Anda di halaman 1dari 26

Hubungaan tingkat pengetahuan dan sikap

ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi


implan
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhannya yang masih tinggi, dan

penyebaran antar daerah yang kurang seimbang merupakan ciri penduduk Indonesia dan
merupakan masalah pokok di bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih
tinggi disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian
penduduk (Anonim, 2009 www.google.co.id/search?q=Pengertian+KB.id, diperoleh tanggal
29 februari 2012). Sehingga diperlukan suatu usaha untuk menekan laju pertumbuhan
pendudukan, demi mencapai keluarga kecil sejahtera, hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari
Manuaba : Untuk mencapai masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan kemampuan untuk bersaing dalam era globalisasi,
maka perencanaan jumlah dan susunan anggota keluarga harus dilaksanakan sehingga
tercapai suatu norma keluarga kecil bahagia sejahtera (Manuaba,2009).
Seluruh manusia menyadari dan melihat kenyataan ini, sehingga berbagai usaha
dilakukan untuk menyatukan pendapat dan menerapkan strategi, dengan tujuan utama,
menekan laju pertumbuhan di Negara masing-masing (Manuaba,2003). Berdasarkan data
BKKBN tahun 2011 angka kelahiran di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 2,6% dimana
jumlah

penduduk

216

juta

jiwa

dan

keempat

terbanyak

di

dunia

(Anonim,2012,1 http://www.bkkbn.go.id/article detail, diperoleh tanggal 29 februari 2012).


Keluarga Berencana merupakan suatu usaha dalam menekan lonjakan angka kelahiran
di Indonesia hal ini dipertegas oleh Masri Singarimbun (1988) dalam Depag 2007: keluarga
berencana di Indonesia yang secara resmi diintegrasikan dalam program pembangunan sejak
pelita I (1969/1970) secara umum di upayakan untuk pembangunan kependudukan dan upaya
mengatasi besarnya jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan
tingkat kelahiran yang tinggi pula dan penyebaran penduduk yang kurang merata antara
pulau. Dan diperkuat oleh pernyataan Saifudin AB, (2009): KB merupakan upaya pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama, alasan utama diperlukan keluarga
berencana untuk mencegah mortalitas dan morbiditas ibu (Saifudin AB.2009).

