Anda di halaman 1dari 9

Mielitis transversa

Diposkan oleh TMC di 19.49 Label: Neurologi

Definisi
Mielitis transversa adalah kelainan neurologi yang disebabkan oleh peradangan sepanjang
medulla spinalis baik melibatkan satu tingkat atau segmen dari medulla spinalis. Istilah mielitis
menunjukkan peradangan pada medulla spinalis, trasversa menunjukkan posisi dari peradangan
sepanjang medulla spinalis. Serangan inflamasi pada medulla spinalis dapat merusak atau
menghancurkan mielin yang merupakan selubung serabut sel saraf. Kerusakan ini menyebabkan
jaringan parut pada sistem saraf yang menganggu hubungan antara saraf pada medulla spinalis dan
tubuh.1
Mieliti transversa merupakan suatu gangguan neurologi yang disebabkan oleh kehilangan
selubung mielin pada medulla spinalis, disebut juga sebagai demielinisasi. Demielinisai ini muncul
secara idiopatik menyertai infeksi atau vaksinisasi, atau disebabkan multipel sclerosis. Salah satu
teori mayor tentang penyebabnya adalah bahwa inflamasi immune-mediated adalah sebagai suatu
hasil paparan terhadap antigen virus. Kelainannya berupa inflamasi melibatkan medulla spinalis
pada kedua sisinya. Pada mielitis transversa akut, onset terjadi tiba tiba dan progresif dalam
beberapa jam dan atau beberapa hari. Lesi dapat terjadi di setiap bagian dari medulla spinalis
meskipun biasanya terbatas pada bagian kecil saja. 2

Epidemiologi
Mielitis transversa dapat diderita oleh orang dewasa dan anak anak baik pada semua jenis
kelamin maupun ras. Usia puncak insidens mielitis transversa terjadi antara umur 10-19 dan 30-39
tahun. Meskipun sedikit peneliti yang meneliti rata-rata insidensi tersebut, diperkirakan sekitar 1400
kasus baru tiap tahun di diagnosa sebagai mielitis transversa di amerika serikat. 2

Etiologi
Para peniliti tidak dapat menentukan secara pasti penyebab mielitis transvera. Infalamasi
yang menyebabkan kerusakan yang luas pada serabut saraf dari medulla spinalis dapat disebabkan
oleh infeksi viral, reaksi autoimun yang abnormal atau menurunnya aliran darah melalui pembuluh
darah yang terletak pada medulla spinalis . mielitis tranversa dapat juga terjadi sebagai komplikasi
dari syphilis, campak, penyakit lyme, dan beberapa vaksinasi termasuk chichenpox dan rabies.
Beberapa kasus yang penyebabnya tidak dapat diketahui disebut idiopatik.
Mielitis transversa sering terjadi setelah infeksi virus. Agent infeksi perkirakan penyebab
mielitis tranversa termasuk varicella zooster ( virrus yang menyebabkan chickenpox dan
shingella ), herpes simplek, sitomegalovirus, Epstein-Barr, influensa, echovirus, human
immunodeficiency virus ( HIV ), hepatiti A dan rubella. Mielitis transversa juga dihubungkan
denganbeberapa infeksi bakteri pada kulit, infeksi telinga tengah( otitis media), dan Mycoplasma
pneumoniae ( pneumonia bakterial ).
Pada kasus mielitis transversa post infeksi, mekanisme sistem immun baik pada viral atau
infeksi bakteri tampaknya berperan penting dalam menyebabkan kerusakan saraf spinal. Walaupun
peneliti belum mengetahui secara tepat mekanisme kerusakan saraf spinal. Rangsangan sistem
immun sebagai respon terhadap infeksi menunjukkan bahwa suatu reaksi autoimmune yang
bertanggung jawab. Pada penyakit autoimun, sistem imun yang secara normal melindungi tubuh
terhadap organisme,melakukan kesalahan dengan

menyerang jaringan

tubuh sendiri yang

menyebabkan inflamsi dan pada beberapa kasus merusak mielin medulla spinalis. Mielitis
transversa juga terdapat pada beberapa penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus,
Sindrom Sjogren's, dan sarcoidosis. Kadang kadang pada mielitis transversa akut yang
berkembang dengan cepat sebagai tanda awal serangan dari multipel sklerosis
Beberapa kasus mielitis transversa disebabkan oleh malformai arteri-vena spinalis ( kelainan
yang merubah aliran darah ) atau penyakit vaskuler seperti atherosklerosis yang menyebabkan
iskemik. Sehingga menurunkan kadar oksigen pada jaringan medulla spinalis. Iskemik dapat

disebabkan perdarahan ( hemorragik ) dalam medulla spinalis, pembuluh darah yang menyumbat
atau sempit, atau faktor lainnya. Pembuluh darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan
medulla spinalis dan membuang hasil metabolisme. Saat pembuluh darah tersumbat atau
menyempit dan tidak dapat membawa sejumlah oksigen ke jaringan medulla spinalis. Saat area
medulla spinalis menjadi kekurangan oksigen atau iskemik. sel dan serabut saraf mulai
mengalami perburukan secara cepat. Kerusakan ini menyebabkan inflamasi yang luas kadang
kadang menyebabkan mielitis transversa. 3

