Anda di halaman 1dari 130

PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN JIWA

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KOTA TEGAL

PEDOMAN POHON MASALAH KEPERAWATAN

RESIKO MENCEDERAI
DIRI, ORANG LAIN &
LINGKUNGAN

PERUBAHAN
PERSEPSI-SENSOR :
HALUSINASI

PERILAKU
KEKERASAN

ISOLASI SOSIAL :
MENARIK DIRI

TIDAK EFEKTIFNYA
PENATALAKSANAAN
REGIMEN
TERAPEUTIK

GANGGUAN KONSEP
DIRI : HARGA DIRI
RENDAH

TIDAK EFEKTIFNYA
KOPING KELUARGA
KETIDAKMAMPUAN
KELUARGA MERAWAT
ANGGOTA KELUARGA

TIDAK EFEKTIFNYA
KOPING INDIVIDU

KERUSAKAN
KOMUNIKASI VERBAL

MENURUNNYA
MOTIVASI PERAWATAN

MENURUNNYA
MOTIVASI PERAWATAN

GANGGUAN PROSES
PIKIR : WAHAM

BERDUKA
DISFUNGSIONAL

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU KEKERASAN

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa

Medis : .................................
Ruang

: ................................

No. CM

: .................................
TGL

NO
.
DX

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

PERENCANAAN
TUJUAN

3
4
Resiko
TUM :
mencederai
Klien dapat
diri sendiri
melanjutkan
dan orang
hubungan peran
lain
sesuai dengan
berhubunga
tanggung jawab.
n dengan
TUK :
perilaku
1. Klien dapat
kekerasan.
membina
hubungan
saling percaya.

KRITERIA
EVALUASI
5

INTERVENSI

RASIONAL

1.1. Klien mau


membalas
salam.
1.2. Klien mau
menjabat
tangan.
1.3. Klien mau
menyebutka
n nama.
1.4. Klien mau
tersenyum.
1.5. Klien mau
kontak
mata.
1.6. Klien mau
mengetahui
nama
perawat.
1.7. Menyediaka
n waktu
untuk
kontrak.

1.1.1. Beri

salam/
panggil
nama
klien.
1.1.2. Sebutkan
nama
perawat
sambil
jabat
tangan.
1.1.3. Jelaskan
maksud
hubungan
interaksi.
1.1.4. Jelaskan
tentang
kotrak
yang akan
dibuat.
1.1.5. Beri rasa
aman dan
sikap
empati.
1.1.6. Lakukan
kontak
singkat
tapi
sering.

Hubungan
saling
percaya
merupakan
landasan
utama untuk
hubungan
selanjutnya.

2. Klien dapat 2.1.


mengidentifika
si penyebab
perilaku
kekerasan.
2.2.

Klien dapat
2.1.1. Beri

mengungkap
kesempat
kan
an untuk
perasaannya
mengung
.
kapkan
Klien dapat
perasaan
mengungkap
nya.
kan
2.1.2. Bantu
penyebab
klien
perasaan
untuk
jengkel/kesal
mengung
(dari diri
kapkan
sendiri, dari
penyebab
lingkungan/
jengkel/
orang lain).
kesal.

Beri
kesempatan
untuk
mengungkap
kan
perasaannya
dapat
membantu
mengurangi
stres dan
penyebab
perasaan
jengkel/kesal
dapat
diketahui.

3. Klien dapat 3.1.


mengidentifika
si tanda-tanda
perilaku
kekerasan.

Klien dapat
3.1.1. Anjurkan
mengungkap
klien
kan
mengungk
perasaan
apkan
saat
yang
marah/jengk
dialami
el
saat
marah/jen
gkel.
3.1.2. Observasi
tanda
perilaku
kekerasan
pada
klien.

Klien dapat
menyimpulk 3.2.1. Simpulkan
an tandabersama
tanda
klien
jengkel/kesal
tandayang
tanda
dialami.
jengkel/
kesal yang
dialami
klien.

Untuk
mengetahui
hal yang
dialami dan
dirasakan
saat jengkel.

Klien dapat
4.1.1. Anjurkan
mengungkap
klien
kan perilaku
untuk
kekerasan
mengungk
yang biasa
apkan
dilakukan.
perilaku
Klien dapat
kekerasan
bermain
yang
peran
biasa
dengan
dilakukan
perilaku
klien.

kekerasan
4.1.2. Bantu
yang biasa
klien
dilakukan.
bermain
Klien dapat
peran

Mengeksplor
asi perasaan
klien
terhadap
perilaku
kekerasan
yang biasa
dilakukan.

3.2.

4. Klien dapat 4.1.


mengidentifika
si perilaku
kekerasan
yang biasa
dilakukan.
4.2.

4.3.

Untuk
mengetahui
tanda-tanda
klien
jengkel/kesal
.
Menarik
kesimpulan
bersama
klien supaya
klien
mengetahui
secara garis
besar tandatanda
marah/kesal.

Untuk
mengetahui
perilaku
kekerasan

mengetahui
cara yang
biasa dapat
menyesuaik
an atau
tidak.

sesuai
dengan
perilaku
konsumen
yang
biasa
dilakukan.

4.1.3. Bicarakan
dengan
klien
apakah
dengan
cara yang
klien
lakukan
masalahn
ya
selesai ?
5. Klien dapat 5.1.
mengidentifika
si akibat
perilaku
kekerasan.

Klien dapat
5.1.1. Bicarakan
menjelaskan
akibat/ker
akibat dari
ugian dari
cara yang
cara yang
digunakan
dilakukan
klien.
klien.

5.1.3. Tanyakan
pada klien
apakah

ingin
mempelaj
ari cara
baru yang
sehat ?

Membantu
klien untuk
menilai
perilaku
kekerasan
yang
dilakukannya
.
Dengan
mengetahui
akibat
perilaku
kekerasan
diharapkan
klien dapat
merubah
perilaku
deskruktif
yang
dilakukannya
menjadi
perilaku
yang
konstruktif.
Agar klien
dapat
mempelajari
cara yang
lain yang
konstruktif.

6.1.1. Tanyakan
pada klien
apakah ia
ingin
mempelaj

Dengan
mengidentifi
kasi cara
yang
konstruktif

5.1.2. bersama
klien

menyimpu
lkan
akibat
cara yang
digunakan
oleh klien.

6. Klien dapat 6.1.


mengidentifika
si cara
konstruktif
dalam

Klien dapat
melakukan
cara
berespon
terhadap

yang biasa
dilakukan
dan dengan
bantuan
perawat bisa
membedaka
n perilaku
konstruktif
dan
deskruktif.
Dapat
membantu
klien
menemukan
cara yang
dapat
menyelesaik
an masalah.

merespon
terhadap
kemarahan.

kemarahan
secara
konstruktif.

ari cara
baru yang
sehat ?

6.1.2. Berikan
pujian jika
klien
mengetah
ui cara
lain yang
sehat.
6.1.3. Diskusikan
dengan
klien cara
lain yang
sehat.
a. Secara fisik,
tarik nafas
dalam jika
sedang kesal/
memukul
bantal /kasur
atau olah
raga atau
pekerjaan
yang
memerlukan
tenaga.
b. Secara verbal
katakan
bahwa anda
sedang
kesal/tersingg
ung/jengkel
(saya kesal
anda berkata
seperti itu,
saya marah
karena mama
tidak
memenuhi
keinginan
saya).
c. Secara sosial,
lakukan
dalam
kelompok
cara-cara
marah yang
sehat, latihan

dalam
berespon
terhadap
kemarahan
dapat
membantu
klien
menemukan
cara yang
baik untuk
mengurangi
kejengkelann
ya sehingga
klien tidak
stres lagi.
Reinforceme
nt positif
dapat
memotivasi
klien dan
meningkatka
n harga
dirinya.
Berdiskusi
dengan klien
untuk
memilih cara
yang lain
sesuai
dengan
kemampuan
klien.

asertif,
latihan
manajemen
perilaku
kekerasan.
d. Secara
spiritual,
anjurkan klien
sembahyang,
berdoa/ibada
h lain,
meminta
pada Tuhan
untuk
diberikan
kesabaran,
mengadu
pada Tuhan
kekerasan/
kejengkelan.
7. Klien dapat 7.1.
mendemonstra
sikan cara
mengontrol
perilaku
kekerasan.

Klien dapat
7.1.1. Bantu

mendemonst
klien
rasikan cara
memilih
mengontrol
cara yang
perilaku
paling
kekerasan
tepat
untuk
Fisik tarik
klien.
nafas
dalam,
olah raga

menyiram
tanaman. 7.1.2. Bantu
klien
Verbal
mengident
mengatak
ifikasi
an nya
manfaat
secara
cara yang
langsung
dipilih.
dengan
tidak
menyakiti.
Spiritual

sembah
yang,
7.1.3. Bantu
berdoa
klien
atau
untuk
ibadah
menstimul
klien.
asi cara
tersebut
(role play).
7.1.4. Beri
reinforcem
ent positif
atau
keberhasil
an klien
menstimul

asi cara
tersebut.

Memberikan
simulasi
kepada klien
untuk
menilai
respon
perilaku
kekerasan
secara tepat.
Membantu
klien dalam
membuat
keputusan
untuk
terhadap
cara yang
telah
dipilihnya
dengan
melihat
manfaatnya.
Agar klien
mengetahui
cara marah
yang
konstruktif.
Pujian dapat
meningkatka
n motivasi
dan harga
diri klien.

Agar klien
dapat

8. Klien
mendapat
dukungan
keluarga
dalam
mengontrol
perilaku
kekerasan.

8.1.

Keluarga
klien dapat :
Menyebut
kan cara
merawat
klien yang
berperilak
u
kekerasan.
Mengungk
apkan
rasa puas
dalam
merawat
klien.

7.1.5. Anjurkan
klien
untuk
mengguna
kan cara
yang telah
dipelajari
saat
jengkel/
marah.
8.1.1. Identifikas
i
kemampu
an
keluarga
merawat
klien dari
sikap apa
yang telah
dilakukan
keluarga
terhadap
klien
selama

ini.
8.1.2. Jelaskan
peran
serta
keluarga
dalam
merawat
klien.

8.1.3. Jelaskan
cara
merawat
klien :
Terkait
dengan
cara
mengontr
ol perilaku
marah
secara
konstruktif
.
Sikap
tenang
bicara
tenang
dan jelas.
Membantu
klien
mengenal
penyebab

melaksanaka
n cara yang
telah
dipilihnya.
Jika ia
sedang kesal
atau jengkel.

Kemampuan
keluarga
dalam
mengidentifi
kasi akan
memungkink
an keluarga
untuk
melakukan
penilaian
terhadap
perilaku
kekerasan.
Meningkatka
n
pengetahuan
keluarga
tentang cara
merawat
klien
sehingga
keluarga
terlibat
dalam
perawatan
klien.
Agar
keluarga
dapat
merawat
klien dengan
perilaku
kekerasan.

ia marah.
8.1.4. Bantu
keluarga
mendemo
nstrasikan
cara
merawat
klien.

8.1.5. Bantu

keluarga
mengung
kapkan
perasaan
nya
setelah
melakuka
n
demontras
i
9. Klien dapat 9.1.
menggunakan
obat-obatan
yang diminum
dan
keguaannya
(jenis, waktu,
dosis dan
efek).

Klien dapat
9.1.1. Jelaskan
menyebutka
jenis-jenis
n obat-obat
obat yang
yang
diminum
diminum dan
klien pada
kegunaanny
klien dan
a (jenis dosis
keluarga.
dan efek).
9.1.2. Diskusikan
manfaat
obat dan
berhenti
minum
obat.

9.2.

Klien dapat
9.2.1. Jelaskan
minum obat
prinsip
sesuai
benar

program
minum
pengobatan.
obat (baca
nama
yang
tertera
pada botol
obat,
dosis
obat,
waktu dan
cara

minum).
9.2.2. Ajarkan
klien
minta
obat dan
minum
tepat
waktu.

Agar
kekerasan
mengetahui
cara
merawat
klien melalui
demonstrasi
yang dilihat
keluarga
secara
langsung.
Mengeksplor
a si
perasaan
keluarga
setelah
melakukan
demonstrasi.

Klien dan
keluarga
dapat
mengetahui
nama-nama
obat yang
diminum
oleh klien.
Klien dan
keluarga
dapat
mengetahui
kegunaan
obat yang
dikonsumsi
klien.
Klien dan
keluarga
mengetahui
prinsip benar
agar tidak
terjadi
kesalahan
dalam
mengkonsu
msi obat.
Klien dapat
memiliki
kesadaran
pentingnya
minum obat
dan bersedia
minum obat
dengan


9.2.3. Anjurkan
klien
melaporka
n pada
perawat/d
okter jika
merasaka
n efek
yang tidak
menyenan
gkan.
9.2.4. Beri pujian
jika klien
minum

obat
dengan
benar.

kesadaran
sendiri.
Mengetahui
efek
samping
sedini
mungkin
sehingga
tindakan
dapat
dilakukan
sesegera
mungkin
untuk
menghindari
komplikasi.
Reinforceme
nt positif
dapat
memotivasi
keluarga dan
klien serta
dapat
meningkatka
n harga diri.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


PERILAKU KEKERASAN BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa

Medis : .................................
Ruang

: ................................

No. CM

: .................................
TGL

NO
.
DX

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Perilaku
kekerasan
berhubunga
n dengan
harga diri
rendah.

PERENCANAAN
TUJUAN
4
TUM :
Klien dapat
berhubungan
dengan orang
lain secara
optimal.
1.1.

KRITERIA
EVALUASI
5

Ekspresi

INTERVENSI

RASIONAL

1.1.1. Bina

Hubungan

TUK 1 :
Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya.

wajah
bersahabat
menunjukka
n rasa
senang, ada
kontak mata,
atau
berjabat
tangan mau
menyebutka
n nama,
mau
menjawab
salam, klien
mau duduk
bersampinga
n dengan
perawat,
mau
mengeluarka
n masalah
dihadapi.

hubungan
saling
mengungk
apkan
prinsip
komunikas
i
terapeutik
.
a. Sapa
klien
dengan
ramah
baik
verbal
maupun
non
verbal.
b. Perkenalk
an diri
dengan
sopan.
c. Tanya
kan
nama
lengkap
klien
dan
nama
panggil
an yang
disukai
klien.
d. Jelaskan
tujuan
pertem
u an.
e. Jujur dan
menepa
ti janji.
f. Tunjuk
kan
sikap
empati
dan
meneri
ma
klien
apa
adanya.
g. Beri
perhatia
n pada
klien
dan
perhati
kan
kebutu
han
dasar

saling
percaya
merupakan
dasar untuk
kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya.

klien.
TUK 2 :
2.1.
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif
yang dimiliki.

TUK 3 :
3.1.
Klien dapat
menilai
kemampuan
yang digunakan.

Klien
2.1.1. Diskusi

mengidentifi
kemampu
kasi
an dan
kemampuan
aspek
dan aspek
positif
positif yang
yang
dimiliki :
dimiliki
- Kemampua
klien.
n yang
dimiliki
klien.
- Aspek
positif
keluarga.
- Aspek
positif
2.1.2. Setiap
lingkungan
bertemu
yang
klien
dimiliki
hindarkan
klien.
dari
memberi
nilai
negatif.
2.1.3. Utamakan
memberik
an pujian
yang
realistik.

Diskusikan
tingkat
kemampuan
klien seperti
menilai
realitas,
kontrol diri
atau
integritas
ego
diperlukan
sebagai
dasar
asuhan
keperawatan
nya
Reinforceme
nt positif
akan
meningkatka
n harga diri.

Klien menilai 3.1.1. Diskusikan


kemampuan
dengan
yang dapat
klien
digunakan.
kemampu
an yang
masih bisa
digunakan
selama
sakit.
3.1.2. Diskusikan
kemampu
an yang
dapat
dilanjutka
n
pengguna
annya.

Keterbatasa
n dan
pengertian
tentang
kemampuan
yang dimiliki
adalah
prasarat
untuk
berubah.
Pengertian
tentang
kemampuan
yang dimiliki
diri
memotivasi
untuk tetap
mempertaha
n kan
penggunaan
nya

Pujian yang
realistik
tidak
menyebabka
n klien
melakukan
kegiatan
hanya
karena ingin
mendapat
pujian.

TUK 4 :
4.1.
Klien dapat
(menetapkan)
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki.

TUK 5 :
5.1.
Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dan
kemampuannya.

4.1.1. Rencanak
an
bersama
klien
aktifitas
yang
dapat
dilakukan
setiap hari
sesuai
kemampu
an
Kegiatan
mandiri
Kegiatan
dengan
bangua
n
segaian
Kegiatan
yang
membut
uhkan
bantuan
total.
4.1.2. Tingkatka
n kegiatan
yang
sesuai
dengan
toleransi
kondisi

klien.
4.1.3. Beri
contoh
cara
pelaksana
an
kegiatan
yang
boleh
klien
lakukan.

Klien adalah
individu
yang
bertanggung
jawab
terhadap
dirinya
sendiri.

Klien
5.1.1. Beri

melakukan
kesempat
kegiatan
an pada
sesuai
klien
kondisi sakit
untuk
dan
mencoba
kemampuan
kegiatan
nya.
yang lebih
rencanaka
n.
5.1.2. Beri pujian
keberhasil
an klien.