Kontrasepsi dibutuhkan untuk membatasi jumlah penduduk dan menjamin


ketersediaan sumber daya alam sehingga menjaga kualitas hidup manusia (Anonim, 2008).
Pemakaian kontrasepsi selain ditujukan untuk merencanakan kapan kehamilan akan
berlangsung, ditujukan pula untuk mengatur jarak antara kelahiran pertama dan kelahiran
berikutnya. Metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2 cara yaitu metode kontrasepsi jangka
panjang dan metode kontrasepsi non jangka panjang. Metode jangka panjang merupakan alat
kontrasepsi yang memiliki tingkat keefektifan yang tinggi, dipasang hanya satu kali untuk
pemakaian yang lama, tingkat pengembalian kesuburannya relatif cepat.
Masyarakat banyak yang sudah mengetahui mengenai keluarga berencana, mereka
hanya bisa mengartikan, dan mengetahui jenis jenis keluarga berencana. Mungkin hanya
beberapa orang saja yang mampu menjelaskan mengenai pengertian, jenis jenis alat
kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan alat kontrasepsi. Hal
serupa dengan pendapat BKKBN (2007): Tingkat pengetahuan masyarakat akan kontrasepsi
sudah tinggi (97,5%) namun baru sebatas mampu menyebut jenis alat dan obat kontasepsi,
tetapi belum dapat menyebutkan efek samping, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan.
Padahal informasi ini penting difahami sebelum memutuskan menggunakan alat kontrasepsi
tertentu (BKKBN, 2007, 1 ,http:// www.bkkbn.go.id/article_detail, diperoleh tanggal 29
februari 2012). Alasan inilah yang membuat para akseptor KB dalam memilih alat
kontrasepsi belum berbasis pada rasional, efektivitas, efisien, hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh BKKBN Pusat: Kecenderungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi di
Indonesia belum berbasis pada pertimbangan rasionalitas, efektivitas, dan efisiensi.
Masih rendahnya peserta KB vasektomi dan tubektomi serta makin menurunnya
peserta IUD di satu pihak dan meningkatnya pengguna pil suntik merupakan salah satu bukti
kesertaan masyarakat ber-KB belum mempertimbangkan ketiga hal tersebut. Akibatnya,
jumlah peminat alat dan obat kontrasepsi dengan masa efektivitas pendek, maka biaya yang
harus dikeluarkan untuk penyediaan alat dan obat kontrasepsi di Indonesia terbilang lumayan
tinggi (BKKBN, 2009, 1,http://www.bkkbn.go.id/article_detail, diperoleh tanggal 29
februari 2012). Pengetahuan mengenai KB sangat penting untuk dimiliki oleh akseptor dalam
memilih alat kontrasepsi yang akan dipergunakan karena pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
menurut Notoatmodjo apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Mengambil keputusan yang tepat untuk sebuah keluarga yang terencana bukanlah hal
mudah. Selain itu juga mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif,
dan efisien.
Peserta Keluarga Berencana yang masih menggunakan kontrasepsi pil dan non
metode jangka panjang lainnya diarahkan untuk memilih spiral/IUD atau metode jangka
panjang yang lebih murah dan telah diketahui mempunyai daya lindung yang lebih
efektif serta pemakaian yang lama, digunakan satu kali dalam waktu yang cukup lama.
Dalam rangka peningkatan penggunaan metode yang lebih efektif, digalakkan kegiatan
pelayanan bersama masyarakat (Anonim,1997, 3 http:/www.google.co.id/ search?
q=Pengertian+KB.id, diperoleh tanggal 29 februari 2012). Selain hal tersebut dibutuhkan
juga suatu penataan program agar masalah kependudukan lebih tertata. Hal ini serupa dengan
yang diungkapkan oleh Arjoso, Sumaryati dalam Dwidjo, (2008): Berkaitan dengan
demografi/masalah kependudukan yang semakin meningkat, BKKBN hendaknya melakukan
langkah antisipasi melalui program strategis untuk mengatasi besarnya jumlah usia produktif
yang akan mengakibatkan tingginya tingkat kelahiran. Untuk itu perlu upaya terus-menerus
dalam penggunaan berbagai metode kontrasepsi dari yang kurang efektif ke kontrasepsi yang
lebih efektif dan lebih efisien.
BENGKULU, IPKB- Berdasarkan data BKKBN jumlah pasangan usia subur di
Provinsi Bengkulu mencapai 331.400 keluarga yang tersebar disepuluh daerah kabupaten dan
kota di daerah ini menjadi sasaran peserta KB aktif. Berdasarkan Perkiraan Permintaan
Masyarakat (PPM) jumlah PUS di Bengkulu sebanyak 331.400 keluarga menjadi target
peserta KB aktif, angka sebanyak itu terdapat 156.677 keluarga. Cakupan pemakaian
kontrasepsi di propinsi benkulu, akseptor suntik sebanyak 48,01%, pil 26,97%, implant
10,65%, IUD 7,63%, MOP/MOW 2,56%, kondom 1,18%, dan lainya sebanyak 0,01%.
Sementara data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Bengkulu
Utara tahun 2011, jumlah peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka panjang seperti IUD
sebanyak 3,65%, MOP/MOW sebanyak 1,35%, Implant 13,46%. Berbeda dengan cakupan
pengguna Non MKJP yaitu suntik sebanyak 47,97%, pil sebanyak 21,99%, dan kondom
sebanyak 11,58% (BKKBN 2011).
Hal inipun serupa dengan di Desa Lubuk Banyau Kecamatan Padang Jaya yang
memiliki jumlah akseptor metode non jangka panjang lebih banyak dibandingkan dengan
metode jangka panjang. Dapat dilihat melalui data berikut ini, Berdasarkan data sekunder
yang diperoleh dari Kecamatan Padang Jaya pada tahun 2011, desa Lubuk Banyau memiliki
jumlah pasangan usia subur 4.976 orang. Jumlah peserta KB aktif sebanyak 370, yang terdiri

dari jumlah akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang 1199
diantaranya suntik 654, PIL 431, kondom 114. Sedangkan jumlah akseptor yang
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang 193 diantaranya IUD 46, MOP 2, MOW 9,
IMP 136.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 responden dengan cara
wawancara mengenai pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, jenis alat kontrasepsi, efek
samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan. Hanya 3 orang yang dapat mengetahui
kontrasepsi, jenis alat kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan
secara benar dan secara keseluruhan macam-macam alat kontrasepsi. Dan sebanyak 7 orang
yang tidak mendukung metode kontrasepsi jangka panjang dengan alasan sakit pada waktu
pemasangannya, dan biayanya mahal. Masyarakat belum mempunyai keinginan untuk
mengganti metode kontrasepsi yang mereka gunakan ke metode kontrasepsi jangka panjang,
karena mereka belum mengetahui secara detail mengenai seputar alat kontrasepsi. (Hartanto
2004)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis ingin mengetahui adakah hubungan
pengetahuan dengan sikap ibu terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemilihan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun
2012.
2. Tujuan Khusus
a.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka
panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara
tahun 2012

b. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant
di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.
c.

Untuk mengetahui jumlah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa
Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.

d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi
jangka panjang implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu
Utara tahun 2012.

e.

Untuk mengetahui hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka
panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara
tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengembangan serta dinamika ilmu
keperawatan, terutama yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.
2. Secara praktis
a.

Bagi masyarakat Desa Lubuk Banyau kec. Padang Jaya hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemilihan metode kontrasepsi implant.

b. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.
c.

Bagi keperawatan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi praktek
keperawatan maternitas terutama dalam program pendidikan kesehatan mengenai metode
kontrasepsi implant.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini belum pernah
dilakukan sebelumnya di Prodi D 3 Keperawatan Universitas Ratu Samban, akan tetapi
pernah diteliti oleh Ratna Dewi (2009), dengan judul Hubungan tingkat pendidikan ibu
terhadap metode kontrasepsi jangka panjang Implant di Desa Surolangun Jakarta selatan.
Adapun perbedaan penelitian dengan penulis adalah metode penelitian, variabel, populasi,
sampel, tempat dan waktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Konsep Pengetahuan

1) Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengeinderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pencaindera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior).

