Penyusun:
Sasikumar Renegopal
100100305
Shammani Suframanyam 100100311
Kaamani Suframanyam 100100312
Sharmilah Paniselvam 100100402
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kami kepada Tuhan karena atas berkah rahmat penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan makalah ini memenuhi banyak kendala yang dihadapi
namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul KETUBAN PECAH DINI
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh sebab
itu,dengan penuh kerendahan hati,penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak
yang sifatnya membangun untuk sempurnanya makalah ini.Didalam menyelesaikan makalah ini
masih banyak hambatan dan kendala yang dihadapi,namun berkat dukungan dan kerja sama yang
baik dari semua pihak hingga penulis dapat menyelsaikan makalah ini tepat pada waktunya.Oleh
karena itu,penulis mengucapkan banyak terimakasih buat semua pihak yang terlibat
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM)merupakan
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Namun,apabila ketuban pecah dini
sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka disebut sebagai ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur atau Preterm Premature Rupture of Membrane (PPROM). Pecahnya selaput ketuban
tersebut diduga berkaitan dengan perubahan proses biokimiawi yang terjadi dalam kolagen
matriks ekstraseluler amnion, korion dan apoptosis membran janin.1
Etiologi pada sebagian besar kasus dari KPD hingga saat ini masih belum diketahui. KPD
pada kehamilan aterm merupakan variasi fisiologis, namun pada kehamilan preterm,
melemahnya membran merupakan proses yang patologis. KPD sebelum kehamilan preterm
sering diakibatkan oleh adanya infeksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang
terikat pada membran melepaskan substrat, seperti protease yang menyebabkan melemahnya
membran. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa matriks metaloproteinase merupakan enzim
spesifik yang terlibat dalam pecahnya ketuban oleh karena infeksi.2
Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, angka
kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang
ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah satu penyebab langsung kematian ibu
adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup dan KPD merupakan
penyebab paling sering menimbulkan infeksi pada saat mendekati persalinan.3 Prevalensi KPD
berkisar antara 3-18 % dari seluruh kehamilan. Saat kehamilan aterm, 8-10 % wanita mengalami
KPD dan 30-40 % dari kasus KPD merupakan kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh
kehamilan. KPD diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya. Hal ini juga berkaitan
dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu maupun janin.2
Oleh sebab itu, klinisi yang mengawasi pasien harus memiliki pengetahuan yang baik
mengenai anatomi dan struktur membran fetal, serta memahami patogenesis terjadinya ketuban
pecah dini, sehingga mampu menegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara tepat dan
memberikan terapi secara akurat untuk memperbaiki luaran / outcome dan prognosis pasien
ketuban pecah dini dan bayinya.
1.2.
Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
pecah
dini
atau
spontaneus/early/premature
rupture
of
membrans
(PROM)merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan
tanda-tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur
dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya efficement atau dilatasi serviks) atau bila
satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan atau secara klinis bila ditemukan
pembukaan kurang dari 3 cm pada primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm maupun preterm.
Saat aterm sering disebut dengan aterm prematur rupture of membrans atau ketuban pecah dini
aterm. Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini preterm /
preterm prematur rupture of membran (PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut
prolonged PROM.2
3.1.2. Etiologi KPD
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnyaelastisitas yang
terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban denganperubahan yang besar. Hilangnya
elastisitas selaput ketuban ini sangat eratkaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi
karena penipisan olehinfeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat
padaamnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerahlapisan retikuler
atau trofoblas, dimana sebagaian bear jaringan kolagen terdapatpada lapisan penunjang (dari
epitel amnion sampai dengan epitel basal korion).Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas daninhibisi intrleukin-1 dan prostaglandin. Adanya infeksi dan
inflamasimenyebabkan bakteri penyebab infeksi mengeluarkan enzim protease danmediator
inflamasi interleukin-1 dan prostaglandin. Mediator ini menghasilkan kolagenase jaringan
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen padaselaputkorion/amnion menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah dan mudahpecah spontan. Selain itu mediator terebut membuat uterus
berkontraksisehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat uterus berkontraksi.4
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapiditemukan beberapa
faktor predisposisi yang berperan pada terjadinya ketuban pecah dini, antara lain:
1. Infeksi
Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal) sudah cukupuntuk
melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut.Bila terdapat bakteripatogen di dalam vagina
maka frekuensi amnionitis, endometritis, infeksi neonatalakan meningkat 10 kali.Ketuban pecah
dini sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan oleh adanyainfeksi.Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa bakteri yang terikat padamembran melepaskan substrat seperti protease
yang menyebabkan melemahnyamembran. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa matriks
metalloproteinase merupakan enzim spesifik yang terlibat dalam pecahnya ketuban oleh
karenainfeksi.2
2. Defisiensi vitamin C
Serviks inkompeten.
Ketegangan rahim yang berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.
Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk pintu
pada
selaput
ketuban.
Aktivitas
kolagenase
diketahui
meningkat
padakehamilan aterm dengan ketuban pecah dini. Sedangkan pada preterm didapatkankadar
protease yang meningkat terutama MMP-9 serta kadar TIMP-1 yangrendah.2
Gangguan nutrisi merupakan salah satu faktor predisposisi adanya gangguan pada
struktur kolagen yang diduga berperan dalam ketuban pecah dini.Mikronutrien lain yang
diketahui berhubungan dengan kejadian ketuban pecahdini adalah asam askorbat yang berperan
dalam pembentukan struktur triple helixdari kolagen. Zat tersebut kadarnya didapatkan lebih
rendah pada wanita denganketuban pecah dini. Pada wanita perokok ditemukan kadar asam
askorbat yangrendah.2
Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan ketuban pecah dini melalui beberapa mekanisme.Beberapa
flora vagina termasuk Streptokokus grup B, Stafilokokus aureusdanTrikomonas vaginalis
mensekresi protease yang akan menyebabkan terjadinyadegradasi membran dan akhirnya
melemahkan selaput ketuban.Respon terhadap infeksi berupa reaksi inflamasi akan
merangsangproduksi
sitokin,
MMP,
dan
prostaglandin
oleh
netrofil
PMN
dan
membran. Interleukin-8 yang diproduksi dari sel amniondan korionik bersifat kemotaktik
terhadap neutrofil dan merangsang aktifitaskolegenase. Hal-hal tersebut akan menyebabkan
terganggunya keseimbanganproses sintesis dan degradasi matriks ektraseluler yang akhirnya
menyebabkanpecahnya selaput ketuban.2
Diagnosis KPD
Menegakkan diagnosis KPD secara tepat sangat penting, karena diagnosis yang positif
palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio
yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosis yang negatif palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu
atau keduanya. Oleh karena itu, diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat. Diagnosis KPD
ditegakkan dengan cara:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesa pasien dengan KPD merasa basah pada vagina ataumengeluarkan cairan yang
banyak berwarna putih jernih, keruh, hijau,atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak,
secara tiba-tiba dari jalan lahir. Keluhan tersebut dapat disertai dengan demam jika sudah ada
infeksi. Pasien tidak sedang dalam masa persalinan, tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus.
Riwayat umur kehamilan pasien lebih dari 20 minggu.4
Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan uterus lunak dan tidak adanya nyeri tekan.
Tinggifundus harus diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang diharapkanmenurut hari
pertama haid terakhir. Palpasi abdomen memberikan perkiraanukuran janin dan presentasi.4
2. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD untuk mengambil sampel cairan ketuban di
forniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.5
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini adalah :
1. Pooling
: Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek glass dan didiamkan dan
membantudalam
evaluasi
kematangan
paru
janin.
Bila
kecurigaan
infeksi,apusan diambil dari kanalis servikalis untuk pemeriksaan kultur serviks terhadap
Streptokokus beta group B, Clamidia trachomatisdanNeisseria gonorea.4
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan dilatasi serviks.
Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikanbagian presentasi janin dan menyingkirkan
kemungkinan prolapstali pusat. Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelasberada
dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untukmelahirkan.4
4. Pemeriksaan penunjang
Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmusmerah menjadi biru.
Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000/mm3 kemungkinan adainfeksi.
USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan, letakjanin, letak plasenta,
gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur,
infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum, insiden infeksi sekunder pada ketuban
dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.1
Sindroma deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia
pulmonal.1
BAB III
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS PRIBADI
Inisial
: DRH
Umur
: 27 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Pendidikan terakhir
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Batak
Pekerjaan
: PNS
Status
: Sudah Bernikah
Tanggal masuk
: 30 Mei 2015
Telaah
RSUP HAM. Cairan tidak berbau, warna jernih bercampur lendir tanpa darah, tidak dapat
ditahan, volume 3-4xganti doek dalam 1 hari. Riwayat keputihan dijumpai +1 bulan yang lalu
disertai rasa gatal dan tidak berbau. Riwayat trauma, riwayat perut dikusuk, riwayat
mules-mules mau melahiran, riwayat keluar lendir darah tidak dijumpai.BAB
dan BAK dalam batas normal.
:-
:-
: 3 Disember 2014
TTP
: 10 September 2015
IV. RIWAYAT KB
Tidak ada
V. RIWAYAT PERSALINAN
tidak ada
VI. ANTENATAL CARE
Sp.OG : 7x
Bidan : 4x
: Compos Mentis
TD
: 120/80 mmHg
Anemis :
HR
: 82x/i
Ikterik
RR
: 16x/i
Dispnoe :
: 36,5oC
Sianosis :
Oedema :
Temp
TFU
Gerak
:+
HIS
:-
DJJ
JT, AH
BPD
5,13 cm
FL
4,35 cm
AC
17,49 cm
Plasenta
Posterior grade 1
Air Ketuban
XI. LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemoglobin 10.3
MCV
82.10
Eritrosit
3.79
MCH
27.20
Leukosit
10.55
MCHC
33.10
Hematokrit
31.10
RDW
15.3
Trombosit
241
Negatif
KGD ad Random
105mg/dl
Urine Lengkap
Warna
Kuning Jernih
Protein
Glukosa
Negatif
Urobilinogen Negatif
Bilirubin
Negatif
Nitrit
Negatif
Keton
Negatif
Leukosit
Negatif
Berat Jenis
1,010
Darah
Negatif
pH
6.5
Sedimen Urine
Eritrosit
01
Leukosit
01
Epitel
01
Casts
Negatif
Kristal
Negatif
Lain-lain
Trichomonas (+)
XII. DIAGNOSIS
Ketuban pecah dini + Oligohidramnion+ primigravida (24-26mgg)+ Anak Hidup
XII. TERAPI
IVFD RL 30gtt/i
Cefadroxil 2 x 500mg
XIII. RENCANA
-
Rawatan Ekspektatif
XIV. FOLLOW UP
Tanggal 30 Mei 2015
S
:
Sens
: Compos Mentis
TD
: 130/90 mmHg
HR
: 80x/i
RR
: 18x/i
Temp
: 36,8 oC
Anemis
Ikterik
Dispnoe
Sianosis
Oedema
Hidup
P
: - IVFD RL 30gtt/i
- Cefadroxil 2 x 500mg
- Rawatan Ekspektatif
:
Sens
: Compos Mentis
TD
: 120/90 mmHg
HR
: 80x/i
RR
: 18x/i
Temp
: 36,8 oC
Anemis
Ikterik
Dispnoe
Sianosis
Oedema
Anak Hidup
P
: - IVFD RL 30gtt/i
- Inj Cefriaxone igr/12jam
- Nifedipine 4x10mg
:
Sens
: Compos Mentis
TD
: 120/90 mmHg
HR
: 80x/i
RR
: 18x/i
Temp
: 36,8 oC
Anemis
Ikterik
Dispnoe
Sianosis
Oedema
3.79
Leukosit
11.70
Hematokrit
30.60
Trombosit
282
MCV
80.70
MCH
26.90
MCHC
33.30
RDW
14.3
Anak Hidup
P
: - Bed Rest
- IVFD RL 30gtt/i
- Inj Cefriaxone igr/12jam
- Nifedipine 4x10mg
:
Sens
: Compos Mentis
TD
: 120/90 mmHg
HR
: 80x/i
RR
: 18x/i
Temp
: 36,8 oC
Anemis
Ikterik
Dispnoe
Sianosis
Oedema
Anak Hidup
P
: - IVFD RL 20gtt/i
- Inj Cefriaxone igr/12jam
- Nifedipine 4x10mg
:
Sens
: Compos Mentis
TD
: 120/90 mmHg
HR
: 80x/i
RR
: 18x/i
Temp
: 36,8 oC
Anemis
Ikterik
Dispnoe
Sianosis
Oedema
: - IVFD RL 20gtt/i
BAB 5
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
Pasien Ny. DRH 27 tahun, G1P0A0, Islam, Batak, SMA, PNS datang
dengan keluhan keluar air-air dari kemaluan sebelum masuk rumah sakit. Cairan
yang keluar warna jernih bercampur lendir tanpa darah, tidak dapat ditahan,
volume 3-4xganti doek dalam 1 hari. Riwayat keputihan dijumpai +1 (+), gatal
(+), bau (-). Riwayat trauma (-), riwayat perut dikusuk (-), riwayat mules-mules
mau melahiran (-), riwayat keluar lendir darah (-).
Dari pemeriksaan fisik dijumpai, abdomen membesar simetris, TFU
1jari atas pusat, ballotement (+), gerak janin (+), DJJ (+). Dari pemeriksaan
ginekologi didapati tampak cairan mengenang di fornix posterior dan dibersihkan
dengan kasa steril, cairan berasal dari OUE. Dari pemeriksaan USG dijumpai
oligohidramnion. Pada pemeriksaan laboratorium, dijumpai trichomonas pada
urinanalisa.
Pada pasien
ini diberikan
DAFTAR PUSTAKA
26
situs
2900/Lapsus-KPD-singaraja.html .
diakses
http://www.scribd.com/doc/6174
27