Anda di halaman 1dari 14

SHOLAT TAHAJJUD dari berbagai sumber , semoga bermanfaat.

Ruhbanul Lail (Rahib Diwaktu Malam)

Sebuah riwayat dari Abu Umamah al Ba'hili r.a menyebutkan, Rasulullah SAW
bersabda, "Kalian hendaknya mengerjakan Qiyamul Lail, karena itu adalah
kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, dapat mendekatkan kamu kepada Allah
SWT, mencegah kamu dari berbuat maksiat, menutupi (menghapus) kesalahan dan
menolak penyakit dari tubuh."

Begitulah sifat generasi awal, mereka adalah “Pejuang di waktu siang dan rahib diwaktu
malam”.Mereka adalah manusia-manusia yang selalu mensucikan jiwanya sehingga
mereka mampu menguasai diri mereka, maka jadilah mereka pemimpin atas diri-diri
mereka dan mereka tidak mau menjadi budak yang selalu didikte dalam kehidupannya.
Maka Mereka terlepas dari pengaruh nafsu ‘ammarah bis su’ (yang selalu menyuruh
kepada kejahatan).

Mereka selalu hiasi diri mereka dengan perkara-perkara besar, maka tak heran apabila
ibadah yang paling berat menjadi sesuatu yg paling disukai. Diceritakan lebih dari satu
dari kalangan mereka (generasi awal) bahwa tidak ada hal yang paling mereka sesalkan
apabila mereka tinggalkan dalam kehidupan dunia ini kecuali “Puasa diwaktu terik
matahari dan shalat ditengah malam”.

Itulah kesibukan mereka, mereka tidak mendapatkan kelezatan munajat kecuali


melaksanakan ibadah tersebut. Salah seorang dari murid mereka yang bernama Atha’ ibn
Abi Rabah berkata “Sesungguhnya qiyamul lail itu menghidupkan badan, menerangi hati,
membuat air muka bercahaya serta menguatkan penglihatan dan anggota badan,
seseorang apabila melaksanakan qiyamul lail akan merasakan kegembiraan dan apabila
terlewat qiyamul lailnya maka ia akan merasa sangat sedih seakan-akan ia telah
kehilangan sesuatu yang sangat berharga “ (Al-bidayah wa Nihayah 9/294).

Maka tidak heran kalau ibadah ini menjadi media tarbiyah yang digunakan oleh Allah
SWT untuk mentarbiyah Nabi-Nya dan para pengikutnya, yang pada awwalnya ibadah
ini wajib hukumnya untuk mereka. Sebab generasi pendiri tidak akan mampu
melaksanakan kewajiban da’wah kecuali mereka harus mempunyai landasan yang kokoh.
Inilah yang dianjurkan oleh Imam Muhammad bin Sirrin “Hendaklah kalian laksanakan
qiyamul lail walaupun hanya sesusuan sapi.” (Azzuhud : 306).

Merindukan Malam

Kecintaan mereka kepada qiyamul lail sampai menjadikan mereka merasa sangat sedih
apabila malam pergi dan siang datang. Imam Sufyan Atsauri berkata “apabila datang
waktu malam aku sangat bahagia dan apabila datang waktu siang aku sangat sedih” (Al-
Jarh Wa Ta’dil 1/85).

Abu Yazid memberitakan tentang keadaan Imam Sufyan Atsauri “bahwa apabila datang
waktu pagi beliau meluruskan kakinya ke atas tembok dan meletakan kepalanya ke tanah
agar darah kembali ke posisinya semula karena qiyamul lailnya yang begitu panjang”
(Al-Jarh Wa Ta’dil 1/95). Bagaimana mereka tidak merindukan malam, dimana saat itu
Allah swt turun ke langit dunia. Maka makin terasa kedekatan kepadaNya, semakin
ni’mat bermunajat kepada-Nya dan bagaimana mereka tidak rindu padahal itu merupakan
salah satu cara untuk sampai ke syurga yang penuh kenikmatan.

Sebagaimana sabda Rasul SAW “Wahai manusia sebarkanlah salam, berilah makan dan
shalatlah ditengah malam maka kalian akan msuk syurga yang penuh dengan kenikmatan
(Sejahteraan)” (HR. Imam Turmudzi 2487). Dan bagaimana mereka tidak merindukan
malam padahal qudwah utama mereka Rasul SAW telah melakukan itu sehingga kedua
kakinya pecah-pecah. (HR. Imam Bukhari). Mereka berharap dapat berkumpul dengan
Qudwahnya dipadang mahsyar.

Menjadi Pesan dari Generasi ke Generasi

Karena semangatnya dalam melaksanakan ibadah ini, mereka jadikan ini sebagai pesan
utama dari generasi ke generasi. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muawiyah bin
Qurrah bahwa apabila selesai melaksanakan shalat isya’ ayahnya berpesan kepada anak-
anaknya “Wahai anak-anakku segeralah kalian tidur mudah-mudahan Allah SWT
mengaruniakan kalian kebaikan (Qiyamul Lail)” (Az zuhud imam Ahmad 187).