Menurut WHO (dalam Notoatmodjo, 2003) pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain.
a.

Proses adopsi perilaku


Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness ( kesadaran ),yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
( objek ) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation ( menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
2) Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo tingkat Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Pengetahuan ini
merupakan tingkat yang paling rendah (C1).
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Comprehension
meliputi : menterjemahkan, menafsirkan, menginterpretasikan, meramalkan dan eksplorasi
(C2).
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi (C3) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)

Analisis (C4) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti

dapat

menggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.


5. Sintesis (syhthesis)
Sintesis

(C5)

menunjukkan

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang sudah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi (C6) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suaru kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3) Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah:
a.

Pengalaman
Pengalaman dapat dari apa yang pernah dialami sendiri maupun pengalaman orang lain yang
diketahuinya. Seorang akseptor KB suntik telah merasakan sendiri pengaruh kontrasepsi KB
suntik dengan segenap suka dan dukanya. Jika akseptor tersebut bertemu dengan seorang
akseptor Implant saat control di BPS maka mereka akan saling bercerita tentang suka duka
selama mereka menjadi akseptor.
Disini terjadi saling tukar pengalaman dan kedua akseptor tersebut saling memberi dan
menerima pengetahuan berdasar pengalaman masing-masing.

b. Sosio-Budaya
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu
masyarakat bersama. Di suatu masyarakat memiliki kepercayaan bahwa banyak anak banyak
rejeki, maka akan sulit bagi mereka untuk menerima informasi mengenai kontrasepsi.
c.

Keyakinan
Keyakinan dapat diperleh secara turun temurun tanpa adanya pembuktian atau diperoleh dari
pengalaman yang telah dimilikinya dan terbukti benar setelah teruji oleh waktu dan kejadian
yang berulang-ulang. Seorang akseptor baru dengan mantap ia memilih alat kontrsepsi

Implant ia yakin karena ibu dan keluarganya adalah pengguna Implant. Keyakinan akseptor
baru ini makin mantap setelah memperoleh informasi Implant saat konsultasi dengan tenaga
kesehatan yang memasang Implannya.
d. Fasilitas
Media cetak maupun elektronik serta buku-buku merupakan fasilitas sumber informasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat. Banyak tersedia informasi dan ibu-ibu dapat
memperoleh informasi sesuai kebutuhannya. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
akan memungkinkan setiap orang memperoleh informasi secara cepat, tepat, dan akurat.
Orang dapat berhubungan konsultan ahli melalui radio, televisi, majalah, dan lain-lain.
Kaitannya dengan kontrasepsi, pengetahuan merupakan faktor sangat penting karena
berdampak luas pada perilaku pengguna alat kontrasepsi (akseptor) dalam menetapkan
keputusan terhadap alat kontrasepsi yang digunakan. Kemantapan akseptor dengan metode
yang dipilihnya, ketahanan akseptor dalam menghadapi masalah-masalah (efek samping)
yang dialaminya serta kemampuan adaptasinya.
B.

Konsep Sikap

1) Pengertian Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek
atau issue (Petty,cocopio,1986 dalam Azwar S,2000:6). Atau kecenderungan bertindak dari
individu, berupa respons terhadap stimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo,2004). Sikap bisa
juga berupa kecenderungan seseorang terhadap objek mendukung atau tidak mendukung,
seperti yang diungkapkan oleh Azwar (2007):Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
pada objek tersebut.
2) Komponen Sikap
Menurut Azwar struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
a.

Komponen kognitif merupakan representative apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang controversial.

b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional
inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek
yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.

c.

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap
yang

dimiliki

oleh

seseorang.

Dan

berisi

tendensi

atau

kecenderungan

untuk

bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek
yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah
dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
Apabila salah satu diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain,
maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan
sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Konsistensi internal diantara
komponen-komponen sikap lebih terasa perlu dipertahankan pada sikap yang intensitasnya
ekstrim, seperti sikap sangat setuju (sangat positif) dan sikap yang sangat tidak setuju (sangat
negatif). Semakin ekstrim intensitas sikap seseorang maka akan semakin terasa apabila ada
semacam serangan terhadap salah satu komponen sikapnya. Dari segi lain, sikap yang ekstrim
biasanya juga tidak mudah untuk diubah. Hal ini menyebabkan timbulnya bentuk perilaku
kompensatif apabila terjadi ketidakseimbangan komponen sikap. Perilaku kompensatif
tersebut dapat berbentuk reaksi yang berlebihan yang searah dengan sikap semula dan secara
tidak sadar diperlihatkan individu untuk mempertahankan ego (Azwar,A. 2007).
3) Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo S. (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
a.

Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek).

b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
orang menerima ide tersebut.
c.

Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
4) Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Purwanto,Heri. 1998:63).

a.

Sikap positif (favourable) kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,


mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negatif (unfavourable) terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,


membenci, tidak menyukai objek tertentu.
5) Cara Pembentukan Sikap
Menurut Purwanto, Heri (1998:65) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara
:
a.

Adopsi : kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus,
lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap.

b. Diferensiasi : dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan


bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang
tersendiri lepas dari jenisnya. Objek tersebut dapat membentuk sikap tersendiri pula.
c.

