Anda di halaman 1dari 47

Stroke NonHemoraghic

Pembimbing
Dr. Sholihul M SpS.Msi.Med
Oleh
Dentiama Jayaprawira

Pendahuluan
Stroke adalah serangan terhadap otak di mana adanya
gangguan aliran darah menuju otak. Stroke merupakan
salah satu kegawatan medis. Stroke dapat menyerang
segala usia. Penelitian WHO MONICA menunjukkan
bahwa insidensi stroke bervariasi antara 48 sampai 240
per 100000 per tahun pada populasi usia 45 sampai 54
tahun. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan
insidensi stroke pada usia dibawah 55 tahun adalah
113,8 per 100000 orang per tahun.

Identitas pasien
No.Rekam Medik
: 420710
Nama : Tn. AW
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Suku bangsa : Betawi
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil PEMDA DKI
Tanggal masuk : 08-06-2015
Dirawat yang ke
:1
Tanggal diperiksa
: 09-06 2015 (Perawatan hari ke-2)

Anamnesis (alloanamnesis ke istri)


Keluhan Utama : Kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan
sejak 8 jam SMRS
Keluhan Tambahan : Bicara pasien pelo dan mengeluh tidak dapat
menelan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 08 Juni 2015
dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan sejak 8
jam SMRS. Keluhan tersebut muncul secara tiba-tiba saat pasien sedang
beristirahat duduk sambil minum teh. Selain itu pada saat yang
bersamaan pasien juga tiba-tiba bicaranya pelo dan bibir mencong ke
sebelah kanan, namun sejak saat masuk IGD bibir sudah tidak mencong
kembali.

Menurut keterangan istri pasien setelah kejadian


kelemahan tersebut diberikan makan dan minum pasien
tidak dapat menelan. Pasien tidak memiliki keluhan
berupa mual, muntah, kejang dan nyeri kepala. Pasien
juga tidak ada keluhan BAB dan BAK. Pasien memiliki
riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, namun tidak
pernah kontrol dan mengkonsumsi obat secara rutin.
Dahulu pasien memiliki kebiasaan merokok ketika
berusia muda, namun berhenti merokok 5 tahun terakhir.
Keluhan seperti ini baru pertama kali dikeluhkan oleh
pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi : Ada, sejak 10 tahun yang lalu dan tidak terkontrol.


Pasien tidak meminum obatnya secara teratur.
Diabetes Mellitus : Disangkal
Sakit Jantung

: Disangkal.

Trauma : Disangkal.
Sakit kepala sebelumnya : beberapa bulan yang lalu pasien
mengeluh nyeri kepala dan tegang dileher belakang. Namun akhirakhir ini pasien sudah tidak mengeluh nyeri kepala.
Kegemukan : Disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada.
Riwayat Kelahiran / Pertumbuhan / Perkembangan
:
Tidak ada.

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Gizi : Baik
BB: 65 kg,TB: 168 cm, BMI : 23.03 (18.50-24.99) Normal
Tanda Tanda Vital

Tekanan Darah Kanan : 170 / 100 mmHg


Tekanan Darah Kiri : 170 / 100 mmHg
Nadi Kanan : 120x / menit
Nadi Kiri : 118 x / menit
Pernafasan : 32 x / menit
Suhu : 36,7oC (per aksila).

Limfonodi : Tidak teraba pembesaran KGB


Jantung: Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).
Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Hepar : Tidak teraba.
Lien : Tidak teraba.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), perfusi < 2 detik.
Status Psikiatris
Tingkah laku: Baik, wajar.
Perasaan hati : Tidak dapat dinilai.
Orientasi : Tidak dapat dinilai.
Jalan fikiran : Tidak dapat dinilai.
Daya ingat : Tidak dapat dinilai.

Status Neurologis
Tingkah Kesadaran : Kompos mentis E4M6VA GCS10A
Sikap tubuh : Berbaring terlentang.
Cara berjalan : Tidak dapat dinilai.
Gerakan abnormal

: tidak ada.

Kepala
Bentuk : Normocepal.
Simetris

: Simetris.

Pulsasi : Teraba pulsasi arteri temporalis (+/+).


