LAPKAS
LAPKAS
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Alamat : Banjarsari
ANAMNESIS
Keluhan utama : nyeri pada mata kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa nyeri sejak 1 bulan yang lalu. Yang dirasakan
memberat 1 minggu belakangan ini. Nyeri timbul mendadak, dirasakan terus menerus, terasa
seperti ditusuk jarum, dan menjalar hingga ke kepala. Pasien juga mengeluh penglihatan pada
mata kanan terasa menurun, makin lama pasien semakin tidak bisa melihat, dan hanya bisa
melihat samar-samar walaupun pada jarak dekat. Keluhan ini disertai dengan kemerahan pada
mata kanan, terasa pegal, berair, dan silau ketika melihat cahaya.
Keluhan melihat pelangi disangkal,melihat seperti terowongan disangkal, banyak kotoran dan
gatal pada mata disangkal, mual dan muntah disangkal. Riwayat trauma disangkal.
Pasien merupakan penderita glukoma pada mata kiri sejak tahun 2013, terakhir kontrol ke dokter
sekitar 3 bulan yang lalu, pasien mengobati matanya dengan obat tetes yang diperoleh dari
dokter.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penggunaan kacamata disangkal, riwayat infeksi pada mata disangkal, riwayat diabetes
(-) dan hipertensi (+)
Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama, riwayat hipertensi dan DM disangkal
Riwayat pengobatan
Pasien terakhir kali control glukoma pada mata kananya 3 bulan yang lalu. Nyeri pada mata
kirinya hanya diobati dengan obat tetes yang diperoleh dari dokter.
Riwayat alergi
Alergi makanan, debu, cuaca, dan obat-obatan disangkal
PEMERIKASAAN FISIK
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 37.0
Status oftalmologis
OD
1/300
Status Oftalmologikus
Visus
OS
6/60 ph : 6/20
ortoforia
Ortoforia
Gerakan
Edema (-)
Palpebra superior
Edema (-)
Palpebra inferior
Hiperemis (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Konjungtiva tarsalis
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Papil (-)
superior
Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Conjungtiva tarsalis
Folikel (-)
Hiperemis (-)
Papil (-)
inferior
Papil (-)
Hiperemis (-)
Edema (-)
Folikel (-)
Folikel (-)
2
Conjungtiva bulbi
Sklera
Keruh (+)
Kornea
Jernih
Edema (+)
Edema (-)
Infiltrate (-)
dangkal
Infiltrate (-)
Dangkal
Iris
Pupil
Lensa
meningkat
TIO palpasi
Meningkat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tonometri
OD : 50.6 mmHg
OS : 35 mmHg
RESUME
Wanita 64 tahun datang ke poliklinik RSUD banjar dengan keluhan nyeri pada mata kanan sejak
1 bulan yang lalu, memberat 1 minggu ini, penglihatan mata kanan menurun, hanya bisa melihat
samar-samar walaupun pada jarak dekat, kemerahan (+), pegal (+), berair (+), dan silau ketika
melihat cahaya. Pasien merupakan penderita glaucoma pada mata kiri sejak tahun 2013. Riwayat
hipertensi (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : TD : 140/90, Nadi : 88x/menit, Pernafasan : 22x/menit,
Suhu : 37.0, Pemeriksaan mata : visus : OD 1/300, OS 6/60 ph : 6/20, injeksi konjungtiva
OD,injeksi siliar OD, korena OD udem (+), keruh(+), COA ODS dangkal, TIO palpasi ODS
menigkat, pemeriksaan tonometer schiotz : OD 50.6 OD 35
DIAGNOSA KERJA
Glaukoma Okuli Dekstra dan Sinistra
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Funduskopi
Gonioskopi
PENATALAKSANAAN
Timolol O,5 % 2X1
Pilokarpin 0,5 % tetes 4x1
Asetazolamid 2x 250 mg
BAB III
HUMOR AQUOUS
1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang mengelilingi kanalis
Schlemm untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral spur (insersi dari
m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.
