Penguji kasus
Pembimbing
Dibacakan oleh
Dibacakan tanggal
: 10 Desember 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus seorang wanita 60 tahun dengan ODS katarak senilis imatur.
Penguji kasus
Pembimbing
Dibacakan oleh
Dibacakan tanggal
: 10 Desember 2014
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Mengetahui
Penguji kasus
Pembimbing
I. PENDAHULUAN
Salah satu panca indera yang penting dalam kehidupan adalah mata,
yang secara fungsional sebagai organ penglihatan. Tajam penglihatan
dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain: media refrakta, kelainan refraksi,
dan saraf mata. Media refrakta terdiri atas kornea, humor aquosus, lensa dan
corpus vitreum. Bila terdapat gangguan pada komponen tersebut, dapat
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan1.
Bagian dari media refrakta yang memiliki peranan penting dalam
proses penglihatan adalah lensa. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan
berkas cahaya ke retina. Pada proses memfokuskan cahaya, lensa bekerja sama
3
dengan korpus siliaris dan zonula, sehingga dapat mengatur cahaya yang
datang baik dari benda yang dekat maupun benda yang jauh. Kemampuan ini
dikenal dengan daya akomodasi. Bila terdapat kelainan ataupun gangguan
pada komponen tersebut, maka akan mengakibatkan penurunan ketajaman
penglihatan1.
Katarak adalah suatu kekeruhan lensa. Katarak dapat terjadi akibat
penuaan, trauma fisik, radiasi, pegaruh zat kimia, penyakit intraokuler,
penyakit sistemik ataupun kongenital. Katarak merupakan penyebab kebutaan
di dunia. Ditandai dengan terjadinya edema lensa, perubahan protein,
peningkatan proliferasi, dan kerusakan berkesinambungan serabut-serabut
lensa1.
: Ny. S
Umur
: 60 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir : SD
III.
Masuk RS
: 3 Desember 2014
Nomor RM
: C509749
ANAMNESIS
(autoanamnesis dan alloanamnesis pada 3 Desember 2014 )
Keluhan Utama
IV.
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesen (Tanggal 3 Desember 2014)
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: komposmentis
Tanda vital
: TD
: 130/70 mmHg
nadi : 96x/menit
Pemeriksaan fisik
suhu : 36,5 oC
RR
: 20x/menit
: kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen
ekstremitas
Oculus Dexter
5/60
5/60 S+3.00 6/40 NBC
Oculus Sinister
VISUS
KOREKSI
5/60
5/60 S+3.00 6/30 NBC
Tidak dilakukan
SENSUS COLORIS
Tidak dilakukan
PARASE/PARALYSE
SUPERCILIA
PALPEBRA SUPERIOR
PALPEBRA INFERIOR
CONJUNGTIVA
PALPEBRALIS
Injeksi (-), sekret (-)
CONJUNGTIVA FORNICES
CONJUNGTIVA BULBI
SCLERA
Jernih
CORNEA
Jernih
Kedalaman cukup
Kedalaman cukup
Kripte (+)
IRIS
Kripte (+)
PUPIL
(+) suram
FUNDUS REFLEKS
15,6 mmHg
TENSIO OCULI
Tidak dilakukan
SISTEM CANALIS
(+) suram
15,6 mmHg
Tidak dilakukan
LACRIMALIS
Tidak dilakukan
TEST FLUORESCEIN
Tidak dilakukan
FUNDUSKOPI
0,3
0,3
dbn
dbn
cemerlang
cemerlang
V.
RESUME
Seorang wanita berusia 73 tahun rujukan dari RS Swasta datang ke
poliklinik mata RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan pandangan mata kanan
kabur. Keluhan dirasakan serjak 3 bulan yang lalu, pandangan mata kanan
kabur perlahan-lahan, semakin lama dirasa semakin kabur seperti melihat
kabut, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Kemeng (-), cekot-cekot (-)
, mata merah (-), lakrimasi (-), silau (-), pengelihatan ganda (-).
Pemeriksaan fisik : Status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Status Oftalmologi :
Oculus Dexter
5/60
5/60 S+3.00 6/40 NBC
Oculus Sinister
VISUS
KOREKSI
5/60
5/60 S+3.00 6/30 NBC
LENSA
(+) suram
I.
DIAGNOSA
ODS
VI.
(+) suram
DIAGNOSA DIFERENSIAL
ODS
II.
FUNDUS REFLEKS
TERAPI
OD ektraksi katarak + IOL
VII.
PROGNOSIS
OD
OS
Quo ad visam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Quo ad sanam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Quo ad vitam
ad bonam
Quo ad cosmeticam
ad bonam
IX.
EDUKASI
Menjelaskan pada penderita dan keluarga bahwa pandangan kedua mata kabur
disebabkan oleh katarak pada kedua lensa mata.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak dapat diobati
dengan obat, tetapi dengan pengambilan katarak dan pemberian lensa tanam
pada mata.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika tidak dilakukan operasi maka lensa
akan semakin keruh dan bengkak sehingga dapat meningkatkan tekanan bola
mata yang dapat menyebabkan penglihatan semakin kabur dan kerusakan saraf
mata.