Nyeri tekan : Tidak ditemukan.
Leher
Sikap

: Normal.

Gerakan : Bebas ke segala arah..


Vertebra : Dalam batas normal.
Nyeri tekan : Tidak ditemukan.

Tanda Rangsang Meningealkanan


Kaku Kuduk :
(-)
Laseque
Kernig

: > 700
: > 1350

Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II: (-)

> 700
> 1350
(-)
(-)

kiri

Nervi Cranialis

kanan

kiri

N. I (Olfaktorius)
Daya penghidu

: Normosmia

Normosmia

N. II (Optikus)
Ketajaman penglihatan
Pengenalan warna

: > 6/60

> 6/60

: Tidak dapat dinilai

Lapang pandangan : Tidak dapat dinilai


Fundus

: Tidak dapat dinilai

N. III (Okulomotorius) / N. IV (Trokhlearis) / N. VI (Abdusens)


Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Nistagmus

: (-) (-)

Eksoftalmus : (-) (-)


Enoftalmus : (-) (-)
Gerakan Bola Mata

Lateral : (+) (+)


Medial : (+) (+)
Atas Lateral : (+) (+)
Atas Medial : (+) (+)
Bawah Lateral : (+) (+)
Bawah Medial : (+) (+)
Atas : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Gaze : Baik ke segala sisi

Pupil

Ukuran Pupil : 3 mm3 mm


Bentuk Pupil : Bulat Bulat
Isokor / Anisokor : Isokor
Posisi : Di tengah
Refleks Cahaya Langsung : (+)
Refleks Cahaya Tidak Langsung :
Refleks Akomodasi / Konvergensi:

(+)
(+)
(+)

(+)
(+)

N. V (Trigeminus) kanan kiri


Menggigit : (+) (+)
Membuka mulut : (+) (+)
Sensibilitas
Atas : (+) (+)
Tengah : (+) (+)
Bawah : (+) (+)

Refleks masseter : (+) normal (+) normal


Refleks zigomatikus : (-) (-)
Refleks kornea : (+) (+)
Refleks bersin : Tidak dilakukan

N.V II (Fasialis)
Pasif:
Kerutan kulit dahi : (+) simetris
Kedipan mata : (+) simetris
Lipatan nasolabial

(+)

(+)

: Lipatan sebelah kanan tertinggal

Sudut mulut : Sudut sebelah kanan tertinggal


Aktif:
Mengerutkan dahi

: (+) simetris

Mengerutkan alis : (+) simetris


Menutup mata : (+) simetris

(+)

(+)

(+)

Meringis : Sudut sebelah kanan tertinggal


Menggembungkan pipi :sudut sebelah kanan tertinggal
Gerakan bersiul

: simetris

Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan


Hiperlakrimasi : (-) (-)
Lidah kering : (-)

N. VIII (Akustikus)
Mendengar suara gesekan jari tangan:

(+) (+)

Mendengar detik arloji : (+) (+)


Tes Schwabach:

Tidak dilakukan

Tes Rinne : Tidak dilakukan


Tes Weber: Tidak dilakukan
N. IX (Glossofaringeus)
Arkus faring : Simetris.
Posisi uvula : Di tengah (sentral), tidak deviasi.
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang :
Refleks muntah

: Tidak dilakukan.

Tidak dilakukan.

N. X (Vagus)
Denyut nadi : Teraba reguler, ekual.
Arkus faring : Simetris.
Bersuara : Jelas, tidak sengau.
Menelan : tersedak
N. XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala

: Baik Baik

Sikap bahu : Simetris, sama tinggi.