Patologi
Makroskopis pada medulla spinalis yang mengalami peradangan akan tampak edema,
hiperemi dan pada kasusberat terjadi perlunakan ( mielomalasia ).4
Mikroskopis akan tampak pada leptomening tampak edema, pembuluh pembuluh darah
yang melebar dengan infiltrasi perivaskuler dan pada medulla spinalis tampak pembuluh darah yang
melebar dengan infiltrasi perivaskuler ( limfosit / leukosit ) di substansia grisea dan alba. Tampak
pula kelainan degeneratif pada sel - sel ganglia, pada akson akson dan pada selubung mielin,
disamping itu tampak adanya hiperplasia dari mikroglia. Traktus traktus panjang disebelah atas
atau bawah daripada segemen yang sakit dapat memperlihatkan kelainan kelainan degeneratif.5

Gambaran Klinis
Mielitis tranversa dapat terjadi secara akut ( terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa
hari ) atau subakut ( terjadi dalam satu atau dua minggu ). Gejala awal umumnya meliputi sakit
pinggang didaerah yang terlokalisasi, parastesia yang mendadak ( perasaan yang abnormal seperti
terbakar, gatal, tertusuk, atau perasaan geli) di kaki, hilangnya sensorik dan paraparesis
( kelemahan pada sebagian kaki). Paraparesis sering menjadi paraplegia ( kelemahan pada kedua
kaki dan pungung bagian bawah). Gangguan fungsi kandung kemih dan buang air besar sering

terjadi. Beberapa penderita juga melaporkan mengalami spasme otot, gelisah, sakit kepala, demam,
dan hilangnya selera. Tergantung pada segmen medulla spinalis yang terlibat, beberapa penderita
mengalami masalah dengan sistem respiratori. Dari beberapa gejala, muncul empat gejala klasik
mielitis tranversa :
kelemahan otot atau paralisis kedua lengan atau kaki.
Nyeri
kehilangan rasa pada kaki dan jari jari kaki
Disfungsi kandung kemih dan buang air besar
Beberapa penderita mengalami tingkatan kelemahan yang bervariasi pada kaki dan lengan. Pada
awalnya penderita dengan mielitis tranversa terlihat bahwa mereka terasa berat atau menyerat salah
satu kakinya atau lengan mereka terasa lebih berat dari normal. Pergerakan tangan dan kaki
misalnya kekuatan dapat mengalami penurunan. Beberapa minggu penyakit tersebut secara
progresif berkembang menjadi kelemahan kaki secara menyeluruh, akhirnya menuntut penderita
untuk menggunakan suatu kursi roda.
Nyeri adalah gejala utama pada kira- kira sepertiga hingga setengah dari semua pendrita
mielitis transvera. Nyeri terlokalisir di pinggang atau perasaan yang menetap seperti tertusuk atau
tertembak yang menyebar ke kaki, lengan atau badan .
Penderita juga mengalami gangguan sensorik seperti kebas ,perasaan geli, kedinginan atau
perasaan terbakar. Hampir 80 % penderita mielitis transversa mengalami kepakaan yang tinggi
terhadap sentuhan misalnya pada saat perpakaian atau sentuhan ringan dengan jari menyebabkan
ketidak nyamanan atau nyeri ( disebut allodinia ). Beberapa penderita juga mengalami pekaan yang
tinggi terhadap perubahan temperatur atau suhu panas atau dingin1

