Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ODS KATARAK SENILIS MATUR

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior


Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji kasus

: dr. Liana Ekowati M.Si.Med., Sp.M

Pembimbing

: dr. Hendy Chrisandy

Dibacakan oleh

: Muhammad Baihaqy Ibnu Hakim

Dibacakan tanggal

: 10 Desember 2014

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus seorang wanita 60 tahun dengan ODS katarak senilis imatur.
Penguji kasus

: dr. Liana Ekowati M.Si.Med., Sp.M

Pembimbing

: dr. Hendy Chrisandy

Dibacakan oleh

: Muhammad Baihaqy Ibnu Hakim

Dibacakan tanggal

: 10 Desember 2014

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, Desember 2014

Mengetahui

Penguji kasus

Pembimbing

dr. Liana Ekowati M.Si.Med., Sp.M

dr. Hendy Chrisandy

OD KATARAK SENILIS IMATUR


LAPORAN KASUS

I. PENDAHULUAN
Salah satu panca indera yang penting dalam kehidupan adalah mata,
yang secara fungsional sebagai organ penglihatan. Tajam penglihatan
dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain: media refrakta, kelainan refraksi,
dan saraf mata. Media refrakta terdiri atas kornea, humor aquosus, lensa dan
corpus vitreum. Bila terdapat gangguan pada komponen tersebut, dapat
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan1.
Bagian dari media refrakta yang memiliki peranan penting dalam
proses penglihatan adalah lensa. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan
berkas cahaya ke retina. Pada proses memfokuskan cahaya, lensa bekerja sama
3

dengan korpus siliaris dan zonula, sehingga dapat mengatur cahaya yang
datang baik dari benda yang dekat maupun benda yang jauh. Kemampuan ini
dikenal dengan daya akomodasi. Bila terdapat kelainan ataupun gangguan
pada komponen tersebut, maka akan mengakibatkan penurunan ketajaman
penglihatan1.
Katarak adalah suatu kekeruhan lensa. Katarak dapat terjadi akibat
penuaan, trauma fisik, radiasi, pegaruh zat kimia, penyakit intraokuler,
penyakit sistemik ataupun kongenital. Katarak merupakan penyebab kebutaan
di dunia. Ditandai dengan terjadinya edema lensa, perubahan protein,
peningkatan proliferasi, dan kerusakan berkesinambungan serabut-serabut
lensa1.

II. IDENTITAS PENDERITA


Nama

: Ny. S

Umur

: 60 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Bukit Pelem Hijau RT 8 RW 15, Meteseh, Semarang

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SD

III.

Masuk RS

: 3 Desember 2014

Nomor RM

: C509749

ANAMNESIS
(autoanamnesis dan alloanamnesis pada 3 Desember 2014 )
Keluhan Utama

: Pandangan mata kanan dan kiri kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :


3 bulan yang lalu pandangan mata kanan dan kiri kabur perlahanlahan, semakin lama dirasa semakin kabur seperti tertutup kabut, sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Kemeng (-), cekot-cekot (-), mata merah (-),
lakrimasi (-), silau (-), pengelihatan ganda (-), melihat bintik hitam
beterbangan (-). Penderita kemudian memeriksakan keadaannya ke RS Swasta
dan kemudian dirujuk ke RS Dr Kariadi.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi disangkal

Riwayat trauma pada daerah mata disangkal

Riwayat penyakit mata lainnya disangkal

Riwayat menggunakan obat jangka panjang disangkal

Riwayat memakai kacamata (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi :

Penderita berobat menggunakan JKN Non PBI

Kesan : sosial ekonomi cukup

IV.