Abu Hurairah dan keluarganya membagi malam menjadi tiga bagian. Sepertiga pertama
ia bangun dan shalat, sepertiga kedua istrinya bangun dan sepertiga ketiga anak laki-
lakinya bangun, dan mereka bergantian saling membangunkan. Dalam hal ini Abu
Hurairah melaksanakan Hadits Rasul SAW yang berbunyi “Semoga Allah swt
memberikan rahmat seorang suami yang bangun malam untuk shalat kemudian
membangunkan istrinya, apabila istrinya menolak ia percikan air kemuka istrinya,
semoga Allah memberikan rahmat kepada seorang istri yang bangun dan shalat kemudian
membangunkan suaminya, apabila suaminya menolak ia percikan air ke wajah suaminya
“ (HR.Imam Abu Daud).

Belenggu Dosa

Imam Hasan al-Bashri menganggap orang yang meninggalkan qiyamul lail merupakan
orang yang diharamkan dari kebaikan besar. Karena disitu ia bisa berasyik masyuk
dengan SANG KEKASIH, dan bukti kemenangan diri serta bukti terlepasnya diri dari
tarikan duniawi. Dalam sebuah perkataannya ia berujar “Apabila kalian tidak mampu
melaksanakan Qiyamul Lail dan puasa disiang hari ketahuilah bahwa kalian telah
diharamkan dari kebaikan(red), kalian telah terbelenggu dengan kesalahan dan dosa”.

Ia menganggap dosa sebagai belenggu yang menyebabkan seseorang tidak mampu


melaksanakan ibadah tersebut, maka agar mampu melaksanakannya ia harus beristighfar
dan melaksanakan taubat yang sebenar-benarnya hingga dadanya merasa lega untuk
melaksanakan ibadah itu.
Maka barang siapa yang bergabung dengan kelompok Ruhbanul Lail tidak ada cara
kecuali dengan menjauhi segala bentuk ma’shiat dan berusaha untuk mengalahkan nafsu.
[]

Maka Ber-Tahajudlah, Berkhalwat Berdua dengan Tuhan-mu

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.
Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan
keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi
Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Isra’ 17:79-80)
Dalam Al Qur’an, terdapat banyak ayat yang menuturkan tentang tahajud, perintah
mengerjakannya dan keutamaannya.
Kata tahajud sendiri dalam bahasa Arab berarti bergadang, sehingga makna tahajud
adalah salat sunah di malam hari yang dilakukan sesudah tidur. Tahajud juga bisa disebut
sebagai qiyamullail karena pelaksanaan waktunya malam hari.
Perbedaannya, jika tahajud hanya dilakukan sesudah tidur, qiyamullail bisa dilakukan
sebelum maupun sesudah tidur. Selain itu, qiyamullail bisa berupa shalat atau amal
ibadah lainnya, seperti tilawah, tasbih atau yang lainnya, sedangkan tahajud hanya berupa
shalat saja.
Allah mensifati qiyamullail dengan firman-Nya: ”Sesungguhnya bangun di waktu malam
adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS Al-
Muzzammil 73:6)
Dalam tafsir Al Azhar, Prof. Dr. Hamka menjelaskan ayat tersebut sebagai berikut:
”Karena di waktu malam gangguan sangat berkurang. Malam adalah hening, keheningan
malam berpengaruh pula kepada keheningan fikiran. Di dalam suatu hadits Qudsi, Allah
berfirman, bahwa pada sepertiga malam terakhir Allah turun ke langit dunia untuk
mendengarkan keluhan hamba-Nya yang mengeluh, untuk menerima taubat orang yang
taubat dan permohonan maghfirah (ampunan) hamba-Nya yang memohonkan ampun.
Maksudnya ialah bahwa hubungan kita dengan langit pada waktu malam adalah sangat
dekat.”
Tahajud maupun qiyamullail merupakan ibadah yang menghubungkan hati kita dengan
Allah. Ketika suara-suara telah lenyap dan mata-mata telah terpejam serta orang-orang
tertidur lelap di pembaringannya, orang yang melakukan qiyamullail menjauhkan diri
mereka dari kasur-kasur empuk dan dipan-dipan mewah lagi nyaman untuk
menghidupkan malam dengan berkhalwat berdua dengan-Nya.
Oleh karena itu, Allah menyanjung dan mengistimewakan mereka melalui firman-Nya:
”(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat
di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat
dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar 39:9)
Rasulullah SAW sendiri selalu menjaga qiyamullail, selalu mengerjakan qiyamullail
sampai telapak kaki beliau bengkak. Padahal, beliau telah mendapat jaminan ampunan
bagi semua dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan datang.
Ketika ditanyakan kepada beliau, maka jawabnya, ”Tidak pantaskah aku untuk menjadi
seorang hamba yang pandai bersyukur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Qiyamullail merupakan sunnah muakadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah
dengan sabdanya, “Hendaklah kamu melaksanakan qiyamullail karena qiyamullail itu
adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kita, sarana pendekatan kepada Allah,
penghapus keburukan, pencegah dosa dan penangkal penyakit di badan.” (HR. Ahmad
dan Tirmidzi).
Rasulullah SAW juga sangat menganjurkan untuk melakukan qiyamullail karena di
dalamnya terkandung kebaikan yang agung dan pahala yang banyak, dengan sabdanya,
”Sesungguhnya ada waktu di malam hari yang tidak seorangpun dari seorang hamba yang
berdoa pada saat itu untuk memohon kebaikan kecuali pasti akan Allah kabulkan.” (HR.
Muslim)
Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Al Qur’an: ”Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-
mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: “Ya
Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara
keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.”
(QS Al-Isra’ 17:79-80)
”Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam
bintang-bintang (di waktu fajar).” (QS Ath-Thuur 52:49)
” Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-
Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS Al-Insan 76:26)
Hamka menerangkan tentang tafsir ayat tersebut sebagai berikut: “Sholat lima waktu
ditambah dengan tahajud di malam yang panjang itu adalah alat penting bagi
memperkaya jiwa dan memperteguh hati di dalam menghadapi tugas berat melakukan
dakwah. Sebab rasa dekat kepada Tuhan itulah sumber kekuatan sejati bagi manusia.”
Qiyamullail merupakan kenikmatan dan karunia dari Allah terhadap hamba-Nya yang
shaleh yang Allah mudahkan untuk beribadah kepada-Nya.
Dengan qiyamullail, Allah akan memberi kekuatan. Dengan qiyamullail, Allah
mengabulkan doa. Dengan qiyamullail, dapat menghapus keburukan, mencegah dosa dan
menangkal penyakit. Dengan qiyamullail, dapat semakin mendekatkan kepada Allah.
Dengan qiyamullail, Allah akan menggolongkan dalam ibaadurrahman. Dengan
qiyamullail, Allah akan mengangkat ke tempat yang terpuji. Dengan qiyamullail, Allah
akan memasukkan ke surga-Nya.
Termasuk tanda cinta kepada Allah adalah bermunajat kepada-Nya di keheningan malam.
Sebagaimana ungkapan dari para ulama, ”Di dunia ini tidak ada waktu yang menyerupai
waktu yang sangat di surga kecuali apa yang dirasakan oleh orang-orang shaleh di dalam
hati mereka akan kenikmatan bermunajat kepada Rabb mereka.”
Apabila malam telah gelap, Syadad bin Aus masuk ke kamar tidurnya, ia merasa gelisah,
tidak bisa tidur, membolak-balikkan badannya bagaikan biji-bijian di atas penggorengan.
Lalu, ia berkata, “Wahai Rabbku, sesungguhnya panasnya api neraka telah
menghilangkan rasa kantukku.” Lalu, ia bangun untuk melakukan shalat malam hingga
pagi hari.