Diagnosa dan diagnosa banding

Mielitis transversa transversa harus dibedakan dari mielopati akibat kompresi medulla
spinalis ( baik karena neoplasme medulla spinalis instrinsik maupun ekstrinsik, ruptur diskus
intervertebralis akut ), infeksi epidural dan polineuritis pasca infeki akut ( sindroma guillain
barre ).4
Mendiagnosa mielitis tranversa dengan pemeriksaan riwayat perjalanan penyakit dan
pemeriksaan fisik dan neurologi. Karena sering sulit untuk membedakan antara penderita idiopatik
dengan penderita yang mempunyai suatu penyakit, pemeriksa pertama sekali harus menyingkirkan
penyebab tersebut. Bila dicurigai trauma medulla spinalis, harus dicari untuk menyingkirkan lesi
( daerah yang mengalami kerusakan atau kelainan fungsional ) yang menyebabkan penekanan
medulla spinalis . lesi lesi yang berpotensi menekan medulla spinalis misalnya tumor,
herniasi,bergesernya diskus, stenosis ( penyempitan saluran yang menahan medulla spinalis ) atau
abses. Untuk menyingkirkan lesi dan memeriksa inflamasi medulla spnalis. Penderita sering di
MRI, suatu prosedur untuk melihat gambaran otak dan medulla spinalis. Pemeriksa juga melakukan
myelografi dimana menyuntikkan bahan kedalam saluran dalam medulla spinalis. 3
Pungsi lumbal dapat dilakukan pada mielitis transversa biasanya tidak didapati blokade
aliran likuor, pleoitosis moderat ( antara 20 200 sel/mm3 ) terutama jenis limposit, protein sedikit
meninggi ( 50 120 mg / 100ml) dan kadar glukosa norma. Berbeda dengan sindroma gullain barre
dimana djumpai peningkatan kadar protein tanpa diertai pleositosis. Pada sindroma gullain barre,
jenis kelumpuhan flakid serta pola gangguan sensibilitasnya di sampaing mengenai kedua tungkai
juga terdapat pada kedua lengan ( glove and stocking ). Lesi kompresi medulla spinalis dapat
dibedakan dari mielitis karena perjalanan penyakitnya tidak akutsering didahului dengan nyeri
segmental sebelum timbulnya lesi parenkim medulla spinalis. Selain itu pada pungsi lumbal
djumpai blokase aliran likuor dengan kadar protein yang meningkat tanpa disertai adanya sel.
Pemerikaan foto polos vertebra antero posterior dan lateral,mielografi dan sken tomografi akan
lebih memastikan ada tidaknya lesi kompresi medulla spinalis tersebut.4
Test darah dilakukan untuk menyingkirkan bebrbagai penyakit lainnya seperti lupus

erithematosus sistemik, HIV, dan defisiensi vitamin B12 .pada penderita mielitis transversa, cairan
cerebrospinal dalam medulla spinalis dan otak mengandung protein lebih tinggi dan peningkatan
leukosit yang mengindikasikan adanya infeksi.bila tidak ada penyebab yang jelas dari test tersebut,
penderita dianggap menderita mielitis transversa idiopatik.3

Pengobatan
Tujuan pengobatan pertama ditujukan untuk meredakan respon immun yang disebabkan
oleh trauma medulla spinalis. Pengobatan awal pada penderita mielitis tranversa dengan pemberian
steroid dosis tinggi secara intravena atau oral. Pada beberapa kasus,obat immunosuppresent yang
sangat kuat seperti cyclophosphamide boleh diberikan. Pada beberapa penderita dengan mielitis
transversa sedang dan berat diberikan steroid selama 5 sampai 7 hari. suatu prosedur yang disebut
plasma exchange dapat digunakan. Prosedur ini melibatkan memindahkan darah dari pasien, dan
pemisahan ke dalam sel darah dan plasma ( cairan). Sel darah kemudian bercampur menjadi suatu
pengganti cairan plasma buatan dan kembali ke pasien itu. karena sel sel immun didalam
plasma,ini secara efektif dapat merusakkan sel imun pada tubuh, yang dapat membantu mengatasi
kerusakan mielin.6
Pemberian glukokortikoid atau ACTH , biasanya diberikan pada penderita yang datang
dengan gejala awitannya sedang berlangsung dalam waktu 10 hari pertama atau bila terjadi
progresivitas defisit neurologik. Glukokortikoid dapat diberikan dalam bentuk prednisolon oral 1
mg / kg berat badan / hari sebagai dosis tunggal selama 2 minggu lalu secara bertahap dan
dihentikan setelah 7 hari. Bila tidak dapat diberikan peroral dapat pula diberikan metilprednisolon
secara intravena dengan dosis 0,8 mg / kg/hari dalam waktu 30 menit. Selain itu ACTH dapat
diberikan secara intramuskular dengan dosis 40 unit dua kali perhari ( selama 7 hari ), lalu 20 unit
dua kali sehari ( selama 4 hari ) dan 20 unit dua kali perhari ( selama 3 hari ) . untuk mencegah
efek samping kortikosteroid, penderita diberi diet rendah garam dan simetidin 300 mg 4 kali / hari
atau ranitidin 150 mg 2 kali / hari. Selain itu sebagai alternatif dapat diberikan antasida peroral.4