3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya diliputi oleh
endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada darah di
dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.
Kanalis Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5 mm. Pada dinding sebelah dalam,
terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanalis
Schlemm. Dari kanalis Schlemm keluar saluran kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke pleksus
vena di dalam jaringan sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di badan siliar.
BAB IV
GLAUKOMA
4.1 Definisi
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intra
okuler yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memiliki satu gambaran berupa
kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang disebabkan karena peningkatan tekanan
intraokular. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan.
Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada lapang pandang perifer pada tahap awal
dan kemudian akan mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini dapat tidak bergejala
karena kerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma dapat diobati jika dapat terdeteksi
secara dini.
bilik mata depan dan terus ke bilik mata depan, tepatnya ke trabecular meshwork, mencapai
kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada glaukoma kronik sudut
terbuka, hambatannya terletak pada trabecular meshwork maka akan terjadi penimbunan cairan
bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi. Pada glaukoma akut
hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga jaringan trabekulum
tidak dapat dicapai oleh sarkus.
3.6 Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologinya :
A. Glaukoma Primer
B. Glaukoma Sekunder
C. Glaukoma Kongenital
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
(ICE)
6. Trauma
7. Pascaoperasi
8. Glaukoma neovaskular
9. Peningkatan tekanan episklera
10. Akibat steroid
1. Glaukoma kongenital primer
2. Glaukoma yang berkaitan dengan
kelainan perkembangan mata lain
3. Glaukoma yang berkaitan dengan
kelainan perkembangan
D. Glaukoma Absolut
ekstraokular
Stadium akhir dari glaukoma apabila
tidak terkontrol
10
Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan
dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Gambaran klinis dari glaukoma primer sudut terbuka, yaitu progresifitas gejalanya
berjalan perlahan dan lambat sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya, serta
gejalanya samar seperti: sakit kepala ringan tajam penglihatan tetap normal; hanya
perasaan pedas atau kelilipan saja; tekanan intra okuler terus -menerus meningkat hingga
merusak saraf penglihatan.
Sumbatan pada trabekular meshwork memperlambat aliran aqueos, sehingga meningkatkan TIO.
biasanya tidak ada, kelainan diagnosa dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior
normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan
dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Glaukoma sudut terbuka merupakan bentuk glaukoma yang umum ditemukan, yaitu
mencakup sebanyak 90% kasus dari semua kasus glaukoma. Glaukoma kronis atau
glaukoma primer sudut terbuka biasanya bilateral tetapi tidak selalu simetris, yaitu dimana
proses perjalanan penyakit tidak sama pada kedua mata. Karakteristik dari glaukoma
primer sudut terbuka :
Onset saat dewasa
TIO >21 mmHg
Ada gambaran sudut bilik mata depan terbuka
Ada kerusakan papil nervus optikus glaukomatosa
Gangguan lapang pandang
Gejala yang ditimbulkan biasanya bersifat progresif dan sering kali tidak menimbulkan
keluhan. Gejala yang mungkin timbul adalah:
Glaukoma kronis biasanya baru menimbulkan gejala jika terjadi penurunan lapang
pandang yang nyata. Hal ini disebabkan karena penurunan lapang pandang dimulai
dari daerah nasal yang biasanya sulit dideteksi karena terdapat kompensasi dari
Pemeriksaan yang diperlukan pada pasien yang dicurigai glaukoma kronis adalah :
pemeriksaan visus
pemeriksaan pupil untuk melihat reflex cahaya langsung dan tak langsung
pemeriksaan Marcus Gunn Pupil untuk melihat defek pupil aferan relative
pemeriksaan gonioskopi untuk menunjukkan tidak ada tanda glaukoma sekunder
12
13
Glaukoma kongenital timbul saat lahir atau dalam tahun pertama dengan gejala klinis :
mata berair berlebihan
peningkatan diameter kornea (buftalmos)
kornea berawan karena edema epitel, terpisah atau robeknya membrane descement
fotofobia sehingga bayi tidak tahan sinar matahari dan menjauhi sinar dengan
menyembunyikan mata
peningkatan tekanan intraocular
peningkatan kedalaman kamera anterior
pencekungan diskus optikus
14
kongenital
Kebutaan total
Mata lelah
Kornea keruh
Bilik mata dangkal
Papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa
Mata keras seperti batu
Nyeri periorbita
Timbul penyulit berupa neovaskularisasi iris
Pengobatan glaukoma abdolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan sillier
untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata lelah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
BAB V
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan
sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akueus dan
tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat, kemerahan
dan kekaburan penglihatan. Glaukoma Akut merupakan kedaruratan okuler sehingga harus
diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan bila tidak segera
ditangani dalam 24 48 jam.