Integrasi : pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

d. Trauma : adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan


mendalam pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga
menyebabkan terbentuknya sikap.
Kaitan pengetahuan dengan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah Untuk
mempunyai sikap yang positif diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila
pengetahuan kurang maka kepatuhan dalam menjalani akan kurang.
C.

Konsep Dasar Implant


a.Pengertian
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levenogestrel yang
dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan disusukan dibawah
kulit(Sarwono 2003).
Implant adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal, yang
hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah khusus untuk wanita.
(sperof dan darney, 2005)
b.Jenis-jenis kontrasepsi Implant
1) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter
2,4 mmyang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon

Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2
mm, yang diisi dengan 68 mg desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.s
3) Jedena
Terdiri dari 2 batang kapsul silastik yang diisi dengan 75 mg levonogestrol dan lama
kerja 3 tahun.
c. Mekanisme Kerja Implant (Hartanto 2004).
1. Mekanisme kerja yang tepat dari implant belum jelas benar.
2. Seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progesti saja, implant tampaknya mencegah
terjadinya kehamilan melalui beberapa cara:
a) Mencegah ovulasi.
b) Perubahan lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan
spermatozoa.
c) Menghambat perkembangan siklis dari endometrium.
d. Insersi dan Pengeluaran Implant
1) Insersi dan pengeluaran implant pada umumnya merupakan prosedur bedah minor, yang
memerlukan anastesi lokal dan insisi yang kecil.
2) Waktu terbaik untuk insersi adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5 6 hari setelah haid.
3) Implant ditempatkan tepat di bawah kulit, umumnya pada bagian lengan dalam atas atau
bawah.
4) Pengeluaran implant terutama norplant biasanya memerlukan waktu 15 - 20 menit apabila di
pasang dengan benar.
5) Bila implant telah dikelurkan, implant baru dapat segera dipasang pada tempat yang sama
bila tidak ada pembengkakan pada tempat tersebut, atau dipasang pada tempat yang sama
dengan arah yang berlawanaan bila tempat yang lama mengalami trauma dan pembengkakan
selama pengeluaran implant yang lama, atau di pasang pada lengan yang lain.
6) Infeksi atau komplikasi lain seperti hematoma setelah insersi jarang terjadi.
7) Dapat terjadi ekspulsi dari implant bila tempat insersi mengalami infeksi.
8) Yang penting pada saat insersi dan pengeluaran implant adalah menjaga seterilitas.
e. Efektivitas Implant
1) Angka kegagalan Norplant: < 1per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama. Ini lebih
rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.
2) Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke-6 kira-kira 2,5- 3%
akseptor menjadi hamil.
d. Efek samping Implant

1) Efek samping yang paling utama dari norplant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada
kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi.
2) Yang paling sering terjadi adalah :
a. Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus.
b. Perdarahan bercak (spotting).
c. Berkurangnya panjang siklus haid.
d. Amenore, meskipun lebih jarang terjadi di bandigkan perdarahan lama atau perdarahan
bercak.
3. Umunya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang membahayakan diri
akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih dari pada biasanya, volume darah yang hilang
tetap tidak berubah.
4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan jalanya waktu.
5. Perdarahan yang hebat jarang terjadi.
1. Keuntungan Metode Kontrasepsi Implant
a) Ekonomis karena tidak harus mengeluarkan biaya setiap bulan.
b) Praktis karena sekali pasang berkhasiat untuk jangka waktu yang lama (3 tahun atau lebih).
c) Efektif karena berkhasiat untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama dan
kemungkinan terjadinya kegagalan sangat kecil.
d) Tidak mengganggu kesuburan ibu setelah alat kontrasepsi dicabut.
e) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
f)

Bebas dari pengaruh estrogen.

g) Tidak mengganggu kegiatan senggama.


h) Tidak mengganggu ASI.
i)

Mengurangi jumlah darah menstruasi dan mengurangi resiko terjadinya anemia.


2. Kerugian Implant
1. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
2. petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant.
3. lebih mahal.
4. Sering timbul perubahan pola haid.
5. Akseptor tidak dapat menhentikan implant dengan sekehendaknya sendiri.
6. Beberapa orang wanita mungkin segan untuk menggunakannya karene kurang mengenalnya.
7. Implant kadang-kadang dapat dilihat oleh orang lain.
3. Indikasi
a.Usia reproduksi.
b.Menghendaki kontrasepsi jangka panjang.
c.Ibu menyusui.

d.Pasca keguguran.
e.Pasca persalinan.
f.Tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak mau menggunakan metode steril (vasektomi atau
tubektomi).
g.Wanita dengan kontraindikasi hormon esterogen.
h.sering lupa mengkonsumsi pil.
4. Kontraindikasi Metode Kontrasepsi Implant
a) Bila ibu sedang hamil atau diperkirakan hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas.
c) Kanker payu dara atau riwayat kanker payu dara.
d) Tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi.
e) Adanya tanda-tanda kanker (Implant)
f)

Menderita penyakit-penyakit sebagai berikut :

Penyakit Jantung

Tekanan Darah Tinggi

Penyakit Kencing Manis(DM)