Memberikan
kesempatan
kepada klien
mandiri di
rumah.

Klien
membuat
rencan
kegiatan
harian.

Klien perlu
bertindak
secara
realitas
dalam
kehidupanny
a.
Contoh
peran yang
dilihat klien
akan
memotivasi
klien untuk
melaksanaka
n kegiatan.

Reinforceme
nt positif
akan
meningkatka
n harga diri.
Memberikan

5.1.3. Diskusikan
kemungki
nan
pelaksana
an
dirumah.
TUK 6 :
6.1.
Klien dapat
memanfaatkan
sistem
pendukung yang
ada.

kesempatan
untuk tetap
melakukan
kegiatan
yang biasa
dilakukan.

Klien
6.1.1. Beri

memanfaatk
pendidika
an sistem
n
pendukung
kesehatan
yang ada di
pada
keluarga.
keluarga
tentang
cara
merawat
klien
dengan
harga diri
rendah.
6.1.2. Bantu

keluarga
memberik
an
dukungan
selama
klien
dirawat.

6.1.3. Bantu
keluarga
menyiapk
an
lingkunga
n di
rumah.

Mendorong
keluarga
untuk
mampu
merawat
klien mandiri
di rumah.

Support
sistem
keluarga
akan sangat
berpengaruh
dalam
mempercepa
t proses
penyembuha
n klien.
Meningkatka
n peran
serta
keluargadala
m merawat
klien di
rumah.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN
HALUSINASI

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa

Medis : .................................
Ruang

: ................................

No. CM

: .................................
TGL

NO
.
DX

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Resiko
mencederai
diri sendiri
dan orang
lain
berhubunga
n dengan
halusinasi
dengar.

PERENCANAAN
TUJUAN
4
Tujuan Umum
(TUM) :
Klien tidak
mencederai
orang lain.
Tujuan Khusus 1.1.
(TUK) :
1. Klien dapat
membina
hubungan
saling
percaya.

KRITERIA
EVALUASI
5

INTERVENSI

RASIONAL

Ekspresi
1.1.1. Bina

wajah
hubungan
bersahabat
saling
menunjukka
percaya
n rasa
dengan
senang, ada
mengungk
kontak mata,
apkan
atau
prinsip
berjabat
komunikas
tangan mau
i
menyebutka
terapeutik
n nama,
.
mau
a. Sapa klien
menjawab
dengan
salam, klien
ramah
mau duduk
baik.
bersampinga
b. Perkenalk
n dengan
an diri
perawat,
dengan
mau
sopan.
mengutarak
c. Tanya kan
an masalah
nama
yang
lengkap
dihadapi.
klien dan
nama
panggilan
yang
disukai
klien.
d. Jelaskan
tujuan
pertemu
an.
e. Jujur dan
menepati
janji.
f. Tunjuk kan
sikap

Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar untuk
kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya.

empati
dan
meneri
ma klien
apa
adanya.
g. Beri
perhatian
pada klien
dan
perhati
kan
kebutu
han dasar
klien.
2.

Klien dapat 2.1.


mengenali
halusinasinya.

2.2.

Klien dapat
2.1.1. Adakan

menyebutka
kontak
n waktu, isi
sering dan
frekuensi
singkat
timbulnya
secara
halusinasiny
bertahap
a.
Klien dapat
mengungkap
kan
perasaan
2.1.2. Observasi
terhadap
tingkah
halusinasiny
laku klien
a.
terkait

dengan
halusinasi
nya bicara
dan
tertawa
tanpa
stimulasi,
memanda
ng ke
kiri/ke
depan
seolaholah ada
teman
bicara.

2.1.3. Bantu
klien
mengenai
halusinasi
nya :
a. Jika
menemuk
an klien
yang
sedang
berhalusin
asi,
tanyakan
apakah
ada suara

Kontak
sering tapi
singkat
selain
upaya
membina
hubungan
saling
percaya,
juga dapat
memutuska
n
halusinasi.
Mengenal
perilaku
pada saat
halusinasi
timbul
memudahk
an perawat
dalam
melakukan
intervensi.

Mengenal
halusinasi
memungkin
kan klien
untuk
menghinda
rkan faktor
pencetus
timbulnya
halusinasi.

b.

c.

d.

e.

yang
didengar.
Jika klienb
menjawab
ada
kelanjutan
apa yang
dikatakan
Katakan
bahwa
perawat
percaya
klien
mendenga
r suara
itu, namun
perawat
sendiri
tidak
mendenga
rnya
(dengan
nada
bersahaba
t tanpa
menuduh
/
menghaki
mi)
Katakan
bahwa
klien lain
juga ada
seperti
klien.
Katakan

bahwa
perawat
akan
membant
unya

2.1.4. Diskusikan
dengan
klien
a. Sugesti
yang
menimbul
kan tidak
menimbul
kan

halusina si
b. Waktu dan
frekuensi
2.1.5. Diskusikan
dengan
klien apa
yang
dirasakan
jika terjadi

Dengan
mengetahui
waktu isi
dan
frekuensi
munculnya
halusinasi
mempermu
dah
tindakan
keperawata
n yang
akan
dilakukan
perawat.
Untuk
mengidenti
fikasi
pengaruh
halusinasi
pasien

halusinasi
(marah/ta
kut,
senang,
sedih) beri
kesempat
an
mengungk
apkan
perasaan
nya.
3.

Klien dapat 3.1.


mengontrol
halusinasinya.

3.2.
3.3.

Klien dapat
3.1.1. Identifikas
menyebutka
i bersama
n tindakan
klien cara
yang
tindakan
biasanya
jika terjadi
dilakukan
halusinasi
untuk
(tidur,
mengendali
marah,
kan
menyibuk
halusinasiny
kan diri
a
dan lainKlien dapat
lain)
menyebutka 3.1.2. Diskusikan
n cara baru
manfaat
Klien dapat
cara yang
memilih cara
dilakukan
mengatasi
klien jika
halusinasi
bermanfa
seperti yang
at beri
telah
pujian.

didiskusikan 3.1.3. Diskusikan


dengan klien
cara baru
memutusk
an/mengo
ntrol
timbulnya
halusinasi.
a. Katakan
saya
tidak mau
dengar
kamu
(pada saat
halusina si
terjadi)
b. Menemui
orang lain
(perawat/t
eman/ang
gota
keluarga)
untuk
bercakapcakap
untuk
mengatak
an

Upaya
untuk
memutuska
n siklus
halusinasi
sehingga
halusinasi
tidak
berlanjut

Reinforcem
ent positif
dapat
meningkatk
an harga
diri klien.
Memberika
n alternatif
pilihan bagi
klien untuk
mengontrol
halusinasi.

halusina si
yang
terdeng
ar.
c. Membuat
jadwal
kegiatan
sehari-hari
agar
halusina si
tidak
sampai
muncul.
d. Meminta
keluarga/t
eman/per
awat
menyapa
jika
tampak
bicara
sendiri.
3.1.4. Bantu
klien
memilih
dan
melatih
cara
memutus
kan halusi
nasi

secara
bertahap.

3.1.5. Beri
kesempat
an untuk

melakuka
n cara
yang telah
dilatih.
Evaluasi
hasilnya
dan beri
pujian jika
berhasil.
3.1.6. Anjurkan
klien
mengikuti
terapi
aktifitas
kelompok,
orientasi
realitas,

Memotivasi
dapat
meningkatk
an kegiatan
klien untuk
mencoba
memilih
salah satu
cara
mengendali
kan
halusinasi
dan dapat
meningkatk
an harga
diri klien.
Memberi
kesempata
n kepada
klien untuk
mencoba
cara yang
sudah
dipilih.

Stimulasi
persepsi
dapat
mengurang
i perubahan
interprestas
i realitas
klien akibat
halusinasi.

stimulasi
persepsi
4.

Klien dapat 4.1.


dukungan dari
keluarga
dalam
mengontrol
halusinasinya.
4.2.

Klien dapat
4.1.1. Anjurkan

membina
klien
hubungan
untuk
saling
memberit
percaya
a hu
dengan
keluarga
perawat.
jika
Keluarga
mengalam
dapat
i
menyebutka
halusinasi.
n
4.1.2. Diskusikan
pengertian,
dengan
tanda dan
keluarga
tindakan
(pada saat
untuk
keluarga
mengendali
berkunjun
kan
g/pada
halusinasi.
saat
kunjungan
rumah) :
a. Gejala
halusinasi
yang
dialami
klien.
b. Cara yang
dapat
dilakukan
klien dan
keluarga
untuk
memutus
kan
halusinasi.
c. Cara
merawat
anggota
keluarga
yang
halusinasi
di rumah,
beri
kegiatan,
jangan
biarkan
sendiri,
makan
bersama
bepergian
bersama.
d. Beri
informasi
waktu
follow up
atau
kapan
perlu

Untuk
mendapatk
an bantuan
keluarga
mengontrol
halusinasi.
Untuk
mengetahui
pengetahua
n keluarga
dan
meningkat
kan
kemampua
n
pengetahua
n tentang
halusinasi.

mendapat
bantuan
halusinasi
tidak
terkontrol
dan resiko
menceder
ai orang
lain.
5.

Klien
5.1.
memanfaatka
n obat
dengan baik.

5.2.

5.3.

5.4.

5.5.

Klien dan
5.1.1. Diskusikan
keluarga
dengan
dapat
klien dan
menyebutka
keluarga
n manfaat,
tentang
dosis dan
dosis,
efek
frekuensi
samping
dan
obat.
manfaat
Klien dapat
obat.
mendemonst
rasikan
5.1.2. Anjurkan
penggunaan
klien
obat dengan
minta
benar.
sendiri
Klien dapat
obat pada
informasi
perawat
tentang efek
dan
dan efek
merasaka
samping
n
obat.
manfaatny
Klien dapat
a
memahami
5.1.3. Anjurkan
akibat
klien
berhentinya
bicara
obat tanpa
dengan
konsultasi.
dokter
Klien dapat
tentang
menyebutka
manfaat
n prinsip 5
dan efek
benar
samping
penggunaan
obat yang
obat
dirasakan.
5.1.4. Diskusikan
akibat
berhenti
obat-obat
tanpa
konsultasi.
5.1.5. Bantu
klien
mengguna
kan obat
dengan
prinsip
benar.

Dengan
menyebutk
an dosis,
frekuensi
dan
manfaat
obat,
diharapkan
klien
melaksana
kan
program
pengobatan
.
Menilai
kemampua
n klien
dalam
pengobatan
nya sendiri.

Dengan
mengetahui
efek
samping
obat klien
akan tahu
apa yang
harus
dilakukan
setelah
minum
obat.
Program
pengobatan
dapat
berjalan
sesuai
rencana.
Dengan
menegtahui
prinsip
penggunaa
n obat,
maka
kemandiria
n klien

untuk
pengobatan
dapat
ditingkatka
n secara
bertahap.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI BERHUBUNGAN DENGAN
MENARIK DIRI

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa

Medis : .................................
Ruang

: ................................

No. CM

: .................................
TGL

NO
.
DX

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Perubahan
persepsi
sensori
halusinasi
berhubunga
n menarik
diri.

PERENCANAAN
TUJUAN
4
Tujuan Umum
(TUM) :
Klien dapat
berinteraksi
dengan orang
lain sehingga
tidak terjadi

KRITERIA
EVALUASI
5

INTERVENSI

RASIONAL

halusinasi
Tujuan Khusus
(TUK) :
1. Klien dapat
membina
hubungan
saling
percaya.

1.1.

Ekspresi
1.1.1. Bina

wajah
hubungan
bersahabat
saling
menunjukka
percaya
n rasa
dengan
senang, ada
mengungk
kontak mata,
apkan
atau
prinsip
berjabat
komunikas
tangan, mau
i
menyebutka
terapeutik
n nama,
.
mau
a. Sapa klien
menjawab
dengan
salam, klien
ramah
mau duduk
baik
bersampinga
verbal
n dengan
maupun
perawat,
non
mau
verbal.
mengutarak
b. Perkenalk
an masalah
an diri
yang
dengan
dihadapi.
sopan.
c. Tanya kan
nama
lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang
disukai
klien.
d. Jelaskan
tujuan
pertemua
n.
e. Jujur dan
menepati
janji.
f. Tunjuk kan
sikap
empati
dan
meneri
ma klien
apa
adanya.
g. Beri
perhatian
pada klien
dan
perhati
kan
kebutu
han dasar
klien.

Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar untuk
kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya.

2. Klien dapat 2.1.


menyebutkan
penyebab
menarik diri.

Klien dapat
2.1.1. Kaji

menyebutka
pengetahu
n penyebab
an klien
menarik diri
tentang
yang berasal
perilaku
dari :
menarik
a. Diri sendiri
diri dan
b. Orang lain
tandac. Lingkunga
tandanya.
n
2.1.2. Beri
kesempat
an kepada
klien
untuk
mengungk
apkan
perasaan
penyebab
menarik
diri atau
tidak mau
bergaul.
2.1.3. Diskusikan
bersama
klien
tentang
perilaku
menarik
diri tandatanda
serta
penyebab
yang
muncul.
2.1.4. Berikan
pujian
terhadap
kemampu
an klien
dalam
mengguna
kan
perasaan
nya.

3. Klien dapat 3.1.


menyebutkan
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain dan
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.

Klien dapat
3.1.1. Kaji

menyebutka
pengetahu
n
an klien
keuntungan
tentang
berhubunga
manfaat
n dengan
dan
orang lain.
keuntunga
n
berhubun
gan
dengan
orang lain.
3.1.2. Beri
kesempat
an kepada

Dengan
faktor
resipitasi
yang
dialami
klien.

Klien harus
dicoba
berinteraksi
secara
bertahap
agar
terbiasa
membina
hubungan
yang sehat
dengan
orang lain.

3.2.

klien
untuk
mengungk
apkan
perasaan
tentang
keuntunga
n
berhubun
gan
dengan
orang lain
3.1.3. Diskusikan
bersama
klien
tentang
ketentuan
berhubun
gan
dengan
orang lain.
3.1.4. Beri
reinforcem
ent positif
terhadap
kemampu
an
pengungk
apan
Klien dapat
perasaan
menyebutka
tentang
n kerugian
keuntunga
berhubunga
n
n dengan
berhubun
orang lain.
gan
dengan
orang lain.
3.2.1. Kaji
pengetahu
an klien
tentang
manfaat
dan
kerugian
tidak
berhubun
gan
dengan
orang lain
3.2.2. Beri
kesempat
an kepada
klien
untuk
mengungk
apkan
perasaan
tentang
kerugian

tidak
berhubun
gan
dengan
orang lain.
3.2.3. Diskusikan
bersama
klien
tentang
kerugian
tidak
berhubun
gan
dengan
orang lain.
3.2.4. Beri
reinforcem
ent positif
terhadap
kemampu
an
pengungk
apan
perasaan
tentang
kerugian
tidak
berhubun
gan
dengan
orang lain
4. Klien dapat 4.1.
melaksanaka
n hubungan
sosial secara
bertahap

Klien dapat
4.1.1. Kaji
mendemonst
Kemampu
rasikan
an klien
hubungan
membina
sosial secara
hubungan
bertahap
dengan
antara lain :
orang lain.
KP
4.1.2. Dorong
k-p-k
dan bantu
k-p-kel
klien
K-P-Klp
untuk
berhubun
gan
dengan
orang lain
melalui
tahap :
K-P
K-P-P Lain
K-P-P Lain
K
Lain
K-PKel/Klo/
Masy
4.1.3. Beri
reinforcem
ent

4.1.4.

4.1.5.

4.1.6.

4.1.7.

5. Klien dapat 5.1.


mengungkapk
an
perasaannya
setelah
berhubungan
dengan orang
lain

terhadap
keberhasil
an yang
telah
dicapai.
Bantu
klien
untuk
mengeval
uasi
manfaat
berhubun
gan.
Diskusikan
jadwal
harian
yang
dapat
dilakukan
bersama
klien
dalam
mengisi
waktu.
Motivasi
klien
untuk
mengikuti
kegiatan
ruangan.
Motivasi
reinforcem
ent atas
kegiatan
klien
dalam
ruangan.

Klien dapat
5.1.1. Dorong
mengungkap
klien
kan
untuk
perasaannya
mengungk
setelah
apkan
berhubunga
perasaann
n dengan
ya bila
orang lain
berhubun
untuk :
gan
a. Diri
dengan
sendiri
orang lain.
b. Orang
5.1.2. Diskusikan
lain
dengan
klien
tentang
perasaan
manfaat
berhubun
gan
dengan
oang lain.