5.2 Epidemiologi
Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan
angka kejadian yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini
adalah 4:1. Pasien dengan glaukoma sudut tertutup kemungkinan besar rabun dekat karena
mata rabun dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior lebih padat.
5.3 Etiologi
Glaukoma akut terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler secara mendadak yang
dapat disebabkan oleh sumbatan di daerah kamera okuli anterior oleh iris perifer, sehingga
menyumbat aliran humor akueus dan menyebabkan tekanan intra okular meningkat dengan
cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat.
5.4 Patofisiologi
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor akueus mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat
karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus
berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka
akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
16
Injeksi silier yang lebih hebat di dekat limbus kornea-sklera dan berkurang kearah
forniks
Pembuluh darah tidak bergerak dengan konjungtiva
Mid-dilatasi pupil dan reflex pupil negative
Kornea tampak edema dan keruh
Kamera okuli anterior sempit
TIO meningkat
Visus sangat turun hingga 1/300
Lapang pandang menyempit
Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
5.6 Diagnosis
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis,
pemeriksaan status umum dan oftalmologis, serta penunjang.
17
5.9 Komplikasi
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia
anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior yang
memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan saraf optikus sering terjadi.
18
5.10 Penatalaksanaan
Glaukoma hanya bisa diterapi secara efektif jika diagnosa ditegakkan sebelum
serabut saraf benar-benar rusak. Tujuannya adalah menurunkan tekanan intraokular, dapat
dilakukan dengan minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase
(misalnya asetazolamid 500 mg iv dilanjutkan dgn oral 500 mg/1000mg oral). Tetes mata
pilokarpin menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang
tersumbat. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta bloker
(Timolol 0.5% atau betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari) dan kortikosteroid topikal dengan atau
tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan saraf optik. Setelah suatu
serangan, pemberian pilokarpin dan beta bloker serta inhibitor karbonik anhidrase biasanya
terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan
manitol intravena (melalui pembuluh darah).
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor
akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat menurunkan tekanan
intra okuler sesegera mungkin. Obat obat yang dapat digunakan, yaitu :
Menghambat pembentukan humor akueus
Penghambat beta andrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat
digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang tersedia antara lain
Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan
0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin adalah suatu agonis alfa adrenergik yang
baru yang berfungsi menurunkan produksi humor akueous tanpa efek pada aliran keluar.
epinefrin dan dipiferon juga memiliki efek yang serupa. Inhibitor karbonat anhidrase
sistemik asetazolamid digunakan apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan
dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokuler sangat tinggi dan perlu segera
dikontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%.
Fasilitasi aliran keluar humor akueous
Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akueous dengan
bekerja pada jalinan trabekuler melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah
pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari atau gel 4% yang
19
5.11 Pencegahan
20
Pencegahan terhadap glaukoma akut dapat dilakukan Pada orang yang telah berusia
20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala secara teratur setiap
3 tahun, bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan
setiap tahun. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan
mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma. Sebaiknya diperiksakan tekanan
mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala yang berat, serta keluarga yang pernah
mengidap glaukoma.
5.12 Prognosis
Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera ditangani
dalam 24 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma
sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Tetapi
bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen.