Hepatitis

D. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi implant.
.Pengetahuan mengenai jenis alat dan obat kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi,
kelebihan, dan kekurangan sangat diperlukan agar para pemakai alat kontrasepsi dapat
menggunakan alat kontrasepsi yang berbasis pada rasional, efektivitas, efisien. Dalam arti
masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik mengenai alat kontrasepsi sehingga memiliki
kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan, alat kontrasepsi yang
digunakan adalah alat kontrasepsi yang memiliki daya guna yang lebih dari 3 tahun
pemakaiannya, dipasang hanya 1 kali pemasangan, serta tingkat pengembalian kesuburan
relatif cepat. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman, sosio-budaya,
keyakinan, dan fasilitas. Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB
diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk
mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian
sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang
(Notoatmojo,2003). Karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk perilaku seseorang.
E. Kerangka Konsep

Kerangka penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep yang yang satu
terhadap yang lain dari masalah yang diteliti, sedangkan konsep adalah suatu abstraksiyang
dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian (Notoadmojo 2010).
Menggunakan
kontrasepsi implant

Bagan 1
Kerangka Konsep

E. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atau pertanyaan penelitian,
yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar ataupun salah,
melainkan diuji apakah valid atau tidak (Sastroasmoro,S. 2002:33). Dalam penelitian ini yang
menjadi hipotesisnya adalah:
1.

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka
panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara
tahun 2012.

2.

Ada hubungan antara sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang
implant di desa Lubuk Banyau kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional yang dilakukan
untuk melihat hubungan pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang Implant
dengan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang Implant. Dengan pendekatan
penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama Notoatmojo (2002), dengan kata lain penelitian
ini untuk melihat hubungan antara variabel-variabel yaitu variabel dependen dengan variabel
independen dengan mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang
metode kontrasepsi jangka panjang implant dengan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi
jangka panjang Implant.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok
yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa
variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo,
2002:70). Dalam penelitian ini ada 2 jenis variabel yaitu variabel independent (variabel
bebas) dan variabel dependent (variabel terikat).

1) Variabel Independen (bebas)


Variabel ini sering disebut stimulus, input, prediktor, dan atecendent. Atau variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Adapun variabel yang akan diteliti
dari pengetahuan dengan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang adalah
pengetahuan.
2) Variabel Dependen (terikat)
Variabel ini sering disebut variabel respon, output, kriteria, konsekuensi. Variabel terikat
merupakan variabel dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka
panjang.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara oprasional
bersarkan kharateristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengkuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena ( Aziz alimul H, 2007 ).

N
o
1
a

Variabel
Independen.
a.Pengetahua
n

b.Sikap

Tabel 1
Definisi operasional
Definisi
Cara ukur Alat
Operasional
Ukur
Pengetahuan
Wawacara Kuisione
merupakan
r
hasil
dari
1-15
tahu, dan ini
terjadi setelah
seseorang
melakukan
pengindraan
terhadap
suatu objek wawancar
tertentu.
a
Kuisione
(Notoadmodj
r
o, 2003)
1-15

Perasaan
mendukung
atau
tidak
atau
tidak
memihak.
Dependen .
Menggunakan Wawancar
-Penggunaan dan
tidak a
alat
menggunakan
kontrasepsi
implant

Kuisione
r

Hasil Ukur

Skala

1.Baik
jikajawaban
benar 75%
2.jika jikajawaba
n benar 50-75%
3.Kurang
jikajawaban
benar <50%

Ordinal

mendukung, jika
dari 50%
tidak, jika < 50%

Menggunakan
Nomina
jika responden l
menjawab ya
Tidak
menggunakan,jik
a
responden
menjawab tidak

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi (Arikunto,2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan usia subur
yaitu ibu yang merupakan peserta akseptor KB aktif sebanyak 370 responden di Desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya.
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto S, 2006). Dalam
pengmbilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya jumlah
sampel yang paling baik apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik di ambil semua
penelitian ini merupakan penelitian populasi ttapi jika jumlah subjeknya besar atau >100
dapat di ambil antara 10-15% atau 20-25% atau tergantung dari kemampuan peneliti di lihat
dari waktu, tenaga, dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, besar
kecilnya resiko tergantung oleh peneliti (Arikunto S, 2002).
Teknik pengambian sampel dari penelitian ini yaitu menggunakan Random Sampling.
Dalam penelitian sampel di ambil 15% dari populasi 370 orang yaitu sebanyak 55 orang.

E. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Lubuk Banyau Kecamatan Padang Jaya.
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2012.
F. Metode Pengumpulan, Pengolahan dan analisa Data
Data dikumpulkan melalui wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan alat kontrasepsi.
Sumber data diperoleh dari :
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian menggunakanData primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara.
2. Pengolaha Data
Data yang di kumpulkan ( data sekunder ) yang diperoleh dari data status ibu kemudian
pengolahan data di lakukan dengan langkah langkah sebagaiberikut :.
1.

Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan data dan perbaikan.
2.

Coding
Yaitu pemberian kode pada checklist.

3.

Tabulating

Yaitu mentabulasi data berdasarkan kelompok data yang telah ditentukan kedalam master
tabel.
4.

Entry Data

Data yang telah dikoding dimasukkan kemudian dianalisis dengan menggunakan komputer.
5.