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesen (Tanggal 3 Desember 2014)
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: komposmentis

Tanda vital

: TD

: 130/70 mmHg

nadi : 96x/menit
Pemeriksaan fisik

suhu : 36,5 oC
RR

: 20x/menit

: kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen

: tidak ada kelainan

ekstremitas

: tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 3 Desember 2014)

Oculus Dexter
5/60
5/60 S+3.00 6/40 NBC

Oculus Sinister
VISUS
KOREKSI

5/60
5/60 S+3.00 6/30 NBC

Tidak dilakukan

SENSUS COLORIS

Tidak dilakukan

Parase (-), paralyse (-)

PARASE/PARALYSE

Parase (-), paralyse (-)

Tidak ada kelainan

SUPERCILIA

Tidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-)

PALPEBRA SUPERIOR

Edema (-), spasme (-)

Edema (-), spasme (-)

PALPEBRA INFERIOR

Edema (-), spasme (-)

Injeksi (-), sekret (-)

CONJUNGTIVA

Injeksi (-), sekret (-)

PALPEBRALIS
Injeksi (-), sekret (-)

CONJUNGTIVA FORNICES

Injeksi (-), sekret (-)

Injeksi (-), sekret (-)

CONJUNGTIVA BULBI

Injeksi (-), sekret (-)

Tidak ada kelainan

SCLERA

Tidak ada kelainan

Jernih

CORNEA

Jernih

Kedalaman cukup

CAMERA OCULI ANTERIOR

Kedalaman cukup

Kripte (+)

IRIS

Kripte (+)

Bulat, central, regular,

PUPIL

Bulat, central, regular,

d : 3mm, RP (+) N, RAPD (-)


Keruh tidak merata, N2K2SKP2,

d : 3mm, RP (+) N, RAPD (-)


LENSA

iris shadow (+)

Keruh tidak merata, N2K2SKP2,


iris shadow (+)

(+) suram

FUNDUS REFLEKS

15,6 mmHg

TENSIO OCULI

Tidak dilakukan

SISTEM CANALIS

(+) suram
15,6 mmHg
Tidak dilakukan

LACRIMALIS
Tidak dilakukan

TEST FLUORESCEIN

Tidak dilakukan

Papil N II : Bulat, batas tegas,

FUNDUSKOPI

Papil N II : Bulat, batas tegas,

warna kuning kemerahan, CDR

warna kuning kemerahan, CDR

0,3

0,3

Vasa : AVR 2/3 , perjalanan vasa

Vasa : AVR 2/3 , perjalanan vasa

dbn

dbn

Retina : Ablatio (-), Edema (-),

Retina : Ablatio (-), Edema (-),

Perdarahan (-), Eksudat (-)

Perdarahan (-), Eksudat (-)

Makula : Refleks fovea (+)

Makula : Refleks fovea (+)

cemerlang

cemerlang

V.

RESUME
Seorang wanita berusia 73 tahun rujukan dari RS Swasta datang ke
poliklinik mata RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan pandangan mata kanan
kabur. Keluhan dirasakan serjak 3 bulan yang lalu, pandangan mata kanan
kabur perlahan-lahan, semakin lama dirasa semakin kabur seperti melihat
kabut, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Kemeng (-), cekot-cekot (-)
, mata merah (-), lakrimasi (-), silau (-), pengelihatan ganda (-).

Pemeriksaan fisik : Status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

Status Oftalmologi :
Oculus Dexter
5/60
5/60 S+3.00 6/40 NBC

Oculus Sinister
VISUS
KOREKSI

5/60
5/60 S+3.00 6/30 NBC

Keruh tidak merata, N2K2SKP2,

LENSA

Keruh tidak merata, N2K2SKP2,

iris shadow (+)

iris shadow (+)

(+) suram

I.

: Katarak Senilis Imatur

DIAGNOSA
ODS

VI.

(+) suram

DIAGNOSA DIFERENSIAL
ODS

II.

FUNDUS REFLEKS

: Katarak Senilis Imatur

TERAPI
OD ektraksi katarak + IOL

VII.

PROGNOSIS
OD

OS

Quo ad visam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo ad sanam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo ad vitam

ad bonam

Quo ad cosmeticam

ad bonam

VIII. USUL - USUL


1. Pemeriksaan funduskopi, spoeling test, retinometri, keratometri,
pengukuran IOL, USG Biometri pada kedua mata
2. Pemeriksaan EKG, darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan,
GDS, elektrolit, ureum-kreatinin
3. Edukasi tentang operasi ekstraksi katarak, meliputi jenis tindakan,
persiapan, dan komplikasi

IX.

EDUKASI
Menjelaskan pada penderita dan keluarga bahwa pandangan kedua mata kabur
disebabkan oleh katarak pada kedua lensa mata.

Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak dapat diobati
dengan obat, tetapi dengan pengambilan katarak dan pemberian lensa tanam
pada mata.

Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika tidak dilakukan operasi maka lensa
akan semakin keruh dan bengkak sehingga dapat meningkatkan tekanan bola
mata yang dapat menyebabkan penglihatan semakin kabur dan kerusakan saraf
mata.

Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui


kondisi saraf mata, keadaan bagian dalam mata dan menentukan kekuatan
lensa yang akan ditanam.

Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang komplikasi yang mungkin


terjadi saat dan setelah operasi seperti perdarahan, robekan lapisan lensa
bagian belakang, pembengkakan kornea, lepasnya lapisan retina, dan
peradangan pada mata.

X.

DISKUSI
10

Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transaparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.
Lensa tergantung pada zonula zinnii di belakang iris, yang menghubungkan
lensa dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aqueous,
sedangkan di sebelah posterior terdapat vitreus.2
Bagian - bagian lensa terdiri dari kapsul lensa anterior dan posterior,
epitel subkapsularis, korteks, dan nucleus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermiabel yang dapat dilalui air dan elektrolit. Pada bagian depan lensa
terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Seiring dengan pertambahan usia, serat - serat lamelar subepitel
terus diproduksi sehingga lensa perlahan - lahan menjadi lebih besar dan
kurang elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang
panjang. Garis - garis persambungan yang terbentuk dari penyambungan tepi tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak
tegak di anterior dan terbalik di posterior. Masing - masing serat lamelar
mengandung sebuah inti gepeng yang apabila dilihat dengan mikroskop inti
tersebut tampak jelas terletak di perifer lensa dekat ekuator dan berbatasan
dengan lapisan epitel subkapsular.
Lensa dapat tertahann di tempatnya oleh ligamentum suspensorium
yang disebut zonula ( Zonula Zinnii ). Penggantung lensa ini tersusun atas
banyak banyak fibril yang berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip
ke dalam ekuator lensa.
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sisanya merupakan
protein (kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan - jaringan tubuh).
Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lensa lebih tinggi
daripada jaringan tubuh lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Lensa bersifat avaskular, tidak mengandung serat nyeri, pembuluh
darah, maupun saraf. Nutrisi lensa didapat dari humor aquoeus corpus ciliare
melalui zonula zinnii dan choroidae.
11

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan sinar pada lensa. Kerja sama
fisiologis antara corpus ciliare, zonula zinnii, dan lensa menyebabkan
terfokusnya sinar yang dari obyek dekat pada retina yang disebut akomodasi.
Kemampuan akomodasi pada anak - anak sangat kuat ( pada bayi 14 Dioptri )
dan berkurang seiiring dengan pertambahan usia ( pada usia lebih dari 60
tahun hampir tidak ada ). 2

Katarak
Salah satu gangguan pada lensa adalah kekeruhan lensa atau dikenal
sebagai katarak. Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrahakies, Inggris
cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Jadi katarak dimaksudkan
sebagai penglihatan yang seperti tertutup air terjun.2
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab
paling umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat,
termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan
keturunan. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus
bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang
sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak
transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini
dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti pada korteks,
nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak
meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta
tonometri

bila

memungkinkan.

Berdasarkan

usia

katarak

dapat

diklasifikasikan dalam : 1,2


1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)
2. Katarak juvenile (usia >1 tahun)
12

3. Katarak senile (usia >50 tahun)

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak
diketahui secara pasti.
Konsep penuaan:

Teori putaran biologic ( " A biologic clock" )

Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali dan kemuadian


mati

Imunologis;

dengan

bertambahnya

usia

akan

bertambah

cacat

imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel

Teori mutasi spontan

Teori " A free radical "

Teori " A cross-link "

Penyebab katarak:
1. Proses penuaan
2. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, histoplasmosis, inklusi
sitomegalik)
3. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti uveitis, glaukoma, myopia
maligna, ablasio retina, tumor intraocular, retinitis pigmentosa.
4. Penyakit sistemik seperti galaktosemia, diabetes mellitus, hipoparatiroid,
hipokalsemik, distrofi miotonik, dermatitis atopik, aminoasiduria,
homosisteinuri,

