dokter ahli kebidanan. Jamur terutama candida merupakan penyebab
tersering dari keluhan pasien.
Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan
pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki
mungkin keluhan impotensi yang menyebabkan pasien datang ke dokter. Keluhan lain
yaitu mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat
perubahan-perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin pula keluhan tersebut
disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokular akibat kelumpuhan
sementara otot bola mata dapat pula merupakan salah satu sebab pasien berobat ke
dokter mata.
Diabetes mungkin pula ditemukan pada pasien yang berobat untuk infeksi saluran
kemih dan untuk tuberculosis paru. Jika pada mereka kemudian ditanyakan dengan
teliti mengenai gejala dan tanda DM, pada umumnya juga akan ditemukan gejala khas
33
DM, yaitu poliuria akibat diuresis osmotic, polidipsia, polifagia dan berat badan
menurun.
banyak minum,
banyak kencing,
Rasa haus
Banyak kencing
34
Rasa lapar
Badan lemas
Rasa gatal
Kesemutan
Mata kabur
Kulit Kering
35
Akibat keadaan pascaabsortif yang kronik, katabolisme protein dan lemak, dan
kelaparan
relatif sel-sel akibat sel tidak bisa menggunakan glukosa. Sering terjadi
penurunan berat
badan.
berlebihan,
asam lemak bebas. Ketika asam lemak bebas sampai di hati, mereka akan diesterifikasi
menjadi
fatty acyl coenzim A. Oksidasi molekul ini dengan mitokondria hati akan
- Pandangan kabur
- Lemah
- Paresthias ( mati rasa )
- Infeksi kulit
- Penyembuhan luka yang lama
- Kehilangan berat badan yang tidak normal
- Kadang kadang tidak ada gejala spesifik
4.
Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa
darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena,
ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angkaangka
kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO.
Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer.
II.1.1. Diagnosis diabetes melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes.
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik
DM seperti di bawah ini:
Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae
pada wanita
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:
37
Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah
satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah
terstandardisasi dengan baik.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan seperti
kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan
Catatan :
Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil,
dilakukan ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa
faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
40
glukosa darah.
Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan
mandiri dan perubahan perilaku.
Langkah-langkah penatalaksanaan penyandang diabetes
Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama:
Evaluasi medis meliputi:
Riwayat Penyakit
Gejala yang timbul,
Hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu meliputi:
glukosa darah, A1C, dan hasil pemeriksaan khusus
yang terkait DM
Pola makan, status nutrisi, dan riwayat perubahan berat
badan
Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa
muda
Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara
lengkap, termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan
yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara
mandiri, serta kepercayaan yang diikuti dalam bidang
terapi kesehatan
Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang
digunakan, perencanaan makan dan program latihan
jasmani
Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik,
hiperosmolar hiperglikemia, dan hipoglikemia)
Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi,
42
A1C
Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL,
LDL, dan trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Keton, sedimen, dan protein dalam urin
Elektrokardiogram
Foto sinar-x dada
Rujukan
Sistem rujukan perlu dilakukan pada seluruh pusat pelayanan
kesehatan yang memungkinkan dilakukan rujukan. Rujukan
meliputi:
- Rujukan ke bagian mata
- Rujukan untuk terapi gizi medis sesuai indikasi
- Rujukan untuk edukasi kepada edukator diabetes
- Rujukan kepada perawat khusus kaki (podiatrist), spesialis
perilaku (psikolog) atau spesialis lain sebagai bagian dari
pelayanan dasar.
- Konsultasi lain sesuai kebutuhan
Evaluasi medis secara berkala
Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam
sesudah makan, atau pada waktu-waktu tertentu lainnya sesuai
dengan kebutuhan
Pemeriksaan A1C dilakukan setiap (3-6) bulan
Secara berkala dilakukan pemeriksaan:
Jasmani lengkap
Mikroalbuminuria
Kreatinin
Albumin / globulin dan ALT
Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan
trigliserida
EKG
Foto sinar-X dada
44
Funduskopi
darah
yang
terlalu
rendah
(hipoglikemia)
atau
terlalu
tinggi
(hiperglikemia).