5.1.3. Beri
reinforcem
ent positif
atas
kemampu
an klien
mengungk
apkan
klien
manfaat
berhubun
gan
dengan
orang lain.
6. Klien dapat 6.1.
memberdayak
an sistem
pendukung
atau keluarga
mampu
mengembang
kan
kemampuan
klien untuk
berhubungan

Keluarga
6.1.1. Bisa

dapat
berhubun
a. Menjelask
gan saling
an
percaya
perasaan
dengan
nya.
keluarga :
b. Menjelask
a. Salam,
an cara
perkenala
merawat
n diri
klien
b. Sampaika
menarik
n tujuan
diri.
c. Buat
c. Mendemo
kontrak
nstrasikan
d. Eksplorasi
cara
perasaan
perawatan
keluarga.
klien
6.1.2. Diskusikan
menarik
dengan
diri.
anggota
d. Berpartisi
keluarga
pasi
tentang :
dalam
a. Perilaku
perawatan
menarik
klien
diri
menarik
b. Penyebab
diri.
perilaku
menarik
diri
c. Akibat
yang akan
terjadi jika
perilaku
menarik
diri tidak
ditanggapi
.
d. Cara
keluarga
menghada
pi klien
menarik
diri.
6.1.3. Dorong
anggota,
keluarga

Keterlibata
n keluarga
sangat
mendukung
terhadap
proses
perubahan
perilaku
klien.

untuk
memberik
an
dukungan
kepada
klien
untuk
berkomuni
kasi
dengan
orang lain.
6.1.4. Anjurkan
anggota
keluarga
secara
rutin dan
bergantia
n
menjengu
k klien
minimal
satu
minggu
sekali.
6.1.5. Beri
reinforcem
ent etos
hal-hal
yang telah
dicapai
oleh
keluarga.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa

Medis : .................................
Ruang

: ................................

No. CM

: .................................
TGL

NO
.
DX

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

3
Isolasi sosial
menarik diri
berhubunga
n dengan
harga diri
rendah.

PERENCANAAN
TUJUAN
4
TUM :
Klien dapat
berhubungan
dengan orang
lain secara
optimal.

1.1.
TUK 1 :
Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya.

KRITERIA
EVALUASI
5

INTERVENSI

RASIONAL

Ekspresi
1.1.1. Bina

wajah
hubungan
bersahabat
saling
menunjukka
percaya
n rasa
dengan
senang, ada
mengungk
kontak mata,
apkan
mau
prinsip
berjabat
komunikas
tangan, mau
i
menyebutka
terapeutik
n nama,
.
mau
a. Sapa klien
menjawab
dengan
salam, klien
ramah
mau duduk
baik
bersampinga
verbal

Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar untuk
hubungan
interaksi
selanjutnya.

n dengan
perawat,
mau
mengutarak
an masalah
yang
dihadapi.

b.

c.

d.

e.
f.

g.

TUK 2 :
2.1.
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek yang
dimiliki.

maupun
non
verbal.
Perkenalk
an diri
dengan
sopan.
Tanya kan
nama
lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang
disukai
klien.
Jelaskan
tujuan
pertemua
n.
Jujur dan
menepati
janji.
Tunjuk kan
sikap
empati
dan
meneri
ma klien
apa
adanya.
Beri
perhatian
pada klien
dan
perhati
kan
kebutu
han dasar
klien.

Klien
2.1.1. Diskusikan
mengidentifi
kemampu
kasi
an dan
kemampuan
aspek
dan aspek
positif
positif yang
yang
dimiliki :
dimiliki
a.
klien
Kemampu
an yang
dimiliki
klien.
b. Aspek
positif
keluarga
c. Aspek
positif
2.1.2. Setiap
lingkunga
bertemu

n yang
klien

Diskusikan
tingkat
kemampua
n klien
seperti
menilai
realitas,
kontrol diri
atau
integritas
ego
diperlukan
sebagai
dasar
asuhan
keperawata
n.
Reinforcem

dimiliki
klien.

hindarkan
dan
memberi
penilaian
negatif.
2.1.3. Utamakan
memberi
pujian

yang
realistik.

ent positif
akan
meningkatk
an harga
diri klien.
Pujian yang
realistik
tidak
menyebabk
an klien
melakukan
kegiatan
hanya
karena
ingin
mendapatk
an pujian.

TUK 3 :
Klien dapat
menilai
kemampuan
yang digunakan

3.1. Klien
menilai
kemampuan
yang dapat
digunakan.

3.1.1.

Diskusikan
dengan
klien
kemampu
an yang
masih
dapat
digunakan
selama
sakit.

Keterbukaa
n dan
pengertian
tentang
kemampua
n yang
dimiliki
adalah
persaratan
untuk
berubah.
Pengertian
tentang
kemampua
n yang
dimiliki diri
memotivasi
untuk tetap
mempertah
ankan
penggunaa
nnya.

TUK 4 :
Klien dapat
(menetapkan)
merencanakan
kegiatan yang
sesuai dengan
kemampuan
yang dimiliki.

4.1. Klien
membuat
rencana
kegiatan
harian

4.1.1.

Rencanakan
bersama
klien
aktifitas
yang
dapat
dilakukan
setiap hari
sesuai
kemampu
an :
a. Kegiatan
mandiri
b. Kegiatan
dengan

Klien
adalah
individu
yang
bertanggun
g jawab
terhadap
dirinya
sendiri.

bantuan
sebagian
c. Kegiatan
yang
membutu
hkan
bantuan
total

4.1.2.
Tingkatkan
kegiatan
yang
sesuai
dengan
toleransi

kondisi
klien.
4.1.3. Beri
contoh
cara
pelaksana
an
kegiatan
yang
boleh
klien
lakukan
TUK 5 :
Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi Rumah
sakit dan
kemampuannya.

5.1. Klien
melakukan
kegiatan
sesuai
kondisi sakit
dan
kemampuan
nya

5.1.1. Beri

kesempat
an pada
klien
untuk
mencoba
kegiatan
yang telah
direncana
kan
5.1.2. Beri
pujian

atas
keberhasil
an klien.
5.1.3.

Diskusikan
kemungki
nan
pelaksana
an di
rumah.

Klien perlu
bertindak
secara
realitas
dalam
kehidupan
nya
Contoh
peran yang
dilihat klien
akan
memotivasi
klien untuk
melaksana
kan
kegiatan

Memberika
n
kesempata
n kepada
klien
mandiri di
rumah

Reinforcem
ent positif
akan
meningkat
kan harga
diri.
Memberika
n
kesempata
n kepada
klien untuk
tetap
melakukan
kegiatan
yang baik.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK INEFEKTIF BERHUBUNGAN KOPING
KELUARGA INEFEKTIF : KETIDAKMAMPUAN

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa

Medis : .................................
Ruang

: ................................

No. CM

: .................................
TGL

NO
.
DX

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

PERENCANAAN
TUJUAN

KRITERIA
EVALUASI

INTERVENSI

RASIONAL

3
Penatalaksan
aan regimen
terapeutik
inefektif
berhubunga
n dengan
koping
keluarga
inefektif
ketidakmam
puan.

4
TUM :
Keluarga dapat
merawat klien
yang mengalami
gangguan jiwa
sehingga
penatalaksanaa
n regimen
terapeutik
efektif.
1.1.
TUK :
1. Keluarga
dapat
mengenal
penyebab
yang dapat
menyebabkan
klien kambuh.

Keluarga
1.1.1. Bina

dapat
hubungan
mengidentifi
saling
kasi masalah
percaya
yang
dengan
menjadi
keluarga.
pencetus
a. Sapa
klien
keluarga
kambuh,
dengan
yang
ramah.
dipengaruhi
b. Jelaskan
oleh sikap
tujuan
keluarga,
perawatan
masyarakat
dan
dan klien
perannya
sendiri.
selama
bersama
klien.
c. Dorong
keluarga
untuk
mengungk
apkan
masalah
1.1.2. Kaji
persepsi
keluarga
tentang
perilaku
klien yang
maladaptif
.

1.1.3. Diskusikan
dengan
keluarga
beberapa
masalah
yang
dapat
menjadi
faktor
penyebab

Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar untuk
kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya.
Hal ini perlu
dibina
dahulu agar
keluarga
klien mau
berkomunika
si secara
terbuka.

Untuk
mengetahui
apakah
keluarga
sudah
mengetahui
penyebab
gangguan
jiwa yang
dialami oleh
anggota
keluarga
tentang
faktor
penyebab
klien
kambuh.
Sikap positif
dari keluarga
masyarakat
dan individu
dapat

a.
b.
c.

d.

1.1.4.

klien
kambuh
seperti :
Tidak
mengharg
ai klien
Mengisola
sikan klien
Tidak
memperh
atikan
klien
Klien tidak
diberi
kegiatan
di rumah
Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
sikap yang
harus
dilakukan
oleh
keluarga,
masyarak
at dan
individu
terhadap
perilaku
maladatif
dari klien.

1.1.5. Bantu
keluarga
mengenal
sikap dan
perilakuny
a yang
dapat
memicu
dan
menyebab
kan klien
kambuh.

2.

Keluarga
dapat

2.1.

Keluarga
mengambil

2.1.1. Diskusikan
dengan

memfasilitas
i serta
mengatasi
perilaku
pasien yang
maladatif.

Antisipasi
keluarga
dalam
mencegah
kita untuk
kambuh
sangat
diperlukan
dalam
semua
situasi.

Kesadaran
keluarga
terhadap
tanggung
jawabnya
untuk
merawat
klien
membantu
keberhasilan
perawatan
klien.
Keputusan
keluarga
merupakan
hal penting
dalam
perawatan
klien.
Meningkatka
n,

mengambil
keputusan
dalam
melakukan
perawatan
terhadap
klien.

keputusan
yang tepat
dalam
merawat
klien. Dapat
menyebabka
n akibat bila
klien tidak
dirawat
dengan
tepat.

keluarga
bahwa
keluarga
merupaka
n
pengangg
ung jawab
utama
merawat
klien

2.1.2. Jelaskan
pada
keluarga
bahwa
keluarga
merupaka
n
pengambil
an
keputusan
dalam
keperawat
an
keluarga.
2.1.3. Jelaskan
pada
keluarga
akibat bila
masalah
tidak
ditangani
secara
cepat.
2.1.4. Motivasi
keluarga
utnuk
memutusk
an hal

yang
menguntu
ngkan
klien.

3.

Kelurga dapat3.1.
merawat klien
di rumah.

Keluarga
3.1.1. Diskusikan
dapat
dengan
menyebutka
keluarga
n cara
cara
merawat
merawat

memotivasi
keluarga dan
melakukan
perawatan
klien selama
di rumah
dan
meningkatka
n
pengetahuan
keluarga
dalam
merawat
klien di
rumah
sehingga
tingkat
kekambuhan
dapat
teratasi.
Informasi
yang telah
jelas akan
meningkatka
n
kemampuan
keluarga
dalam
memutuskan
fasilitas
kesehatan
yang ada
bila suatu
saat
dibutuhkan.
Meningkatka
n peran
serta dan
memotivasi
keluarga
dalam
memanfaatk
an faslitas
yang
terdekat.
Pemanfaatan
fasilitas
kesehatan
akan
meningkatka
n kesehatan
klien dan
keluarga.
Untuk
mengetahui
pengetahuan
keluarga
tentang

klien di
rumah.

4.

Keluarga
4.1.
dapat
memodifikasi
lingkungan
yang
terapeutik
dalam
merawat
klien.

klien di
rumah
dan
didemonst
rasikan
seperti :
a. Bantuan
klien
dalam
memenuhi
kebutuhan
seharihari.
b. Libatkan
klien
dalam
kegiatan
sehari-hari
yang
dilakukan
oleh
keluarga.
c. Dengan
keluhan
yang
dirasakan
klien.

Kelurga
4.1.1. Beri

dapat
informasi
menyediaka
pada
n lingkungan
keluarga
yang dapat
tentang
terapeutik
fasilitas
dalam
kesehatan
mendukung
yang di
proses
masyarak
keperawatan
at dan
klien.
dapat
digunakan
keluarga
sebelum
klien di
bawa ke
rumah
sakit jiwa
bila
mengalam
i kambuh.
4.1.2. Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
pentingny
a
pemanfaa
tan
fasilitas
tersebut
serta tahu

peran dan
fungsi
puskesmas.

Untuk
mengingatka
n
kemandirian
keluarga
dalam
menggunaka
n fasilitas
kesehatan
yang ada
dilingkungan
nya

prosedur
yang
harus
dilakukan
oleh
keluarga.
4.1.3. Anjurkan
pada
keluarga
sebagai
alternatif
pemecaha
n masalah
bila klien
kambuh
untuk
memanfaa
tkan
fasilitas
yang ada
di dekat
rumah.
5.

Keluarga
5.1.
dapat
memanfaatka
n fasilitas
kesehatan
yang ada di
masyarakat
untuk
merawat
kesehatan
klien.

Keluarga
5.1.1. Kaji
dapat
pandanga
mengunjungi
n keluarga
fasilitas
tentang
kesehatan
keberadaa
yang ada di
n
masyarakat
puskesma
dalam
s dalam
mengoptima
perawatan
lkan
klien.
perawatan
5.1.2. Dorongan
klien di
keluarga
rumah
untuk
seperti :
memanfaa
tkan
puskesma
s dalam
perawatan
klien.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


KERUSAKAN KOMUNIKASI BERHUBUNGAN DENGAN WAHAM

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa

Medis : .................................
Ruang

: ................................

No. CM

: .................................
NO
.

TG
L

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Kerusakan
komunikasi
berhubungan
dengan waham

PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


TUJUAN (UMUM DAN
TINDAKAN
KHUSUS)
KEPERAWATAN
4
5
Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan
komunikasi.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina
hubungan saling percaya.

1.1.

Bina hubungan saling


percaya dengan klien :
beri salam terapeutik
(panggil nama klien),
sebutkan mana
perawat, jelaskan
tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan
yang tenang, buat
kontrak yang jelas
(topik yang akan
dibicarakan, waktu
dan tempat).
1.2.
Jangan membantah
dan mendukung
waham klien :
Katakan perawat
menerima keyakinan klien :
Saya keyakinan anda
disertai ekspresi
menerima.
Katakan perawat
tidak mendukung : Sukar
bagi saya untuk
mempercayainya disertai
ragu tapi empati.
Tidak
membicarakan isi waham
klien.
1.3.
Yakinkan klien dalam
keadaan aman dan
terlindung :
Anda berada
ditempat aman, kami akan
menemani anda.
Gunakan

keterbukaan dan kejujuran.


Jangan tinggalkan
klien sendirian.
1.4.
Observasi apakah
waham klien
mengganggu aktivitas
sehari-hari dan
perawatan diri.
-

2.

Klien dapat mengidentifikasi 2.1.


kemampuan yang dimiliki.
2.2.

2.3.

2.4.

3.

Klien dapat mengidentifikasi 3.1.


kebutuhan yang tidak
terpenuhi.
3.2.

3.3.

3.4.

3.5.

Beri pujian pada


penampilan dan
kemampuan klien
yang realitas.
Diskusikan dengan
klien kemampuan
yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini
yang realitas (hati-hati
terlihat diskusi
tentang waham).
Tanyakan apa yang
bisa dilakukan
(kaitkan dengan
aktifitas sehari-hari
dan perawatan diri)
kemudian anjurkan
untuk melakukannya
saat ini.
Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya,
dengarkan sampai
kebutuhan waham
tidak ada. Perawat
perlu memperlihatkan
bahwa klien penting.
Observasi kebutuhan
klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan
klien yang tidak
terpenuhi baik selama
di rumah maupun di
rumah sakit (rasa
takut, ansietas,
marah).
Hubungkan kebutuhan
yang tidak terpenuhi
dan timbulnya
waham.
Tingkatkan aktivitas
yang dapat memenuhi
kebutuhan klien dan
memerulkan waktu
dan tenaga (aktivitas
dapat dipilih bersama
klien, jika mungkin
buat jadwal).
Atur situasi agar klien
mempunyai waktu
untuk menggunakan

wahamnya.
4.

Klien dapat berhubungan


dengan realitas.

4.1.

4.2.

Berbicara dengan
klien dalam konteks
realitas (realitas diri,
realitas orang lain,
realitas tempat dan
realitas waktu).
Sertakan klien dalam
terapi aktivitas
kelompok : orientasi
realitas.

CONTOH RENCANA KEPERAWATAN


RUANG MPKP RUMAH SAKIT MARZUKI MAHDI BOGOR

NO.

Tangg
al

Diagnosa
Keperawatan
Resiko tinggi
terhadap cidera b.d
peningkatan
mobilitas fisik.

Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan (Umum dan Khusus)
Tujuan Umum :
Klien tidak akan mengalami
cidera fisik selama dirawat.

Tindakan Keperawatan

Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membawa
1.1.
hubungan saling percaya.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.

2. Klien dapat
2.1.
mengendalikan aktifitas
motorik.
2.2.
2.3.

2.4.

2.5.

2.6.

Kencikan diri pada


pasien
Tanggapi pembicaraan
klien dengan benar
dan tidak menyangkal.
Bicara dengan tegas,
jelas dan simpati.
Bersifat hangat dan
bersahabat.
Temani klien saat
agitasi muncul dan
hiperaktifitasnya
meningkat.
Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat yang
dapat menurunkan
aktifitas motorik.
Diskusikan dengan
klien manfaat
pemberian obat.
Ciptakan ruangan
tenang dan tidak
banyak rangsangan,
seperti musik yang
lembut, penataan
ruangan yang tidak
banyak peralatan.
Beri kegiatan yang
dapat diselesaikan oleh
klien, misal mandi,
makan dan lain-lain.
Beri reinforcement
positif bila
perkerjaan/kegiatan
dapat terselesaikan.
bersama klien
membuat jadwal
kegiatan/aktifitas fisik
untuk menyalurkan
energinya, seperti
menyapu, mengepel,
olah raga.

