Anda di halaman 1dari 78

GANGGUAN NEUROSA

Oleh :
Ahmad Maliki
105070107111010

Pembimbing :
Dr. Happy Indah Hapsari, Sp.KJ

Suatu kesalahan penyesuaian diri secara


emosional karena tidak diselesaikannya
suatu konflik secara tidak sadar
(Maramis, 1980)

Ciri - ciri
Gangguan mental dengan gejala yang

tidak mempunyai dasar organik,

penderita memiliki insight utuh,

daya realitas tidak terganggu,

perilaku dapat sangat terganggu (masih dalam batas norma


sosial dan kepribadiannya tetap utuh)

Gejala psikologik dan somatik bervariasi luas, Kesadaran


normal, Halusinasi (-), Afek emosi cemas, tidak dangkal,
Gangguan perilaku (-)

Jarang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya

Gangguan Anxietas Fobik


Gejala

( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F 40.0 Hal 72)

Gangguan Anxietas Fobik

Gangguan Panik
Gejala

( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F 41.0 Hal 74)

Gangguan Anxietas
Menyeluruh
Gejala

( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F 41.1 Hal 74)

Gangguan campuran anxietas dan


depresi
Pada gangguan ini didapati gejala-gejala
depresi dan anxietas tetapi tidak
memenuhi kriteria diagnosis untuk
episode depresi dan gangguan anxietas.

( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F 41.2 Hal 75)

Penatalaksanaan anxietas

Psikoterapi:
- Psikoterapi suportif
- Psikoterapi yang berorientasi dinamik
- Psikoanalisis
- Terapi perilaku
Somatoterapi:
- Anti depresi
- Anti anxietas

Anti panik
No Nama Generik

Dosis per hari

imipramine

75-150 mg

clomipramine

75-150 mg

alprazolam

2-4 mg

maclobemide

300-600 mg

sertraline

50-100 mg

fluoxetine

20-40 mg

paroxetine

20-40 mg

Fluvoxamine

50-100 mg

Citalopram

20-40 mg

Gangguan Obsesif
Kompulsif

Diagnosis

Gejala obsesif atau tindakan kompulsif


atau kedua-duanya harus ada setiap
hari selama sedikitnya dua minggu
berturut-turut.
Sumber penderitaan (distress) atau
menganggu aktivitas penderita

Diagnosis

Kompulsi (DSM-IV)
1.

2.

Perilaku (misalnya, mencuci tangan,


mengerutkan, memeriksa) / tindakan
mental (mis, berdoa, menghitung,
mengulangi kata dalam hati) yang berulang
dirasakan mendorong untuk melakukannya
sebagai respon terhadap suatu obsesi /
aturan yang harus dipatuhi secara kaku
Perilaku atau tindakan mental yang
ditujukan untuk mencegah / penderitaan/
mencegah tindakan yang menakutkan ; tetapi
perilaku tersebut tidak dihubungkan
dengan cara realistik
( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F 42.0 Hal

Terapi

Farmakoterapi : clomiperamin
Terapi perilaku
Psikoterapi
Terapi lain : terapi keluarga, terapi
kelompok, ECT, psycosurgery

Reaksi terhadap stres berat &


gangguan penyesuaian

Reaksi stres akut


Gangguan stres pasca trauma
Gangguan penyesuaian

FAKTOR PENCETUS (PPDGJ III)


Stress kehidupan yang luar biasa reaksi
stres akut
Perubahan penting dalam kehidupan
menimbulkan situasi tak nyaman yang
berkelanjutan gangguan penyesuaian

Respon terhadap stres

Gangguan Stres Akut

Diagnosis

Harus ada kaitan waktu kejadian


antara stresor dengan onset gejala
beberapa menit / segera setelah
kejadian
Gejala:
o Gx campuran / berubah-ubah : terpaku,
depresi, anxietas, kemarahan, kecewa,
overeaktif,penarikan diri
o Kasus dapat dialihkan gx mereda
setelah 24-48 jam

Langkah Penanganan

Gangguan Stres Paca


Trauma

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan timbul dalam


waktu 6 bulan setelah kejadian
traumatik
Harus didapatkan bayang-bayang /
mimpi dari kejadian traumatik yang
berulang
Gangguan otonomik, afek & tingkah laku

Terapi

Gangguan Penyesuaian

Gejala tidak akan muncul tanpa stressor


Gejala dapat berupa menifestasi di
bawah ambang dai gangguan mood,
anxietas, terkait stress, somatoform
Komorbiditas dengan penggunaan
alcohol sering