a. Hipoglikemia
Kadar glukosa darah yang terlalu rendah sampai di bawah 60 mg/dl disebut
hipoglikemia. Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita DM yang diobati dengan
suntikan insulin ataupun minum tablet anti-diabetes, tetapi tidak makan dan olah
raganya melebihi biasanya.37 Bisa juga terjadi pada alkoholik, adanya tumor yang
mensekresi glukagon, malnutrisi, dan yang jarang terjadi pada sepsis. Hipoglikemia
dapat juga terjadi tanpa gejala awal pada sebagian pasien DM yang juga menderita
hipertensi, khususnya di malam hari atau saat menggunakan obat bloker beta (obat
hipertensi).36
Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung pada sejauh mana
glukosa turun. Keluhan hipoglikemia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
kategori besar, yaitu :
1. Keluhan akibat otak tidak mendapat cukup kalori sehingga menggangu fungsi
intelektual, antara lain sakit kepala, kurang konsentrasi, mata kabur, capek,
bingung, kejang, dan koma.
45
2. Keluhan akibat efek samping hormon lain (adrenalin) yang berusaha menaikkan
kadar glukosa darah, yaitu pucat, berkeringat, nadi berdenyut cepat, berdebar,
cemas, serta rasa lapar.
3. Pada awalnya ketika glukosa darah berada pada tingkat 40-50 mg/dl, pasien DM
mengalami gemetaran, keringat dingin, mata kabur, lemah, lapar, pusing, sakit
kepala, tegang, mual, jantung berdebar, dan kulit dingin. Pada saat glukosa darah di
bawah 40 mg/dl, pasien akan merasa mengantuk, sukar bicara seperti orang mabuk,
dan bingung. Dan pada saat glukosa di bawah 20 mg/dl keluhan atau gejala yang
terjadi adalah kejang, tidak sadarkan diri (koma hipoglikemia), dan bisa
menyebabkan kematian.35
b. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah gawat darurat akibat hiperglikemia dimana
terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi
membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak
dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut
keton. Keadaan ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau
mungkin karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan
ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik.20,37 Biasanya paling sering
ditemukan pada penderita DM Tipe 1, namun pada penderita DM Tipe 2 pada
keadaan tertentu seperti stress, infeksi, kelainan vaskuler ataupun stress emosional
juga beresiko mendapatkan KAD.38
Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah.
Keluhan dan gejala tersebut berupa nafas yang cepat dan dalam, nafas bau keton
atau aseton, nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan
turun, capek, lemah, bingung, mengantuk, dan kesadaran menurun sampai koma.35
Hasil pengamatan di bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM tahun 1990,
terdapat 152 pasien DM yang dirawat dengan CFR sebesar 24,9 % dari 15 kasus
KAD
c. Hiperosmolar Non-Ketotik
Hiperosmolar Non-Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah
sangat tinggi sehingga darah menjadi sangat kental, kadar glukosa darah DM bisa
sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya
46
keluar dari tubuh melalui kencing. Maka, timbullah kekurangan cairan tubuh atau
dehidrasi.20
Gejala Hiperosmolar Non-Ketotik mirip dengan ketoasidosis. Perbedaannya, pada
Hiperosmolar Non-Ketotik tidak dijumpai nafas yang cepat dan dalam serta berbau
keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing, lemah,
kaki dan tungkai kram, bingung, nadi berdenyut cepat, kejang dan koma.20
Komplikasi Kronik
Kadar gula darah pada penderita DM dapat dikontrol. Jika kadar gula darah tetap
tinggi akan timbul komplikasi kronik. Komplikasi kronik diartikan sebagai kelainan
pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan
fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Komplikasi kronik sering dibedakan berdasarkan
bagian tubuh yang mengalami kerusakan, seperti kerusakan pada saraf, ginjal, mata,
jantung, dan lainnya.10,20
a. Kerusakan Ginjal (Nephropathy)
DM dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal. Ginjal menjadi tidak dapat
menyaring zat yang terkandung dalam urin. Bila ada kerusakan ginjal, racun tidak
dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor
keluar. Penderita DM memiliki resiko 20 kali lebih besar menderita kerusakan
ginjal dibandingkan dengan orang tanpa DM.20,21,35
Gambaran gagal ginjal pada penderita DM yaitu : lemas, mual, pucat, sesak nafas
akibat penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin/ureum serum ditemukan berkisar 2-7 % dari penderita DM. selain itu
adanya proteinuria tanpa kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal
nefropati diabetik.15
b. Kerusakan Saraf (Neuropathy)
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Baik penderita
DM Tipe 1 maupun Tipe 2 bisa terkena neuropati. Hal ini bisa terjadi setelah
glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10
47
tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan
rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat dikirim.20,21
Keluhan dan gejala neuropati tergantung pada berat ringannya kerusakan saraf.