Mengangkat bahu

: (+) (+)

N. XII (Hipoglossus)
Menjulurkan lidah: Deviasi ke sebelah kanan
Kekuatan lidah :
Kurang
Atrofi lidah : Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Artikulasi : Terganggu (pelo)
Tremor lidah : Tidak tampak

Gerakan
Terbatas

Bebas

Terbatas

Bebas

Kekuatan
1

Tonus
Normotonus

Normotonus

Normotonus

Normotonus

Trofi : eutrofi keempat ekstremitas

Refleks Fisiologis kanan kiri


Refleks Tendon
Refleks Biceps : (++) (++)
Refleks Triceps : (++) (++)
Refleks Patella : (++) (++)
Refleks Achilles

: (++) (++)

Refleks Periosteum : Tidak dilakukan


Refleks Permukaan
Dinding perut : (+) (+)
Kremaster

: Tidak dilakukan

Sfingter Ani : Tidak dilakukan

Refleks Patologis
Hoffman Trommer

: (-) (-)

Babinski : (-) (-)


Chaddock : (-) (-)
Oppenheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaeffer : (-) (-)
Rosollimo : (-) (-)
Mendel Bechterew : (-) (-)
Klonus paha : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)

Sensibilitas
Eksteroseptif
Nyeri

: Baik Baik

Suhu: Baik Baik


Taktil : Baik Baik
Proprioseptif
Vibrasi : Tidak dilakukan
Posisi

: Baik Baik

Tekan dalam:

Baik Baik

Koordinasi dan Keseimbangan


Tes Romberg: tidak dapat dilakukan
Tes Tandem : tidak dapat dilakukan
Tes Fukuda : tidak dapat dilakukan
Disdiadokokinesis: tidak dapat dilakukan
Rebound phenomenon : tidak dapat dilakukan
Dismetri : tidak dapat dilakukan
Tes telunjuk hidung : tidak dapat dilakukan
Tes telunjuktelunjuk : tidak dapat dilakukan
Tes tumit lutut : tidak dapat dilakukan

Fungsi Otonom
Miksi
Inkontinensia

: tidak ada

Retensi : tidak ada


Anuria : tidak ada
*Pasien ini dipasang kateter
Defekasi
Inkontinensia : tidak ada
Retensi : tidak ada

Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : Afasia motorik
Fungsi orientasi : tidak dapat dinilai
Fungsi memori : tidak dapat dinilai
Fungsi emosi : tidak dapat dinilai
Fungsi kognitif : tidak dapat dinilai

Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Hematologi Rutin
Hemoglobin

15 g/dL

13 18 g/dL

Hematokrit

45 %

40 - 52%

Eritrosit

5,6 juta/L

4,3 6,0 juta/L

Leukosit

6900 /L

4000 10000 /L

Trombosit

207000 /L

150000 400000 /L

MCV

80 fL

80 96 fL

MCH

27 pg

27 32 pg

MCHC

33 g/dL

32 36 g/dL

Ureum

3,0 mg/dL

2,0 5,0 mg/dL

Kreatinin

1,5 mg/dL

0,5 1,5 mg/dL

Glukosa Darah (Sewaktu)

138 mg/dL

< 140 mg/ dL

Natrium (Na)

143 mmol/L

135 - 147 mmol/L

Kalium (K)

3,1 mmol/L

3,5 5,0 mmol/L

Klorida (Cl)

105 mmol/L

95 105 mmol/L

Aseton

- / Negatif

- / Negatif

Kimia Klinik

Hasil pemeriksaan CT Scan kepala non kontras


tanggal 8 Juni 2015
Kesan: Infark akut di korteks temporoparietal kiri, infark
di basal ganglia kanan kiri, thalamus kanan kiri dan
pons, dan atrofi cerebri senilis.
Hasil pemeriksaan Rontgen thoraks tanggal 8 Juni
2015
Kesan: LVH; AV resiko emboli. Tak tampak kelainan
pada paru.

Resume
Pasien laki-laki datang dengan keluhan pada anggota gerak
sebelah kanan sejak 8 jam SMRS, keluhan muncul secara tibatiba saat pasien sedang istirahat duduk. Pada saat yang
bersamaan pasien tiba-tiba bicaranya pelo dan saat diberikan
makan dan minum terlihat tersedak.
Pasien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih sudah 10 tahun,
tetapi tidak terkontrol. Riwayat merokok dan berhenti kurang
lebih 5 tahun yang lalu. Keluhan yang dialami pasien tersebut
baru pertama kali dirasakannya.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, tekanan darah
170/100 mmHg.Suhu afebris.Status internus lainnya ditemukan
dalam batas normal.Status psikiatris dalam batas normal.