Apabila malam telah menjadi gelap gulita mereka bangun untuk shalat
Maka, pagi pun datang sedang mereka masih dalam keadaan ruku
Rasa takut telah menerbangkan kantuk mereka, maka bangun
Saat orang-orang yang merasa aman di dunia tertidur pulas
Sedang mereka sujud di kegelapan malam sambil terisak
Suara tangis mereka meretakkan tulang-tulang rusuk

Wahai orang yang mendamba cinta-Nya, ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW
beribadah di malam hari hingga kedua telapak kakinya bengkak. Para salafussaleh dan
orang-orang pilihan umat ini pun selalu beribadah di malam hari. Jadikanlah qiyamullail
sebagai prioritas kegiatan ibadahmu. Tidakkah Anda senang jika Anda dapat
berdampingan dengan mereka di syurga Adn?
Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang difirmankan-Nya,
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan
mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya
mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka
sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi
sebelum fajar.” (QS Adz-Dzariyat 51:15-18)
Hanya karena Allah-lah orang selalu terjaga di kala malam
Hati yang dirundung takut dan pusing karena dosa tidak dapat tertidur
Dengan tuangan air mata ia menangisi kesalahannya
Dan malam pun tertutup dengan kehiruk-pikukkannya
Sebagai penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya
Kepada Raja yanga para raja tunduk dan patuh kepada-Nya
Wahai Tuhan, tidak ada yang maha memaafkan dosa selain-Mu
Hanya kepada-Mu-lah, wahai Tuhanku, orang yang mengosongkan dirinya mencari
pengampunan-Mu,
Wahai Tuhan, ampunilah hamba-Mu ini
(dian)