2.7.

Beri reinforcement
positif bila klien dapat
melakukan kegiatan
tersebut.
2.8.
Tetapkan batasn yang
konstruktif terhadap
tingkah laku yang
negatif.
2.9.
Lakukan pendekatan
yang konsisten oleh
seluruh anggota tim
kesehatan.
2.10. Pertahankan
komunikasi terbuka
dan membagi
persepsi diantara
anggota tim
kesehatan.
2.11. Kuatkan perilaku
pengendalian diri dan
perilaku positif
lainnya.
3. Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya.

3.1.

3.2.

3.3.
3.4.

4. Klien dapat menentukan 4.1.


cara penyelesaian
masalah (koping) yang
konstruktif.

4.2.
4.3.

4.4.

Beri kesempatan pada


klien untuk
mengungkapkan
perasaannya yang
menyakitkan.
Beri kesempatan pada
klien untuk
mengutarakan
keinginannya, perasan
dan pikiran dengan
menggunakan teknik
komunikasi fokusing.
berikan respon empati
dan menerima klien.
Bantu klien
menurunkan tingkat
kecemasannya.
Identifikasi bersama
klien cara yang biasa
digunakan untuk
mengatasi perasaan
kesal, amrah atau
sesuatu yang tidak
menyenangkan.
Diskusikan manfaat
dari cara yang telah
digunakan.
Diskusikan tentang
alternatif cara untuk
mengatasi perasaan
yang tidak
menyenangkan.
Beri motivasi klien agar
memilih cara
penyelesaian masalah
yang tepat serta

4.5.
5. Klien mendapat dukungan5.1.
keluarga
5.2.
5.3.

b.d. ensietas
sedang

diskusikan kosekuensi
dari cara yang dipilih.
Anjurkan klien untuk
mencoba cara tersebut
Diskusikan dengan
keluarga tentang
keadaan klien.
Bantu keluarga untuk
memberikan asuhan
yang tepat.
Bantu keluarga untuk
merencakan kegiatan
yang sesuai dengan
keadaan klien.

Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat menjalin dan
mempertahankan
hubungan saling percaya.

Jadilah pendengar yang


hangat dan responsif.
beri waktu yang cukup
pada klien untuk
berespon.
Beri dukungan pada klien
untuk
mengekspresikan
perasaannya.
Identifikasi pola perilaku
klien atau pendekatan
yang dapat
menimbulkan perasaan
negatif.
Bersama klien menggali
perilaku dan respons
sehingga dapat belajar
dan berkembang.

2. Klien dapat mengenal


ensietasnya

Bantu klien
mengidentifikasi dan
menguraikan
perasaannya.
Hubungkan perilaku klien
dengan perasaannya.
Validasi kesimpulan dan
asumsi terhadap klien.
Gunakan pertanyaan
terbuka untuk
mengalihkan dari topik
yang mengancam ke
hal yang berkaitan
dengan konflik.
Gunakan konfrontasi
positif.

3. Klien dapat memperluas


kesadarannya terhadap
perkembangan ansietas.

Bantu klien menjelaskan


situasi dan interaksi
yang dapat
menimbulkan ansietas.
Bersama klien, meninjau

kembali penilaian klien


terhadap stressor yang
dirasakan mengancam
dan menimbulkan
konflik.
Kaitkan pengalaman yang
baru terjadi dengan
pengalaman masa lalu
klien yang relevan.
4. Klien dapat menggunakan
mekanisme koping yang
adatif.

5. Klien dapat menggunakan


teknik relaksasi.

Kerusakan
komuniasi bd.
Waham

Gali cara klien mengurangi


ansietas masa lalu.
Tunjukkan obat maladatif
dan destruktif dari
respons koping yang
digunakan.
Dorong klien untuk
menggunakan respons
koping adaftif yang
dimilikinya.
Bantu klien untuk
menyusun kembali
tujuan hidup
memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber
dan mencoba koping
baru.
Latih kien menghadapi
ansietas ringan.
Beri aktifitas fisik untuk
menyalurkan
energinya.
Libatkan pihak yang
berkepentingan
sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam
membantu klien
menggunakan koping
adaptif yang baru.
Ajarkan teknik relaksasi
untuk meningkatkan
kontrol dan rasa
percaya diri.
Dorong klien untuk
menggunakan
relaksasi dalam
menurunkan tingkat
ansietas.

Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan
komunikasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina
hubungan saling percaya

Bina hubungan saling


percaya dengan klien
beri salam terapeutik
(panggil nama klien),
sebutkan nama
perawat, jelaskan

tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan
yang tenang, buat
kontrak yang jelas
(topik yang
dibicarakan, waktu
yang tepat).
Jarang membantah dan
mendukung waham
klien :
Katakan perawat
menerima keyakinan
klien saya
menerima keyakinan
anda disertai
ekspresi menerima.
Katakan perawat
tidak mendukung
sukar bagi saya
untuk
mempercayainya
disertai ekspresi
ragu tapi empati.
Tidak membicarakan
isi waham klien.
Yakinkan klien berada
dalam keadaan aman
dan terlindungi :
Anda berada di
tempat aman, kami
akan menemani
anda.
Gunakan keterbuaan
dan kejujuran.
Jangan tinggalkan
klien sendirian
Observasi apakah waham
klien mengganggu
aktifitas sehari-hari
dan perawatan diri.
2. Klien dapat
mengidentifikasikan
kemampuan yang
dimiliki.

Beri pujian pada


penampilan dan
kemampuan klien yang
realistis.
Diskusikan dengan klien,
kemampuan yang
dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang
realitas (hati-hati
terlibat diskusi tentang
waham)
Tanyakan apa yang biasa
dilakukan (kaitkan
dengan aktifitas seharihari dan perawatan
diri) kemudian
anjurkan untuk
melakukannya saat ini.

Jika klien bicara tentang


wahamnya dengarkan
sampai kebutuhan
waham tidak ada
perawat perlu
memperlihatkan bahwa
klien penting.
3. Klien dapat
mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

Observasi kebutuhan klien


sehari-hari
Diskusikan kebutuhan
klien yang tidak
terpenuhi baik selama
dirumah maupun di
Rumah Sakit (rasa
takut, ansietas,
marah).
Hubungkan aktifitas yang
dapat memenuhi dan
timbulnya waham.
Tingkatkan aktifitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan
tenaga (aktifitas dapat
dipilih bersama kilen,
jika mungkin buat
jadwal).
Atur situasi agar klien
mempunyi waktu
untuk menggunakan
wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan


dengan realitas

berbicara dengan klien


dalam konteks realitas
(realitas diri, realitas
orang lain, realitas
tempat dan realitas
waktu).
Sertakan klien dalam
terapi aktifitas
kelompok orientasi
realitas.
Berikan pujian pada tiap
kegiatan positif yang
dilakukan klien.

5. Klien dapat dukungan


keluarga

Diskusikan keluarga
tentang :
Gejala waham
Cara merawatnya
Lingkungan keluarga
Follow up obat
Anjurkan keluarga
melakukan 5.1. dengan
bantuan perawat.

6. Klien dapat menggunakan


obat dengan benar

Diskusikan dengan klien


dan keluarga tentang

obat, dosis, frekuensi


efek dan efek samping,
akibat penghentian.
Diskusikan perasaan klien
setelah makan obat.
Berikan obat dengan
prinsip 5 (lima) besar.

Resiko mencederai
diri bunuh diri
berhubungan
dengan
keputusasaan

Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai
diri/bunuh diri

Data Penunjang :
Tujuan Khusus :
Fisiologis :
1. Klien dapat membina
1.1.
hubungan saling percaya.
Anoreksia
Kriteria evaluasi :
1.2.
Penurunan berat
a.
Menjawab
salam
badan
b. Kontak mata
Kurang berenergi
c. Menerima perawat
1.3.
Lebih banyak tidur
d. Berjabat tangan
1.4.
1.5.

Emosional :
Inkompeten
Terjebak
Tidak berdaya
Tidak ada :
kemujuran,
keberuntungan
atau kemurahan
hari dari Tuhan
Perasaan kosong
atau hampa
Perasaan
kehilangan
Kurang
mempunyai arti
dan tujuan dalam
hidup
Tidak
bersemangat
dengan diri orang
lain
Tegang, merasa
tidak karuan
Kehilangan
penghargaan dari
peran dan
hubungan
manusia

1.6.

2. Klien dapat
mengekspresikan
perasaannya
2.1.
a. Menceritakan
penderitaan secara
2.2.
terbuka dan konstruktif
dengan orang lain.
2.3.

2.4.

2.5.

Kenalkan diri pada


pasien.
Tanggapi pembicaraan
klien dengan sabar dan
tidak menyangkal.
Bicara tegas, jelas dan
jujur.
Bersifat hangat dan
bersahabat.
Temani klien saat
keinginan mencederai
diri meningkatkan.
Jauhkan klien dari
benda-benda yang
membahayakan
(seperti pisau, silet,
gunting, tali, kaca dan
lain-lain).
Dengarkan keluhan
yang klien rasakan.
Bersikap empati untuk
meningkatkan
ungkapan keraguan,
ketakutan dan
keprihatinan.
Beri dorongan pada
klien untuk
mengungkapkan
mengapa dan
bagaimana harapan
serta harapan adalah
hal penting dalam
kehidupannya.
Beri klien waktu dan
kesempatan untuk
menceritakan arti
penderitaan, kematian
dan sekarat.
Diberi dorongan pada

Kognitif :
Kehilangan
persepsi masa
lalu, sekarang dan 3. Klien dapat meningkatkan
harga diri
masa yang akan
Kriteria Evluasi :
datang
a.
Mengenang dan
Penyimpanan
meninjau kembali
persepsi dan
kehidupan secara
asosiasi pikir
positif.
3.1.
Bingung
b.
Mempertimbangkan
Pikiran bunuh diri
nilai-nilai dalam arti
Tidak mampu
kehidupan
membuat
c. Mengekspresikan
rencana,
perasaan-perasaan
mengorganisasi
yang optimis tentang
atau membuat
yang ada.
3.2.
keputusan
Penurunan
kemampuan
memecahkan
masalah dan
kemampuan
pengambilan
3.3.
keputusan
Berpikiran kaku
(ya atau tidak
sama sekali)
Penurunan
kemampuan untuk
mengingat masa
3.4.
lalu
Penampakan
Individu :
Pasif, kurang
4. Klien Menggunakan
motivasi
koping yang konstruktif.
keterlibatan dalam
a. Mengekspresikan
perawatan.
perasaan tentang
Penurunan otak
hubungan yang positif
Kurang
dengan orang terdekat.
mempunyai
b.
Mengekspresikan
ambisi, inisiatif
percaya diri dengan
dan minat
hasil yang diinginkan.
Penurunan
c. Mengekspresikan
pengungkapan
percaya diri dengan diri
Kontak mata
dan orang lain.
buruk
d. Menetapkan tujuanmemalingkan
tujuan yang realistis
wajah dari
pembicara
Patah semangat
Menghela nafas
Menarik diri dari
lingkungan

klien untuk
mengekspresikan
tentang mengapa
harapan kita pasti akan
dalam hal-hal dimana
harapan mempunyai
kegagalan.
Bantu klien untuk
memahami bahwa ia
dapat mengatasi
aspek-aspek keputusan
dan memisahkannya
dari aspek-aspek
harapan.
Kajian dan kerahkan
sumber-sumber
internal individu
(autonomi, mandiri,
rasional, pemikiran
kognitif, flesibilitas,
spiritualitas)
Bantu klien
mengidentifikasi
sumber-sumber
harapan (misal
hubungan antar
sesama keyakinan halhal untuk diselesaikan.
Bantu klien
mengembangkan
tujuan-tujuan realistis
jangka panjang dan
jangka pendek (beralih
dari yang sebenarnya
kompleks dapat
menggunakan poster
untuk menandakan
jenis dan waktu bantu
pencapaian tujuantujuan spesial.

4.1. Ajarkan klien untuk


mengantisipasi
pengalamanpengalaman yang ada
dia senang
melakukannya setiap
hari (misal berjalan,
membaca buku favorit,
menulis surat).
4.2. Bantu klien untuk
mengenali hal yang
dicintai yang ia sayang
dan pentingnya
terhadap kehidupan
orang lain disamping
tentang kegagalan

4.3.

5. Klien menggunakan
dukungan sosial
a. Sumber tersedia
(keluarga, lingkungan
dan masyarakat).
b. Keyakinan makin
meningkat.

dalam kesehatan.
Beri dorongan pada
klien untuk berbagi,
keprihatinan pada
orang lain yang
mempunyai satu
masalah dan/atau
penyakit yang sama
dan telah mempunyai
pengalaman pahit
positif dalam
mengatasi masalah
teratur dengan koping
dengan koping yang
efektif.

5.1. Kaji dan kerahkan


sumbersumber eksternal
individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan
kesehatan, kelompok
pendukung, agama
yang dianutnya)
5.2. Kaji sistem pendukung
keyakinan (nilai,
pengalaman masa lalu,
aktifitas keagamaan,
kepercayaan agama)
5.3. Lakukan rujukan
selesai
indikasi (misal
konseling pemuka
agama)
Gangguan konsep
diri : harga diri
rendah b.d.
ketidakberdayaan

Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan cara
pengambilan keputusan
yang efektif untuk
menggerakkan situasi
kehidupan yang akan
datang.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina
hubungan terapeutik
dengan perawat.

1.1.

1.2.

1.3.

1.4.

Lakukan pendekatan
yang hangat,
menerima klien apa
adanya dan bersifat
empati.
Mawas diri dan cepat
mengendalikan
perasaan dan reaksi
diri perawat sendiri
(misalnya : rasa marah,
frustasi dan simpati)
Sediakan waktu untuk
berdiskusi dan bina
hubungan yang
sifatnya suportif.
Beri waktu untuk klien

berespons
2. Klien dapat mengerti dan2.1.
mengekspresikan
emosinya
2.2.

2.3.
2.4.

2.5.

3. Klien dapat memodifikasi,3.1.


pola kognitif yang negatif.

3.2.

3.3.

4. Klien dapat meyakini


tentang manfaat
mekanisme koping

4.1.

4.2.

Tunjukkan respons
emosional dan
menerima klien.
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
terbuka eksplorasi,
klarifikasi.
Bantu klien untuk
mengekspresikan
perasaannya.
Bantu klien
mengidentifikasikan
area-area situasi
kehidupannya yang
tidak pernah dalam
kemampuannya yang
untuk mengontrol.
Dorong untuk
menyatakan secara
verbal perasaanperasaannya yang
berhubungan dengan
ketidakmampuan.
Diskusikan tentang
masalah yang dihadapi
klien tanpa
memintanya dengan
ketidakmampuan.
Diskusikan tentang
masalah yang dihadapi
klien tanpa
memintanya untuk
menyimpulkan.
Identifikasi pemikiran
yang negatif dan bantu
untuk menurunkan
melalui interupsi atau
substitusi.
Bantu klien untuk
meningkatkan
pemikiran yang positif.

Terima klien apa


adanya dan jangan
menentang
keyakinannya.
Kenaikan realitas nyeri
yang berhubungan
dengan mekanisme
koping klien, dengan
tidak memfokuskan
pada rasa cemas, takut
atau keluhan fisik

4.3.

4.4.

4.5.

5. Klien dapat melakukan


kegiatan yang menarik
dan aktifitas yang
terjadwal.

5.1.

5.2.
5.3.

5.4.

6. Klien dapat berpartisipasi6.1.


dalam pengambilan
keputusan yang
berkenaan dengan
perawatan dirinya.
6.2.

6.3.
6.4.
6.5.

6.6.

lainnya.
Beri klien umpan balik
tentang perilaku,
stressor, penilaian
stressor dan sumber
kopping.
Kuatkan ide-ide bahwa
kesehatan fisik
berhubungan dengan
kesehatan emosional.
(Pada saat yang tepat)
beri batasan perilaku
yang maladaptif
dengan cara yang
mendukung
Beri klien aktifitas yang
bersifat mendukung
dan menguatkan
perilaku sosial yang
produktif.
Beri klien latihan fisik
yang sesuai dengan
bakatnya.
Bersama klien buat
jadwal aktifitas yang
dapat dilakukan seharihari.
Libatkan anggota
keluarga dan sistem
pendukung lainnya.
Libatkan klien dalam
menetapkan tujuantujuan perawatannya
yang ingin dicapai.
Motivasi klien untuk
membuat jadwal
aktifitas perawatan
dirinya.
Berikan klien privasi
sesuai kebutuhan yang
ditentukan.
Berikan reinforcement
positif untuk
keputusan yang dibuat.
Beri pukian jika klien
berhasil melakukan
kegiatan atau
penampilan yang
bagus.
Memotivasi klien untuk
mempertahankan
penampilan/kegiatan
tersebut.

7. Klien dapat termotivasi 7.1.


untuk aktif mencapai
tujuan yang realistik.