Cleaning Data

Kegiatan mengecek kembali data yang sudah diproses, apakah ada kesalahan atau tidak pada
masing-masing variabel.
3. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa unvarat adalah suatu analisa terhadap setiap variabel dari peneliti yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari berbagai variabel yang
diteliti. Dengan demikian variabel-variabel yang ada dapat dengan dengan mudah dilakukan
analisa selanjutnya. Data yang merupakan karateristik sampai ditampilkan dalam dalam bentu
frekuensi. ( Notoatmodjo, 2005)
Dalam

penelitian

ini

yang

termasuk

analisa

univariat

adalah hubungan

sikapdengan pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant :


F
P = -- X 100%
N
Keterangan :
P=

Jumlah presentasi yang di cari

F = Frekuensi jawaban respon


N=

Jumlah jawaban

Noto Atmodjo (2002), Kemudian di interprestasikan sebagai berikut:


a. 0 %

: Tidak satupun dari responden.

b. 1 25 %

: Sebagian kecil dari responden.

c. 26 49 %

: Hampir sebagian dari responden.

d. 50 %

: Setengah dari responden.

e. 51 75 %

: Sebagian besar dari responden.

f. 76 99 %

: Hampir seluruh dari responden.

g. 100 ss%

: Seluruh responden.

b. Analisis Bivariat
Yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau
berkolerasi yang bertujuan un tuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen yang di teliti ( Notoatmodjo, 2005).
Rumus Uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan ( P ) <
0,05.

Keterangan :
X2

= Chi square yang di cari


O

= Frekuensi observasi

= Frekuensi yang diharapkan

Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05
sehingga apabila hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai P > 0,05 maka di katakan
antara kedua variabel secara statistik terdapat hubungan yang tidak bermakna. Sedangkan
apabila nilai P < 0,05 maka secara statistik kedua variabel tersebut terdapat hubungn yang
bermakna.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum desa Lubuk Banyau


Desa Lubuk Banyau merupakan salah satu cakupan wilayah kerja puskesmas Air Lais yang
mempunyai luas 130,35 km2 . Batas wilayah desa Lubuk Banyau :
1.

Sebelah utara berbatasan dengan desa Giri Mulya.

2.

Sebelah selatan berbatasan Desa Seberang Tunggal.

3.

Sebelah timur berbatasan dengan desa Sido Mukti.

4.

Sebelah barat berbatasan dengan desa Giri Mulya.


Penduduk Kelurahan Datar Ruyung pada tahun 2012 berjumlah 22.541 jiwa.

B.

Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap
pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
Jalannya penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu :

1.

Tahap Persiapan
Tahap

persiapan

ini

meliputi

konsultasi

dengan

pembimbing,

studi pustaka

untuk

mengidentifikasi masalah penelitian, melakukan survey awal, merumuskan masalah penelitian,


menyiapkan instrument penelitian dan mengurus surat izin penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini dimulai dengan pengambilan data yang dilakukan dengan mendatangi
rumah responden kemudian membagikan kuisioner. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 16

Juli sampai dengan 22 Juli 2012 di desa Lubuk Banyau. Selama penelitian dilaksanakan tidak
ditemukan masalah ataupun hambatan-hambatan yang berarti.
3.

Tahap Akhir
Setelah pelaksanaan penetilian selesai, barulah penulis membuat laporan penelitian dan
dikonsultasi untuk mendapatkan persetujuan dari pembimbing yang selanjutnya dilakukan ujian karya
tulis ilmiah.

C.

Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap
pemilihan metode alat kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang
Jaya tahun 2012.

1.

Karakteristik Responden
Tabel 2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

No

Umur

frekuensi

Persentase %

< 25

14

25,4

25 30

22

40

> 30

17

30,9

55

100

Jumlah
Hasil penelitian tahun 2012

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa hampir dari responden berumur 25-30 tahun sebanyak
22 responden (40%), sedangkan yang berumur < 25 tahun sebanyak 14 responden (25,4%) dan yang
berumur > 30 tahun sebanyak 17 responden (30,9).
Tabel 3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak

No

Jumlah anak

Frekwensi

Persentase %

12

21,8

2-3

36

65,4

>3

12,8

Jumlah

55

100

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak 2-3
sebanyak 36 responden (65,4%), sedangkan responden yang memiliki jumlah anak 1 sebanyak 12
responden (21,8%) dan responden yang mmemiliki jumlah anak > 3 sebanyak 7 responden (12,8%).
2.
a.

Variabel yang diteliti


Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masing-masing variabel yang
diteliti baik independen (tingkat pengetahuan dan sikap ibu) maupun variabel dependen ( pemilihan
metode alat kontasepsi implant). Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan hasil sebagai
berikut :
Tabel 3
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi jangka panjang implant di
desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012

No

Tingkat Pengetahuan Ibu

Frekuensi

Presentase ( % )

Kurang

29

52,7

Sedang

15

27,3

Baik

11

20

55

100

Jumlah
Sumber:Hasil penelitian 2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 55 ibu di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang
Jaya yang berpengetahuan baik sebanyak 11 orang (20%), berpengetahuan sedang sebanyak 15
orang (27,3%) yang berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (52,7%).