Diagnosis

Onset 1 bln setelah kejadian stressfull, <6


bulan
Manifestasi tidak khas afek depresif,
anxietas, ggn tingkah laku, disabilitas
Diagnosis tgt evaluasi hub:

Bentuk,isi,beratnya gejala
Riwayat sebelumnya & corak kepribadian
Kejadian, situasi yang stresfull / krisis kehidupan

Bukti bahwa gangguan tsb tidak akan terjadi jika


tidak mengalami hal tsb

Terapi

Gangguan Dissosiatif
Gejala utama :

Kehilangan (sebagian atau seluruh) dari


integrasi normal (dibawah kendali kesadaran)
antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan
penginderaan segera serta kontrol terhadap
gerakan tubuh berlangsung dari hari ke hari
atau bahkan dari jam ke jam.

Pedoman Diagnosa :

( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F


44 Hal 81)

Amnesia Disosiatif
Gejala utama :
Hilang daya ingat biasanya mengenai kejadian penting
yang baru terjadi (selektif) - bukan disebabkan GMO dan terlalu
luas untuk dijelaskan atas dasar kelupaan yang umum terjadi atau
atas dasar kelelahan

Diagnosa pasti :
1. Amnesia total atau parsial mengenai kejadian yang stressful
atau traumatik yang baru terjadi
2. Tidak ada GMO, intoksikasi atau kelelahan berlebihan

Diagnosa banding :

GMO
Pingsan disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol dan obatobatan
malingering

Fugue Disosiatif

1.
2.

3.

Diagnosa :
Ciri-ciri amnesia dissosiatif
Dengan sengaja melakukan perjalanan
tertentu melampaui jarak yang biasa
dilakukan sehari-hari
Tetap mempertahankan kemampuan
mengurus diri yang mendasar dan
melakukan interaksi sosial sederhana
dengan orang yang belum dikenalnya

Stupor Disosiatif

1.

2.

3.

Diagnosa :
Stupor (berkurang/hilangnya gerakan-gerakan
volunter dan respon normal terhadap rangsang dari
luar)
Tidak ditemukan gangguan fisik atau psikiatrik
lain yang dapat menjelaskan keadaan tersebut
Adanya problem/kejadian yang penuh stres

Gangguan Trans / Kesurupan

Gangguan kehilangan sementara


aspek penghayatan identitas diri dan
kesadaran terhadap
lingkungannya(individu merasa seperti
dikuasai kepribadian lain) bersifat
involunter dan bukan aktivitas biasa dan
bukan kegiatan keagamaan ataupun budaya
Bukan bagian keadaan skizofrenik atau
psikosis akut disertai halusinasi dan waham
Tidak ada penyebab organik

Gangguan Motorik Disosiatif


Kehilangan kemampuan
menggerakkan seluruh/sebagian
anggota gerak dengan manifestasi
gerakan lemah dan lambat, ataksia
yang menghasilkan cara jalan yang
aneh/tidak mampu berdiri, termasuk juga
afonia psikogenik dan disfonia psikogenik

Konvulsi Disosiatif
Menyerupai kejang epilepsi tetapi
tanpa/jarang disertai lidah tergigit, luka
serius karena jatuh saat
serangan,ngompol dan kehilangan
kesadaran tetapi diganti dengan stupor
atau trans.

Perbedaan Kejang Epilepsi & Kejang


Konversi Histerik
KEJANG EPILEPSI

KEJANG KONVERSI

Tempat serangan

Sembarang tempat

Ada orang lain

Lama serangan

2 menit

5 15 menit / > lama

Selama serangan
kesadaran
RP
R. cahaya
Ekstremitas
Inkontinensia
Keluar buih
kejang

Epileptic cry, tidak sadar


Positif
Negatif
Ekstensi
Positif
Sering
Tonik, lalu klonik

Sadar
Negatif
Positif
Fleksi
Negatif
Tidak
Opistotonus,diam

Sesudah serangan
Kesadaran
amnesia

Tidur
total

Pulih, pelan-pelan
sebagian

Penyebab

Gangg. Fungsi otak

Stres psikologik

Anestesia & Kehilangan Sensorik


Disosiatif

Gejala anestesi pada kulit dengan


batas tegas, dapat pula terjadi
perbedaan antara hilangnya perasaan
pada berbagai jenis modalitas
penginderaan yang tidak mungkin
disebabkan oleh kerusakan neurologis
Hilangnya penglihatan jarang bersifat
total (kabur,tunnel vision) tuli dissosiatif
dan anosmia jarang