QIYAAMUL LAIL
“Dan pada sebagian tengah malam shalat tahajudlah kamu sebagai tambahan ibadah
bagimu, semoga Tuhanmu menetapkan kamu pada tempat yang terpuji.” (QS. Al Israa’:
79).
Sejarah mencatat, ibadah mahdah yang pertama diperintahkan oleh Allah SWT adalah
shalat. Imam Turmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Shalat sunah yang utama setelah shalat fardhu adalah shalat tahajud.” (Abu Dawud).
Dalam QS. Al Muzzammil: 1-3, Allah SWT memerintahkan kepada orang yang
berselimut (Nabi Muhammad SAW) bangun di malam hari untuk menjalankan shalat
tahajud. Karena di samping mempunyai makna ibadah tambahan (QS. Al Israa’: 79),
shalat tajahud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan
penyakit (HR. Turmudzi).
Shalat tahajud merupakan ketaatan dan pendekatan yang dapat membukakan hati,
membebaskan diri dari rutinitas sehari-hari, mendekatkan diri kepada Allah SWT,
menerima cahaya-Nya, dan merasa akrab dalam kesendirian bersama-Nya. Namun,
mengapa kita terkadang malas untuk mengerjakannya?
Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seorang
yang tidur nyenyak sehingga tidak bisa bangun malam untuk mengerjakan shalat tahajud.
Kemudian beliau bersabda: “Itulah orang yang kedua telinganya telah dikencingi oleh
setan.” (HR. Bukhari).
Dalam hadist di atas jelas bahwa seseorang yang enggan melaksanakan shalat tahajud
diantaranya disebabkan oleh setan. Timbul dalam benak kita usaha apa yang harus kita
lakukan agar setan tidak memperdaya kita? Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan bersuci, niscaya malaikat
berdiam dalam selimutnya dan berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah hambaMu si fulan karena
tidur dalam keadaan suci.’”
Kalau kita cermati hadist ini terdapat sebuah anjuran kita tidur dalam keadaan suci
supaya kita dijaga oleh malaikat dan terhindar dari tipu daya setan. Dengan demikian,
insyaAllah kita bisa bangun tengah malam untuk bertahajud. Dengan melaksanakan
shalat tahajud Allah SWT akan mengangkat derajat kita, baik dihadapan-Nya maupun
dihadapan manusia. (QS. Al Israa’ : 79).
Selain itu ditinjau dari segi medis, shalat tahajud dapat mempengaruhi kerja jantung dan
kelenturan tulang belakang. Penelitian ini dilakukan oleh para dokter dari kalangan kaum
muslimin yang diselenggarakan di Kairo dan diikuti oleh perwakilan dari Rabuthah Al-
Alam Al-Islam, Organisasi Ilmu-Ilmu Kedokteran Islam Amerika, Asosiasi Kedokteran
Islam di Kuwait, Organisasi Masjid-Masjid Internasional, dan Universitas Al-Azhar.
Pada kesempatan itu Dr. Salwa Muhammad Rusydi, Guru Besar Universitas Hilwan pada
Fakultas Pendidikan Olah Raga berpendapat, “Saya berpesan melalui forum ini agar
semua pihak memberikan motivasi kepada setiap muslim agar rajin mengerjakan shalat
secara umum dan khususnya shalat tarawih (termasuk juga shalat qiyaamul lail, Red.)
yang telah terbukti manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Suatu manfaat yang dapat
dirasakan terutama pada peredaran darah, organ pernapasan, kelenturan sendi-sendi
tubuh, khususnya tulang belakang. Tentunya hal ini sangat dibutuhkan oleh orang-orang
berusia lanjut sebagai latihan untuk memelihara kestabilan tubuh dan sistem kerja jantung
mereka.” (Majalah Al-I’tsham edisi 4 dan 5 Muharam/Safar, Desember 1980 halaman
20-21).
Nah, tidakkah hati kita tergerak untuk segera melaksanakan shalat tahajud?
Penulis: Umi Alifah, Mahasiswa Al-Ma’had Al-Aly, Pondok Pesantren Munawir
Krapyak R, Krapyak Yogyakarta 55002,(Majalah Hidayah Edisi Maret 2005)
Hikmah Shalat Tahajud
bisa atasi kanker
Sebuah penelitian ilmiah membuktikan, shalat tahajjud membebaskan seseorang dari
pelbagai penyakit. Berbahagialah Anda yang rajin shalat tahajjud. Di satu sisi pundi-
pundi pahala Anda kian bertambah, di sisi lain, Anda pun bisa memetik keuntungan
jasmaniah. Insya Allah, Anda bakal terhindar dari pelbagai penyakit . Itu bukan ungkapan
teoritis semata, melainkan sudah diuji dan dibuktikan melalui penelitian ilmiah.
Penelitinya dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Mohammad Sholeh,
dalam usahanya meraih gelar doktor. Sholeh melakukan penelitian terhadap para siswa
SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya yang secara rutin
memang menunaikan shalat tahajjud.
Ketenangan
Shalat tahajjud yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi, kata Sholeh, bisa
mendatangkan Ketenangan. Sementara ketenangan itu sendiri terbukti mampu
meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung
dan meningkatkan usia harapan hidup. Sebaliknya, bentuk-bentuk tekanan mental seperti