X.
DISKUSI
10
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transaparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.
Lensa tergantung pada zonula zinnii di belakang iris, yang menghubungkan
lensa dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aqueous,
sedangkan di sebelah posterior terdapat vitreus.2
Bagian - bagian lensa terdiri dari kapsul lensa anterior dan posterior,
epitel subkapsularis, korteks, dan nucleus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermiabel yang dapat dilalui air dan elektrolit. Pada bagian depan lensa
terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Seiring dengan pertambahan usia, serat - serat lamelar subepitel
terus diproduksi sehingga lensa perlahan - lahan menjadi lebih besar dan
kurang elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang
panjang. Garis - garis persambungan yang terbentuk dari penyambungan tepi tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak
tegak di anterior dan terbalik di posterior. Masing - masing serat lamelar
mengandung sebuah inti gepeng yang apabila dilihat dengan mikroskop inti
tersebut tampak jelas terletak di perifer lensa dekat ekuator dan berbatasan
dengan lapisan epitel subkapsular.
Lensa dapat tertahann di tempatnya oleh ligamentum suspensorium
yang disebut zonula ( Zonula Zinnii ). Penggantung lensa ini tersusun atas
banyak banyak fibril yang berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip
ke dalam ekuator lensa.
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sisanya merupakan
protein (kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan - jaringan tubuh).
Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lensa lebih tinggi
daripada jaringan tubuh lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Lensa bersifat avaskular, tidak mengandung serat nyeri, pembuluh
darah, maupun saraf. Nutrisi lensa didapat dari humor aquoeus corpus ciliare
melalui zonula zinnii dan choroidae.
11
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan sinar pada lensa. Kerja sama
fisiologis antara corpus ciliare, zonula zinnii, dan lensa menyebabkan
terfokusnya sinar yang dari obyek dekat pada retina yang disebut akomodasi.
Kemampuan akomodasi pada anak - anak sangat kuat ( pada bayi 14 Dioptri )
dan berkurang seiiring dengan pertambahan usia ( pada usia lebih dari 60
tahun hampir tidak ada ). 2
Katarak
Salah satu gangguan pada lensa adalah kekeruhan lensa atau dikenal
sebagai katarak. Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrahakies, Inggris
cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Jadi katarak dimaksudkan
sebagai penglihatan yang seperti tertutup air terjun.2
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab
paling umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat,
termasuk trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan
keturunan. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus
bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang
sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak
transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini
dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti pada korteks,
nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak
meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta
tonometri
bila
memungkinkan.
Berdasarkan
usia
katarak
dapat
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak
diketahui secara pasti.
Konsep penuaan:
Imunologis;
dengan
bertambahnya
usia
akan
bertambah
cacat
Penyebab katarak:
1. Proses penuaan
2. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, histoplasmosis, inklusi
sitomegalik)
3. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti uveitis, glaukoma, myopia
maligna, ablasio retina, tumor intraocular, retinitis pigmentosa.
4. Penyakit sistemik seperti galaktosemia, diabetes mellitus, hipoparatiroid,
hipokalsemik, distrofi miotonik, dermatitis atopik, aminoasiduria,
homosisteinuri,
13
5. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma tembus atau tak
tembus), radiasi sinar UV, sinar rontgen, sinar neutron, elektrik shock,
dan termal shock
6. Obat-obatan
(naftalin,
dinitrofenol,
kortikosteroid,
fenotiazin,
14
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan lensa
Ringan
Sebagian
Seluruh
Massif
Cairan lensa
Normal
Berkurang
(air+masa lensa keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Iris shadow
Negative
Positif
Negatif
Pseudopositif
COA
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Penyulit
Glaucoma
Glaucoma, uveitis
Tatalaksana katarak
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan
apabila menurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita.
Indikasi pembedahan pada katarak senilis
Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun
visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan
menjadi tenang.
Bila sudah masuk dalam stadium matur
Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan
sehari-hari atau visus < 6/12.
15
Terapi pembedahan :
EKEK
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus
dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior
ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata
yang
sangat
keruh
sehingga
sulit
dihancurkan
dengan
teknik
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada
EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada
teknik ini dilakukan sayatan 12-14mm, lebih besar dibandingkan dengan
teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/
berdegenerasi/ mudah diputus.2
Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
cryoprobe, forsep kapsul)
Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus
lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.
Persiapan operasi :
Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar
Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.
Analisis Kasus
18
DAFTAR PUSTAKA
Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya
Medika,2000
19
Ilyas S. Trauma mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK
UI,1998
Rumah Sakit Mata Bersayap' Hinggap di Indonesia. Faculty of Medicine
Airlangga University [serial online] 2010. Avalaible from:
www.fk.unair.ac.id/news/focus/rumah-sakit-mata-bersayap-hinggap-di-indonesia
20