Anda di halaman 1dari 26

Ekstraksi

1. Pengertiaan
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari
ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
2. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam
kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang
sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,
flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat
digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini
diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia
tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya
dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali
membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan
sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian
ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi
penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.
Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk
menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan
tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses
ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel.
3. Prinsip ekstraksi
Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan
yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3
jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan
berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat
yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
Prinsip Soxhletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat
aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di
KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu
berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel
sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan
minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu
akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam
corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.
Prinsip Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat
oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10 C di bawah titik

didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan
pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu
alas bulat penampung.

Prinsip Ekstraksi Cair-Cair


Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2
fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase
pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk
dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut
sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis


Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan
oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik
mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia
tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda
berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

Prinsip Penampakan Noda


a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada
lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan
oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi.

b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada
noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat
terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan
kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari
zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih
panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
4. Jenis Ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin
Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup

lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk
bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk
Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon
Keuntungan metode ini adalah :
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
o Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya


dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
o Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini
untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan,
karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam
wadah.
Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan
langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya
adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien.
2. Ekstraksi secara panas
Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampelsampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan
sejumlah manipulasi dari operator.
Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak


menguap (esensial) dari sampel tanaman
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai
titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
Sumber :

Ditjen POM, (1986), "Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Wijaya H. M. Hembing (1992), Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Cet 1 ,


Jakarta .

Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta

Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun Praktikum Fitokimia. UIN

Alauddin: Makassar. 24-26.

Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB:
Bandung. 3-5.

Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) : adalah sediaan cair
yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan
air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu
sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Apa yang
disebut bahan nabati, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah simplisia nabati.
Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari
tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya.

Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun
hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur
air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur
air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode
Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika
simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam,
cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif
dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya
larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat
aktif (nol%) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan
muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai
keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan
berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel
akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.
Keuntungan dari metode ini :
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
2. Beaya operasionalnya relatif rendah
3. Prosesnya relatif hemat penyari
4. Tanpa pemanasan
Kelemahan dari metode ini :
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50%
saja
2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan
penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan
pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana
dan mudah diusahakan.
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :

1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu
400 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain:
1. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisanlapisan batas.
2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut
mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik
dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan
difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
4. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke
dalam bejana.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat
dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan
penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui
sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :
1. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana
penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak
sesuai dengan keperluan.

2. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian.dengan


cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang
maksimal
Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang
baru,hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
d.Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baek daripada
yang dilakukan sekalidengan jimlah pelarut yang sama.

EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PROSES INFUNDASI, MASERASI, DAN


PERKOLASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia dimana kesehatan adalah
kebutuhan yang harus dimiliki seluruh bangsa tujuan dan cita-cita sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pembangunan Kesehatan diarahkan guna tercapainya
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diatur sedemikian rupa oleh pemerintah namun
pelaksaannya dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat secara serasi dan
seimbang, terutama melalui upaya peningkatan dan pencegahan yang dilakukan secara terpadu
dengan upaya penyembuhan dan pemulihan yang diperlukan. Dengan demikian upaya kesehatan
diselenggarakan dalam suatu tatanan terbuka dan bersifat dinamis, dengan tujuan tercapainya
kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat.
Masyarakat diarahkan untuk dapat hidup sehat yang optimal hal tersebut dimaksudkan dalam
rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
diselenggarakan dengan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya
kesehatan tersebut harus dilakukan bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat secara
serasi dan seimbang. Kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat membawa pengertian
masyarakat sebagai subyek dan bukan hanya sebagai obyek. Dengan demikian upaya kesehatan
merupakan upaya yang berorientasi kepada kesehatan masyarakat yang bersifat menyeluruh
dengan peran serta aktif masyarakat.
Sudah ratusan tahun lalu, manusia mengetahui adanyaquinta essentia yang terdapat dalam
tumbuhan, hewan dan mineral. Disamping quinta essentia yang bermanfaat bagi manusia,
terdapat banyak zat-zat yang hanya diperlukan bagi kehidupan tumbuhan dan hewan sendiri.
Manusia hanya memerlukan quinta essentia, mereka berusaha untuk memisahkannya dari
tumbuhan dan hewan tersebut.
Pada tahun 1300 Raymundus Lullius menarik quinta essentia dengan anggur yang dimasukkan
dalam botol, dan dibiarkan diluar rumah agar memperoleh panas atau cahaya matahari. Karena
cahaya matahari mengandung ultra violet yang dapat merusak quinta essentia tersebut, maka
pada perbaikan selanjutnya penarikan dijaga jangan sampai dipengaruhi oleh sinar matahari
langsung. Di Indonesia penarikan sari tersebut dilakukan dengan cara memipis yaitu