BAB VI
PEMERIKSAAN DAN PENATALAKSANAAN
Tonometri Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran bola mata
dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea
karena itu dinamakan juga tonometry indentasi Schiotz. Dengn tonometer Schiotz
dilakukan indentasi penekanan terhadap kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan mata
ditetesi dengan obat anestesi topical atau pantokain 0,5%. Penderita diminta melihat lurus
ke jari jempol yang diacungkan ke atas. Pemeriksa berdiri di sebelan kanan penderita.
Kelopak mata dibuka lebar dengan bantuan jari pemeriksa dan perlahan tonometer
diletakkan di atas kornea.
Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedangkan mata
yang lainnya berfiksasi pada satu titik. Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu angka
di atas skala. Iap angka pada skalai disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban
5,5gr (standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gr. Untuk tiap
beban memiliki kolom tabel tersendiri.
6.1.3
Tonometer aplanasi
23
Cara mengukur tekanan intraocular yang lebih canggih dan lebih dapat dipercaya dan
cermat bisa dikerjakan dengan Goldman atau dengan tonometer tentengan Draeger. Pasien
duduk di depan slit lamp. Pemeriksa hanya memerlukan waktu beberapa detik setelah diberi
anastesi. Yang diukur adalah gaya yang diperlukan untuk menampakkan daerah kornea yang
sempit.
Setelah mata ditetesi anastesi dan flouresein, prisma tonometer aplanasi di letakkan pada
kornea. Mikrometer disetting untuk menaikkan tekanan pada mata sehingga gambar sepasang
setengah lingkaran simeteris berpendar karena flouresein tersebut. Ini menunjukkan bahwa di
semua bagian kornea yang bersinggungan dengan alat ini sudah teraplanasi. Dengan melihat
melalui mikroskop slit lamp dan dengan memutar tombol, ujung dalam kedua setengah
lingkaran berpendar tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya tekanan
intraocular. Hasil pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala micrometer dalam mmHg.
6.2 Gonioskopi
sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi
glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma sudut tertutup dan dapat
menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
Dapat dinilai besar atau terbukanya sudut :
Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan iris,
disebut sudut tertutup
Derajat 1, bila tidakterlihat bagian trabekulum sebelah belakang, dan garis Schwalbe
terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat smpit sangat mungkin menjadi sudut
tertutup
Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang kelainan ini
mempunyai kemampuan untuk tertutup
Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk scleral spur,
disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup
Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka
Oftalmoskopi adalah pemeriksaan ke mata bagian dalam dengan memakai alat yang disebut
oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optic di dalam mata dan akan dapat
ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optic. Saraf optic dapat dilihat
secara langsung. Warna serta bentuk dari mangkok saraf optic pun dapat menggambarkan ada
atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang sedang diderita.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat :
6.3.2 Kelainan papil saraf optic
Saraf optic pucat atau atrofi
Saraf optic bergaung
6.3.3 Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau
25
Gambar 6.6 Nervus optikus normal dan lesi glaukoma nervus optikus
6.4 Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan ini penting baik untuk menegakkan daignosa maupun untuk meneliti
perjalanan penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu
diteliti keadaan lapang pandangan perifer juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang
pandang perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah
menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang
pandang perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimula dari bagian nasal
atas. Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan
tunnel vision, seolah-olah lihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.
Pemeriksaan yang digunakan adalah perimetri.
6.5.2
26
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian disuruh minum
1L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraocular diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam.
6.5.3
6.5.4
6.5.5
patologis.
