Anda di halaman 1dari 18

ATYPICAL MANIFESTATIONS

OF DENGUE
Pembimbing
dr. Firdaus DJ, Sp.A
Disusun oleh:
Dea Lita Barozha.,S.Ked
Lita Marlinda., S.Ked
Prianggara Rostu., S.Ked
Rizqun Nisa., S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD ACHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

RINGKASAN
Latar belakang
Sebagaimana terjadinya peningkatan
penyebaran demam dengue dan demam
berdarah dengue, manifestasi atipikal juga
meningkat, meskipun manifestasi tersebut
mungkin kurang dilaporkan karena
kurangnya kesadaran.

Tujuan
Review ini menggabungkan deskripsi dari
manifestasi atipikal dengue, seperti
ensefalitis dengue, miokarditis dengue,
hepatitis dengue dan kolesistitis dengue.

PENDAHULUAN

Dengue, penyakit arboviral yang paling


umum ditularkan secara global,
disebabkan oleh empat serotipe virus
dengue yang berbeda antigen (DEN 1,
DEN 2, DEN 3 dan DEN 4).
Hal ini merupakan endemik di Asia
Tenggara, Pasifik Timur dan Afrika Barat,
Karibia dan Amerika. Epidemi demam
berdarah dengue (DBD) terjadi setiap
tahun dengan wabah besar terjadi setiap
3 tahun.

Infeksi dengue dapat terjadi asimtomatik,


dan dapat menyebabkan demam tidak
terdiferensiasi (atau sindrom virus), demam
berdarah atau DBD.
DBD biasanya dikaitkan dengan infeksi
dengue sekunder tapi dapat muncul selama
infeksi primer, terutama pada bayi yang
memiliki antibodi dengue IgG maternal.
Paparan kedua DBD sangat jarang terjadi:
telah terbukti terjadi sekitar 0,5% dari
kasus dalam penelitian selama periode 16
tahun di Rumah Sakit Anak di Bangkok.

Sebagaimana dengue dan DBD diasumsikan proporsi


global, semakin banyak manifestasi atipikal muncul,
yang mungkin kurang dilaporkan karena kurangnya
kesadaran. Tinjauan ini mengkonsolidasikan secara
singkat manifestasi atipikal dengue

Manifestasi Neurologis Atipikal


Dengue

Ensefalopati pada DBD merupakan manifestasi atipikal dan


dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk sensitivitas
depresi, kejang, kaku kuduk, tanda-tanda piramidal, sakit
kepala, edema papil, mioklonus dan gangguan perilaku.
setelah infeksi virus dengue mengakibatkan sisa sisa gejala
yaitu amnesia, demensia, manik psikosis, Sindrom Reye dan
meningoencephalitis.
Keterlibatan gejala neurologis terjadi karena adanya
perdarahan intrakranial, edema cerebral, hiponatremia,
anoksia serebral, gagal hati fulminan dengan ensefalopati
portosystemic, gagal ginjal atau pelepasan produk beracun.

Penelitian prospektif dengan studi case telah dilakukan selama 2 tahun di rumah
sakit di Vietnam, terdapat 0,5 % pasien dengan ensefalopati dengue dari semua
pasien yang dirawat dengan kasus DBD (Cam et al. 2001).

Studi lain dari Vietnam yaitu virus dengue ditemukan di 4,2% pada pasien
dengan sistem saraf pusat (SSP) (Solomon et al. 2000).

Dalam salah satu penelitian virus dengue, telah dilakukan Observasi pada cairan
serebrospinal (CSF), didapatkan hasil lima dari enam pasiendengan ensefalitis,
menunjukkan bahwa virus dapat menembus dan menyerang otak melalui sawar
darah otak (Lum et al. 1996).
Keterlibatan Tingkat keparahan penyakit neurologis yang disebabkan oleh serotipe
dengue yang berbeda telah dibuktikan dalam sejumlah penelitian. Terutama untuk
dengue serotipe 2 dan 3 dilaporkan menyebabkan gejala neurologis. (Lum et al
1996;. Row et al 1996;. Hommel et al, 1998.).

Hasil MRI dengan penelitian secara kohort pada pasien dengan neurologis dengue
menunjukkan edema otak pada sebagian besar pasien; ensefalitis tidak umum
ditemukan ; dan satu pasien memiliki perdarahan intrakranial (Cam et al. 2001).