Gangguan
Somatoform

GANGGUAN SOMATOFORM
Gejala Utama
Adanya keluhan gejala fisik yang berulangulang disertai dengan permintaan pemeriksaan
medik meskipun telah berkali-kali terbukti
hasilnya negatif dan telah dijelaskan bahwa tidak
ditemukan kelainan yang menjadi dasar
keluhannya.
Penderita menolak dan menyangkal untuk
membahas kemungkinan kaitan keluhan
fisiknya dengan problem yang sedang dihadapi
dan sering terlihat perilaku meminta perhatian
berlebihan
( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F45 Hal 84)

Gangguan Somatoform Tak


Terinci

Keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi


dan menetap akan tetapi gambaran klinis
yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi
kurang menonjol dan berlangsung singkat
(kurang dari 2 tahun)
Kemungkinan ada atau tidak faktor penyebab
psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh
ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya

Gangguan Nyeri Somatoform


Menetap
Pedoman diagnosa :
1.

2.

3.

Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan


menetap yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas
dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik
emosional atau problem psikososial yang cukup jelas
untuk dapat dijadiakn alasan dalam mempengaruhi
gangguan tersebut
Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan
dukungan baik personal maupun medis untuk yang
bersangkutan

Gangguan
Neurotik
Lainnya

Neurastenia

Adanya keluhan-keluhan yang menetap dan


mengganggu berupa meningkatnya rasa lelah
setelah suatu kegiatan mental, atau keluhan
mengenai kelemahan badaniah dan kehabisan
tenaga hanya kegiatan ringan saja.
( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F48 Hal 87)

Sindrom Depersonalisasi-derealisasi

Kiteria diagnosis harus ada salah satu dari (a) dan


(b),ditambah (c) dan (d)
a)
Gejala depersonalisasi, yaitu individu merasa bahwa
persaan dan/atau/pengalamannya terlepas dari
dirinya, jauh, bukan dari dirinya, hilang dsb
b)
Gejala derealisasi, yaitu objek, orang dan/atau
lingkungan menjadi tidak seperti sesungguhnya, jauh,
semu, tanpa warna, tanpa hidup dsb.
c)
Memahami hal bahwa hal tersebut merupakan
perubahan spontan dan subjektif dan bukan
disebabkan oleh kekuatan luar atau orang lain
d)
Peng-inderaan tidak terganggu, dan tidak ada toxic
confusional stage atau epilepsi

GANGGUAN KEPRIBADIAN
Oleh :
Ahmad Maliki
105070107111010

Pembimbing :
Dr. Happy Indah Hapsari, Sp.KJ

Kepribadian
adalah
totalitas
sifat
emosional dan perilaku yang menandai
kehidupan seseorang dari hari ke hari
dalam kondisi yang biasanya.
Gangguan kepribadian adalah varian dari
sifat karakter tersebut yang diluar
rentang
yang
ditemukan
pada
sebagian orang
Gejala
Gangguan
kepribadian
adalah
aloplastik (mampu mengadaptasi dan
mengubah lingkungan eksternal) dan ego
sintonik (dapat diterima oleh ego)

Klasifikasi berdasarkan DSM IV

Kelompok A, Orang dengan gangguan seperti ini tampak aneh dan


eksentrik.
1.

Paranoid,

2.

Skizoid,

3.

Skizotipal.

Kelompok B, Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik,


emosional, dan tidak menentu.
1.

Antisosial,

2.

Ambang,

3.

Histrionik

4.

Narsistik.

Kelompok C, Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau


ketakutan.
1.

Menghindar,

2.

Dependen

3.

Obsesif-kompulsif

4.

Gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (pasif-agresif dan depresif).

Etiologi
Faktor Genetika
Faktor
temperamental
Faktor biologis
Faktor
psikoanalitik

A.1 Gangguan Kepribadian


Paranoid
Ditandai dengan kecurigaan dan
ketidakpercayaan pada orang lain dan
berlangsung lama
Menolak tanggung jawab pada diri dan
melemparkan pada orang lain.
Mudah bermusuhan, tersinggung dan
marah.
( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F 60.0 Hal 103)

Tatalaksana
Psikoterapi.

Ahli terapi memerlukan gaya yang profesional dan


tidak terlalu hangat

Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi


kelompok,

Kejujuran dan permintaan maaf merupakan hal yang


sangat penting bagi pasien.

Farmakoterapi.

Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan


kecemasan.

Antiansietas diazepam dan antipsikotik haloperidol


dan pimozid

A.2 Gangguan Kepribadian


Skizoid
Menunjukkan pola penarikan sosial yang lama,
rasa tidak nyaman interaksi dengan manusia,
sifat introversi dan afek lemah lembut dan
terbatas
Dipandang
oleh orang lain sebagai eksentrik,
terisolasi dan kesepian
( Kriteria Diagnosa : PPDGJ-III F 60.1 Hal 103)

Tatalaksana
Psikoterapi.
Terapi kearah intropeksi
Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien
gangguan kepribadian skizoid mungkin diam
untuk jangka waktu yang lama, namun suatu
waktu mereka akan ikut terlibat.
Pasien harus dilindungi dari serangan agresif
anggota kelompok lain mengingat kecenderungan
mereka akan ketenangan.
Farmakoterapi.
antipsikotik dosis kecil, antidepresan dan
psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada

A.3 Gangguan Kepribadian


Skizotipal

Sangat aneh atau asing terutama bagi orang


awam
Pikiran magis, gagasan aneh, gagasan
menyangkut
diri
sendiri,
waham
dan
derealisasi
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi 2,
Hal. 372 Tabel 24-4)

Tatalaksana
Psikoterapi.
Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien
gangguan kepribadian skizotipal harus ditangani.
Beberapa pasien. Ahli terapi tidak boleh
menertawakan terlibat dalam pemujaan,
praktek religius yang aneh dan okultisktivitas
tersebut
Farmakoterapi.
Medikasi antipsikotik dengan haloperidol dan
antidepresan jika ditemukan komponen depresif
dari kepribadian.

B.1. Gangguan Kepribadian


Antisosial

Ditandai dengan tindakan antisosial atau


kriminal yang terus menerus (tidak sinonim
dengan kriminalitas)
Tidak mampu mematuhi norma sosial yang
melibatkan perkembangan remaja dan dewasa
Terdapat topeng kejiwaan (tampak tenang tetapi
terdapat ketegangan, permusuhan dan mudah
tersinggung
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi 2,
Hal. 374 Tabel 24-5)

Tatalaksana
Psikoterapi.

Kelompok yang menolong diri sendiri (self-help group) akan


lebih berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan
gangguan.

Ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi


perilaku merusak pada pasien. Dan mengatasi rasa takut
pasien terhadap keintiman, terutama menggagalkan usaha
pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.

Farmakoterapi.

Farmakoterapi digunakan untuk menghadapi gejala yang


diperkirakan akan timbul, seperti kecemasan, penyerangan
dan depresi. Tetapi, karena pasien seringkali melakukan
penyalahgunaan zat, obat harus digunakan secara
bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti-bukti adanya

B.2 Gangguan Kepribadian


Ambang

Diantara perbatasan neurosis dan psikosis dan


ditandai oleh afek, mood, perilaku dan citra diri
yang tidak stabil.
Nama lain skizofrenia ambulatorik.
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi 2,
Hal. 375 Tabel 24-6)

Tatalaksana
Psikoterapi.

Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan


interpretasi bawah sadar secara mendalam.

Terapi perilaku untuk mengendalikan impuls dan ledakan


kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadap
kritik dan penolakan.

Latihan keterampilan sosial, khususnya dengan videotape,


membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka
mempengaruhi orang lain dan dengan demikian untuk
meningkatkan perilaku interpersonal mereka.

Farmakoterapi.

Antipsikotik

Anti depresan

Antikonvulsam, seperti Cabamazepine

B.3 Gangguan Kepribadian


Histrionik

Perilaku yang bermacam-macam, dramatik,


introver pada orang yang meluap-luap dan
emosional.
Perilaku
dengan
dramatisasi
diri
yang
berlebihan dan meluas, emosionalitas yang
berlebihan, serta selalu mencari perhatian.
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi 2,
Hal. 377 Tabel 24-7)

Tatalaksana
Psikoterapi.
Pasien
dengan gangguan kepribadian histrionik
seringkali tidak menyadari perasaan mereka
yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan
dalam (inner feeling) mereka adalah suatu proses
yang penting. Psikoterapi berorientasi psikoanalisis,
baik dalam kelompok atau individual, adalah terapi
yang terpilih untuk gangguan kepribadian histrionik.
Farmakoterapi.
Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah
menjadi
sasarannya,
seperti
penggunaan
antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik,
obat
antiansietas
untuk
kecemasan
dan

B.4 Gangguan Kepribadian


Narsistik

Meningkatnya rasa kepentingan dan perasaan


kebesaran yang unik
Perasaan kebesaran yang mencolok, tidak
dapat menunjukkan rasa empati dan rasa iri
yang mendalam serta kronis
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi 2,
Hal. 378 Tabel 24-8)

Tatalaksana
Psikoterapi.
Mengobati gangguan kepribadian narsistik
sukar, karena pasien harus meninggalkan
narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan.
Farmakoterapi.
Lithium digunakan pada pasien yang memiliki
pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran
klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka
antidepresan juga dapat digunakan.