13

5. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma tembus atau tak
tembus), radiasi sinar UV, sinar rontgen, sinar neutron, elektrik shock,
dan termal shock
6. Obat-obatan

(naftalin,

dinitrofenol,

kortikosteroid,

fenotiazin,

echothiopate, pilocarpine, phospoline iodine, amiodaron, klorpromazin,


busulfan, ergot, triparanol MER-29), metal (Cu dan Fe), dan defisiensi
vitamin A,B,C dan E.
7. Pasca EKEK (Katarak sekunder)
Perubahan lensa yang terjadi pada usia lanjut :2
1. Kapsul lensa
Menebal dan mengalami sklerosis kurang elastis (1/4 dibanding anak)
daya akomodasi pun berkurang (presbiopia)
Lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
2. Epitel lensa
Makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
Rusak dan menjadi lebih ireguler, terutama pada korteks
Sinar UV semakin lama akan merusak protein nukleus (histidin,
triptofan, metionin, sistein dan tirosin) membentuk brown sclerotic
nucleus.
Katarak Senil dibagi menjadi empat stadium yaitu insipien, imatur, matur,
dan hipermatur.

14

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senile


Gejala

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan lensa

Ringan

Sebagian

Seluruh

Massif

Cairan lensa

Normal

Bertambah (air Normal


masuk)

Berkurang
(air+masa lensa keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Iris shadow

Negative

Positif

Negatif

Pseudopositif

COA

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut bilik mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Penyulit

Glaucoma

Glaucoma, uveitis

Tatalaksana katarak
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan
apabila menurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita.
Indikasi pembedahan pada katarak senilis
Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun
visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan
menjadi tenang.
Bila sudah masuk dalam stadium matur
Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan
sehari-hari atau visus < 6/12.

15

Terapi pembedahan :
EKEK
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus
dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior
ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata
yang

sangat

keruh

sehingga

sulit

dihancurkan

dengan

teknik

fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana


teknologi fakoemulsifikasi tidak. Teknik ini membutuhkan sayatan yang
lebar, karena lensa harus tersedia dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah
lensa dikeluarkan, lensa buatan (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa
asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka.
Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.2
Keuntungan :
Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan
vitreus dengan iris dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul
antara aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.
EKIK
16

Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada
EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada
teknik ini dilakukan sayatan 12-14mm, lebih besar dibandingkan dengan
teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/
berdegenerasi/ mudah diputus.2
Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
cryoprobe, forsep kapsul)
Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus
lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.

Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi


Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi
(atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getarangetaran ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi
limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka
pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan juga lebih baik. Teknik ini
bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak
senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan
keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih
lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bias lebih serius.1,4
17

Persiapan operasi :
Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar
Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.

Perawatan pasca operasi :


Mata dibebat
Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
Tidak boleh mengangkat benda berat 3 bulan
Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi
Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi
(afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D
untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi.
Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata S+3D.

Analisis Kasus
18

Pasien ini didiagnosis sebagai katarak senilis imatur dengan dasar


pemikiran sebagai berikut :
Anamnesis :
- Penderita berusia 60 tahun
- Penglihatan mata kanan kabur, perlahan-lahan semakin kabur seperti
melihat kabut
Pemeriksaan oftalmologis :
- Visus ODS menurun
- Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeurhan tidak merata pada OD
dengan grading K2N2SKP2, OS dengan grading K2N2SKP2 dan iris
shadow (+).
- Pemeriksaan fundus reflek ODS (+) suram
Dalam kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan tindakan operasi pada
kedua mata. Jika dikehendaki dapat dilakukan operasi fakoemulsifikasi dan
pemasangan IOL.

DAFTAR PUSTAKA

Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya
Medika,2000
19

Ilyas S. Trauma mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK
UI,1998
Rumah Sakit Mata Bersayap' Hinggap di Indonesia. Faculty of Medicine
Airlangga University [serial online] 2010. Avalaible from:
www.fk.unair.ac.id/news/focus/rumah-sakit-mata-bersayap-hinggap-di-indonesia

Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.


2007.
PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI,
2006.

20

Anda mungkin juga menyukai