Tabel 4
Distribusi frekuensi sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012

No

Sikap ibu

Frekuensi

Presentase ( % )

Tidak mendukung

29

52,7

Mendukung

26

47,3

55

100

Jumlah
Sumber:Hasil penelitian 2012

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 55 ibu yang mempunyai sikap tidak mendukung sebanyak
29 orang (52,7%) dan yang mempunyai sikap mendukung sebanyak 26 orang (47,3%).
Tabel 5
Distribusi frekuensi jumlah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012

No

Penggunaan metode kontrasepsi


jangka panjang implant

Frekuensi

Presentase ( % )

Implant

18

32,7

Non implant

37

67,3

55

100

Jumlah
Sumber:Hasil penelitian 2012

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 55 ibu yang menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang implant sebanyak 18 orang (32,7%) sedangkan ibu yang tidak menggunakan metode
kontrasepsi jangka implant sebanyak 37 orang (67,3%).
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen (tingkat pengetahuan dan
sikap ibu ) dan variabel dependen ( pemilihan metode kontrasepsi implant ) yaitu menggunakan
analisis Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% ( = 0,05) adapun hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 6
Hubungan tingkat pengetahuan terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di
desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012

No

1
2
3

Tingkat
pengetahuan
Kurang
Sedang
Baik
Jumlah

Pemilihan kontrasepsi
implant
Non
Implant
implant
N
%
N
%
27 49,1
2
3,6
10 18,2
5
9,1
0
0
11
20
37 67,3
18
32,7

Total
N
%
29
52,7
15
27,3
11
20
55
100

X2

31,402

0,000

Sumber:Hasil penelitian 2012


Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa ibu yang memilih metode kontrasepsi implant sebagian besar
berasal dari ibu yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebnayak 11 orang (20%), ibu berpengetahuan
sedang sebanyak 5 orang(9,1%) dan ibu berpengetahuan kurang sebnayak 2 orang (3,6%).
Selanjutnya berdasarkan uji Chi-Square didapat X2 hitung :31,402 > X2 tabel : 5,991 nilai =
0,000 karena nilai < 0,05 pada taraf signifikansi 5% ( = 0,05) sehingga hipotesis diterima dimana

hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode
kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.

Tabel 6
Hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau
kecamatan Padang Jaya tahun 2012

N
o

1
2

Sikap ibu
Tidak
mend ukun
g
Mendukung
Jumlah

Pemilihan kontrasepsi
implant
Non implant
implant
N
%
N
%
26
11
37

47,3
20
67,3

3
15
18

5,5
27,3
32,7

Total
N

29
26
55

52,7
47,3
100

X2

11,891

0,001

Sumber:Hasil penelitian 2012


Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa ibu yang memilih kontrasepsi implant berasal dari ibu yang
mempunyai sikap mendukung yaitu sebnayak 15 orang (27,3%) dan ibu yang mempunyai sikap tidak
mendukung sebanyak 3 orang (5,5%).
Selanjutnya berdasarkan uji Chi-Square didapat X2 Hitung : 11,891 > X2 tabel : 3,481 nilai =
0,001 karena nilai < 0,05 pada taraf signifikansi 5% ( = 0,05) sehingga hipotesis diterima dimana
hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan sikap terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant di
desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
D.

Pembahasan
1. Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode alat kontrasepsi jangka panjang
implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 55 responden yang memilih metode kontrasepsi implant
di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012 didapatkan frekuensi tertinggi yang
memilih alat kontrasepsi implant berasal dari ibu yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 11
orang (20%), berpengetahuan sedang sebanyak 5 orang (9,1%) dan berpengetahuan kurang
sebanyak 2 orang (3,6%).
Menurut BKKBN 2007 informasi mengenai alat kontrasepsi sangat penting difahami sebelum
memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Hal ini serupa dengan pendapat BAPPENAS

yaitu dengan berbekal pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi, beserta efek samping yang
ditimbulkannya, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihannya. Masyarakat dapat menentukan pilihan
alat kontrasepsi yang sesuai sehingga memberi pengayoman lebih tinggi yang akhirnya akan
meningkatkan kelestariannya dalam berkeluarga berencana. Jadi pengetahuan mengenai alat-alat
kontrasepsi beserta efek samping, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihan sangat diperlukan untuk
menentukan pilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan serta untuk mendukung program Repelita
V yaitu agar masyarakat lebih menggunakan alat kontrasepsi yang efektif.
Masih adanya responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori kurang, yaitu sebanyak
52,7% dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi antara lain informasi yang kurang mengenai
alat kontrasepsi beserta efek samping, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihan. Beberapa ibu
sangat jarang mengikuti acara-acara penyuluhan mengenai keluarga berencana. Hanya ibu-ibu yang
menjadi kader PKK saja yang aktif mengikuti acara tersebut. Sosialisasi dari kader PKK yang aktif
mengikuti acara penyuluhan kepada ibu yang tidak aktif belum efektif diberikan sehingga pemahaman
ibu mengenai alat kontrasepsi kurang. Rata-rata ibu mendapat informasi mengenai alat kontrasepsi
dengan cara bertukar pikiran atau pendapat, serta pengalaman. Hal ini sependapat dengan Kuswati,
Ani (2007), yang menyatakan bahwa pengalaman di dalam menggunakan jenis KB akan berpengaruh
terhadap pengetahuan mereka mengenai cara KB selain yang digunakan. Menurut Green dalam
Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika ibu memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai alat kontrasepsi maka dapat mempengaruhi persepsi mereka mengenai alat kontrasepsi.
Saran bagi ibu diharapkan aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu di daerah setempat serta
berkonsultasi pada bidan tentang kontrasepsi yang cocok baginya. Adapun untuk petugas kesehatan
agar lebih sering melakukan penyuluhan tentang alat kontrasepsi.
2. Hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 55 responden yang memilih metode kontrasepsi implant
di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012 didapatkan frekuensi tertinggi yang
memilih alat kontrasepsi implant berasal dari ibu yang memiliki sikap mendukung adalah sebanyak 15
orang (27,3%) dan sikap tidak mendukung sebanyak 3 orang (5,5%).
Sikap adalah salah satu faktor predisposisi yang merupakan pendorong perilaku seseorang
untuk bertindak (Green dalam Notoatmodjo,2003). Sikap adalah suatu kecenderungan seseorang
terhadap objek tertentu bisa juga perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Tetapi sikap positif atau mendukung saja tanpa