Status neurologis:
Kesadaran: kompos mentis GCS 10A
Gerakan abnormal: (-)
Tanda rangsang meningeal: (-)
Nervus kranialis:
Parese N VII dextra
Parese N XII dextra
Motorik
Gerakan: Bebas pada anggota gerak kiri dan sulit di gerakan
pada anggota gerak kanan.
1 1 1 1 5 5 5 5
Kekuatan
1

Refleks fisiologis
Biceps : (++) / (++)
Triceps : (++) / (++)
Patella : (++) / (++)
Achiless : (++) / (++)
Fungsi luhur bahasa: afasia motorik
Hasil pemeriksaan penunjang:
CT Scan kepala :
Infark akut di korteks temporoparietal kiri, infark di basal
ganglia kanan kiri, thalamus kanan kiri dan pons, dan atrofi
cerebri senilis.
Rontgen thoraks AP: LVH; AV resiko emboli. Tak tampak kelainan
pada paru.

Diagnosis
Diagnosa Klinis:

Hemiparese dekstra
Parese N VII dekstra tipe central
Parese N XII dekstra tipe central
Parese N X
Susp. Parese N IX

Diagnosa Topik: Hemisfer cerebri sinistra


Diagnosa Etiologi: Stroke Non Hemoragik
Diagnosa Banding: parese N VII perifer

Penatalaksanaan
Pengelolaan umum
Breathing Diberikan Oksigen 2-4 L/menit
Blood pantau tekanan darah setiap jam 12 siang, jam 5 sore, jam 10
malam, dan jam 5 pagi.
Brain pemberian citicoline sebagai neuroprotektor.
Bladder pasien dipasang folley kateter untuk memudahkan urinasi.
Bowel Infus Ringer Laktat 1000 ml / 24 jam. kebutuhan cairan dan
kalori terus dipantau, dan pasien masih dapat makan dan minum per oral.
Bone cegah terjadinya dekubitus, posisi pasien miring kanan dan kiri
bergantian. Pasien koperatif, dapat melakukannya sendiri walau kadangkadang butuh bantuan karena adanya kelemahan pada sisi kiri pasien.

Medika mentosa:
Terapi dari departemen neurologi:
Injeksi Citicoline 500 mg/ 12 jam
Clopidogrel 75 mg/ 24 jam PO
Terapi Hipertensi :
Captopril 12,5 mg / 8 jam PO
Terapi Lainnya :
Ranitidin 1 amp
Non Medikamentosa:
Pengendalian faktor resiko, pada pasien ini adalah hipertensi dan kadar gula
darah. Dengan makan makanan rendah garam, rendah kolesterol dan diet
diabetes sesuai jumlah kebutuhan kalori.
Fisioterapi ntuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
pasien stroke, sehingga mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien
untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya.

Pemeriksaan Anjuran:
MRI kepala non kontras untuk melihat dengan lebih
jelas dan lebih teliti lagi adanya lesi atau sesuatu yang
abnormal pada jaringan dan vaskularisasi otak.
Profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida)

Follow Up :
Hari ke-3 rawatan (10Juni 2015) :
S : Kelemahan pada anggota gerak kiri, bicara masih pelo
O : TD 170/100 mmHg, Nadi 71 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu
36,3C
Kesadaran : CM, GCS : 10A
N. Cranialis :
N. VII Pasif : normal
N. VII Aktif : Saat pasien meringis, bagian sebelah kanan sudut bibir
pasien tertinggal.
N. XII : Lidah deviasi ke sebelah kanan, kekuatan otot lidah
membaik, dan artikulasi terganggu.
Motorik :
4 4 4 4 5 5 5 5
Kekuatan
4 4 4 4 5 5 5 5

Refleks Fisiologis : hiperefleks pada anggota gerak sebelah kanan


Refleks Patologis : A:
Diagnosa Klinis:

Hemiparese dekstra
Parese N VII dekstra tipe central
Parese N XII dekstra tipe central
Parese N X
Susp. Parese N IX