Kerusakan saraf yang mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sampai
membuat penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat
denyut jantung dan membuat muncul banyak keringat. Kerusakan saraf sensoris
(perasa) menyebabkan penderita tidak bisa merasakan nyeri panas, dingin, atau
meraba. Kadang-kadang penderita dapat merasakan kram, semutan, rasa tebal, atau
nyeri. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena
tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi
c. Kerusakan Mata
Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama kebutaan. Setelah
mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2 persen penderita DM menjadi buta dan
10 persen mengalami cacat penglihatan.20 Kerusakan mata akibat DM yang paling
sering adalah Retinopati (Kerusakan Retina). Glukosa darah yang tinggi
menyebabkan rusaknya pembuluh darah retina bahkan dapat menyebabkan
kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar dari pembuluh darah inilah
yang menutup sinar yang menuju ke retina sehingga penglihatan penderita DM
menjadi kabur.39,10 Kerusakan yang lebih berat akan menimbulkan keluhan seperti
tampak bayangan jaringan atau sarang laba-laba pada penglihatan mata, mata kabur,
nyeri mata, dan buta.20
Selain menyebabkan retinopati, DM juga dapat menyebabkan lensa mata menjadi
keruh (tampak putih) yang disebut katarak serta dapat menyebabkan glaucoma
(menyebabkan tekanan bola mata).40
d. Penyakit jantung
DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di
dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah
koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat
suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan suplai darah ke otot jantung,
penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah meningkat,
sehingga dapat mengakibatkan kematian mendadak
48
e. Hipertensi
Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang
tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi dapat
memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke.
Antara 35-75% komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan
pengapuran atau pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah.20
f. Gangguan Saluran Pencernaan
Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara
lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan
menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan
makanan lebih lama tinggal di dalam lambung. Gangguan pada usus yang sering
diutarakan oleh penderita DM adalah sukar buang air besar, perut gembung, dan
kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan
diare, kotoran banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut.
Komplikasi:
Penglihatan kabur
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
Pembusukan
mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila
tidak
makan
malam.
Upayakanlah
tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan kentang atau bisa juga
pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan buah-
buahan.
tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction
attack.
Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita diabetes kirakira
dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita diabetes.,
50
pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk mencegah gangguan
jantung pada penderita
diabetes.
Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena infeksi, terkena
knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang
terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal
sebagai penyulit gangren atau ulkus.
Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena
tidak
tersumbat
atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau bagian yang
terinfeksi harus
diamputasi.
Penderita diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula darahnya serta
diberi antibiotika. Penanganan gangren perlu kerja sama dengan dokter bedah.
Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu mendapat informasi mengenai cara
aman memotong kuku serta cara memilih sepatu.
Impotensi juga menjadi momok bagi penderita diabetes, impotensi disebabkan
pembuluh
51
psikologis.
Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring
darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus).
Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi
secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini.
Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah
struktur
penghalang protein
ini berpengaruh buruk
52
Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling penting
untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim
pengonversi angiotensin (ACE inhibitors) dan atau penghambat reseptor angiotensin
(ARBs). Selain itu dilakukan pengendalian kadar gula darah dan pembatasan asupan
protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan per hari).
Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal memerlukan hemodialisis atau
transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa bengkak
pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan,
mengalami penurunan berat badan.
Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa memperparah kerusakan ginjal,
misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi
nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.
Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Yang terutama adalah
retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi
makan retina.
Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina
bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat. Selain itu terjadi cabangcabang abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat.
Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati lensa mata.
Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang akan dibawa ke otak oleh
saraf optik.
Bila pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan
yang dikirim ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan
yang bocor mengumpul di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan
sentral. Akibatnya, penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta
obyek yang lurus di depan mata.
53
Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus, materi
jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan
cahaya yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami
distorsi. Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus
vitreum dapat mengerut dan menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian
belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul di iris (selaput pelangi mata)
menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang yang
menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada
mata.
Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu foto
rontgen mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui kebocoran pembuluh
darah.
Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser
untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah
abnormal yang rapuh. Selain itu bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan
mengeluarkan vitreus yang dipenuhi darah dan menggantinya dengan cairan jernih.