Pengobatan mielitis tranversa diusahakan selama 6 bulan mulai dari serangan. Setelah itu,
sebaiknya upaya pengobatan lebih efektif diarahkan ke rehabilitasi dan rehabilitasi harus dimulai
sedini mungkin untuk mengurangi kontraktur dan mencegah tromboemboli.
Nyeri atau dysesthesias ( perasaan gelisah, seperti terbakar, tertuk peniti atau jarum, atau
perasaan tersengat listrik) diobati dengan obat obatan seperti gabapentin, carbamazepine,
nortriptyline, atau tramadol. Pengobatan yang lain nyeri dan dysesthesias adalah transcutaneous
elecrical nerve stimulation disebut TENS terapi,Ini melibatkan penggunaan dari suatu alat yang
merangsang area nyeri dengan suatu loncatan listrik yang kecil sehingga mengganggu sensasi rasa
nyeri.
Pemasangan kateter diperlukan karena adanya retensi urin dan untuk mencegah terjadinya
infeki raktus urinarius dilakukan irigasi dengan antieptik dan pemberian antibiotik profilaksis
( trimetropin sulfametoksasol ) 1 gram tiap malam. Konstipasi dan dan retensi urin sering
merupakan masalah pada penderita dengan mielitis transversa. Oxybutinin, hyoscyamine,
tolterodine, dan propantheline sering dapat mengobati beberapa masalah kandung kemih pada
penderita mielitis transversa. Pada saat terdapat retensi urin, rangsangan nervus sakralis dapat
membantu penderita mencegah pemakaiaan kateter berulang.Dulcolax, senekot, dan bisacodyl dapat
membantu memperbaiki konstipasi.4,6
Pencegahan dekubitus dilakukan dengan alih baring tiap 2 jam. Bila erjadi hiperhidrosis
dapat diberikan propantilinbromid 15 mg sebelum tidur. Disamping terapi medikamentosa maka
diet / nutrisi juga harus diperhatikan, 125 gra protein, vitamin dosis tinggi dan cairan sebanyak 3
liter perhari dibutuhkan. Setelah masa akut berlalu maka tonus otot mulai meninggi sehingga sering
timbul spasme kedua tungkai, hal ini dapat diatasi dengan pemberian baclofen 15-80 mg / hari, atau
diazepam 3 4 kali 5 mg / hari.4

Prognosis
Perbaikan dari mielitis tansversa biasanya dimulai antara 2 sampai 12 minggu dari onset

gejala dan mungkin berlangsung sampai 2 tahun. Bagaimanapun bila tidak ada perbaikan dalam 3
6 bulan pertama, maka tidak dijumpai penyembuhan yang signifikan. Sekitar sepertiga dari orang
orang yang terinfeksi mielitis transversa akan mengalami penyembuhan yang sempurna dari gejala
klinisnya, mereka kembali dapat berjalan normal dan gejala yang minimal pada kandung
kemih,buang air besar dan parastesia. Sertiga lainnya mengalami perbaikan dan meninggalkan
defisit neurologis seperti gaya berjalan yang spastik, disfungsi sensorik dan sering kencing atau
inkontinensia urin. Sepertiga lainnya tetap tidak mengalami perbaikan sama sekali, mereka tetap
dikursi roda atau berbaring ditempat tidur dengan tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Meskipun sulit membuat prediksi pada setiap kasus, para peneliti
menyatakan bahwa onset gejala yang cepat secara umum menghasilkan perbaikan yang jelek .
Kebanyakan penderita hanya mengalami sekali episode gangguan meskipun jarang, kasus
rekuren atau relaps mileitis transvera dapat terjadi . beberapa pasien sembuh secara sempurna
kemudian mengalami relaps kembali. Pada kasus relaps . dokter akan menyelidi kemungkinan
penyebab seperti MS atau lupus erythematosus sistemik sejak penderita mengalami releaps
tersebut.1

DAFTAR PUSTAKA

1. National Institut of neurological disorder and stroke, myelitis trasversa dalam


www.ninds.nih.gov/disorder/trasversemyeilitis.

2. Anonymous. transversa myelitis Dalam www.wikipedia.org/wiki/trasverse myelitis

3. Anonymous, mielitis tranversa Dalam


www.healthnewsflash.com/conditions/transverse_myelitis.htm

4. Harsono, dr. 2003. Mielitis transversa Dalam Kapita Selekta Neurologi, Gajah mada
University press, Yogyakarta

5. Igusti Gede Ngoerah,dr,Prof. 1994. Mielitis Dalam Dasar Dasar Ilmu Penyakit Saraf,
Airlangga University Press, Surabaya

6. anonymous. Mielitis tranversa dalam www.answer.com/topic/transverse mielitis

Anda mungkin juga menyukai