7.2.

7.3.

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

Bantu klien untuk


menetapkan tujuantujuan realistik.
Fokuskan kegiatan
pada saat ini bukan
pada kegiatan masa
lalu.
Bantu klien
mengidentifikasi areaarea situasi kehidupan
yang dapat dikontrol.
Identifikasi cara-cara
yang dapat dicapai
oleh klien, dorong
untuk berpartisipasi
dalam aktifitas-aktifitas
tersebut akan diberikan
penguatan positif untuk
berpartisipasi dan
pencapaiannya.

A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. PROSES TERJADI MASALAH
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
(Stuart dan Sundeen, 1998 : 227). Menurut Townsend (1998 : 189) harga diri
rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif baik langsung maupuan tidak langsung. Pendapat senada
diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa harga diri rendah
merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat diatas dapat
dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan
diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 200; perilaku
yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.
c. Perasaan tidak mampu.
d. Rasa bersalah.
e. Sikap negatif pada diri sendiri.
f. Sikap pesimis pada kehidupan.
g. Keluhan sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menolak kemampuan diri sendiri.
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
k. Perasaan cemas dan takut.
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
m. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data Obyektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat.
e. Menarik diri dari hubungan sosial.
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.

a.
b.
c.

3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan
balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366). Menurut Carpenito, L.J
(1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena
ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak
efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan
masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, individu
yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan
ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan
masalah tuntutan hidup serta peran yang dihadapi. Adanya koping individu
tidak efektif sering ditujukan dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998 : 83);
Townsend, M.C, 1998 : 313) sebagai berikut :
Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau
menerima bantuan.
Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan.
Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran.
Data Obyektif :
a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat.
b. Peningkatan ketergantungan.
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi
keinginan sendiri.
d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku.
e. Perilaku distruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain.
f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi.
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.
h. Penyalahgunaan obat terlarang.

4. Akibat

Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik


diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998 : 336). Isolasi sosial menarik diri
sering ditujukan dengan perilaku antara lain :
Data Subyektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.

c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.


Data Obyektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara.
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


N
o
1.

Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
gangguan konsep
diri : harga diri
rendah

2.

Mk : Penyebab tidak
efektifnya koping
individu

3.

Mk : Akibat isolasi
sosial menarik diri

Data Subyektif

Data Obyektif

Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya.
Mengungkapkan tidak
ada lagi yang peduli.
Mengungkapkan tidak
bisa apa-apa.
Mengungkapkan
dirinya tidak berguna.
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tidak mampu.

Merusak diri sendiri


Merusak orang lain
Ekspresi malu
Menarik diri dari
hubungan sosial
Tampak mudah
tersinggung
Tidak mau makan dan
tidak tidur

Mengungkapkan
ketidakmampuan dan
meminta bantuan
orang lain.
Mengungkapkan malu
dan tidak bisa ketika
diajak melakukan
sesuatu.
Mengungkapkan tidak
berdaya dan tidak ingin
hidup lagi.

Tampak ketergantungan
terhadap orang lain
Tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas
yang seharusnya dapat
dilakukan
Wajah tampak murung

Mengungkapkan
enggan bicara dengan
orang lain
Klien mengatakan malu
bertemu dan
berhadapan dengan
orang lain.

Ekspresi wajah kosong


tidak ada kontak mata
ketika diajak bicara
Suara pelan dan tidak
jelas
Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
Menghindar ketika

didekati
D. POHON MASALAH
Isolasi social menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu


Gambar Pohon masalah harga diri rendah
(Keliat, B.A : 18)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individu.
F. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan
Isolasi social menarik diri dengan harga diri rendah.
1. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2. Tujuan khusus dan intervensi
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Ekspresi wajah klien bersahabat.
b) Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata.
c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.
d) Mau menjawan salam dan mau duduk berdampingan dengan
perawat.
e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi therapeutic :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dna perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
1) Kriteria evaluasi :
Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien :
a) Kemampuan yang dimiliki klien.
b) Aspek positif keluarga.
c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.
2) Intervensi
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional :
Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
control diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya.
b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.
Rasional :
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
c) Usahakan memberin pujian yang realistic.
Rasional :
Pujian yang realistic tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan
hanya karena ingin mendapatkan pujian.
c. TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1) Kriteria evaluasi
Klien menilai kriteria yang dapat digunakan.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan
dalam sakit.
Rasional :
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasarat untuk berubah.
b) Diskusikan
kemampuan
yang
masih
dapat
dilanjutkan
penggunaannya.
Rasional :
Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki klien
memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
d. TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang
dimiliki
1) Kriteria evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian.
2) Intervensi
a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan
dengan bantuan sebagaian, kegiatan yang membutuhkan bantuan
total.

Rasional :
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Rasional :
Klien perlu bertindak secara realistic dalam kehidupannya.
c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.
Rasional :
Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.
e. TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan.
1) Kriteria evaluasi
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi skit dan kemampuannya.
2) Intervensi
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Rasional :
Memberikan
kesempatan
kepada
klien
mandiri
dapat
meningkatkan motivasi dan harga diri klien.
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional :
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan.
f. TUK VI : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada di
keluarga.
1) Kriteria evaluasi
Klien memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.
2) Intervensi
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
Rasional :
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di
rumah.
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional :
Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam
mempercepat proses penyembuhan klien.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Rasional :
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di
rumah.
G. DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L.J (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi


8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Depkes Ri, (1989). Petunjuk Tehnik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan
Skizofrenia, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.
3. Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan Ii,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa
(Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.
5. Town, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna.
b. Klien menunjukkan ekspresi wajah malu.
c. Klien mengatakan tidak bisa ketika diminta melakukan sesuatu.
d. Klien tampak kurang bergairah.
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Bu, saya Indah Suryani, saya mahasiswa Akper Dep Kes
Magelang yang sedang praktik di Rumah Sakit ini, Ibu bisa panggil saya
Suster Indah atau Suster Ani. Nama ibu siapa ? ....... o
o o begitu,
Ibu lebih senang dipanggil siapa ?. o
o o ibu Siti. saya akan
menemani ibu kurang lebih 2 minggu, jadi kalau ada yang mengganggu
pikiran ibu, bisa bilang saya, siapa tahu saya bisa bantu.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu saat ini ? .......... o
o
o begitu. Coba
ceritakan pada saya, apa yang dirasakan di rumah, hingga dibawa ke
RSJ ?
c. Kontrak
1) Topik
Maukah ibu Siti bercakap-cakao dengan kemampuan yang dimiliki
serta hoby yang sering dilakukan di rumah ?
2) Tempat
Ibu siti lebih suka bercakap-cakap dimana ?, o
o o..... diteras,
baiklah.
3) Waktu
Kita mau bercakap-cakap berapa lama ?, Bagaimana kalau 10 menit
saja.
2. Kerja
Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ? .......memasak,
mencuci pakaian, bagus itu. Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu
lakukan?. Kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya ?, wah bagus
sekali !.

Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain


yang dimiliki ?, terus .......... Palagi
Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang
ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu
?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu Siti selama kita bercakap-cakap ?, Senang
Terimakasih !.
b. Evaluasi Obyektif
Tolong ibu Siti ceritakan lagi kemampuan dan kegiatan yang sering ibu
lakukan ? ........ Bagus, terus bagaimana tanggapan keluarga terhadap
kemampuan dan kegiatan yang ibu lakukan ?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah Bu Siti, nanti ibu ingat-ingat lagi ya, kemampuan ibu yang lain
dan belum sempat ibu ceritakan kepada saya ?, besok bisa kita bicara
lagi.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bicarakan kembali kegiatan/kemampuan yang
dapat Ibu Siti lakukan di Rumah Sakut dan Rumah ?.
2) Tempat
Tempatnya mau dimana Bu ?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. Bagaimana kalau 15
menit ?
Setuju !.
Sampai bertemu lagi besok ya, Bu Siti .

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien telah mengetahui / dapat mengenal beberapa kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.
Diagnosa Keperawatan
Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.

a.
b.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)


1. Orientasi
Salam Terapeutik
Selamat pagi, Bu Siti ! Masih ingat saya ? .................. bagus !
Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Siti sekarang ?.
........ O ...... ya bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum ibu
Siti ceritakan kemarin ?
c. Kontrak
Topik
Apakah bu Siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan
sekarang ?. ya.......bagus.
2) Tempat
Kalau tidak salah, kemarin kita sudah sepakat akan bercakap-cakap
di ruang makan benar kan ?.
Waktu

Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, atau mungkin bu Siti


ingin kita bercapak-cakap lebih lama lagi ?.
2. Kerja
Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ? .......memasak,
mencuci pakaian, bagus itu. Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu
lakukan?. Kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya ?, wah bagus
sekali !.
Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain
yang dimiliki ?, terus .......... Palagi
Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang
ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu
?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu Siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan
yang dapat dilakukan di rumah sakit ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi !.
Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Ibu Siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat tadi
!.
......nah nanti kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bersama-sama
dengan teman-teman yang lain ya !. Bagaimana kalau nanti siang ?.
d. Kontrak
1) Topik
Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakapcakap tentang kegiatan yang dapat ibu lakukan di rumah.
Bagaimana menurut ibu Siti ?. Setuju.
2) Tempat
Ibu ingin kita bercakap-cakap dimana besok ?, .........oooo di
taman, baiklah.
3) Waktu
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap selama 10 menit ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah mampu mengenal dan menyusun jadwal kegiatan yang
dapat
dilakukan di rumah sakit.
b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal
yang
telah dibuat.
2. Diagnosa Keperawatan

Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah.
b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai
dengan kemampuan di rumah.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, bu Siti sedang apa ?
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Siti saat ini ?
Apakah ibu sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat kemarin ?. Bagus ibu telah dapat membantu
membersihkan lingkungan.
Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi
tanda semua !, nanti dikerjakan lagi ya bu !
c. Kontrak
1) Topik
Nah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang
dapat ibu lakukan di rumah ?.
2) Tempat
Kita mau bercakap-cakap dimana ?, Bagaimana kalau ditempat yang
kemarin, di taman, kan enak !
3) Waktu
Mau berapa lama ?, Bagaimana kalau 15 menit lagi.
2. Kerja
Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita
buat jadwal kegiatan di rumah ya !. Ini kertas dan bolpointnya, jangan
khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan. Bagaimana kalau kita mulai ?.
Ibu mulai dari jam 05.00 WIB ? ............ ya, tidak apa-apa, bangun tidur ....
terus ya sholat shubuh, terus masak (sampai jam 20.00 WIB), bagus tapi
jangan lupa minum obatnya, ya bu !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu Siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di
rumah ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat
dilakukan di rumah ?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari yang dapat
dilakukan di rumah ?.
d. Kontrak
1) Topik

Nah, bagaimana besok kita bercakap-cakap tentang perlunya


dukungan keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras, setuju !, atau
mungkin bu Siti mau kita di tempat yang laim ?.
3) Waktu
Kita mau bercakap-cakap berapa, bagaimana kalau 10 menit ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang dimiliki di rumah.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, bu !.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Siti hari ini, baik-baik saja ?. Syukurlah.
Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat kemarin ?.
c. Kontrak
1) Topik
Hari ini akan kita bercakap-cakap tentang system pendukung yang
dapat membantu ibu Siti di rumah ?.
2) Tempat
Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di teras, ya ?.
3) Waktu
Kita bercakap-cakap mau berapa lama ?. 10 menit saja ya boleh !.
2. Kerja
Apakah ibu tahu artinya system pendukung ?, Baiklah akan saya jelaskan
system pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu di rumah dalam
mencapai kesembuhan nantinya, misalnya : dana, keluarga, teman/tetangga
yang mau menerima, kegiatan bersama, dan tempat yang dapat ibu
kunjungi saat obat habis.
Ibu di rumah tinggal dengan siapa saja ?.........terus siapa lagi ?. Apakah
mereka sayang dan memperhatikan kesehatan bu Siti ?.
Siapa selama ini yang mengingatkan ibu selama ini minum obat dan
mengantarkan control/periksa dokter ?. Wah bagus ! terus selama ini yang
mencari nafkah dan mencari biaya pengobatan untuk ibu, siapa ?/
Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan ibu Siti ?. Kegiatan
apa saja yang ada di lingkungan bu Siti ?. Oooooo pengajian......Bagus itu,
kalau kelopo ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo begitu !. Selama ini bu Siti
sudah berobat kemana saja, apakah ada RS/RS yang paling dekat dengan
rumah ibu ?.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang system
pendukung yang bu Siti miliki ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali system pendukung yang ibu miliki di rumah,
satu persatu ya !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasehat keluarga ya
Bu ! jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap lagi, tentang obatobatan yang ibu Siti minum setiap hari.
2) Tempat
Sebaiknya kita bercakap-cakap di mana bu ?, di warung makan,
o.....bisa!.
3) Waktu
Mau berapa lama Bu ?. Lima belas menit, boleh sampai ketemu lagi
bu !

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasin
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus
eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan
seperti melihat bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada
(Johnson, B.S. 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah
pencerapan tanpa ada rangsang apapun dari panca indera, dimana orang
tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh
psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. Sedangkan menurut
pendapat lain halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat yang mendekat
(yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu
pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap
stimulus (Townsend, M.C, 1998:156).
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsi yang terjadi tanpa
adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi (penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah
halusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nirhath, M.A, 1998:303 ; Rawlins, R.P,
Heacock, P.E, 1998;198). Menurut Carpetino, L.J (1998:363) Perubahan
persepsi sensori halusianasi merupakan keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah,
pola atau interprestasi stimulus yang dating. Sedangkan menurut pendapat lain
halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal, yang dibedakan dari distrorsi atau ilusu yang merupakan

kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien menganggap


halusinasi sebagau suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997:284)
2. Tanda dan Gejala
Klien dengan halusinasi sring menunjukkan adanya (Carpetino, L.J.
1998:363; Townsend, M.C, 1998:156; Stuart, G.W dan Sundeen, S.J 1998:328329) :
Data subjektif :
a. Tidak mampu mengenal, orang dan tempat.
b. Tidak mampu memecahkan masalah.
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau
melihat bayangan).
d. Mengeluh cemas dan kuatir.
Data objektif :
a. Mudah tersinggung.
b. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola konumikasi, kadang berhenti
bicara seolah-olah mendengar sesuatu.
d. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
e. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.
f. Gerakan mata yang cepat.
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.
h. Kadang tampak ketakutan.
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk
yang kompleks)
3. Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,
sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri
( Townsend, M.C, 1998:156). Menurut Carpetino, L.J, (1998:381) isolasi sosial
merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut
Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998:423) isolasi sosial menarik diri merupakan
usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam
berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku
(Carpentino, L.J 1998:382) :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan.
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial.
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna.
Data objektif :
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama.
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk

d.
e.
f.
g.

Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri.


Kurang aktivitas.
Wajah tampak murung dan sedih.
Kegagalan berinteraksi dengan orang lain.

4. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 1998:27).
Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri
maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri
sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam.
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir.
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah.
b. Mondar-mandir.
c. Mata melotot rahang mengatup.
d. Tangan mengepal.
e. Keluar keringat banyak.
f. Mata merah.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


N
o
1.

Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
gangguan persepsi
sensori halusinasi

2.

MK : penyebab
isolasi sosial :
menarik diri

Data Subyektif

Data Obyektif

Klien mengatakan
melihat atau
mendengar sesuatu.
Klien tidak mampu
mengenal tempat,
waktu, orang.

Tampak bicara dan


ketawa sendiri.
Mulut seperti bicara
tapi tidak keluar suara.
Berhenti bicara seolah
mendengar atau
melihat sesuatu.
Gerakan mata yang
cepat.

Klien mengatakan
merasa kesepian.
Klien mengatakan tidak
dapat berhubungan
sosial.
Klien mengatakan tidak

Tidak tahan terhadap


kontak yang lama.
Tidak konsentrasi dan
pikiran mudah beralih
saat bicara.
Tidak ada kontak mata.

3.

MK : Akibat resiko
mencederai diri
sendiri dan orang
lain

berguna.

Ekspresi wajah
murung, sedih.
Tampak larut dalam
pikiran dan ingatannya
sendiri.
Kurang aktivitas.
Tidak komunikatif.

Klien mengungkapkan
takut.
Klien mengungkapkan
apa yang dilihat dan
didengar mengancam
dan membuatnya
takut.

Wajah klien tampak


tegang, merah.
Mata merah dan
melotot.
Rahang mengatup.
Tangan mengepal.
Mondar mandir.

D. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri,
Orang lain dan lingkungan

Masalah Utama

Perubahan persepsi sensori


Halusinasi pendengaran

Isolasi sosial menarik diri


Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
2. Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran berhubungan dengan
isolasi sosial menarik diri.

F. FOKUS INTERVENSI

Menurut Rasmun (2001:43-48) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana


tindakan dari diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam,
mau
duduk
berdampingan
dengan
perawat,
mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar
hubungan interaksi selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien
dapat
menyebutkan waktu, isi
dan
frekuensi
timbulnya
halusinasi.
b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
2) Intervensi
a) Adakan sering dan singkat secara bertahap.
Rasional :
Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling
percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya.
Bicara
dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan
seolah-olah ada teman bicara.
Rasional :
Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan
perawat dalam melakukan intervensi.
c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah
ada suara yang di dengar.

Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.


Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,
namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada
sahabat tanpa menuduh/menghakimi).
- Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti
dia.
- Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
Rasional :
Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari
faktor timbulnya halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien tentang :
- Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan
malam atau jika sendiri, jengkel, sedih)
Rasional :
Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya
halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan
dilakukan perawat.
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi
(marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan
perasaan.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.
-

c. TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.


1) Kriteria evaluasi :
a) Klien
dapat
menyebutkan tindakan
yang
biasanya
dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya.
b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang
telah
didiskusikan dengan klien.
d)
Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan
halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
2) Intervensi
a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika
terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)
Rasional :
Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak
berlanjut.
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
beri

pujian.
Rasional :
Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi :
- Katakan : Saya tidak mau dengar kau pada saat halusinasi
muncul.
- Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga
yang lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi
yang didengar.
- Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat
muncul.
- Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.
Rasional :
Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.
d) Bantu
klien
memilih cara
dan melatih cara
untuk
memutus
halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :
- Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Quran.
- Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
- Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian, gotong
royong).
- Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).
- Mencari teman untuk ngobrol.
Rasional :
Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba
memilih salah satu cara untuk mengendalikan halusinasi dan
dapat meningkatkan harga diri klien.
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
Evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
Rasional :
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah
dipilih.
f)
Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok,
orientasi
realita dan stimulasi persepsi.
Rasional :
Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi
realitas akibat halusinasi.
d. TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan
unutk
mengendalikan halusinasi.

2) Intervensi
a) Membina hubungan saling percaya dengan
menyebutkan
nama,
tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar
hubungan interaksi selanjutnya.
b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.
Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
- Pengertian halusinasi
- Gejala halusinasi yang dialami klien.
- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
- Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah,
misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian bersama.
- Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan.
Rasional :
Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan
menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga
yang mempunyai masalah halusinasi.
e. TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan
efek
samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa
konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan
frekuensi
serta manfaat minum obat.
Rasional :
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat
diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan
manfaatnya.

Rasional :
Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan
efek samping obat yang dirasakan.
Rasional :
Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus
dilakukan setelah minum obat.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
Rasional :
Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar
pasiennya).
Rasional :
Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian
klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.
G. DAFTAR PUSTAKA
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing cotemporary Practice,
Edisi 9th, Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.
Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growt,
Edisi 2th, Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.
Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed
I, Profesional Books, Jakarta.
Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.
Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,
Surabaya.
Rasmun, (2001), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Ed I, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing,
Edisi 1, the C.V Mosby Company, Toronto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa
(Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Contoh SP (Strategi Pelaksanaan Halusinasi)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi


Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien tampak bicara dan tertawa sendiri.
b. Klien mondar mandir.
c. Klien merasa mendengarkan suara laki-laki yang menyuruh memukul.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi. Mas, sedang apa ?. Kenalkan nama saya Bapak Budi
Sisroyo, mas bisa panggil saya Bapak atau mas Budi saja. Mas
namanya siapa ? .......o o o Joko Prisanto, senang dipanggil siapa ?.
Mas Joko atau mas Yanto. Ooooo begitu baiklah mas Aynto, saya akan
menemani ibu kurang lebih 2 minggu ke depan, nanti bisa cerita
masalah yang dialami mas Joko.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas Joko saat ini ?....o o o kalau saya lihat mas
Joko tampak bicara, berbicara sama siapa ?
c. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang mas Joko dengar
dan orang yang mengajak bicara ?.
2) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang Mas ?, o o o.... di ruang
makan, baiklah.
3) Waktu
Kita akan bercakap-cakap berapa menit ?. 15 menit !, ya baiklah.
2. Kerja
yeah sekarang kita sudah duduk santai, tolong ceritakan suara-suara yang
Mas Joko dengar tadi, oooooooo begitu, lalu !. Jadi Mas mendengar suara
orang yang mengajak berbicara dan menyuruh memukul orang. menurut
Mas suara tersebut suara siapa, apakah mengenalnya?, ooooooo seperti
suara laki-laki.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas Joko setelah berbincang-bincang tentang
suara yang mas dengar ?.
b. Evaluasi Obyektif
Jadi suara yang mas dengar adalah ............, muncul saat........., dan
yang mas lakukan saat suara-suara tersebut muncul..............
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang suara-suara lain yang
didengar, jangan lupa kalau suara-suara itu muncul lagi beritahu
perawat biar dibantu ya !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan
suara-suara tersebut ?, Setuju !.
2) Tempat
Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin
Mas Joko punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?

3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. 10 menit atau 15 menit.
Sampai jumpa besok ya, Mas!.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi


Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi
a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Joko ?, Masih ingat nama saya ? Bagus !
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah ada suara-suara yang
didengar dan belum diceritakan kemarin ?
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap
tentang cara mengendalikan halusinasi yang Mas Joko alami ?,
Bagaimana setuju ?
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di ruang makan saja ya !
3) Waktu
Mas Joko mau berapa lama kita bercaka-cakap ?. 15 menit,
baiklah.
2. Kerja
Kemarin Mas Joko sudah menceritakan tindakan yang dilakukan ketika
suara-suara tersebut muncul. Masih ingat?. Bagaimana apakah dapat
mengurangi / menghilangkan suara-suara yang Mas Joko dengar ?
ooooo.......begitu !
Kalau Mas Joko mau saya akan memberitahu cara-cara lain yang dapat
dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul ?. Bagaimana ! Oke yang
pertama dengan menghardik suara-suara tersebut, caranya dengan
mengatakan saya benci kamu, pergi......pergi !, lalau tarik nafas dalamdalam tahan sebentar dan keluarkan pelan-pelan melalui mulut, maka Mas
Joko akan rilex dan santai kembali. Mari saya ajari, tirukan saya ya !,
Pertama katakan saya benci kamu pergi......pergi!, kemudian tarik nafas
dan keluarkan, begitu, Bagus mudah kan ?
Cara
yang
kedua
dengan
melakukan
kegiatan
yang
dapat
memutus/menghilangkan suara-suara itu, misalnya dnegan mengambil air
wudhu, sholat atau membaca Al-Quran, membersihkan rumah atau alatalat rumah tangga, apabila suara-suara tersebut muncul siang atau sore
hari.

Cara ketiga adalah mencari teman untuk diajak ngobrol sehingga suarasuara tersebut dapat dialihkan, tetapi cara ini tidak dapat dilakukan apabila
suara-suara itu muncul malam hari.
Jika suara sering muncul malam hari, yang dapat Mas Joko lakukan
adalah minum obat tepat waktu, tepat obat, dan tepat dosis, misalnya jam
17.30 WIB sehingga Mas Joko akan terbangun pada jam 05.00 pagi.
Kalau Mas Joko suka olahraga, untuk menghindari suara muncul kembali
Mas Joko dapat mengikuti olahraga dengan teman-temannya, tentunya
kalau sore hari.
Bagaimana, mudahkan ?, Mas Joko dapat pilih sesuai dengan kondisi dan
keadaan !
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan
suara-suara yang muncul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali cara yang dapat Mas Joko lakukan untuk
menghindari/memutus suara-suara yang muncul suara-suara tersebut !.
Bagus ..........lagi.
c. Rencana Tindak Lanjut
Kalau suara-suara itu muncul lagi coba dipraktekan yang Mas Joko,
siapa tahu dapat membantu !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok keluarga Mas Joko menjenguk, kita
bercakap-cakap lagi bersama-sama keluarga tentang halusinasi yang
Mas Joko alami ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar lebih
leluasa ?
3) Waktu
Mas Joko ingin berapa lama kita akan bercakap-cakap besok ?.
o....... 15 menit.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi


Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a.
Klien sudah mengetahui cara-cara yang dapat digunakan untuk
memutus
atau menghilangkan halusinasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.
3. Tujuan Khusus
Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi halusinasinya.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Pak ?, Kenalkan saya Bapak Budi yang merawat Mas
Joko di sini, syaa bisa panggil Bapak siapa ?........ o.......ya Pak
Mahmud.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah Mas Joko masih ingat
cara-cara yang kemarin saya ajarkan ?. Apakah Bapak/Ibu mengetahi
pengertian halusinasi, gejala halusinasi dan cara mengatasi halusinasi ?
c. Kontrak
1) Topik
Pagi hari ini kebetulan Bapak Mahmud menengok Mas Joko, kita
akan bercakap-cakap tentang pengertian halusinasi dan cara-cara
yang harus dilakukan agar Mas Joko terhindar dari halusinasi ?
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di ruang perawatan saja biar lebih santai ?
3) Waktu
Berapa lama kita bercaka-cakap ? bagaimana kalau 30 menit ?.

2. Kerja
Tolong Mas Joko ceritakan tentang suara-suara didengar pada Pak
Mahmud, agar beliau tahu dan dapat membantu kalau di rumah nanti
muncul lagi. Jadi begini, ya Pak, mas Joko ini kalau dalam kedokteran
mengalami halusinasi.
Nah apa halusinasi itu?, Halusinasi adalah kesalahan dalam mengartikan
rangsangan dari luar yang sebenarnya tidak ada, misalnya mendengar suara
yang mengajak bicara atau menyuruh melakukan sesuatu padahal tidak ada
yang mengajak bicara, seperti yang dialami mas Joko ini.
Bagaimana cara mengenali orang yang mengalami halusinasi ?. Bapak
Mahmud akan menjumpai orang tersebut tampak termenung, kemudian
bicara sendiri atau tertawa sendiri, tidak jarang orang tersebut tampak
gelisah, mondar-mandir bingung dan ketakutan karena suara yang
mengancam, atau memuluk orang lain jika suara itu tidak menyuruh untuk
memukul. Bagaimana sudah jelas ?
Apa akibatnya jika halusinasi tidak diatasi ?, orang tersebut dapat beresiko
orang tersebut akan melakukan kekerasan yang arahnya diri sendiri, orang
lain atau lingkungan.
Maka jangan heran kalau Bapak pernah melihat orang gila tiba-tiba
melempar pakai batu atau tiba-tiba merusak tanaman yang ada
didekatnya.
Nah untuk menghindari hal tersebut, ada cara agar halusinasi tidak
muncul, yaitu tidak membiarkan Joko sendirian melamun, beri Mas Joko
kegiatan untuk mengisi waktu luangnya, ajak Mas Joko nonton televisi
bersama, jalan-jalan atau kegiatan pengajian dan gotong royong,
Bagaimana ? Bapak sudah paham.
Bila belum jelas pak Mahmud dapat bertanya ?
.......... ya jangan lupa minum obat secara tepat dan teratur serta antar mas
Joko kontrol atau pergi RSJ sangat membantu agar mas Joko terhindar dari
halusinasi.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang pengertian dan cara
mengendalikan suara-suara yang didengar Mas Joko ?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali pengertian halusinasi dan cara-cara yang dapat
keluarga lakukan agar Mas Joko dapat menghindari/memutus suarasuara yang muncul suara-suara tersebut ! : Bagus....lagi.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong ya Pak, Mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu
muncul lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang manfaat dan
efek samping obat yang Mas Joko minum ?.

2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi


Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien dan keluarga sudah mengenal pengertian gejala halusinasi.
b. Klien dan keluarga sudah mengetahui cara menghindari munculnya
kembali suara-suara
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Joko ?, Masih ingat nama saya ? Bagus !.

b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ?, baik-baik saja kan, ada yang
ingin disampaikan ?
c. Kontrak
1) Topik
Kita akan berbicara tentang jenis obat, manfaat obat, efek samping
obat serta cara pemakaiannya, Bagaimana mas Joko bersedia ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman saja, biar lebih
santai?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercaka-cakap ? Bagaimana kalau 15
menit ?.
2. Kerja
Berapa jenis obat yang diminum Mas Joko tadi pagi ?. ya ..... bagus.
Jadi begini ya Mas Joko, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini
obatnya saya bawakan.
Saya jelaskan satu persatu ya ?. yang warnanya oranye ini namanya CPZ
atau chlorponazin, gunanya untuk mempermudah Mas Joko tidur sehingga
dapat istirahat, minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore hari, pagi jam 07.00
dan sore jam 17.30 WIB. Efek sampingnya badan menjadi lemas, keluar
ludah terus menerus.
Nah, yang ini, namanya HPD atau haloperidole, karena Mas Joko dapat
yang 5 mg, maka warnanya jambon atau pink, cara dan waktu minumnya
sama dengan CPZ, 2x sehari. Gunanya obat ini untuk menghilangkan
suara-suara yang mas Joko dengar, selain dapat juga membuat mas Joko
lebih rileks, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya badan
menjadi kaku, terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada berdebardebar dan tremor/ndedek dalam istilah jawa.
Tapi mas Joko jangan kuatir, ada penangkalnya, maka diberikan obat yang
putih agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP, fungsinya obat
ini menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak megenakkan
tadi, makanya obat ini harus diminum bersamaan dengan obat CPZ dan
HPD tadi.
:bagaimana masih ada yang belum jelas ?. Jangan lupa kalau obat ini
hampir habis segera control kembali ya !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan
manfaat obat yang mas Joko minum setiap hari ?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Joko, dan ambilkan yang
namanya HPD........Dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !.
Bagus......diingat-ingat ya !.
c. Rencana Tindak Lanjut

Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !.
O. Ya kalau ada yang berlum jelas bisa Mas Joko tanyakan kembali pada
waktu lain.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan
topik yang lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras saja ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.

LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial : Menarik diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Menurut Townsend, M.C (1998:152). Isolasi sosial merupakan keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan
sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKS RI
(1998:117) penarikan diri
atau withdrawal merupakan suatu tindakan
melepaskan diri, naik perhatian maupun niatnya terhadap lingkungan sosial
yang secara langsung dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
(Carpenito, L.J, (1998:38). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, (1998:423). Isolasi
sosial menarik diri merupakan usaha untuk menghindar dari interaksi dan
hubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,
tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan, berprestasi atau
selalu dalam kegagalan.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Townsend, M.C, (1998:152-153) dan Carpenito, L.J (1998:382)
Isolasi menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.
Data objektif :
a. Tampak menyendiri dalam ruangan.
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri.
c. Tidak melakukan kontak mata.
d. Tampak sedih afek datar.
e. Posisi meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu.
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan
perkembangan usianya.
g. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain.
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal.
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi.
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan diwajahnya.
3. Penyebab
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh kurangnya rasa
percaya kepada orang lain, perasaan panik regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend,
M.C, 1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998:345) Isolasi sosial
disebabkan oleh konsep diri rendah.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998:227). Townsend (1998:189)
harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat
senada diunkapkan oleh Carpenito, L.J (1989:352) bahwa harga diri rendah
merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

Data subjektif :
Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.
Perasaan tidak mampu.
Rasa bersalah.
Sikap negatif pada diri sendiri.
Sikap pesimis pada kehidupan.
Keluhan sakit fisik.
Pandangan hidup yang terpolarisasi.
Menolak kemampuan diri sendiri.
Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
Perasaan cemas dan takut.
Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
Mengungkapkan kegagalan pribadi.
Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data objektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat.
e. Menarik diri dari hubungan sosial.
f. Ekspresi wajah mau dan rasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Perilaku sosial menarik diri beresiko terjadinya perubahan persepsi
sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998156). Perubahan persepsi sensori
halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus
eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita, kenyataan
seperti melihat bayangan, atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya
tidak ada (Johnson, S.B, 1995:119) halusinasi adalah penerapan tanpa adanya
rangsangan apapun dari panca indera, dimana orang tersebut sadar dalam
keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psiotik, gangguang fungsional,
organik atau histerik.
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa
adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi line perasaan (penglihatan,
pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling
umum adalah halusinasi pendengaran (Boyd, M.A, & Nihart, M.A, 1998:303:
Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1998:198). Menurut Carpenito, L.J (1998:363).
Perubahan persepsi sensori halusinasi merupakan keadaan dimana individu

atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam


jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang. Sedangkan menurut
pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi
tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi atau ilusi yang
merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien yang
menganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997:284).
Menurut Carpetino, L.J (1998:363); Townsend, M.C (1998:156) dan
Stuart, G,W & Sundeen, S.J (1998:328-329) perubahan persepsi sensori sering
ditandai dengan adanya :
Data subjektif :
a. Tidak mamu mengenal waktu, orang dan tempat.
b. Tidak mampu memecahkan masalah.
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau
melihat bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir.
Data objektif :
a. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti
bicara seolah-olah mendengar sesuatu.
c. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
d. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.
e. Gerakan mata yang cepat.
f. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.
g. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk
yang kompleks).
C. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI
N
o
1.

Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
Isolasi sosial :
menarik diri

2.

