OLEH:
NIA NOVITA SARI
YUYUN HARDIYANTI YAHYA
ESTERIA APRIANA
HELENA AQUINO
PUTU GEDE BAGUS P.
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Filosofi tentang kesehatan jiwa bahwa individu memiliki harkat &
martabat sehingga masing-masing perlu dihargai, masing-masing individu
mempunyai potensi untuk berubah. Manusia adalah mahluk holistic yang
berinteraksi & bereaksi dgn lingkungan sbg manusia yg utuh. Masingmasing orang memiliki kebutuhan dasar yang sama. Semua perilaku
individu adalah bermakna. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran,
perasaan, dan tindakan, dll.
Pada tahun 2000 terdapat 7 masalah keperawatan yang terbanyak di
RSJ diantaranya halusinasi menduduki urutan kedua setelah perilaku
kekerasan. Pada kasus klien dengan Skizofrenia yang mempunyai gejala
utama penurunan persepsi sensori halusinasi. Jenis halusinasi yang umum
terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Gangguan
halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku kekerasan yang
membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungannya.
Terkait dengan hal tersebut di atas penulis merasa perlu untuk
melakukan
asuhan keperawatan beserta penatalaksanaan yang salah satunya adalah
TAK pada pasien gangguan jiwa, karena kasus pada klien jiwa dengan
halusinasi pendengaran cukup banyak terjadi. Selain masalah halusinasi
sendiri kebanyakan pasien jiwa dengan halusinasi juga mengalami
permasalahan kejiwaan lain seperti menarik diri, harga diri rendah kronis,
dan resiko tinggi perilaku kekerasan. TAK yang digunakan adalah TAK
stimulasi persepsi halusinasi.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimanakah pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada pasien jiwa
dengan halusinasi?
1.3
Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi aktivitas kelompok atau simulasi terapi
aktivitas kelompok (TAK) klien dapat meningkatkan kernampuan
dalam mempersepsikan simulasi yang dilakukan sehingga dapat
mengontrol halusinasinya.
b. Tujuan Khusus
1. Klien mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya
2. Klien mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya
3. Klien dapat memilih cara mengontrol halusinasinya
4. Klien dapat melaksanakan cara baru yang dipilih untuk mengontrol
halusinasinya
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan
yang lain, saling ketergantungan yang mempunyai norma yang sama (Stuart &
Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesaui keadaannya seperti agresif, takut, kebencian,
kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, menarik (Yalom, 1995 dalam
Stuart & Laraia, 2001).
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, dinama anggota
kelompokmemberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.
TUJUAN DAN FUNGSI KELOMPOK
Tujuan dari kelompok adalah membantu anggota yang berperilaku destruktif
dalam berhubungan dengan orang lain dan merubah perilaku maladaptif.
Kekuatan ada kelompok pada kontribusi dari setiap anggota kelompok dan
pemimpin kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.
Fungsi kelompok akan tercapai jika anggota kelompok berbagai pengalaman dan
saling membantu satu sama lain. Jika anggota kelompok berbagi cara mereka
menyelesaikan masalah maka kelompok berfungsi dengan baik. Kelompok
merupakan
laboratorium
tempat
mencoba
dan
menemukan
hubungan
Function
To be a positive influence on the group
To make keep peace
To minimize conflict by seeking alternatives
To dtermine level of group acceptance of individual
members
To serve as an interested auidence
To set standards for group behaviors (such as time
and dress)
To solve problems to allow group to continue its
work
Task Role
Leader
Questioner
Facilitator
Summarizer
Evaluator
Initiator
To set directuon
To clarity issues and information
To keep the group focussed
To state current position of the group
To asses performance of the group
To begin group discussion
Individual Role
Vistim
Monopolizer
Seducer
Mute
Comploiner
Truant/ Letecomer
Moralist
f. Kekuatan (power)
Kekuatan adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi
kelompok untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi
diperlukan kajian terhadap siapa yang paling banyak menerima perhatian, siapa
yang paling banyak mendengarkandan siapa yang membuat keputusan untuk
kelompok.
g. Norma
Norma adalah standar perilaku. Pengharapan akan perilaku kelompok pada
masa yang akan datang berdasarkan pengalamn masa lalu dan saat ini.
Pemahaman akan norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku
anggota kelompok dengan norma kelompok penting diterima sebagai anggota
kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap
pembrontak atau ditolak anggota kelompok lain.
h. Kohesivenes
Kohesivenes adalah kekuatan anggota kelompok bekerja bersama mencapai
tujuan. Hal ini memperngaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam
kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap
kelompok perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.
Pemimpin kelompok (Terapis) perlu melakukan upaya agar kohesivenes
kelompok dapat terwujud, seprti mendorong anggota kelompok bicara satu
sama lain, diskusi dengan kata kata kita, menyampaikan kesamaan anggota
kelompok, membantu anggota kelompok untuk mendengarkan yang lain
bicara. Kohesivenes perlu diukur melalui seberapa sering antar anggota
memberi pujian, mengungkapkan kekaguman.
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan.
Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada tugas utama dan
melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasiaan, waktu peremuan,
struktur, kejujuran dan aturan komunikasi (hanya satu orang bicara pada
satu saat)
Norma yang berlaku, rasa memiliki atau kohesif antar anggota kelompok
diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
2. Tahap Konflik
Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini, sebagian ingin
pemimpin yang memutuskan, sebagian pemimpin lebih mengarahkan atau
sebaliknya anggota ingin berperan seabagai pemimpin. Adapula anggota
yang netral yang dapat membantu penyelesaian konflok peran yang terjadi.
Perasaan bermusuhan, yang ditampilkan baik antar anggota kelompok
maupun anggota pada pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin
perlu menfasilitasi ungkapan perasaan baik poasitif maupun negatif dan
membantu kelompok mengenali penyebab konflik dan mencegah perilaku
yang tidak produktif seperti kambing hitam.
3. Tahap Kohesif
Setelah melalui tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan ikatan
satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan.
Pada tahap ini anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya
memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan
penyelesaian masalah.
Pada akhir tahap ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak
perlu ditakutkan. Mereka belajar kesamaan dan perbedaan, anggota
kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang menjadi suatu realitas.
c. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini kelompok sudah menjadi tim. Walaupun mereka bekerja keras,
tetapi menyenangkan bagi anggota kelompok dan memimpin kelompok.
Kelompok menjadi stabil dan realistis.
Sessi ke ___________
Anggota Kelompok :
Daftar anggota yang hadir (sebutka jika baru)
Daftar anggota yang terlambat
Daftar anggota yang absen
Daftar individuyang menyampaikan isu atau perilaku yang didiskusikan
Daftar tema kelompok
Identifikasi proses kelompok yang penting (pengembangan kelompok, peran dan
norma)
Identifikasi strategi kritis yang digunakan pemimpin
Daftar strategi pemimpin yang diusulkan
Prediksi respon anggota dan kelompok pada sessi berikut
2.4 MACAM-MACAM TERAPI KELOMPOK
Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan pada kelompok
dan terapi kelompok. Stuart da dapat dipimpin dan Laraia (2001) menguraikan
beberapa kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai tindakan
adalah:
1)
Mencegah
masalah
kesehatan,
2)
Mendidik
dam
Tipe
Bibliotherapy
2. Mengembangkan
stimulasi sensori
3. Mengembangkan
orientasi realitas
Kelompok orientasi
relitas, kelompok
validasi
4. Mengembangkan
sosialisasi
Kelompok
remotivasi
Kelompok
Mengingatkan
Aktivitas
Menggunakan artikel, buku,
sajak, puisi, sarat kapar untuk
merangsang
berpikir
dan
mengembangkan
hubungan
dengan orng lain.
Menyediakan
kegiatan
mengekspresikan perasaan
Belajar teknik relaksasidengan
cara nafas dalam, relaksai otot,
imajinasi.
Fokus pada orientasi waktu,
tempat dan orang; benar dan
salah;
bantu
memenuhi
kebutuhan.
Mengorientasikan
klien
menarik diri, regresi pada
realitas
Fokus pada mengingatkan
untuk menetapkan arti positif
Sejalan dengan terpi aktifitas kelompok yang dianggap tambahan, maka Lancaster
mengemukakan beberapa aktivitas yang digunakan pada TAK yaitu menggambar,
membaca puisi, mendengarkan musik, mempersiapkan meja makan
Wilson san Kneisi (1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan
teknik kreatif unruk memfasilitasi pengalaman seseorang dan meningkatkan
respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam
kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari dan literatur.
2.5
b.
c.
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri klien
sendiri, orang lain yang ada di sekitar klien atau orang yang dekat dengan
klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu
saat ini dan mas lalu.
Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar.
d.
2.6
KUALIFIKASI TERAPIS
Rawlins, Williams dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu
dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok yaitu :
a. Persiapan teori melalui pendidikan formal, literatur, bacaan dan lokakarya.
b. Praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin kelompok.
c. Pengalaman mengikuti terapi kelompok.
Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah disiapkan secara
profesional.
American Nurses Association (ANA) menetapakan pada praktik keperawatan
psikiatri, klinikal spesialis dpat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikasi
dari ANA sebagai spesialis klinik dalam keperawaatan psikiatri-kesehatan jiwa
menjamin perawat mahir dn kompeten sebagai terapis kelompok.
The American Group Psychotherapy Association (AGPA) sebagai badan
akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal berpendidikan
master.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
TAK stimulasi melatih klien mempersepsikan stimulus yang disediakan
atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam proses ini diharapkan respon klien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas dapat berupa membaca artikel/ majalah/ buku/ puisi, menonton
acara TV, pengalaman masa lalu yang mana proses persepsi klien menjadi
meladaptif atau destruktif misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan
pandangan negatif pada orang lain (ini stimulasi masa lalu)
4.2 Saran
Dukungan lingkungan dan orang terdekat serta perawat sangat dibutuhkan
untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri klien dalam bersosialisasi
dengan lingkungan/orang sekitar. Pasien yang menggunakan respon koping
yang adaptif umumnya akan belajar untuk meningkatkan tingkat aktualisasi
diri sehingga dibutuhkan perhatian yang intensif dan efektif serta terprogram