Diagnosa Topik: Hemisfer cerebri sinistra


Diagnosa Etiologi: Stroke Non Hemoragik
P : Ringer laktat 1000 ml / 24 jam
Citicoline 1000 mg / 12 jam
Rantin 1 amp
Captopril 12,5 / 8 jam PO
Clopidogrel 75 mg / 24 jam PO

Hari ke-4 rawatan (11 Juni 2015) :


S : Kelemahan pada anggota gerak kiri, bicara masih pelo
O : TD 170/90 mmHg, Nadi 76 x/menit, RR 17 x/menit, Suhu 36
C
Kesadaran : CM, GCS : 10A
N. Cranialis :
N. VII Pasif : normal
N. VII Aktif : Saat pasien meringis, bagian sebelah kanan sudut
bibir pasien tertinggal.
N. XII : Lidah deviasi ke sebelah kanan, kekuatan otot lidah
normal, dan artikulasi masih terganggu.
Motorik :
4 4 4 4 5 5 5 5
4 4 4 4 5 5 5 5
Kekuatan

Refleks Fisiologis : hiperefleks pada anggota gerak sebelah kanan


Refleks Patologis : negatif
A:
Diagnosa Klinis:

Hemiparese dekstra
Parese N VII dekstra tipe central
Parese N XII dekstra tipe central
Parese N X
Susp. Parese N IX

Diagnosa Topik: Hemisfer cerebri sinistra


Diagnosa Etiologi: Stroke Non Hemoragik
P : Ringer laktat 1000 ml / 24 jam
Citicoline 1000 mg / 12 jam
Rantin 1 amp
Captopril 12,5 / 8 jam PO
Clopidogrel 75 mg / 24 jam PO

Prognosis
Ad
Ad
Ad
Ad

vitam
: Bonam
fungsionam
: Dubia ad bonam
sanam : Dubia ad bonam
cosmeticum: Bonam

Analisis Kasus
Diagnosa etiologik Stroke Non Hemoragik (SNH) ditegakkan
berdarsarkan anamnesa dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa
didapatkan onset terjadi mendadak pada saat pasien sehabis
beristirahat, pada pasien ini kelemahan terjadi secara tiba-tiba saat
pasien bangun tidur. Hal ini merupakan ciri khas dari SNH yang terjadi
saat pasien dalam keadaan tidak beraktivitas. Lalu pasien memiliki
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dari 10 tahun yang lalu. Pasien
memiliki kebiasaan merokok sejak berpuluh tahun yang lalu. tetapi
pasien telah berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Semua hal ini
merupakan suatu factor resiko yang mencetuskan terjadinya serangan
stroke. Gangguan vaskular pada pasien ini hipertensi grade II yang tak
terkontrol merupakan faktor resiko yang besar pencetus stroke.
Kebiasaan pasien merokok memperburuk dan memperbesar
kemungkinan terjadinya stroke.

Tanpa pemeriksaan CT-Scan kepala, diagnosa klinis SNH


dapat ditegakkan melalui pemakaian scoring stroke.
Pada pasien ini saya menggunakan algoritma stroke
gajah mada. Pada algoritma stroke gajah mada ada 3
poin yang dinilai yaitu, penurunan kesadaran, nyeri
kepala, dan reflex Babinski. Pada pasien ini tidak
terdapat penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan reflex
patologis Babinski negative. Sesuai dengan algoritma
stroke gajah mada, apabila ketiganya negatif, maka
pasien ini di diagnosis sebagai stroke iskemik akut atau
stroke infark.

Untuk diagnosis banding untuk kasus ini adalah stroke hemoragik.