Stres maupun Depresi membuat seseorang rentan terhadap berbagai penyakit, infeksi dan
mempercepat perkembangan sel kanker serta meningkatkan metastasis (penyebaran sel
kanker). Tekanan mental itu sendiri terjadi akibat gangguan irama sirkadian (siklus
bioritmik manusia) yang ditandai dengan peningkatan Hormon Kortisol. Perlu diketahui,
Hormon Kortisol ini biasa dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kondisi
seseorang apakah jiwanya tengah terserang stres, depresi atau tidak. Untungnya, kata
Sholeh, Stres Bisa Dikelola. Dan pengelolaan itu bisa dilakukan dengan cara edukatif
atau dengan cara Teknis Relaksasi atau Perenungan/Tafakur dan umpan balik hayati (bio
feed back). “Nah, shalat tahajjud mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga
dapat digunakan sebagai coping mechanism atau pereda stres yang akan meningkatkan
ketahanan tubuh seseorang secara natural”, jelas Sholeh dalam disertasinya berjudul
Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh
Imunologik.
Tahajjud harus secara Ikhlas & Kontinyu
Namun pada saat yang sama, shalat tahajjud pun Bisa Mendatangkan Stres, terutama bila
Tidak Dilaksanakan Secara Ikhlas dan Kontinyu. “Jika tidak dilaksanakan dengan ikhlas,
bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis atau daya adaptasi terhadap
perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal, tetapi jika dijalankan dengan ikhlas
dan kontinyu akan sebaliknya”, katanya kepada Republika. Dengan begitu, keikhlasan
dalam menjalankan shalat tahajjud menjadi sangat penting. Selama ini banyak kiai, dan
intelektual berpendapat bahwa ikhlas adalah persoalan mental-psikis. Artinya, hanya
Allah swt yang mengetahui dan mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun lewat
penelitiannya, Sholeh berpendapat lain. Ia yakin, secara medis, ikhlas yang dipandang
sebagai sesuatu yang misteri itu bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator
sekresi hormon kortisol. “Keikhlasan Anda dalam shalat tahajjud dapat dimonitor lewat
irama sirkadian, terutama pada sekresi hormon kortisolnya”, kata pria yang meraih gelar
doktor pada bidang psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
ini. Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah menjalankan
shalat tahajjud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas, sehingga
gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut. Gangguan adaptasi itu tercermin pada
sekresi kortisol dalam serum darah yang seharusnya menurun pada malam hari. Apabila
sekresi kortisol tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan menurun sehingga
berakibat munculnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan sekresi
kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinyaproduksi respon imunologik yang
meningkat pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh, akan menimbulkan
Kekecewaan, Persepsi Negatif, dan Rasa Tertekan. Perasaan negatif dan tertekan itu
menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres. Dalam kondisi stres yang
berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka hormon kortisol
itu akan bertindak sebagai imunosupresif yang menekan proliferasi limfosit yang akan
mengakibatkan imunoglobulin tidak terinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi
maka sistem daya tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker.
Kanker, seperti diketahui, adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. “Nah, kalau
melaksanakan shalat tahajjud dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang
pertumbuhan sel secara normal sehingga membebaskan pengamal shalat tahajjud dari
berbagai penyakit dan kanker (tumor ganas),” kata alumni Pesantren Lirboyo Kediri
Jatim ini. Menurutnya, shalat tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk,
dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga menumbuhkan
coping mechanism yang efektif. Sholeh menjelaskan, respon emosional yang positif atau
coping mechanism dari pengaruh shalat tahajjud ini berjalan mengalir dalam tubuh dan
diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditrasmisikan
ke salah satu bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian, Talamus menghubungi
Hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap
indera) untuk mensekresi GABA yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan
menghambat Acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi
sekresi kortisol. Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan
mensekresi dopanin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi
kontak timbal balik antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka
Talamus mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol.
Urgensi dan Keutamaan Qiyamullail ( Tatsqif )
Qiyamul lail merupakan sarana berkomunikasi seorang muslim dengan Rabbnya, merasa
lezat di kala munajat dengan penciptanya, ia berdoa, beristighfar, bertasbih dan
memujinya.
???? ??????? ????? ???????? ?????????? ?????? ??????? ???????? ????????? ??????? ????
? ??? ????????? ????????? ??? ???????????? ?????? ???????? ???????? ??????? ??????? ?
??? ?????? ?????????? ???????????? ?????? ????????? ???????? ???????? ????? ????????
Dari Jabir r.a., ia barkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya
pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk
memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat pasti Allah akan
memberikannya (mengabulkannya) dan itu setiap malam.” (H.R. Muslim dan Ahmad)
Qiyam al-lail merupakan sarana berkomunikasi seorang muslim dengan Rabbnya, merasa
lezat dikala munajat dengan penciptanya, ia berdo’a, beristighfar, bertasbih dan
memujinya. Akhirnya yang maha pengasih lagi maha penyayang mempermudah semua
aspek kehidupan hambanya baik pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara. Begitu
pula aspek da’wah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Dia akan dekat
dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati sesama dan menjadi penghuni surga yang
disediakan untuknya.
QIYAM AL-LAIL MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH
Orang yang kontinyu mengerjakan qiyam al-lail pasti dicintai dan dekat dengan Allah
“lazimkan dirimu untuk shalat malam, karena hal itu tradisi orang-orang shalih
sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit dan
pencegah dari dosa” (HR. Ahmad)
Dapat dipahami bahwa qiyam al-lail selain medekatkan diri kepada Allah dapat mencetak
keshalihan dan selamat zhahir dari penyakit dan batin dari lumuran dosa.
Dari sahal bin Sa’ad ra, ia berkata :
“Malaikat Jibril as datang kepada Nabi SAW lalu berkata : Wahai Muhamad hiduplah
sebebas-bebasnya akhirnyapun kamu akan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat
balasan. Cintailah orang yang engkau mau pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orang
mu’min dapat diraih dengan melakukan shalat malam dan harga dirinya dapat ditemukan
dengan tidak minta tolong orang lain”.
Seorang diri ingin mulia disisi Allah dan disisi manusia hendaknya ian membiasakan
qiyam al-lail, bahkan akan berwajah ceria, karena dia bermunajat dengan ar-rahman
maka terpancarlah nur dari wajahnya.
QIYAM AL-LAIL PENYEBAB MASUK SURGA
Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin salam dari Nabi SAW beliau bersabda :
“Wahai manusia sebarkanlah salam, berikanlah makanan dan shalt malamlah pada waktu
orang-orang tidur, kalian kan masuk surga dengan selamat”.
Seorang da’i yang ingin berhasil da’wahnya harus menabur kasih sayang kepada seluruh
lapisan masyarakat hal itu dapat digapai dengan wajah yang berseri-seri, mengucapkan
salam, mengulurkan bantuan dan silatu al-rahim dan pada malam hari memohon kepada
Allah diawali dengan qiyam al-lail , namun mereka yang kontinyu melaksankan qiyam
al-lail sangat sedikit jumlahnya, semoga kita termasuk kelompok ini yang dapat masuk
surga tanpa dihisab.
Rasululah SAw bersabda :
“Seluruh manusia dikumpulkan ditanah lapang pada hari qiyamat . Tiba ada panggilan
dikumandangkan dimana orang yang meninggalkan tempat tidurnya, maka berdirilah
mereka jumlahnya sangat sedikit , lalu masuk surga tanpa hisab, baru kemudaian seluruh
manusia diperintah untuk diperiksa”.
KIAT-KIAT MEMPERMUDAH QIYAM AL-LAIL
Qiyam al-lail memerlukan kesungguhan dan kebulatan tekad, jika demikian akan sangat
mudah merealisasikannya dengan izin Allah, berikut ini kiat-kiat pendorong
meninggalkan tempat tidur untuk bermunajat dengan Yang Mmaha Pengasih.
• Memprogram aktivitas 24 jam
• Memahami kebutuhan jasmani, aqli dan ruhani dan diberikan dengan seimbang
• Menghindari ma’siat. Sufyan Ats-tsauri berkata : “saya sulit sekali melakukan qiyam al-
lail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan”
• Mengetahui fadhilah dan keistimewaannya
• Mempunyai perasaan bermunajat dengan Allah yang maha kasih sayang
Inilah yang dapat disajikan kepada ikwan-akhwat tentang urgensi , keutamaan dan kiat-
kiat qiyam al-lail. Semoga memberikan motivasi kepada kita menjadi orang yang dekat
dengan Allah, mulya disisi Allah dan disisi manusia yang akhirnya menjadi penghuni
surga.

KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD ”


Posted on Senin, 20 Agustus, 2007. Filed under: Kenapa Bertahajud? |
Oleh : H. Sunaryo A.Y.
Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud,
artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu.
Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu
berdampingan denganAllah SWT.
Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau.
Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79)
Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah
shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan .
Sahabat Abdullah bin
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat
malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan
selamat.”(HR Tirmidzi)
Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR.
Muslim )
Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan
shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh
( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 - Subuh )
Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam
yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah
yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW
sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang
yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)
Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim
meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah
SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )
Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal
sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku
perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan
permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR
Bukhari dan Muslim )
Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at.
Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas )
raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik
adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh
Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi
Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.
Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-
Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286.

Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron
18-19 dan 26-27.
Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah
dihafal.Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu
membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya
dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat
malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya
disiram air.” (HR Abu Daud)
Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-
laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)
Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda :
“Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9
macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.
Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat
cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
(Bahan (materi) di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” (Bimbingan
Lengkap dan Praktis) Oleh: Abdul Manan bin H. Muhammad S

Shalat Tahajjud
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Shalat tahajjud adalah shalat sunnat yang dikerjakan dimalam hari setelah terjaga dari
tidur. Shalat tahajjud termasuk shalat sunnat mu’akad (shalat yang dikuatkan oleh
syara’). Shalat tahajjud dikerjakan sedikitnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya tidak
terbatas.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Niat shalat
2 Waktu utama
3 Keistimewaan shalat tahajjud
4 Ayat al-Qur’an dan hadits terkait
5 Referensi
[sunting] Niat shalat
Niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan didalam hati,
yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta’ala semata dengan hati yang
ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya, apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras
sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini
gunakanlah dengan hikmah bijaksana.
[sunting] Waktu utama
Shalat tahajjud dapat dilakukan kapanpun pada malam hari asalkan pelakunya sempat
tertidur. Namun waktu paling utama untuk melakukannya adalah pada sepertiga akhir
dari malam.
[sunting] Keistimewaan shalat tahajjud
Shalat tahajjud merupakan kehormatan bagi seorang muslim, sebab mendatangkan
kesehatan, menghapus dosa-dosa yang dilakukan siang hari, menghindarkannya dari
kesepian dialam kubur, mengharumkan bau tubuh, menjaminkan baginya kebutuhan
hidup, dan juga menjadi hiasan surga. [2] Selain itu, shalat tahajjud juga dipercaya
memiliki keistimewaan lain, dimana bagi orang yang mendirikan shalat tahajjud
diberikan manfaat, yaitu keselamatan dan kesenangan di dunia dan akhirat, antara lain
wajahnya akan memancarkan cahaya keimanan, akan dipelihara oleh Allah dirinya dari
segala macam marabahaya, setiap perkataannya mengandung arti dan dituruti oleh orang
lain, akan mendapatkan perhatian dan kecintaan dari orang-orang yang mengenalinya,
dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah yang bercahaya, diberi kitab amalnya ditangan
kanannya, dimudahkan hisabnya, berjalan diatas shirat bagaikan kilat.[1]
Ketika menerangkan shalat tahajjud, Nabi Muhammad SAW bersabda, Shalat tahajjud
adalah sarana (meraih) keridhaan Tuhan, kecintaan para malaikat, sunah para nabi,
cahaya pengetahuan, pokok keimanan, istirahat untuk tubuh, kebencian para setan,
senjata untuk (melawan) musuh, (sarana) terkabulnya doa, (sarana) diterimanya amal,
keberkatan bagi rezeki, pemberi syafaat diantara yang melaksanakannya dan diantara
malaikat maut, cahaya di kuburan (pelaksananya), ranjang dari bawah sisi
(pelaksananya), menjadi jawaban bagi Munkar dan Nakir, teman dan penjenguk di kubur
(pelaksananya) hingga hari kiamat, ketika di hari kiamat shalat tahajud itu akan menjadi
pelindung diatas (pelaksananya), mahkota di kepalanya, busana bagi tubuhnya, cahaya
yang menyebar didepannya, penghalang diantaranya dan neraka, hujah (dalil) bagi
mukmin dihadapan Allah SWT, pemberat bagi timbangan, izin untuk melewati Shirath
al-Mustaqim, kunci surga…[2] [3]
[sunting] Ayat al-Qur’an dan hadits terkait
Ayat Al Qur’an terkait shalat tahajjud:
Al Isra’ ayat 79 yang artinya :”Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu
ketempat yang terpuji” (Q.S. 17:79 ).
Hadits terkait shalat tahajjud:
“Perintah Allah turun ke langit dunia di waktu tinggal sepertiga akhir dari waktu malam,
lalu berseru:Adakah orang-orang yang memohon (berdo’a), pasti akan Kukabulkan,
adakah orang-orang yang meminta, pasti akan Kuberi dan adakah yang
mengharap/memohon ampunan, pasti akan Kuampuni baginya. Sampai tiba waktu
Shubuh.” (Al Hadits).
[sunting] Referensi
1. ^ a b Anonim, Keutamaan dan keistimewaan shalat tahajjud, shalat hajat, shalat
istikharah, shalat dhuha beserta wirid, zikir, dan doa-doa pilihan, Ampel Suci,
Surabaya:1995
2. ^ a b Anonim, Maka bertahajjudlah, berdua dengan Tuhan, Al-Huda, Jakarta:2006
3. ^ Bihar al-Anwar, 87:161
Kumpulan Shalat-Shalat Sunnat, Drs. Moh. Rifa’i, CV Toha Putra, Semarang, 1993
cahaya_malam
09-30-2007, 11:54 AM
MASYA ALLAH, kita tidak dapat membayangkan limpahan berkah dari Allah bila satu
masa seluruh anggota masyarakat muslim Indonesia yang sudah dewasa menjadi ahli
tahajjud. Bukankah Pencipta Alam semesta itu telah berfirman: “Jika sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi…..” (QS.Al-A’raaf : 96). Diantara ciri orang yang taqwa itu
ialah: “Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan di akhir malam mereka
memohon ampunan.” (QS. Adz-Dzariyat : 17-18 ). Karena itu apabila hamba-Nya ingin
untuk meraih kejayaan di dunia dan kemuliaan di akhirat maka tidak ada jalan lain, selain
melaksanakan perintah Allah dalam surah Al Isra 79 : “Dan pada sebagian malam hari
bershalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan
Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji.”

Almarhum Imam Khomeini, pemimpin spiritual Iran, ketika dalam pengasingan di


Perancis, ia membantu perjuangan rakyat Iran melawan diktator Syah Iran waktu itu,
dengan salat tahajjud, berdoa, kemudian membaca Al Quran secara rutin. Komandonya
melewati kaset, menggerakkan semangat juang jutaan rakyat Iran. Akhirnya dengan izin
Allah, rezim Syah Iran tumbang. Adalah filososf Carlsen Amerika Serikat yang juga
wartawan, kagum ketika menyaksikan kharisma sang Imam. Benarlah apa yang dikatakan
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah: “Bahwa qiyamul lail menjadi kemuliaan bagi yang
melaksanakannya, sebab mereka selalu memuliakan bangun malam untuk mencari ridha
Allah di antara waktu-waktu yang berat. Oleh karena itu, mereka selalu diikuti jejaknya,
disemati mahkota kemuliaan Ilahi, yaitu cahaya di dalam hati, cahaya di wajah, cahaya
dalam hidup dan cahaya di saat kematiannya, semata-mata sebagai balasan dari lamanya
mereka untuk bangun menghadap di tengah-tengah kepekatan malam.” Ujar Muhammad
bin Shalil Ash-Shai’ari dalam bukunya Menggugah Semangat Qiyamullail: “Keagungan
yang akan didapatkan oleh orang yang bangun malam adalah bahwa Allah dan malaikat
akan membanggakannya.”

Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menuju kejayaan dunia dan akhirat, tidaklah
semata-mata mengandalkan doa, tetapi juga mereka bekerja dan berjuang. Tidak pula
mereka mengandalkan “kerja” dan perjuangan dengan tenaga, walaupun di waktu mereka
sudah berada di puncak kejayaan. Tetapi mereka bekerja dan berjuang dengan tenaga dan
berdoa. Zikir, fikir dan ikhtiar. Semboyan mereka: “Ruhbaa nun billaili wa fursaa nun
binnahaari - Menjadi ahli ibadah di malam hari, giat bekerja / berjuang di siang hari.” Di
Sepanyol, ketika Islam berkuasa di sana, pernah terjadi musim kemarau panjang.
Diadakanlah shalat Istisqa - shalat minta hujan -. Yang menjadi khotib dan imam adalah
raja. Ketika naik mimbar, ia tidak bisa berbicara, tergagap-gagap. Raja turun dan minta
seorang ulama terkemuka untuk menggantikannya. Ternyata juga gagal. Lalu Raja
meminta kesediaan diantara hadirin untuk tampil naik mimbar. Sejenak kemudian
muncullah seorang pemuda. Wajahnya putih, bersih, bercahaya. Jidadnya agak hitam,
tanda banyak sujud. Bicaranya sangat fasih dan menggugah. Tidak lama sesudah itu,
hujan pun turun dengan lebat. Siapa pemuda itu dan apa kelebihannya?. Ternyata ia ahli
tahajjud. Ia tidak pernah meninggalkan shalat itu , baik waktu bermukim maupun ketika
musafir. Dunia sempat tersentak, terkagum-kagum, ketika Imperium raksasa dunia:
Persia dan Romawi tumbang oleh kekuatan umat Islam yang baru muncul. Raja Persia
mengirim utusan untuk meminta bantuan pada Kaisar Cina. Dengan keheranan sang
Kaisar bertanya: “Apa gerangan kekuatan istimewa tentara Islam itu?” Utusan Persia
menjawab “Mereka malam bagaikan ******* dan siang laksana singa Tuhan.”
Maksudnya malam mereka menjalin hubungan mesra dengan Allah. Siang hari mereka
sebagai pejuang yang gagah berani. Sejarah mencatat bahwa kebangkitan umat Islam
tidak saja diperjuangan dengan keringat dan darah, tetapi juga dengan linangan air mata
ketika shalat tahajjud. Inilah yang Allah janjikan dalam QS Al Isra 79. Penikmat tahajjud
adalah hamba pilihan. Tidak semua muslim terpanggil melakukannya. Nabi SAW
bersabda ” Raihlah kemuliaan dengan bangun shalat malam saat manusia lelap tidur.”
Suatu ketika, Syeikh Atha As-Sulaimi, diminta oleh penduduk di kampungnya untuk
mendoa agar diturunkan hujan oleh-Nya. Tapi sayang, doanya belum juga dikabulkan
oleh Allah. Maka Sang Syeikh pun mengajak orang-orang dikampung itu untuk pergi
kelapangan. Tujuannya untuk melaksanakan salat Istisqa - minta hujan. Di tengah
perjalanan, Syeikh Atha As-Sulaimi dan rombongan bertemu dengan Sa’adun yang oleh
sementara orang dianggap gila. Sa’adun pun bertanya pada Syeikh Atha “Wahai Atha,
mengapa orang berkumpul di tempat ini? Apakah hari ini dibangkitkannya manusia dari
kubur?” “Tidak ” jawab Syeikh Atha. “Kami datang untuk beristisqa. Tapi belum juga
dikabulkan. Sudikah engkau berdoa untuk kami, agar diturunkan hujan?” lanjutnya.
Tanpa basa basi lagi, Sa’adun pun berdoa dan terkabul. Hujan pun turun dengan
derasnya. Sementara hujan turun, Sa’dun pun pergi meninggalkan kerumunan penduduk
kampung yang sedang mensyukuri turunnya hujan. Ia pergi sambil berpantun:
“Beruntung sekali para zaahid dan ‘ Aabid yang selalu mengosongkan perut demi Tuhan
mereka. Mereka habiskan malam-malamnya tanpa tidur, menyibukkan diri beribadah
pada Allah, sampai orang lain mengira bahwa mereka adalah manusia-manusia gila.”
Pernah Jibril AS berkata kepada Nabi Muhammad SAW: “Ketahuilah bahwa kemuliaan
seorang Mukmin adalah karena dia melakukan qiyamullail sedangkan kehormatannya,
adalah karena dia tidak membutuhkan (menggantungkan) pada orang lain.” Wallahualam.

Anda mungkin juga menyukai