Penderita retinopati hanya boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan
membungkuk sampai kepala di bawah.
Menderita diabetes bukan berarti kiamat. Penderita diabetes bisa hidup secara wajar
dan normal seperti orang- orang yang bukan penderita diabetes. Bedanya, penderita
diabetes harus disiplin mengontrol kadar gula darah agar tidak meningkat di atas
normal untuk jangka waktu panjang.
Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau
kencing manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula
(glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi
baik.
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi
54
55
6. Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila
kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan
insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera
diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi.
Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan
cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
II.2.3.1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan
penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien
dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Berbagai hal
tentang edukasi dibahas lebih mendalam di bagian promosi
perilaku sehat di halaman 38.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda
dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan
kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan
secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
II.2.3. 2. Terapi Nutrisi Medis
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari
penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM
adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,
ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
56
keluarganya).
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai
dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir
sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan
zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal
makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Natrium
A
njuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan
anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg
atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
M
ereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg
garam dapur.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Serat
Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan
sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena
mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik
untuk kesehatan.
A
njuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.
Pemanis alternatif
Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis
tak berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan
fruktosa.
G
ula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol
dan xylitol.
58
D
alam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes
karena efek samping pada lemak darah.
Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain
aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan
neotame.
Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake / ADI)
B. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang
dimodifikasi adalah sbb:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di
bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal : BB ideal 10 %
Kurus : < BBI - 10 %
Gemuk : > BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg)/ TB(m2)
Klasifikasi IMT*
BB Kurang < 18,5
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih 23,0
o Dengan risiko 23,0-24,9
o Obes I 25,0-29,9
o Obes II > 30
59
Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu
pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap
dilakukan (lihat tabel 4). Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat,
intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah
mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
61
Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat).
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
1.
E. DPP-IV inhibitor
Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormon
peptida yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptida
ini disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan yang
masuk ke dalam saluran pencernaan. GLP-1 merupakan
perangsang kuat penglepasan insulin dan sekaligus
sebagai penghambat sekresi glukagon. Namun demikian,
secara cepat GLP-1 diubah oleh enzim dipeptidyl
peptidase-4 (DPP-4), menjadi metabolit GLP-1-(9,36)amide yang tidak aktif.
Sekresi GLP-1 menurun pada DM tipe 2, sehingga upaya
yang ditujukan untuk meningkatkan GLP-1 bentuk aktif
merupakan hal rasional dalam pengobatan DM tipe 2.
Peningkatan konsentrasi GLP-1 dapat dicapai dengan
pemberian obat yang menghambat kinerja enzim DPP-4
(penghambat DPP-4), atau memberikan hormon asli atau
analognya (analog incretin=GLP-1 agonis).
Berbagai obat yang masuk golongan DPP-4 inhibitor,
mampu menghambat kerja DPP-4 sehingga GLP-1 tetap
dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif dan
mampu merangsang penglepasan insulin serta
menghambat penglepasan glukagon.
3. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan
jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO
tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO
kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-combination dalam
bentuk tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari
kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula
diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda
atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang
disertai dengan alasan klinis di mana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga
OHO dapat menjadi pilihan. (lihat bagan 2 tentang algoritma
pengelolaan DM tipe 2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal
(insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan
pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh
kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang
cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10
68
(3) DM kehamilan
(4) DM dan gangguan faal hati yang berat
(5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
(6) DM dan TBC paru akut
(7) DM dan koma lain pada DM
(8) DM operasi
(9) DM patah tulang
(10) DM dan underweight
(11) DM dan penyakit Graves
b) Beberapa cara pemberian insulin
(1) Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
(a) lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan paha.
Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan
rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan
absorpsi setiap hari.
(b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit
setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah
dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
(c) Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
(d) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
(e) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan
intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
(f) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi.
Tetapi apabila terdapat penurunan dari u 100 ke u 10 maka efek insulin dipercepat.
(2) Suntikan intramuskular dan intravena
72
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus
dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis
rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.
e. Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identik (Tjokroprawiro, 1992).
DAFTAR PUSTAKA
(2005).Physiology
from
Cellular
to
Cell.10th
edition.USA.Jhon
Wiley&Sons,Inc.ISBN 0-471-29301-2
Robbert K. Murray dkk. Glukoneogenesis dan pengontrolan kadar glukosa darah.
BiokimiaHarper. Jakarta. EGC
73
74