Stroke hemoragik dapat disingkirkan dari anamnesis pasien. Pada stroke
hemoragik, serangan biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas,
seperti bekerja atau berolah raga. Tetapi pada pasien ini, serangan
terajdi saat pasien bangun tidur. Pada pasien ini tidak terjadi penurunan
kesadaran yang biasanya terjadi pada stroke hemoragik. Pada pasien ini
ujga tidak ditemui adanya peningkatan TIK yang biasanya terjadi pada
stroke hemoragik. Pada algoritma stroke gajah mada kasus pasien ini
sudah jelas mengarah ke arah stroke non hemoragik, karena dari ketiga
komponen penilaian skor, hanya reflex patologis Babinski saja yang
postif. Lalu diperkuat juga dengan pemeriksaan penunjang yaitu CTScan kepala pasien yang mengindikasikan bahwa memang ada infark
yang letak di hemisfer cerebri kanan

Patofisiologis pada kasus ini adalah infark iskemik


cerebri yang erat hubungannya dengan plak
aterosklerosis dan arteriosclerosis. Plak ini dapat
menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis
dengan cara menyempitkan lumen pembuluh darah,
oklusi mendadak pembuluh darah, dapat terbentuk
thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli, dan
dapat juga menyebabkan anurisma. Hal ini semua
menyebabkan suplai darah ke otak berkurang,
akibatnya oksigen yang dibutuhkan oleh otak juga
berkurang sehingga otak kekurangan oksigen
(hipoksia).

Keadaan normal aliran darah otak adalah 50 ml/100 gr. Keadaan ini
akan dipertahankan oleh autoregulasi pembuluh darah otak. Bila
tekanan aliran darah otak menurun antara 20-50 ml/100 gr/menit,
maka terjadi penambahan pemakaian oksigen oleh jaringan otak
tanpa disertai gangguan dari fungsinya. Bila penurunan aliran draah
otak mencapai 10-20 ml/100 gr/menit, terjadi kegagalan aktivitas
listrik neuronal dan sebagian struktur intra sel berada dalam proses
disintegrasi dan terajdi edema intraseluler. Pada keadaan ini timbul
deficit neurologis. Kematian sel terjadi aliran darah otak kurang dari
10 ml/100 gr/menit diakibatkan oleh kegagalan energi sehingga K +
keluar dan Ca++ masuk kedalam sel. Berkurangnya aliran darah otak
akibat thrombosis, emboli atau hemodinamik akan menyebabkan
keadaan iskemia di suatu bagian otak.

Penatalaksanaan dalam penanganan kasus ini adalah dengan


memberikan anti platelet seperti clopidogrel atau aspirin. Pemberian obat
ini dimaksudkan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. Untuk menjaga
kestabilan tekanan darah, pasien diberi medika mentosa kaptopril
(antihipertensi golongan ACE Inhibitor) untuk menurunkan dan
menstabilkan tekanan darah.
Pemberian citicoline pada pasien ini diberikan sebagai neuroprotektif,
menjaga dan memperbaiki membran neuron, meningkatkan ketersediaan
neurotransmiter, meningkatkanmetabolisme glukosa di otak dan
meningkatkan aliran darah otak, mengurangi stress oksidatif dan respon
inflamasi yang berlebihan, menurunkan konsentrasi glutamat yang
meningkat, dan memperbanyak konsentrasi ATP yang menurun pada saat
terjadi iskemi.

Untuk stroke non hemoragik, prognosisnya selalu lebih baik dibanding


stroke hemoragik. Pada pasien ini, walaupun serangan stroke kali ini bukan
untuk pertama kalinya, perkembangan yang ditunjukkan pasien cukup
pesat. Perawatan hari ke-3 memperliatkan kekuatan motoric sebelah kiri
pasien sudah membaik. Gerak dari anggota gerak kirinya sudah mulai
leluasa dan bebas ke segala arah. Lalu saraf karanialis VII yang parese juga
mengalami perbaikan pada harii ke-3 perawatan. Saat pasif sudaht terlihat
normal, tidak ada deviasi dari nasolabial dan sudut mulut. Hanya saja saat
digerakkan aktif masih terlihat deviasi. Untuk saraf XII pasien juga
mengalami perbaikan, terlihat dari kekuatan otot pasien juga mulai
membaik, terlihat dari kekuatan otot lidah pasien walau bicara pasien masih
pelo. Untuk ad vitamnya pasien ini bonam asal mau mengurangi atau
menghilangkan faktor resiko yang ada. Untuk ad cosmeticum pada pasien
ini bagus, tidak terjadi kecatatan pada tubuh pasien.

Anda mungkin juga menyukai