C.1 Gangguan Kepribadian


Menghindar

Bercirikan reaksi hipersensitif yang berlebih untuk


evaluasi yang negatif
Menunjukkan kepekaan yang ekstrim terhadap
penolakan
Menunjukkan keinginan yang kuat untuk berteman
tetapi mereka malu
Orang tersebut disebut komplek inferioritas
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi 2,
Hal. 379 Tabel 24-9)

Tatalaksana
Psikoterapi.

Ahli terapi menyampaikan sikap menerima akan ketakutan


pasien.

Hati-hati dalam memberikan tugas untuk berlatih keterampilan


sosial

Terapi kelompok dan melatih ketegasan

Farmakoterapi.

Dapat diberikan anti depresan

Atasi hiperaktivitaas sistem saraf otonom dengan beta


blocker (atenolol)

C.2 Gangguan Kepribadian


dependen

Kebutuhan diri sendiri untuk mendapat


perhatian dan berujung pada ketergantungan
untuk berada dibawah kebutuhan orang lain
Tidak memiliki kepercayaan diri dan tidak
nyaman sendiri dalam periode singkat
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi 2,
Hal. 381 Tabel 24-10)

Tatalaksana
Psikoterapi

Terapi berorientasi tilikan memungkinkan pasien mengerti


datangnya perilaku mereka

Ahli terapi harus menunjukkan rasa hormat yang besar


pada perasaan perlekatan

Farmakoterapi

Dapat diberikan antiansietas imipiramin dan antidepresan

C.3 Gangguan Kepribadian


Obsesif-Kompulsif

Ditandai dengan penyempitan emosional ,


ketertiban,
kekerasan
hati,sikap
keras
kepala dan kebimbangan
Terdapat kesenangan dengan terhadap hal
berurutan, perfeksionis dan mental serta
control interpersonal, dengan tidak memikirkan
fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi.
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi
2, Hal. 382 Tabel 24-11)

Tatalaksana
Psikoterapi

pasien obesif kompulsif tahu bahwa mereka sakit, terapi


yang dibutuhkan adalah asosiasi bebas dan terapi yang
tidak mengarahkan

Farmakologi

dapat diberikan clonazepam pada pasien dengan gangguan


kepribadian obsesif-kompulsif parah.

C.4 Gangguan Kepribadian


yang tidak ditentukan

Gangguan kepribadian pasif agresif dan gangguan


kepribadian depresif sekarang dituliskan sebagai
gangguan kepribadian yang tidak ditentukan.
Pasien memiliki ciri-ciri lebih dari satu
kepribadian tetapi tidak memenuhi kriteria
lengkap dari salah satu gangguan kepribadian.
(Kriteria Diagnosis : Kaplan & Sadock Edisi 2,
Hal. 383 Tabel 24-12)

Tatalaksana
Psikoterapi
Psikoterapi
suportif
dimana
pasien
dapat
mengekepresikan kemarahan terhadap ahli terapi
selain itu ahli terapi mengobati kecenderungan untuk
bunuh diri
Farmakoterapi
Antidepresan
jika ada indikasi depresi dan ingin
bunuh diri

MEKANISME PEMBELAAN
EGO
Oleh :
Ahmad Maliki
105070107111010

Pembimbing :
Dr. Happy Indah Hapsari, Sp.KJ

Mekanisme Pembelaan Ego


Identifikasi

Mekanisme Pembelaan Ego


Proyeksi

Mekanisme Pembelaan Ego


Supresi

Mekanisme Pembelaan
Ego
Penyusutan

Mekanisme Pembelaan
Ego
Sublimasi

Mekanisme Pembelaan Ego


Penebusan

Mekanisme Pembelaan Ego


Rasionalisasi

Mekanisme Pembelaan
Ego
Simbolisasi

Mekanisme Pembelaan Ego


Simpatisme

THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai