Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


HALUSINASI

OLEH:
NIA NOVITA SARI
YUYUN HARDIYANTI YAHYA
ESTERIA APRIANA
HELENA AQUINO
PUTU GEDE BAGUS P.

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2012

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Filosofi tentang kesehatan jiwa bahwa individu memiliki harkat &
martabat sehingga masing-masing perlu dihargai, masing-masing individu
mempunyai potensi untuk berubah. Manusia adalah mahluk holistic yang
berinteraksi & bereaksi dgn lingkungan sbg manusia yg utuh. Masingmasing orang memiliki kebutuhan dasar yang sama. Semua perilaku
individu adalah bermakna. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran,
perasaan, dan tindakan, dll.
Pada tahun 2000 terdapat 7 masalah keperawatan yang terbanyak di
RSJ diantaranya halusinasi menduduki urutan kedua setelah perilaku
kekerasan. Pada kasus klien dengan Skizofrenia yang mempunyai gejala
utama penurunan persepsi sensori halusinasi. Jenis halusinasi yang umum
terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Gangguan
halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku kekerasan yang
membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungannya.
Terkait dengan hal tersebut di atas penulis merasa perlu untuk
melakukan
asuhan keperawatan beserta penatalaksanaan yang salah satunya adalah
TAK pada pasien gangguan jiwa, karena kasus pada klien jiwa dengan
halusinasi pendengaran cukup banyak terjadi. Selain masalah halusinasi
sendiri kebanyakan pasien jiwa dengan halusinasi juga mengalami
permasalahan kejiwaan lain seperti menarik diri, harga diri rendah kronis,
dan resiko tinggi perilaku kekerasan. TAK yang digunakan adalah TAK
stimulasi persepsi halusinasi.

1.2

Rumusan Masalah
Bagaimanakah pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada pasien jiwa
dengan halusinasi?

1.3

Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi aktivitas kelompok atau simulasi terapi
aktivitas kelompok (TAK) klien dapat meningkatkan kernampuan
dalam mempersepsikan simulasi yang dilakukan sehingga dapat
mengontrol halusinasinya.
b. Tujuan Khusus
1. Klien mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya
2. Klien mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya
3. Klien dapat memilih cara mengontrol halusinasinya
4. Klien dapat melaksanakan cara baru yang dipilih untuk mengontrol
halusinasinya

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan
yang lain, saling ketergantungan yang mempunyai norma yang sama (Stuart &
Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesaui keadaannya seperti agresif, takut, kebencian,
kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, menarik (Yalom, 1995 dalam
Stuart & Laraia, 2001).
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, dinama anggota
kelompokmemberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.
TUJUAN DAN FUNGSI KELOMPOK
Tujuan dari kelompok adalah membantu anggota yang berperilaku destruktif
dalam berhubungan dengan orang lain dan merubah perilaku maladaptif.
Kekuatan ada kelompok pada kontribusi dari setiap anggota kelompok dan
pemimpin kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.
Fungsi kelompok akan tercapai jika anggota kelompok berbagai pengalaman dan
saling membantu satu sama lain. Jika anggota kelompok berbagi cara mereka
menyelesaikan masalah maka kelompok berfungsi dengan baik. Kelompok
merupakan

laboratorium

interpersonal dan perilaku.

tempat

mencoba

dan

menemukan

hubungan

2.2 KOMPONEN KELOMPOK


Komponen kelompok ada 8 aspek sebagai berikut (Stuart & Laraia, 2001) :
a. Struktur kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan
keputusan dan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas
dan membantu mengatur pola perilaku dan interkasi.
Misalnya : Ada pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh
pemimpin, keputusan diambil secara bersama.
b. Besar kelompok
Jumlah kelompok yang nyaman pada kelompok kecil adalah 7-10 orang (Stuart
& Laraia, 2001), menurut Lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedangkan
Rawlims, Williams dan Beck (1993) adalah 5-10 orang jika terlalu besar maka
tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan,
pendapat dan pengalamannya. Jika terlalu kecil maka tidak cukup variasi dan
interksi yang terjadi.
c. Lamanya Sessi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang
rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia,
2001) biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap
kerja dengan finishing berupa terminasi. Banyaknya sessi tergantung pada
tujuan kelompok, dapat satu kali/ dua kali perminggu atau dapat direncanakan
sesuai kebutuhan.
d. Komunikasi
Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi
dan menganalisis pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan
umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok akan dinamika
yang terjadi.
Observasi komunikasi verbal dan non verbal merupakan elemen penting
tttermasuk hal hal berikut (Stuart & Laraia, 2001) :
1. Komunikasi tiap peserta
2. Rancangan tempat dan duduk (setting)
3. Tema umum yang diekspresikan
4. Frekuensi komunikasi dan orang yang dituju selama berkomunikasi.
5. Kemampuan anggota kelompok sebagai pandangan terhadap kelompok
6. Proses penyelesaian masalah yang terjadi

Pemimpin kelompok dapat mengkaji resistensi dalam kelompok, konflik


interpersonal, tingkat kompetisi dan seberapa jauh anggota kelompok mnegerti
dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti dan melaksanakan kegiatan.
e. Peran kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok dalam
kelompok. Ada 3 (tiga) peran dan fungsi kelompok dalam kerja kelompok yaitu
(Beme & Sheats, 1984 dalam Stuart & Laraia, 2001) maintenance roles dan
individual role. Maintenance, task roles dan individual role. Maintenance roles
yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles
yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self centered dan
distraksi pada kelompok. Secara rinci dapat dilihat dari tabel 1.
Tabel 1. Group Roles and Functions
Role
Maintenence Role
Encourager
Harmonizer
Compromizer
Gatekeeper
Follower
Rule maker
Problem solver

Function
To be a positive influence on the group
To make keep peace
To minimize conflict by seeking alternatives
To dtermine level of group acceptance of individual
members
To serve as an interested auidence
To set standards for group behaviors (such as time
and dress)
To solve problems to allow group to continue its
work

Task Role
Leader
Questioner
Facilitator
Summarizer
Evaluator
Initiator

To set directuon
To clarity issues and information
To keep the group focussed
To state current position of the group
To asses performance of the group
To begin group discussion

Individual Role
Vistim
Monopolizer
Seducer
Mute
Comploiner
Truant/ Letecomer
Moralist

To deflect responsibility from self


To actively seek control by incessant talking
To maintain diatance and gain personal attention
To seek control passively through silence
To descourage positive work and vent and anger
To invalidate significance of the group
To Serve as judge of wright and wrong

f. Kekuatan (power)
Kekuatan adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi
kelompok untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi
diperlukan kajian terhadap siapa yang paling banyak menerima perhatian, siapa
yang paling banyak mendengarkandan siapa yang membuat keputusan untuk
kelompok.
g. Norma
Norma adalah standar perilaku. Pengharapan akan perilaku kelompok pada
masa yang akan datang berdasarkan pengalamn masa lalu dan saat ini.
Pemahaman akan norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku
anggota kelompok dengan norma kelompok penting diterima sebagai anggota
kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap
pembrontak atau ditolak anggota kelompok lain.
h. Kohesivenes
Kohesivenes adalah kekuatan anggota kelompok bekerja bersama mencapai
tujuan. Hal ini memperngaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam
kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap
kelompok perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.
Pemimpin kelompok (Terapis) perlu melakukan upaya agar kohesivenes
kelompok dapat terwujud, seprti mendorong anggota kelompok bicara satu
sama lain, diskusi dengan kata kata kita, menyampaikan kesamaan anggota
kelompok, membantu anggota kelompok untuk mendengarkan yang lain
bicara. Kohesivenes perlu diukur melalui seberapa sering antar anggota
memberi pujian, mengungkapkan kekaguman.

2.3 PERKEMBANGAN KELOMPOK


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan
kembang. Pemimpin yang akan mengembangkan kelompok akan melalui 4 fase
yaitu (Stuart & Laraia, 2001) :
a. Fase pra kelompok
b. Fase awal kelompok
c. Fase kerja kelompok
d. Fase terminasi kelompok
a. Fase Pra Kelompok
Hal penting yang harus diperhatikan pada saat memulai kelompok adalah
tujuandari kelompok. Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku
pemimpin kelompok.
Proposal atau langkah langkah persiapan perlu dilakukan sebagai berikut :
Garis Besar Proposal Kelompok
Daftar tujuan : umum dan khusus
Daftar pemimpin kelompok disertai keahliannya
Daftar kerangka teoritis yang akan digunakan pemimpin untuk mencapai
tujuan
Daftar kriteria naggota kelompok
Uraian proses seleksi anggota kelompok
Uraian struktur kelompok :
- Tempat sessi
- Waktu sessi
- Jumlah anggota
- Jumlah sessi
- Perilaku anggota yang diharapkan
- Perilaku pemimpin yabg diharapkan
Uraian proses evaluasi anggota kelompok dan kelompok
Uaraian alat dan sumber yang dibutuhkan
Jika perlu, uraikan uraian yang akan dibutuhkan
b. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuk kelompok yang baru dan peran
yang baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini
menjadi 3 fase yaitu orientasi, konflik dan kohesif. Sedangkan Tuckmans
(1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi 3 fase yaitu : forming,
stroming dan norming.
1. Tahap Orientasi

Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan.
Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada tugas utama dan
melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasiaan, waktu peremuan,
struktur, kejujuran dan aturan komunikasi (hanya satu orang bicara pada
satu saat)
Norma yang berlaku, rasa memiliki atau kohesif antar anggota kelompok
diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
2. Tahap Konflik
Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini, sebagian ingin
pemimpin yang memutuskan, sebagian pemimpin lebih mengarahkan atau
sebaliknya anggota ingin berperan seabagai pemimpin. Adapula anggota
yang netral yang dapat membantu penyelesaian konflok peran yang terjadi.
Perasaan bermusuhan, yang ditampilkan baik antar anggota kelompok
maupun anggota pada pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin
perlu menfasilitasi ungkapan perasaan baik poasitif maupun negatif dan
membantu kelompok mengenali penyebab konflik dan mencegah perilaku
yang tidak produktif seperti kambing hitam.
3. Tahap Kohesif
Setelah melalui tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan ikatan
satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan.
Pada tahap ini anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya
memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan
penyelesaian masalah.
Pada akhir tahap ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak
perlu ditakutkan. Mereka belajar kesamaan dan perbedaan, anggota
kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang menjadi suatu realitas.
c. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini kelompok sudah menjadi tim. Walaupun mereka bekerja keras,
tetapi menyenangkan bagi anggota kelompok dan memimpin kelompok.
Kelompok menjadi stabil dan realistis.

Kekuatan terapeutik dapat tampak, seperti dijelaskan oleh Yolam dan


Vinogradov (1989) dalam Stuart dan Laraia (2001) yaitu 11faktor terapeutik
atau currative : memberi informasi, instalasi harapan, kesamaan, altruisme,
koreksi pengalaman, penegmbangan teknik interaksi sosial, peniruan perilaku
belajar hubungan interpersonal, faktor eksistensi, katansis, kekohesifan
kelompok.
Tugas utama pemimpin kelompok adalah membantu kelompok mencapai
tujuan, tetap menjaga kelompok ke arah pencapaian tujuan dan mengurangi
dampak dari faktor apa saja yang dapat mengurangi produktifitas kelompok.
Pemimipin bertindak sebagai konsultan.
Beberapa problem yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self
desclosure dan resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat akrab
berlomba mendapatkan perhatian pemimpin kelompok, tidak ada lagi
kerahasiaan, karena keterbukaan yang tinggi dan keengganan berubah perlu
diidentifikasi pemimpin kelompok agar segera melakukan strukturisasi.
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktifitas dan
kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada
kondisi ini kelompok segera masuk ke fase berikut yaitu perpisahan.
d. Fase Terminasi Kelompok
Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi
karena anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok.
Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian baik kelompok
maupun individu. Terminasi dilakukan setelah beberapa sessi dimana tiap sessi
memperhatikan pencapaian tertentu. Terminasi yang sukses ditandai oleh
perasaan perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara
individual pada kehidupan sehari hari.

Pada akhir sessi perlu dicatat ataudidokumentasikanproses yang terjadi berupa


notulen.
Garis Besar Notulen Sessi Kelompok
Tanggal _____________________

Sessi ke ___________

Anggota Kelompok :
Daftar anggota yang hadir (sebutka jika baru)
Daftar anggota yang terlambat
Daftar anggota yang absen
Daftar individuyang menyampaikan isu atau perilaku yang didiskusikan
Daftar tema kelompok
Identifikasi proses kelompok yang penting (pengembangan kelompok, peran dan
norma)
Identifikasi strategi kritis yang digunakan pemimpin
Daftar strategi pemimpin yang diusulkan
Prediksi respon anggota dan kelompok pada sessi berikut
2.4 MACAM-MACAM TERAPI KELOMPOK
Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan pada kelompok
dan terapi kelompok. Stuart da dapat dipimpin dan Laraia (2001) menguraikan
beberapa kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai tindakan

keperawatan. Misalnya task group, supportive group, brief therapy group,


intensiveproblem-solving group, medication group, activity therapy dan peer
support groups.
Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan bebrapa therapy kelompok seperti
analitik group psikoterapi, psikodrama, self-help groups, remotivation dan
redukasi, client goverment group,terapi akltivitas kelompok.
Rawlins, Williams dan Beck (1993) membagi kelompok menjadi 3 yaitu terapi
kelompok, kelompok terapeutik dan terapi aktivitas kelompok.
a. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan dimana klien ditemui dalam
rancangan waktu dengan tenaga yang memenuhi persyarat. Fokus terapi
kelompok adalah self- awareness, peningkatan hubungan interpersonal,
membuat perubahan atau ketiganya.
b. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial. Misalnya : kelompok ibu hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan penyakit, penyakit termianal.
Banyak kelompok terapeutik merupakan self-help group. Tujuan dari kelopok
ini

adalah:

1)

Mencegah

masalah

kesehatan,

2)

Mendidik

dam

mengembangkan potensi anggota kelompok, 3) Meningkatkan kualitas


kelompok.
c. Terapi aktivitas kelompok
Kelompok dibagi dalam kelompok sesuai dengan kebutuhan yang dibagi
menjadi 4 bagian yaitu stimulasi kognitif/persepsi, stimulasi sensoris, orientasi
realita dan sosialisasi.

Terapi aktivitas kelompok (TAK) sering menjadi terapi kelompok


tambahan. Secara rinci kegiatan TAK ada pada tabel 2
Tabel 2. Tujuan, tipe dan aktivitas
Tujuan
1. Mengembangkan
stimulasi kognitif

Tipe
Bibliotherapy

2. Mengembangkan
stimulasi sensori

Musik, seni, menari


Relaksasi

3. Mengembangkan
orientasi realitas

Kelompok orientasi
relitas, kelompok
validasi

4. Mengembangkan
sosialisasi

Kelompok
remotivasi
Kelompok
Mengingatkan

Aktivitas
Menggunakan artikel, buku,
sajak, puisi, sarat kapar untuk
merangsang
berpikir
dan
mengembangkan
hubungan
dengan orng lain.
Menyediakan
kegiatan
mengekspresikan perasaan
Belajar teknik relaksasidengan
cara nafas dalam, relaksai otot,
imajinasi.
Fokus pada orientasi waktu,
tempat dan orang; benar dan
salah;
bantu
memenuhi
kebutuhan.
Mengorientasikan
klien
menarik diri, regresi pada
realitas
Fokus pada mengingatkan
untuk menetapkan arti positif

Sejalan dengan terpi aktifitas kelompok yang dianggap tambahan, maka Lancaster
mengemukakan beberapa aktivitas yang digunakan pada TAK yaitu menggambar,
membaca puisi, mendengarkan musik, mempersiapkan meja makan

Wilson san Kneisi (1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan
teknik kreatif unruk memfasilitasi pengalaman seseorang dan meningkatkan
respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam
kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari dan literatur.

2.5

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

Terapi aktifitas kelompok dibagi 4 (empat) yaitu:


a.

Terapi aktifitas kelompok stinulasi kognitif/persepsi


Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada
tiap sesi. Dalam proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas dapt berupa : baca artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara tv,
pengalaman masa lalu yang mana proses persepsi klien maladaptif atau
destruktif misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan
negatif pada orang lain (ini stimulasi masa lalu).

b.

Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori


Aktifitas yang digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien.
Kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi/perasaan
melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah, ucapan. Biasanya klien yang tidak
mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terangsang sensoris emosi dan
perasaannya melalui aktifitas tertentu.
Aktifitas dapat berupa : musik, seni, menyanyi, menari. Jika diketahui hobi
klien sebelumnya, misalnya nyenyian kesukaan klien, dapar digunakan
sebagai stimulasi.

c.

Terapi aktifitas kelompok orientasi relalita

Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri klien
sendiri, orang lain yang ada di sekitar klien atau orang yang dekat dengan
klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu
saat ini dan mas lalu.
Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar.

d.

Terapi aktifitas kelompok sosialisasi


Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dan interpersonal (satu
dan satu), kelompok dan massa.
Aktifitas dapat berupa latihan dalam kelompoksemua kegiatan sosialisasi.

2.6

KUALIFIKASI TERAPIS

Rawlins, Williams dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu
dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok yaitu :
a. Persiapan teori melalui pendidikan formal, literatur, bacaan dan lokakarya.
b. Praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin kelompok.
c. Pengalaman mengikuti terapi kelompok.
Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah disiapkan secara
profesional.
American Nurses Association (ANA) menetapakan pada praktik keperawatan
psikiatri, klinikal spesialis dpat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikasi
dari ANA sebagai spesialis klinik dalam keperawaatan psikiatri-kesehatan jiwa
menjamin perawat mahir dn kompeten sebagai terapis kelompok.
The American Group Psychotherapy Association (AGPA) sebagai badan
akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal berpendidikan
master.

Banyak perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan


(TAK), persyaratan harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan
mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok dan terampil berfungsi sebagai
pemimpin.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
TAK stimulasi melatih klien mempersepsikan stimulus yang disediakan
atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam proses ini diharapkan respon klien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas dapat berupa membaca artikel/ majalah/ buku/ puisi, menonton
acara TV, pengalaman masa lalu yang mana proses persepsi klien menjadi
meladaptif atau destruktif misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan
pandangan negatif pada orang lain (ini stimulasi masa lalu)
4.2 Saran
Dukungan lingkungan dan orang terdekat serta perawat sangat dibutuhkan
untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri klien dalam bersosialisasi
dengan lingkungan/orang sekitar. Pasien yang menggunakan respon koping
yang adaptif umumnya akan belajar untuk meningkatkan tingkat aktualisasi
diri sehingga dibutuhkan perhatian yang intensif dan efektif serta terprogram

agar pasien menggunakan pemahaman diri yang lebih besar untuk


meningkatkan perubahan dan pertumbuhan diri.

Anda mungkin juga menyukai