Manifestasi gastrointestinal atipikal


dari dengue
Manifestasi gastrointestinal dari demam berdarah semakin sering
ditemukan dan dilaporkan, seperti hepatitis, gagal hati fulminan,
kolesistitis, pankreatitis akut, parotitis akut dan diare demam.
Antigen dari virus dengue ditemukan dalam sel-sel Kupfer dan sel
lapisan sinusoidal dalam hati. Deteksi antigen virus dengue di
hepatosit menunjukkan bahwa sel-sel tersebut dapat mendukung
replikasi virus (Miagostovich et al. 2002).
Manifestasi hati dapat ditandai dengan manifestasi dari hepatitis
akut dengan rasa sakit di hypochondrium, hepatomegali, ikterus
dan mengangkat tingkat aminotransferase.
Kuning pada pasien ini adalah multifaktorial. Hal ini dapat
disebabkan agresi hati yang disebabkan oleh virus dengue dan /
atau hipoksia dan jaringan iskemia dalam kasus syok. Penyakit
kuning terjadi pada 12-62% pasien dengan sindrom syok dengue
(Mohan et al. 2000).

Pankreatitis akut merupakan komplikasi yang


jarang demam berdarah. Ada laporan kasus
terisolasi menyoroti keterlibatan pankreas
pada demam dengue (Jusuf et al 1998;. Chen
et al 2004.).
Dua pasien demam dengue dilaporkan dengan
febrile diarrhoea diikuti dengan luka pada
kulit (Helbok et al. 2004). Awal diduganya
demam dengue terutama adanya karakteristik
leukopenia dan trombositopenia. Pembesaran
kelenjar parotis pada pasien infeksi dengue
dan bukti virus dengue terdapat di saliva
merupakan kasus yang unik (Torres et al.
2000.)

Manifestasi kardiovascular atipikal


pada demam dengue
Manifestasi pada jantung dari demam dengue
sebenarnya jarang ditemukan namun kelainan irama
jantung seperti atrioventricular blok, atrial fibrilasi,
gangguan nodus sinus, dan denyut ventricular ektopik
pernah dilaporkan pada pasien demam berdarah
dengue (Chuah 1987; Khongphatthallayothin et al.
2000;

Manifestasi ginjal atipikal pada


demam dengue
Gagal ginjal akut jarang ditemukan pada demam dengue
dan muncul terutama sebagai syok pada akut tubular
nekrosis. Ini diamati sebagai komplikasi demam dengue di
Perancis (Hommel et al. 1999)

Perubahan glomerular pada pasien demam berdarah


dengue sangat jarang terjadi.
Wiwanitkit menemukan bahwa diameter dari kompleks
imun virus dengue lebih kecil daripada diameter
glomerulus. Jadi ia menjelaskan bahwa kopleks imun hanya
bisa menyumbat pada glomerulus yang lebih sempit akibat
dari luka sebelumnya dan menyimpulkan bahwa kompleks
imun tidak berperan penting dalam proses terjadinya gagal
ginjal pada infeksi dengue (Wiwanitkit 2005b).

Manifestasi pernafasan atipikal pada


demam dengue
Demam berdarah dengue dapat menyebabkan akut respiratori distress
sindrom (ARDS) (Lum et al. 1995; Thong 1998; Sen et al. 1999).
Antigen virus dengue ditemukan pada lapisan sel alveolar paru. Terjadi
peningkatan permeabilitas membran kapiler-alveolar akibat edema di
alveoli dan ruang intersitial yang menyebabkan disfungsi paru (Lum et
al. 1995).
Dengue syok sindrom dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama
ARDS pada anak di daerah endemic dengue (Goh et al. 1998).
Pengisian perfusi jaringan yang adekuat sangat penting untuk
pecegahan dengue syok sindrom menjadi ARDS. Namun, harus
diperhatikan dalam pemberian yang adekuat karena pemberian cairan
yang berlebihan juga dapat menyebakan ARDS
Komplikasi ini membutuhkan penanganan yang tepat dan baik untuk
mendapatkan hasil yang baik. Pendarahan paru disertai atau tanpa
adanya haemoptysis pernah dilaporkan pada kasus demam berdarah
dengue (Liam et al. 1993; Setlik et al. 2004).

Komplikasi Limforetikular dari


Dengue

Antigen virus dengue ditemukan secara dominan pada sel limpa,


timus dan nodus limfe. Pada DBD. Limfadenopati ditemukan pada
sebagiaan kasus dan splenomegaly jarang ditemukan pada bayi kecil.
Tenaga kesehatan harus waspada terhadap komplikasi yang fatal ini
terutama di area yang endemis dengue. Kasus dari rupture limpa
dapat salah di diagnosis karena kesalahan interpretasi dari sindrom
syok pada kasus sindrom syok dengue.
Splenektomi dapat bersifat kuratif. Kasus dari infark nodus limfe yang
berhubungan dengan infark intravascular diseminata pada kasus
demam dengue yang terbukti secara serologis telah dilaporkan (Rao
et al. 2005).