melumatkan bahan dengan bantuan air, pada alat yang disebut pipisan kemudian diperas dan
ampasnya di buang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan ekstraksi?
1.2.2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekstraksi?
1.2.3 Apa saja macam-macam ekstraksi?
1.2.4 Bagaimana tahap-tahap melakukan ekstraksi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang ekstraksi
1.3.2 Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi ekstraksi
1.3.3 Untuk mengetahui macam-macam ekstraksi
1.3.4 Untuk mengetahui tahapan dalam melakukan ekstraksi

BAB II
DASAR TEORI
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan
alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis
yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat,
peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah.
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan
atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan
dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji
coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan
menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.
Factor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui
lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut.
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut
Pelarut/Cairan penyari
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa menjadi sebuah larutan yang
bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
a. Pelarut polar : Pelarut yang larut dalam air
Untuk melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamak
Tabel Pelarut Polar
Pelarut Rumus Kimia Titik didih Konstanta Dielektrik Massa jenis
1,4-Dioksana
/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-\ 101 C 2.3 1.033 g/ml
Tetrahidrofuran (THF)
/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-\ 66 C 7.5 0.886 g/ml

Diklorometana (DCM)
CH2Cl2 40 C 9.1 1.326 g/ml
Asetona
CH3-C(=O)-CH3 56 C 21 0.786 g/ml
Asetonitril (MeCN) CH3-CN 82 C 37 0.786 g/ml
Dimetilformamida (DMF)
H-C(=O)N(CH3)2 153 C 38 0.944 g/ml
Dimetil sulfoksida (DMSO) CH3-S(=O)-CH3 189 C 47 1.092 g/ml
Asam asetat
CH3-C(=O)OH 118 C 6.2 1.049 g/ml
n-Butanol
CH3-CH2-CH2-CH2-OH 118 C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 C 18 0.785 g/ml
n-Propanol
CH3-CH2-CH2-OH 97 C 20 0.803 g/ml
Etanol
CH3-CH2-OH 79 C 30 0.789 g/ml
Metanol
CH3-OH 65 C 33 0.791 g/ml
Asam format
H-C(=O)OH 100 C 58 1.21 g/ml
Air
H-O-H 100 C 80 1.000 g/ml
b. Pelarut non polar : Pelarut yang tidak larut dalam air
Untuk melarutkan minyak atsiri
Pelarut Non-Polar
Pelarut Rumus kimia
Titik didih
Konstanta Dielektrik
Massa jenis
Heksana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 69 C 2.0 0.655 g/ml
Benzena
C6H6 80 C 2.3 0.879 g/ml
Toluena
C6H5-CH3 111 C 2.4 0.867 g/ml
Dietil eter
CH3CH2-O-CH2-CH3 35 C 4.3 0.713 g/ml
Kloroform
CHCl3 61 C 4.8 1.498 g/ml
Etil asetat
CH3-C(=O)-O-CH2-CH3 77 C 6.0 0.894 g/ml
Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari

yang baik harus memenuhi criteria berikut ini:


a.Murah dan mudah diperoleh
b.Stabil secara fisika dan kimia
c.Bereaksi netral
d.Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
e.Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
f.Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Untuk ekstraksi ini Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah
air,etanol,etanol air atau eter.Pengekstraksian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas
pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol air.
1. Air
Air dipertimbangkan sebagai penyari karena:
1. Murah dan mudah diperoleh
2. Stabil
3. Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
4. Tidak beracun
5. Alamiah
Kerugian penggunaan air sebagai penyari:
1. Tidak selektif
2. Sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak
3. Untuk pengeringan diperlukan waktu lama
Air disamping melarutkan garam alkaloid, minyak menguap, glikosida, tanin dan gula, juga
melarutkan gom, pati, protein, lendir, enzim, lilin, lemak, pectin, zat warna dan asam organic.
Dengan demikian penggunaan air sebagai cairan penyari kurang menguntungkan. Disamping zat
aktif ikut tersari juga zat lain yang tidak diperlukan atau malah mengganggu proses pembuatan
sari seperti gom, pati, protein, lemak, enzim, lendir dan lain-lain.
Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan khamir, karena itu pada pembuatan sari
dengan air harus ditambah zat pengawet. Air dapat melarutkan enzim. Enzim yang terlarut
dengannya air akan menyebabkan reaksi enzimatis, yang mengakibatkan penurunan mutu.
Disamping itu adanya air akan mempercepat proses hidrolisa.Untuk memekatkan sari air
dibutuhkan waktu dan bahan bakar lebih banyak bila dibandingkan dengan etanol.
2. Etanol
Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena:
1. Lebih selektif
2. Kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas
3. Tidak beracun
4. Netral
5. Absorbsinya baik
6. Etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan
7. Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Sedang kerugiannya adalah bahwa etanol mahal harganya.Etanol dapat melarutkan alkaloida
basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, dammar
dan klorofil. Lemak, malam, tannin, dan saponin hanya sedikit larut hanya terbatas.
Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol dan air.
Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan disari. Dari pustaka akan

dapat ditelusuri kandungannya baik zat aktif maupun zat lainnya. Dengan diketahuinya
kandungan tersebut dapat dilakukan beberapa percobaan untuk mencari perbandingan pelarut
yang tepat.
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari
bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan
lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.
Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan
pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan
ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar
antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah
dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya
reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau
rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak
membentuk ascotrop.Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi
titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
MACAM-MACAM EKSTRAKSI
A. Ekstraksi Cair-Cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan
bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan
garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak
mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap
panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan
pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang

pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat
ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut (atau hanya dalam daerah yang
sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar
haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan
tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan
bantuan perkakas pengaduk).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya
emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak
perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang
batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera
disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi
tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan
kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.
Kecepa tan Pembentukan fasa homogen ikut menentukan output sebuah ekstraktor cair-cair.
Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar
fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInya seperti pada ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak
kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut ini seringkali merupakan bagian dari suatu
instalasi lengkap.
Instalasi tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone
pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan di belakangnya (misalnya
alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan ekstrak dan
mengambil kembali pelarut.
B.EKSTRAKSI PADAT-CAIR
Ekstraksi padat-cair tak kontinu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa kali dengan pelarut
segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan
dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuag alat yang
dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini tidak begitu ekonomis,digunakan misalnya di tempat
yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat
halus,sehingga karena bahaya penyumbatan,ekstraktor lain tidak mungkin digunakan.
Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya.
Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan diatas pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu
distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk (di atas pelat ayak)
yang dapat dinaikturunkan, pencampuran seringkali dapat disempurnakan,atau rafinat dapat
dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor semacarn ini hanya sesuai untuk
bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus.
Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor yang dipasang seri dan
aliran bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut.Dalam hal ini pelarut dimasukkan
kedalam ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak.
Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh ekstrak.Pelarut akan
dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang mengalami
proses ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih sedikit dan
konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel
destilasi, menguapkan pelarut di situ, menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera
mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi.Dalam ketel

destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus menerus meningkat.Dengan metode ini jumlah total
pelarut yang diperlukan relatif kecil.Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan konsentrasi
ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut. Kerugiannya adalah pemakaian
banyak energi karena pelarut harus diuapkan secara terus menerus.
Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah bak penampung sebagai
pengganti ketel destilasi.Dari bak tersebut larutan ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum
(misalnya alat penguap pipa atau film). Uap pelarut yang terbentuk kemudian
dikondensasikan,pelarut didinginkan dan dialirkan kem bali ke dalam ekstraktor dalam keadaan
dingin.
Ekstraksi padat-cair kontinyu
Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang dipasang seri, tetapi
pengisian, pengumpanan pelarut dan juga pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan
terjadi dalam sebuah alat yang sama. Oleh Pengumpanan karena itu dapat diperoleh output yang
lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit. Tetapi karena biaya untuk peralatannya
besar,ekstraktor semacam itu
kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia dalam kuantitas besar
(misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari beraneka ragarn konstruksi alat ini, berikut akan
di bahas ekstraktor keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk (belt extractor).
Ekstraktor keranjang
Pada ekstraktor keranjang (keranjang putar rotary extractor), bahan ekstraksi terus menerus
dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk juring (sektor) dari sebuah rotor yang berputar
lambat mengelilingi poros.Bagian bawah sel-sel ditutup oleh sebuah pelat ayak. Selama satu
putaran, bahan padat dibasahi dari arah berlawanan oleh pelarut atau larutan ekstrak yang
konsentrasinya meningkat. Pelarut atau larutan 287 tersebut dipompa dari sel ke sel dan
disiramkan ke atas bahan padat. Akhirnya, bahan dikeluarkan dan keseluruhan proses ini
berlangsung secara otomatik.
INFUDASI
Infuse adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900
selama 15 menit.
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif
yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan
beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak.
Infus dibuat dengan cara :
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan, untuk bunga 4 kali bobot
bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 900 980C.
Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak
diambilo 10 bagian bahan. Hal ini di sebabkan karena:
a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina digunakan 6 bagian.
b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, misalnya daun kumis kucing,
sekali minum infuse 100cc karena itu diambil 1/2 bagian.
c. Berlendir, misalnya karagen digunakan 11/2 bagian

d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2 bagian.


3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia misalnya:
a. Asam sitrat untuk infuse kina
b. Kalium atau Natrium karbonat untuk infuse kelembak
4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan
yang mudah menguap.
Simplisia yang digunakan untuk pembuatan infuse harus mempunyai derajat kehalusan tertentu.
a. Derajat kahalusan (2/3), misalnya :
Daun kumis kucing
Daun sirih
Akar manis
b. Derajat kehalusan (3/6), misalnya :
Rimpang jeringau
Akar kelembak
c. Derajat kehalusan (6/8), misalnya :
Rimpang lengkuas
Rimpang temulawak
Rimpang jahe
d. Derajat kehalusan (8/24), misalnya :
Kulit kina
MASERASI
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding seldan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dsalam sel dengan yang diluar sel,maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan diluar sel dengan larutan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut
dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari,
tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan
penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan
pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan
mudah diusahakan.
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan. Dengan pemnasan diperoleh keuntungan antara lain:
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai
pengaruh yang sama dengan pengadukan.

c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan
kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya
kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
d. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan
pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam bejana.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat
dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi 2. Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari
yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui
sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5.Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :
a.Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana penampung.
Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan
keperluan.
b.Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian dengan cairan
penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang maksimal
c.Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang
baru,hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
d.Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baek daripada
yang dilakukan sekalidengan jimlah pelarut yang sama.
PERKOLASI
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
a.Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
b.Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Reperkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,maka cara perkolasi diganti
dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan pada
reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara sinplisia dibagi

dalam beberapa percolator.


Perkolasi Bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa,perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama
cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia , maka terjaji aliran melalui lapisan serbuk
dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan tersebut aakan
menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesanm pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat
yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia
yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang ,disari dengan cairan penyari ang baru. Hal ini
diharapkan gar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya sewrbuk simplisia
yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan denikian akan diperoleh perkolat
akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.
Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional,termasuk perusahaan yang
memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan
pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :
1.Jumlah percolator yang diperlukan
2.Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi
3.Jenis cairan penyari
4.Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
5.Besarnya tetesan dan lain-lain.
Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan percolator biasa.
Percolator ini harus dapat diatur, sehingga:
1.Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya
2.Ampus dengan mudah dapat dikeluarkan.
Percolator diatur dalam suatu deretan dan tiap percolator berlaku sebagai percolator pertama.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Alat
Infudasi:
Gelas ukur
Tangas air
Panci
Maserasi:
Bejana
Gelas ukur
Alumunium foil
Perkolasi:
Bejana silinder
Sekat berpori
3.1.2 Bahan
Serbuk simplisia