ditunjang faktor lain belum tentu memastikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang
ibu mempunyai sikap positif terhadap metode kontrasepsi jangka panjang dengan pengetahuan yang
cukup, namun tidak diikuti pula dengan motivasi yang positif, tentu hal ini akan menyebabkan ibu
tersebut tidak akan menggunakan atau memilih alat kontrasepsi jangka panjang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode
pemilihan kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan kurang tentang pemilihan metode kontrasepsi implant.
2. Sebagian besar ibu mempunyai sikap tidak mendukung terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant.
3. Sebagian besar ibu tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang implant .
4. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
5. Terdapat hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan
Padang Jaya tahun 2012.

B. Saran
1. Bagi Masyarakat Desa Lubuk Banyau
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemilihan metode
kontrasepsi implant.

2. Bagi Peneliti.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lanjutan yang berkaitan
dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.
3. Bagi keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi praktek keperawatan maternitas terutama dalam
program pendidikan kesehatan mengenai metode kontrasepsi implant.
.

Diposkan oleh elvan amd Kep di 01.20


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai

  • Pptjenis
    Pptjenis
    Dokumen12 halaman
    Pptjenis
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Mobilisasi
    Leaflet Mobilisasi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Mobilisasi
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Lifleat HD
    Lifleat HD
    Dokumen2 halaman
    Lifleat HD
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 2 3
    Bab 1 2 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 1 2 3
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Langkah2 Penelitian
    Konsep Dasar Langkah2 Penelitian
    Dokumen33 halaman
    Konsep Dasar Langkah2 Penelitian
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Memerah Asi
    Leaflet Memerah Asi
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Memerah Asi
    LodiaKristinManipada
    100% (1)
  • Kebijakan Tentang Pengendalian Hiv
    Kebijakan Tentang Pengendalian Hiv
    Dokumen6 halaman
    Kebijakan Tentang Pengendalian Hiv
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Document 11
    Document 11
    Dokumen5 halaman
    Document 11
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen8 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Anemia
    Leaflet Anemia
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Anemia
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen13 halaman
    Bab 1
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
    Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
    Dokumen5 halaman
    Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1,2,3
    Bab 1,2,3
    Dokumen8 halaman
    Bab 1,2,3
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • BAB 1.2,3 Hiv
    BAB 1.2,3 Hiv
    Dokumen7 halaman
    BAB 1.2,3 Hiv
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • PERAWATAN LUKA DI RUMAH
    PERAWATAN LUKA DI RUMAH
    Dokumen2 halaman
    PERAWATAN LUKA DI RUMAH
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Nyeri
    Leaflet Nyeri
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Nyeri
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • WOC Revisi
    WOC Revisi
    Dokumen2 halaman
    WOC Revisi
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • LukaGangren
    LukaGangren
    Dokumen6 halaman
    LukaGangren
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Woc Diabetes Mellitus
    Woc Diabetes Mellitus
    Dokumen4 halaman
    Woc Diabetes Mellitus
    desty s ika
    75% (4)
  • WOC Abal
    WOC Abal
    Dokumen1 halaman
    WOC Abal
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Ca Colon
    Ca Colon
    Dokumen5 halaman
    Ca Colon
    Intan Saraswati
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen33 halaman
    Bab 2
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • WOC Abal
    WOC Abal
    Dokumen1 halaman
    WOC Abal
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Pathway DM
    Pathway DM
    Dokumen2 halaman
    Pathway DM
    Stacy Jimenez
    100% (2)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Woc Seksio Sesaria Risiko dan Komplikasi
    Woc Seksio Sesaria Risiko dan Komplikasi
    Dokumen1 halaman
    Woc Seksio Sesaria Risiko dan Komplikasi
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Dan BAB 3
    BAB 2 Dan BAB 3
    Dokumen18 halaman
    BAB 2 Dan BAB 3
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen22 halaman
    Bab 1
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Dan BAB 3
    BAB 2 Dan BAB 3
    Dokumen18 halaman
    BAB 2 Dan BAB 3
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 HD
    Bab 2 HD
    Dokumen2 halaman
    Bab 2 HD
    Bi Ly
    Belum ada peringkat