Komplikasi Muskuloskeletal Atipikal


dari Demam Dengue
Komplikasi musculoskeletal atipikal dari demam dengue didefinisikan
secara klasik sebagai demam yang menyebabkan nyeri yang berat pada
otot, sendi dan tulang. Rhaabdomyolisis tidak dikarakteristikan secara
khas pada DBD. Ada beberapa kasus yang dapat membantu untuk
mengenali komplikasi ini (Gunasekera et al. 2000; Davis & Bourke 2004).
Invasi secara langsung ke otot oleh virus belum pernah di
demonstrasikan dan kebanyakan penyebabnya adalah sitokin
myotoxic, yaitu TNF. Data dari specimen biopsy otot menunjukan
beberapa range penemuan dari infiltrate limfositik ringan sampai focus
ke beberapa myonekrosis (Malheiros et al. 1993).

Davis et al. menyarankan bahwan urinalisis dilakukan pada semua pasien


dengan DBD berat sebagai alat skrining dan bahwa level serum kreatini
fosfokinase harus diukur jika hasil urinalisis positif terhadap sel heme. Hal
ini masih perjalanan yang jauh untuk mengenali komplikasi ini.

Pasien dengan
dengue dapat
muncul dengan
gejala kelemahan
motoric. Level
kreatinin
fosfokinase yang
meningkat pada
kebanyakan
pasien dan
elektromiografi
serta biopsy otot
yang konsisten
dengan myositis.

Kalita et al. (2005)


telah menunjukan
bahwa di area
yang endemis
dengan dengue,
penyakit dengue
related acute pure
motor
quadriplegia
karena myositis
harus dipikirkan
diagnosis
bandingnya
adalah flaccid
paralysis akut.

Myalgia yang
berhubungan
dengan demam
dengue biasanya
bersifat
sementara. Tetapi
ada kejadian
myalgia yang
memanjang
setelah tahap
resolusi dari
infeksi (Finsterer
& Konqchan
2006). Myalgia ini
dapat diatasi
dengan
pemberian
kortikosteroid.

Tabel 3. Manifestasi atipikal dengue

Sistem
Manifestasi

Neurologis

Gastrointestinal
Hepatik

Rujukan

Kho et al. (1981), Row et al. (1996), Thakare et al.


(1996),
Cam et al. (2001)
Lum et al. (1996), Hommel et al. (1998)
Luiz Jose de Souza et al. Brazilian Journal of
Infectious
Diseases vol.9 no.3 Salvador June 2005

Encephalopathy

Encephalitis aseptic meningitis


Perdarahan intrakanial thrombosis

Mononeuropathies
polyneuropathies
GuillaneBarre Syndrome
Myelitis

Soares et al. (2006)

Leao et al. (2002)

Hepatitis fulminant hepatic failure

Ginjal

Jantung

Acalculous cholecystitis
Pankreatitis akut
Diare febril
Partitis akut
Sindrom uremik hemolitik
Gagal ginjal
Miokarditis

Pernafasan

Muskuloskeletal

Lymphoreticular

Aritmia

Perikarditis
ARDS
Perdarahan paru
Myositis
Rhabdomyolysis
Ruptur splen spontan

Lymph node infarction

Lawn et al. (2003)


Sharma et al. (2006), Goh & Tan (2006), Wu et al.
(2003)
Jusuf et al. (1998), Chen et al. (2004)
Helbok et al. (2004)
Torres et al. (2000)
Wiersinga et al. (2006)
Hommel et al. (1999), Wiwanitkit (2005a,b)
Promphan W et al. (Promphan et al. 2004)
Veloso et al. (2003), Khongphatthallayothin et al.
(2000),
Chuah (1987)
Nagaratnam et al. (1973)
Sen et al. (1999), Thong (1998), Lum et al. (1995)
Setlik et al. (2004), Liam et al. (1993)
Kalita et al. (2005)
Gunasekera et al. (2000), Davis & Bourke (2004)
Imbert et al. (1993), Redondo et al. (1997),
Miranda et al. (2003)
Rao et al. (2005)

Kesimpulan
Dengue dapat memiliki
gejala yang bervariasi
dan multisistemik.
Manifestasi atipikal
yang digambarkan
pada jurnal ini mungkin
bisa tidak dideteksi dan
tidak dilaporkan.
Bagaimanapun juga,
sangat penting untuk
mengetahui manifestasi
klinis dengan tujuan
menegakan diagnosis
dan manajemen yang
tepat, terutama karena
berbagai masalah
kesehatan global yang
ditimbulkan oleh
dengue.

Daftar Pustaka

Terlampir

Anda mungkin juga menyukai