MK : penyebab
gangguan konsep

Data Subyektif

Data Obyektif

Klien mengatakan
merasa kesepian
Klien mengatakan tidak
dapat berhubungan
sosial
Klien mengatakan tidak
berguna

Tidak tahan terhadap


kontak yang lama
Tidak konsentrasi dan
pikiran mudah beralih
saat bicara
Tidak ada kontak mata
Ekspresi wajah
murung, sedih
Tampak larut dalam
pikiran dan ingatannya
sendiri
Kurang aktivitas
Tidak komunikatif

Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya

Merusak diri sendiri


Merusak orang lain

3.

diri : harga diri


rendah

Mengungkapkan tidak
ada lagi yang peduli
Mengungkapkan tidak
bisa apa-apa
Mengungkapkan
dirinya tidak berguna
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu

Ekspresi malu
Menarik diri dari
hubungan sosial
Tidak mau makan dan
tidak tidur

MK : Akibat
perubahan persepsi
sendiri halusinasi

Klien mengatakan
melihat atau
mendengar sesuatu
Klien tidak mampu
mengenal tempat,
waktu, orang

Tampak bicara dan


ketawa sendiri
Mulut seperti bicara
tapi tidak keluar suara
Berhenti bicara seolah
mendengar atau
melihat sesuatu
Gerakan mata yang
cepat

D. POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi
Sensori : halusinasi

Masalah Utama

Isolasi diri : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
2. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan gangguang konsep diri :
harga diri rendah.
F. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan : resiko perubahan persepsi
berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.
1. Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.

sensori

halusinasi

2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam,
mau
duduk
berdampingan
dengan
perawat,
mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
klien.
h) Jelaskan tujuan pertemuan.
i) Jujur dan menepati janji.
j) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
k) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar
hubungan interaksi selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
1) Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari
diri sendiri orang lain dan lingkungan.
2) Intervensi
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
c) Diskusikan bersama dengan klien tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
d) Berikan
pujian
terhadap
kemampuan
klien
dalam
mengungkapkan penyebab menarik diri.
Rasional :
Dengan diketahui penyebab menarik diri dapat dihubungkan
dengan faktor prisipitasi yang dialami oleh klien.
c. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang
lain.
b) Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan
orang

lain.
2) Intervensi
a)
Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
b)
Beri pengetahuan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
c)
Diskusikan bersama dengan klien keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
d)
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa
membina hubungan sehat dengan orang lain.
a) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
c) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidka berhubungan
dengan orang lain.
d) Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul
motivasi untuk berinteraksi.
d. TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K
P, K P K, K P Keluarga, K P P Kelompok.
2) Intervensi
a) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang
lain.
b) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang
lain
melalui tahap : K P, K P P lain, K P P lain K lain, K P
keluarga / kelompok / masyarakat.
c) Beri reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien
dalam
mengisi waktu.
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan diruangan.
g) Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
e. TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain.
1) Kriteria evaluasi

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan


dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
2) Intervensi
a)
Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan
dengan orang lain.
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain.
c) Beri
reinforcement
positif
atas
kemampuan
klien
dalam
mengungkapkan perasaan bermanfaat berhubungan dengan orang
lain.
f. TUK VI : Klien dapat memperdayakan system pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan
dengan orang lain.
1) Kriteria evaluasi
Keluarga dapat :
a) Menjelaskan perasaannya.
b) Menjelaskan cara merawat klien menarik diri.
c) Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri.
d) Berparitisipasi dalam perawatan klien menarik diri.
2) Intervensi
a) Bila hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Ucapkan salam dan perkenalkan diri.
- Sampaikan tujuan pertemuan.
- Buat kontrak waktu.
- Eksplorasi perasaan keluarga.
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri.
- Penyebab perilaku menarik diri.
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri untuk diatasi.
- Cara keluarga mengatasi perilaku menarik diri.
c) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada
klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
d)
Anjurkan
anggota
keluarga
secara rutin dan bergantian
menjenguk
klien minimal satu kali seminggu.
e) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
Rasional :
Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses
perbaikan perilaku klien.
G. DAFTAR PUSTAKA
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing Cotemporary Practice,
Edisi 9th, Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
DEPKES RI, (1989) Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed 1, DEPKES RI, Jakarta.
Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growth,
Edisi 2th, Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.
Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed
I, Profesional Books, Jakarta.
Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.
Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,
Surabaya.
Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing,
Edisi 1, the C.V Mosby Company, Toronto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa
(Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Contoh SP (Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial : Menarik Diri)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien menyendiri.
b. Klien menghindar dari kontak mata.
c. Klien tidak dapat mempertahankan komunikasi lama.
d. Klien tampak merenung di pojok ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi. Mas, sedang apa ?. Kenalkan nama saya Iwan Setiawan,
mas bisa panggil saya Bapak atau mas Iwan saja. Mas namanya siapa ?
.......o o o Sigit Eko Widiyanto, senang dipanggil siapa ?. Mas Sigit
atau mas Eko. Ooooo begitu baiklah mas Widi, saya akan menemani
mas Widi selama 2 minggu kedepan, nanti bisa cerita masalah yang
dialami mas Widi.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas Widi saat ini ?....o o o kalau saya lihat mas
Widi tampak duduk sendiri ada apa sebenarnya ?.
c. Kontrak
1) Topik
Maukah mas Widi bercakap-cakap tentang kejadian di rumah dan
yang menyebabkan mas Widi hanya diam menyendiri, mau kan ?.
2) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang Mas ?, Bagaimana kalau di
taman?, mau !.
3) Waktu
Kita akan bercakap-cakap berapa menit ?. 5 menit saja, ya !.
2. Kerja

yeach sekarang coba mas Widi ceritakan di rumah tinggal siapa ?. terus
siapa lagi .........bagus. Diantara mereka siapa yang paling dekat dengan
mas Widi ?.
Mas Widi tadi mengatakan lebih dekat dengan ibu dan kakak, mengapa. Apa
ada sesuatu yang membuat mas Widi senang ?.
Nah sekarang diantara mereka, apakah ada sesuatu yang mas Widi tidak
suka, yang sering membuat jengkel misalnya ?, o .......begitu, mengapa
mas Widi sangat tidak menyukainya ? ........... sering memarahi mas Widi ?.
Apa yang dilakukan mas Widi supaya dekat dengan orang lain ?. Bagus !.
Sekarang apa yang menyebabkan mas Widi senang menyendiri dan tidak
mau ngobrol dengan orang lain ?, Apakah ada orang yang mengejek atau
menghina ?. Atau mungkin tidak ada teman yang sebaya dengan mas
Widi ?. Sehingga enggan keluar rumah ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas Widi setelah kita berbincang-bincang tentang
penyebab menyendiri/tidak mau bergaul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Jadi yang membuat mas Widi menyendiri tadi apa saja ? tolong
ceritakan kembali ! ........yanch bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang menyebabkan enggan bergaul
dengan orang lain yang lain dan esok ceritakan kepada saya ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan
suara-suara tersebut ?, Setuju !.
2) Tempat
Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin
Mas Widi punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. 10 menit. Sampai
jumpa besok ya, Mas!.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.
b. Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas widioko ?, Masih ingat nama saya ? Bagus !
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ? apakah ada penyebab
menyendiri yang lain dan belum diceritakan kemarin ?.
c. Kontrak
1) Topik

Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap


tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain serta kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain ?
2) Tempat
Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya !
3) Waktu
Mas Widi mau berapa lama kita bercaka-cakap ?. 10 menit,
baiklah.
2. Kerja
Kemarin Mas Widi sudah menceritakan penyebab menyendiri, sekarang
menurut mas Widi apa keutungan berhubungan dengan orang lain ?,
ya ........ bagus, terus apa lagi ?. Kalau kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain ?. .........tidak tahu ya tidak apa-apa.
Jadi begini, banyak manfaat yang dapat diambil jika kita mau bergaul atau
berhubungan dengan orang lain, misalnya jadi banyak teman, dapat mengisi
waktu dan terhindar dari kesepian. Dengan bergaul kita juga jadi tambah
ilmu dan wawasan.
Nah, jika kita tidak mau bergaul atau hanya menyendiri di kamar, kita jadi
banyak melamun dan akhirnya tidak punya teman untuk dimintai bantuan
jika punya masalah.
Bagaimana sudah mengerti keuntungan dan kerugian bergaul ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang keuntungan
bergaul dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali keuntungan bergaul !. Bagus.......lagi, kalau
kerugiannya........?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Nah karena mas Widi sudah tahu keuntungan bergaul maka harus
dipraktikan ya !. nanti pak Iwan bantu, bagaimana, bersedia ?.

d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita mulai belajar berkenalan dengan teman
lain ?.
2) Tempat
Dimana kita belajar berkenalan ?. O......diruang tamu baiklah.
3) Waktu
Mas Widi ingin berapa lama kita belajar berkenalan ?. O......15
menit baiklah !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien sudah mengetahui berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan antara
klien dengan perawat.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, mas Widi !.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?.
c. Kontrak
1) Topik
Pagi hari ini kita akan berlatih cara berkenalan yang baik, kan
mas ?.
2) Tempat
Sesuai kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan,
mas ?.
3) Waktu
Berapa lama kita bercaka-cakap ? bagaimana kalau 15 menit ?.
2. Kerja
Menurut mas Widi, bagaimana cara kita berkenalan dengan orang lain ?.
Yach bagus, apakah perlu kita berdiri dan berjabat tangan ? terus apa
yang kita sampaikan saat berkenalan ?.
Bagus !. Jadi kita sedang berkenalan, untuk menambah kehangatan dan
keakraban kita perlu berjabat tangan dan berdiri, sedangkan seperti yang
mas Widi sebutkan, kita bisa menyampaikan nama, alamat, hoci dan lainlain !.
Nah kita sekarang telah tahu cara berkenalan yang baik, bagaimana kalau
kita coba ?. Anggap mas Widi belum kenal saya, dan saya belum kenal mas
Widi oke !. kita mulai, ayo kita beridiri !.
Aku ajari dulu, ya !. Kenalkan nama saya Iwan Setiawan, biasa dipanggil
Iwan, rumah saya Kalinegoro, Magelang dan hobby saya memancing dan
membaca !. Kalau anda siapa, saya bisa panggil.......rumahnya dimana ?
siapa tahu saya bisa mampir suatu saat , apa hoby anda ? .......wah bagus
sekali.
Nah sekarang gantian mas berkenalan dengan saya ? ......... terus !. Bagus
sekali, nanti dicoba pada temannya, ya !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berlatih berkenalan ?.
b. Evaluasi Obyektif

Coba ulangi lagi cara berkenalan yang sudah kita pelajari tadi !.
Bagus !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul
lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang cara
berkenalan dengan orang lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Isolasi Sosial Menarik Diri


Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengetahui cara berkenalan yang baik.
b. Klien dapat mempraktekkan perkenalan diri dengan perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengembangkan hubungan secara bertahap dengan klien lain
dan perawat lain dengan benar.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Widi ?.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?, baik-baik saja kan, ada yang
ingin disampaikan ?.
c. Kontrak
1) Topik
Kita akan memperhatikan cara berkenalan yang sudah kita pelajari
kemarin, Bagaimana mas Widi bersedia ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang makan saja, biar
lebih santai?.
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercaka-cakap ? Bagaimana kalau 15
menit ?.

2. Kerja

Nah, mas Widi ingat apa yang akan kita lakukan sekarang ?......ya
berkenalan. Sekarang mas Widi berkenalan dengan teman yang lain,
silahkan !. ......ya bagus !.
Berkenalan dengan teman sudah, bagaimana kalau sekarang mas Widi
berkenalan dengan pak Mantri yang sedang duduk di ruang perawatan
itu ?, nggak apa-apa, saya temani.
Ya, bagus, bagaimana perasaannya sekarang. Masih takut berkenalan
dengan orang lain ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berkenalan dengan teman dan perawat
lain ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali siapa nama teman mas Widi tadi ? seterus pak
Mantri tadi siapa namanya ? ........... Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !. Dan ngobrol
dengan yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi
tentang perlunya bergaul dengan orang lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap di teras saja ?,
Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?. Sampai
jumpa !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Isolasi Sosial Menarik Diri


Pertemuan ke V (lima)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien sudah dapat berkenalan dengan klien lain dan perawat lain.
b. Klien mau berkomunikasi secara verbal dan non verbal selama kurang
lebih
5 menit..
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengungkapkannya setelah berkenalan dan ngobrol dengan
orang lain.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi

a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Widi ?. Baik-baik saja kan ?.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaannya Mas Widi saat ini ?, apakah sudah
berhubungan dengan teman yang lain ?.
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap
tentang perasaan mas Widi setelah berhubungan dengan teman yang
lain ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di ruang makan saja !.
3) Waktu
Mas Widi mau berapa lam kita bercakap-cakap ?. 5 menit, baiklah.
2. Kerja
Kemarin mas Widi sudah berkenalan dengan teman lain, perawat lain,
sekarang bagaimana perasaannya ?. Tolong ceritakan pada saya !.
Senang, terus apa lagi ?.
Nah kalau begitu, ada manfaatnya kan berhubungan dengan orang lain.
Makanya jangan diam saja, cari teman yang banyak dan jangan lupa rutin
minum obat, agar rasa malu yang mas Widi alami dapat hilang (tidak
muncul lagi).
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah mengungkapkan perasaan berkenalan
dengan yang lain ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba kembali utarakan perasaannya setelah berkenalan dengan orang
lain !. Bagus ........... apa lagi.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !. Dan ngobrol
dengan yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi
bersama keluarga mas Widi yang dulu suka menyendiri di kamar ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau besok keluarga datang, kita bercakap-cakap di
ruang tamu saja biar lebih leluasa ?.
3) Waktu
Mas Widi ingin berapa lama kita bercakap-cakap besok ?, o.........20
menit, baiklah !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke VI (enam)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien sudah mengetahui cara berkenalan dan manfaat bergaul dengan orang
lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengatasi menarik diri.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Pak !. Kenalkan Bapak yang merawat mas Widi disini,
saya bisa dipanggil Bapak siapa ? .......o o ya Pak Jaya.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?, .........apakah mas Widi
mengenal bapak ini siapa ?. Apakah Bapak sudah tahu mengapa mas
Widi senang menyendiri di kamar ?.
c. Kontrak
1) Topik
Pagi ini kebetulan Pak Jaya menengok mas Widi, kita akan bercakapcakap tentang pengertian, penyebab menarik diri, akibat menarik diri
dan cara mengatasinya, bagaimana pak, bersedia ?.
2) Tempat
Bagaimana kalai kita berbincang-bincang di ruang tamu biar lebih
santai ?.
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercaka-cakapnya ? 30 menit ?.
2. Kerja
Tolong bapak ceritakan apa yang dilakukan Mas Widi di rumah ?. terus
apalagi ? .......bagus. Apa yang dilakukan keluarga mas Widi mau keluar
dari kamar dan bergaul dengan teman-temannya ?. Jadi begini, ya pak
mas Widi ini masih malu dalam istilah kedokteran mempunyai perilaku
menarik diri, artinya mas Widi mempunyai kebiasaan menyendiri di kamar,
malas melakukan aktivitas (mandi), tidak mau bicara dan banyak
melamun. Apa benar mas Widi mempunyai perilaku seperti itu Pak ?.
Orang yang mempunyai perilaku demikian biasanya disebabkan, karena
perasaan malu atau takut diejek atau dihina orang lain. Kemudian bila
perilaku ini tidak diatasi, maka dapat menimbulkan perilaku yang lain
tampak ketakutan, tertawa atau bicara sendiri dan kadang-kadang justru
menyerang orang lain.

Bagaimana agar mas Widi ini tidak menyendiri lagi dan terjadi seperti hal
tadi. Maka keluarga harus menemani mas Widi, mengajak mas Widi
bergaul dengan tetangga, mengajak nonton televisi, makan bersama,
berjalan-jalan. Jangan lupa awasi ketika mas Widi minum obat dan
libatkan mas Widi dalam pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah
atau alat-alat rumah tangga.
Bagaimana pak sudah paham atau mungkin ada yang mau ditanyakan ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya pak setelah kita berbincang-bincang tentang
pengertian, penyebab, akibat dan cara mengatasi perilaku menarik
diri ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali ! pengertian, penyebab, akibat dan cara yang
dapat dilakukan agar mas Widi tidak mengalami menarik diri ?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong ya pak mas Widi dibantu untuk mengembangkan hubungan
dengan orang lain (teman dan tetangga).
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok pak Jaya menengok lagi kita bercakap-cakap
tentang manfaat dan efek samping obat yang mas Widi minum ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang perawatan saja ?,
Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 15 menit saja ?.

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Masalah utama : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
dan lingkungan yang merupakan respon dari kecemasan dan kebutuhan yang
tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995).
Menurut Harper, et al. (1992) dalam Boyd & Nihart (1998) perilaku kekerasan
adalah tindakan fisik karena dorongan yang kuat dapat menyebabkan orang
lain atau obyek lain (barang-barang rumah tangga) dalam rangka untuk
menyampaikan pesan, dimana perilaku menganggap perilakunya benar dan
tidak menimbulkan korban.
Individu melakukan kekerasan akibat frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mau berpikir serta mengungkapkan secara verbal,
sehingga mendemonstrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak
adekuat (Rawlins & Heacock, 1998). Menurut Schulz & Videbeck (1994) dan
Sives (1998) dikatakan sebagai setiap pasien mempunyai kemampuan untuk
melakukan tindakan merusak orang lain sebagai setiap mempunyai
kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain sebagai akibat
proses internal pasien dan perasan ramah.
2. Tanda dan Gejala
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Boyd &
Nihart, 1998) antara lain :
Data subyektif :

a.
b.
c.
d.

Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.


Klien mengungkapkan perasaan tidak bergunba.
Klien mengungkapkan perasaan jengkel.
Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar,
rasa tercekik, dada terasa sekal dan bingung.
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.
Data objektif :
a. Muka merah.
b. Mata molotot.
c. Rahang dan bibir mengatup.
d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal.
e. Tampak mondar mandir.
f. Tampak bicara sendiri dan ketakutan.
g. Tampak berbicara dengan suara tinggi.
h. Tekanan darah meningkat.
i. Frekuensi denyut jantung meningkat.
j. Nafas pendek.
3. Penyebab
Perilaku kekesaran sering disebabkan oleh karena kurangnya percaya
pada orang lain, perasaan panik reaksi kemarahan, waham sukar berinteraksi
dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta depresi rasa takut
(Townsend, M.C, 1998:150). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S.J (!998:315)
perilaku kekerasaan disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.
Gangguan konsep diri harga diri rendah adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998:227). Menurut Townsend
(1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.
Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri
rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang
negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
Data subjektif :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Rasa bersalah.
d. Sikap negatif pada diri sendiri.
e. Sikap pesimis pada kehidupan.
f. Keluhan sakit fisik.
g. Menolak kemampuan diri sendiri.
h. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
i. Perasaan cemas dan takut.
j. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.

k. Mengungkapkan kegagalan pribadi.


l. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data objektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Menarik diri dari hubungan sosial.
d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Menurut Townsend, M.C, (1998:156). Perilaku kekerasan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan, baik diri sendiri
maupun orang lain.
Seseorang dapat beresiko mengalami perilaku kekerasan pada dan orang
lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam.
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas khawatir.
Data objektif :
a. Wajah tegang merah.
b. Mondar mandir.
c. Mata melotot, rahang mengatup.
d. Tangan mengepal.
e. Keluar keringat banyak.
f. Mata merah.
g. Tatapan mata tajam.
h. Muka merah.
C. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI
N
o
1.

Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
perilaku kekerasan

2.

MK : penyebab
gangguan konsep
diri : harga diri
rendah

Data Subyektif

Data Obyektif

Klien mengatakan telah


merusak alat-lat rumah
tangga dan memukul
orang lain

Tampak cemas dan


khawatir
Wajah tampak tegang
Mondar-mandir
Merasa diremehkan
orang lain

Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya
Mengungkapkan tidak
ada lagi yang peduli
Mengungkapkan tidak
bisa apa-apa
Mengungkapkan
dirinya tidak berguna

Merusak diri sendiri


Merusak orang lain
Ekspresi malu
Menarik diri dari
hubungan sosial
Tampak mudah
tersinggung
Tidak mau makan dan

3.

MK : Akibat resiko
mencederai diri
sendiri dan orang
lain

Mengkritik diri sendiri


Perasaan tidak mampu

tidak mau tidur

Klien mengungkapkan
cemas dan khawatir
Klien mengungkapkan
apa yang dilihat dan
didengar mengancam
dan membuatnya takut

Wajak klien tampak


tegang
Mata merah dan
melotot
Rahang mengatup
Tangan mengepal
Mondar mandir

D. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri
Orang lain & lingkungan

Masalah Utama

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan
dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
F. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
1. Tujuan umum
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab.
2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien mau membalas salam.
b) Klien mau berjabat tangan.
c) Klien mau menyebutkan nama.
d) Klien mau kontak mata.

e) Klien mau mengetahui nama perawat.


f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak.
2) Intervensi
a) Beri salam dan panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan.
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi.
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e) Beri rasa aman dan sikap empati.
f) Lakukan kontak singkat tapi sering.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan landasarn utama untuk
hubungan selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
b)
Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
(dari
diri sendiri, lingkungan dan orang lain).
2) Intervensi
a) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
b) Bantu klien untuk mengungkap perasaannya.
Rasional :
Dengan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel dapat
diketahui.
c. TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasaan.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel.
b)
Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami.
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel.
Rasional :
Untuk mengetahui hal-hal yang dialami dan dirasakan saat
jengkel.
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional :
Untuk mengetahui tanda-tanda klien saat jengkel / marah.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah
yang dialami.
Rasional :
Menarik kesimpulan bersama klien supaya mengetahui secara
garis besar tanda-tanda marah/jengkel.
d. TUK IV : Klien
dapat mengidentifikasi perilaku kekerasaan yang
biasa
dilakukan.
1) Kriteria evaluasi

a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan.


b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
biasa
dilakukan.
c) Klien
dapat
mengetahui
cara
yang
biasa dapat
menyelesaikan
masalah atau tidak.
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasaan
yang
biasa
dilakukan klien.
Rasional :
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Rasional :
Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan
dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif
dan destruktif.
c) Bicarakan
dengan
klien
apakan dengan cara yang klien
lakukan
masalahnya selesai ?
Rasional :
Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat
menyelesaikan masalah.
e. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan
klien.
2) Intervensi
a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien.
Rasional :
Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang biasa
dilakukannya.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cata yang dilakukan oleh
klien.
Rasional :
Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien
merubah perilaku destruktif yang dilakukan menjadi perilaku
konstruktif.
c) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat ?
Rasional :
Agar klien mengetahui cara lain yang lebih konstruktif.

f. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons


terhadap kemarahan secara konstruktif.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara
konstruktif.
2) Intervensi
a) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat ?
Rasional :
Dengan mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons
terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara
yang baik untuk mengurangi kejengkelannya sehingga klien tidak
stres lagi.
b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat.
Rasional :
Reinforcement positif dapat memotivasi dan meningkatkan harga
dirinya.
c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
- Secara fisik : tarik nafas jika sedang marah/jengkel, memukul
benda/kasur atau olah raga atau pekerjaan yang menguras
tenaga.
- Secara verbal : bahwa anda sedang kesal, tersinggung/jengkel
(saya kesal anda berkata seperti itu; saya marah karena mama
tidak memenuhi keinginan saya).
- Secara sosial : Lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang
sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
- Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah
lain : meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran mengadu
kepada Tuhan kekerasan/kejengkelan.
Rasional :
Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain sesuai
dengan kemampuan klien.
g. TUK VI : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
- Fisik : tarik, olah raga dan menyiram tanaman.
- Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
- Spiritual : sembahyang, berdoa/ibadah yang lain.
2) Intervensi
a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien.
Rasional :
Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respons
perilaku kekerasan secara tepat.
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
Rasional :

Membantu klien membuat keputusan untuk memilih cara yang


akan digunakan dengan melihat manfaatnya.
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play)
Rasional :
Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif.
d)
Berikan
reinforcement
positif
atas
keberhasilan klien
menstimulasi
cara tersebut.
Rasional :
Pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika
ia
sedang kesal atau jengkel.
Rasional :
Agar klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang
kesal atau jengkel.
h.

TUK VII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol


perilaku
kekerasan.
1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien
yang
berprilaku kekerasan.
b) Keluarga klien merasa puas dalam merawat klien.
2) Intervensi
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa
yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional :
Kemampuan
keluarga
dalam
mengidentifikasi
akan
memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian terhadap
perilaku kekerasan.
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien.
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien
sehingga keluarga terlibat dalam perawatan kliem.
c) Jelaskan cara-cara merawat klien.
- Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara
konstruktif.
- Sikap tenang bicara tenang dan jelas.
- Membantu klien mengenal penyebab marah.
Rasional :
Agar dapat merawat klien dengan perilaku kekerasam klien.
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional :

Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi


yang dilihat oleh keluarga secara langsung.
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
Rasional :
Mengeksplorasi
perasaan
keluarga
setelah
melakukan
demonstrasi.
i. TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program
pengobatan).
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dapat menyebutkan
obat obatan yang diminum
dan
kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek)
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan.
2) Intervensi
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien dan keluarga.
Rasional :
Klien dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh
klien.
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum
obat
tanpa izin dokter.
Rasional :
Klien dan keluarga dapat mengetahui obat yang dikonsumsi oleh
klien.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan


Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.
b. Klien dapat mengenal penyebab marah.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dengan perilaku
kekerasan.
3. Tujuan Khusus
a Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan.
b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan.
c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Arif ?, Masih ingat nama saya ?
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ? apakah ada penyebab marah
yang lain dan belum diceritakan kemarin ?.
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap
tentang perasaan mas Arif rasakan saat marah, yang bisa dilakukan
saat marah dan akibat dari tindakan yang telah dilakukan?.
2) Tempat
Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya !
Atau mungkin mas Arif ingin tempat lain ?.
3) Waktu
Mas Arif mau berapa lama kita bercaka-cakap ?. 15 menit,
baiklah.
2. Kerja
Kemarin Mas Arif sudah menceritakan penyebab marah, Nah ceritakan apa
yang dirasakan mas Arif saat marah/saat memukul ibu !, saat mas Arif
marah apakah ada perasaan tegang, kesal, tegang, mengepalkan tangan,
mondar mandir ?. atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?.
Apakah mas Arif pernah melakukan tindakan lain selain memukul ibu saat
marah ?, misalnya membanting piring memcahkan kaca, atau mungkin
merusak tanaman ! ........memecahkan kaca !. terus apakah setelah
melakukan tindakan tadi (memukul ibu dan memecahkan kaca) masalah
yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas Arif ?.
Apakah mas Arif akibat dari tindakan yang telah dilakukan di
rumah ? ..........ya tangan jadi sakit, jendela rusak.........terus
apalagi ? ...........dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang perasaan saat
marah dan yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah !.
Bagus.......lagi, kalau akibatnya apa......?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Nah karena mas Arif sudah tahu tindakan yang telah dilakukan
maukah mas Arif belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat ?.
nanti suster ajari, bagaimana, bersedia ?.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa
marah yang sehat ?.

2) Tempat
Dimana kita belajar marah yang sehat ?. O......diruang tamu
baiklah.
3) Waktu
Mas Arif ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat ?. O......15
menit baiklah !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan


Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang
dilakukan saat marah, klien tenang dan kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
a. Memilih cara marah yang konstruktif.
b. Mendemonstrasikan sat cara marah yang konstruktif.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, mas Arif !.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?.
c. Kontrak
1) Topik
Pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah yang
sehat, benar kan mas ?.
2) Tempat
Sesuai kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan,
mas ?.
3) Waktu
Berapa lama kita bercaka-cakap ? bagaimana kalau 15 menit ?.
2. Kerja
Menurut mas Arif, bagaimana cara mengungkapkan marah yang benar,
tentunya tidak merugikan / membahayakan orang lain ?........ya terus,
bagus !. Nah sekarang akan suster ajarkan satu persatu cara marah yang
sehat, langsung suster jelaskan !.
Yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang membuat kita
kesal atau marah, misalnya dengan mengatakan : saya marah dengan
kamu !, maka hati kita akan sedikit lega.
Yang kedua dengan menarik nafas dalam saat marah / jengkel sehingga
menjari rileks.
Yang ketiga dengan mengambil air rudhu lalu sholat atau berdoa agar
diberi kesabaran, tujuannya agar kita menjadi lebih tenang.
Yang keempat dengan mengalihkan rasa marah/jengkel kita dengan
aktivitas, misalnya dengan olah raga, membersihkan rumah, membersihkan

alat-alat rumah tangga seperti mencuci piring. Sehingga energi kita menjadi
berkurang dan dapat mengurangi ketegangan.
Suster sudah jelaskan empat cara marah yang sehat, ada yang belum
jelas ?. Nanti mas Arif bisa coba memilih salah satu cara untuk
dipraktekkan. O...... mau yang menarik nafas dalam !, baiklah ayo kita
mulai, coba ikuti suster, tarik nafas melalui hidung, ya bagus, tahan
sebentar dan keluarkan / tiup melalui mulut, ulangi sampai 5 kali. Nah
kalau sudah merasa lega bisa mas Arif lanjutkan dengan olah raga,
membersihkan rumah atau kegiatan lain.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita pelajari
tadi !. Bagus !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong mas, nanti dicoba lagi cara yang sudah suster ajarkan dan
jangan lupa ikuti kegiatan di ruangan ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap cara marah
yang sehat ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 30 menit saja ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku kekerasan


Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat.
b. Klien dapat mempraktekkan cara marah yang sehat.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Arif ?. Ini keluarganya ya ?.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?, baik-baik saja kan, ada yang
ingin disampaikan ?. O......saya adalah suster Dani yang merawat mas
Arif, Bapak namanya siapa ?. Pak Eko. Ada hubungan apa dengan mas
Arif ?, oooooo ayah, naiklah, kebetulan !.
c. Kontrak
1) Topik
Pada kesempatan ini kita akan berbincang-bincang cara tentang
merawat mas Arif di rumah, Bagaimana pak Eko bersedia ?
2) Tempat

Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja, biar lebih


santai?.
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercaka-cakap ? Bagaimana kalau 30
menit ?.
2. Kerja
Nah, tolong ceritakan apa yang membuat mas Arif dibawa ke RSJ ?. Terus
apa yang dilakukan keluarga saat mas Arif modar mandir dan marah-marah
? .......terus apa lagi pak ?.
Apa yang diceritakan tadi tidak salah, akan tetapi ada cara lain yang lebih
menolong agar mas Arif tidak melakukan tindakan mencederai orang lain
dan merusak kaca lagi.
Begini pak, ada beberapa cara yang dapat disarankan agar dilakukan mas
Arif, misalnya dengan olah raga, membaca al-Quram, sholat, membersihkan
kamar mandi, membersihkan rumah, memukul bantal/kasur, membantu
orang tua bekerja.
Masih ada cara lain yang lebih mudah, misalnya dengan melatih klien
bersikap terbuka, juga penting untuk klien yang sedang marah, melakukan
relaksasi dengan menarik nafas dalam dapat mengurangi rasa marah dan
dapat menenangkan perasaan klien, Bagaimana pak sudah jelas, atau
masih ada yang akan ditanyakan ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah tahu cara merawat mas Arif ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali berapa cara yang dapat dilakukan saat marah ?
Terus apa lagi ?............ Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa besok kalau mas Arif sudah pulang dan seperti akan
marah-marah tolong ingatkan cara-cara yang sudah diajarkan tadi ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita akan bercakapcakap lagi tentang cara minum obat dan manfaatnya bagi mas Arif ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di tempat ini lagi ya ?.
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 30 menit saja ?. Sampai
jumpa !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan


Pertemuan ke V (lima)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat.
b. Klien dapat mempraktekkan cara merawat pasien yang
marahmarah.
2. Diagnosa Keperawatan

sedang

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi


sosial menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan).
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Arif dan Pak Eko ?. Baik-baik saja kan ?.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?, apakah sudah lebih rileks ?.
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap
tentang cara penggunaan obat yang dan manfaatnya bagi mas Arif ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di ruang tamu saja !.
3) Waktu
Mas Arif mau berapa lama kita bercakap-cakap ?. 30 menit ?.
Baiklah !.
2. Kerja
Berapa jenis obat yang diminum mas Arif tadi pagi ?. Ya......bagus.
Jadi begini ya mas Arif, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini
obatnya saya bawakan.
Saya jelaskan satu persatu ya ?. Yang warnanya oranye ini namanya CPZ
atau chlorponazin, gunanya untuk mempermudah mas Arif tidur sehingga
dapat istirahat, minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore hari, pagi jam 07.00
dan sore jam 17.30 WIB. Efek sampingnya badan menjadi lemas, keluar
ludah terus menerus.
Nahm yang ini namanya PHD atau haloperidole, karena mas Arif dapat yang
5 mg, maka warnanya jambon atau pink, cara dan waktunya minum sama
dengan CPZ, 2 x sehari . Gunanya obat ini untuk menenangkan mas Arif
sehingga dapat mengontrol perilakunya saat marah, sehingga lebih rileks,
santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya badan menjadi kaku,
terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada berdebar-debar dan
tremor/ndredek dalam istilah jawa.
Tapi mas Arif jangan kuatir, ada penangkalnya, makanya diberikan obat
yang putih agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP, fungsinya
obat ini menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak
mengenakan tadi, makanya obat ini harus diminum bersamaan dengan obat
CPZ dan HPD tadi.
Bagaimana masih ada yang belum jelas ?. Jangan lupa kalau obat ini
hampir habis segera kontrol kembali ya !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan


manfaat obat yang mas Arif minum setiap hari ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Arif, dan ambilkan yang
namanya HPD ........dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !>
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !.
O, ya kalau ada yang belum jelas bisa mas Arif tanyakan kembali pada
waktu lain . Dan tolong ya pak nanti kalau sudah pulang diingatkan
saat minum obat dan saat kontrol kembali, jangan lupa diawasi mas Arif
minum obat.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi tentang
masalah mas Arif yang lain ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di teras saja ya ?.
3) Waktu
Mas Arif ingin berapa lama kita bercakap-cakap ?, O.....20 menit,
Baiklah !.

Anda mungkin juga menyukai