Air
Cairan penyari
3.2 CARA KERJA
Infudasi:
Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah ditetapkan dicampur
dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15
menit, dihitung mulai suhu dalam panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse
diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air,
ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri
harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas.
Infuse kulit kina biasanya ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam
jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massaseperti bubur. Buah adas
dan dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu.
Maserasi:
Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang
cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari
sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai,
sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, biarkan ditempat sejuk,
terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan.
Perkolasi:
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan
cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan
alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis
yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat,
peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah.
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif
yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding seldan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dsalam sel dengan yang diluar sel,maka larutan yang
terpekat didesak keluar.
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
geseran (friksi).
CARA KERJA
Infudasi:
Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah ditetapkan dicampur
dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15
menit, dihitung mulai suhu dalam panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse
diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air,
ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri
harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas.
Infuse kulit kina biasanya ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam
jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massaseperti bubur. Buah adas
dan dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu.
Maserasi:
Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang
cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari
sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai,
sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, biarkan ditempat sejuk,
terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan.
Perkolasi:
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan
cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Saran
Dari pembahasan diatas diharapkan dapat mengaplikasikan prosedur-prosedur dari ekstraksi,
serta diharapkan juga bagi penulis maupun pembaca dapat mengembangkan metode ekstraksi
yang lebih baik ditinjau dari segi ekonomi serta kepraktisan dalam pembuatan serta pemakaian
alat tanpa menghilangkan factor kualitas hasil dari ekstraksi

Sokletasi

1 Vote

Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat
dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua
komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa
organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang
digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang
digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa
organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Adapun prinsip sokletasi ini yaitu : Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai,
maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang
terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika
pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena
persentase senyawa yang akan digunakan atau yang
akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun
perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang
timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut
dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi
tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan
rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik
berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan
menggunakan pelarut yang diinginkan.
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap Ex : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut pelarut organik dengan
kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau
kloroform untuk memisahkan senyawa senyawa trepenoid dan lipid lipid, kemudian
dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa senyawa yang lebih
polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang sempurna
dari senyawa senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung.
Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari
langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa
dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan
menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami
lagi.
Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa
dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak
terendam seluruhnya.
Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena:
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Sokletasi dihentikan apabila :
1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.
2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi.
3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau
senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer, Na,
wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.
Skema kerja
1. Pasang alat soklet
2. Haluskan dan keringkan sampel
3. Bungkus sampel dengan kertas saring ( selongsong ), ikat dengan benang,masukkan ke dalam
alat soklet
4. Masukkan pelarut sebanyak 1,5 x volume ekstraktor soklet

5. Lakukan sokletasi sampai pelarut tidak berwarna


6. Keluarkan sampel, panaskan untuk memisahkan pelarut dari senyawa hasil ekstraksi
http://chemedu09.wordpress.com/2011/05/08/sokletasi/

Evaporator
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Salah satu jenis evaporator, yaitu rotary evaporator

Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah
pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.[1] Evaporator mempunyai dua prinsip
dasar, untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan.[2] Evaporator
umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan
mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke
dalam kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya.[2] Hasil dari
evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan berkonsentrasi.
[1]
Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah
menguap).[1] Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan.[1] Pada
industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari proses
pemurnian) dalam evaporator.[1] Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu
mineral di dalam evaporator.[1] Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan
garamnya.[1] Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh
cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas).[1]

Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat
kontaminasi lain.[1]

[sunting] Jenis-jenis
Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan oleh


api yang menyala di bawah permukaan cairan, dimana gas yang panas
bergelembung melewati cairan.[1]

Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung


dimana api dan pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat
dinding besi atau permukaan untuk memanaskan. [1]

Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem


dimana uap atau uap lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas
dimana uap terkondensasi di satu sisi dari permukaan pemanas dan panas
ditranmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih

Anda mungkin juga menyukai