Tes steroid
Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd gt 1, selama 2 minggu. Kenaikan TIO 8 mmHg
menunjukkan glaukoma
6.6 Pachymetry
Pachymetry adalah suatu tes untuk mengukur ketebalan dari kornea. Setelah mata diberikan
anestesi, ujung dari pachymeter disentuhkan dengan ringan pada permukaan depan mata
(kornea). Ketebalan kornea pusat dapat mempengaruhi pengukuran tekanan intraocular. Kornea
yang lebih tebal dapat memberikan pembacaan tekanan mata yang tinggi secara salah dan kornea
yang lebih tipis dapat memberikan pembacaan tekanan yang rendah secara salah. Lebih jauh,
kornea-kornea tipis mungkin adalah suatu faktor risiko tambahan untuk glaucoma
6.7 Penatalaksanaan
Macam terapi yang dapat diberikan kepada pasien glaukoma :
6.7.1
Medikamentosa:
Pemberian obat-obatan baik berupa tetes mata maupun tablet sebagai tindakan
pengobatan awal bertujuan untuk segera menciptakan keadaan tekanan bola mata yang normal
atau cukup rendah untuk memelihara agar saraf optik tidak tertekan dan dengan demikian
akan mencegah semakin meluasnya kerusakan lapang pandang.
27
a. Beta blockers
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO: 20-25%
Efek Samping : Toksisitas kornea, reaksi alergi, bronkospasme, bradikardi, depresi, impotensi
Kontraindikasi : PPOK (nonselektif), asma (nonselektif), gagal jantung kongestif, bradikardia,
hipotensi, blok jantung lebih dari derajat I
Contoh Obat :
Timolol larutan 0,25% dan 0,5%; gel 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
Betaksolol larutan 0,5%; suspensi 0,25%; 2x/hari, 12-18 jam
Levobunolol larutan 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
Metipranolol 0,3%
b. Karbonik anhydrase inhibitor
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO : 15-20%
Efek Samping :
Topikal sensasi rasa metalik, dermatitis atau konjungtivitis alergi, edema kornea
Oral Sindrom Steven-Johnson, malaise, anoreksia, depresi, ketidakseimbangan
elektrolit serum, batu ginjal, diskrasia darah (anemia aplastic, trombositopenia), rasa
metalik
Kontraindikasi : Alergi sulfonamide, batu ginjal, anemia aplastic, trombositopenia, penyakit
anemia sel sabit
Contoh obat :
Topikal :
Dorzolamide larutan 2%; 2-3x/hari, 8-12 jam
Brinzolamide suspensi 1%; 2-3x/hari, 8-12 jam
Sistemik :
Asetazolamid 250 mg tab; -4 tab/hari, 6-12 jam
c. Agonis alfa adrenergic
Farmakodinamik :
Non-selektif : memperbaiki aliran aqueous
Selektif : menurunkan produksi aqueous humor, menurunkan tekanan vena apisklera atau
meningkatkan aliran keluar uveosklera
Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Injeksi konjungtiva, reaksi alergi, kelelahan, somnolen, nyeri kepala
Contoh obat :
Brimonidine 0,2% 2x/hari, 8-12 jam
Apraclonidine 1% dan 0,5%; jangka pendek
d. Agen Parasimpatomimetik (Miotika)
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar trabekula
28
6.7.2
Tindakan pembedahan.
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan bila terjadi
Bila terapi medikamentosa atau laser tidak memberikan perbaikan penurunan tekanan
intraokular, maka mungkin diperlukan terapi pembedahan. Jenis terapi yang paling umum
dilakukan adalah trabekulektomi. Pada jenis ini, akan dibuat flap di atas lubang kecil pada
29
sklera yang merupakan jalan keluar baru agar aqueous humor dapat keluar melalui
konjungtiva. Pada trabekulektomi terbentuk bump kecil di bawah kelopak atas disebut
trabeculectomy bleb. Operasi ini dapat dilakukan dalam anestesi lokal atupun umum.
6.7.3
Tindakan laser
Laser Trabekuloplasty dan Laser Iridotomi adalah suatu cara untuk membuat agar
pengaliran aqueous humor selalu dalam keadaan lancar sehingga tekanan bola mata selalu
dalam batas yang diinginkan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 5
tahun 2014 tentang Panduang Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta. Depkes RI. 2014.
Riset Kesehatan Dasar. 2007.
Sidarta, I., Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001.
____, Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2000.
____, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2000.
31
32