penyebaran antar daerah yang kurang seimbang merupakan ciri penduduk Indonesia dan
merupakan masalah pokok di bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih
tinggi disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian
penduduk (Anonim, 2009 www.google.co.id/search?q=Pengertian+KB.id, diperoleh tanggal
29 februari 2012). Sehingga diperlukan suatu usaha untuk menekan laju pertumbuhan
pendudukan, demi mencapai keluarga kecil sejahtera, hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari
Manuaba : Untuk mencapai masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan kemampuan untuk bersaing dalam era globalisasi,
maka perencanaan jumlah dan susunan anggota keluarga harus dilaksanakan sehingga
tercapai suatu norma keluarga kecil bahagia sejahtera (Manuaba,2009).
Seluruh manusia menyadari dan melihat kenyataan ini, sehingga berbagai usaha
dilakukan untuk menyatukan pendapat dan menerapkan strategi, dengan tujuan utama,
menekan laju pertumbuhan di Negara masing-masing (Manuaba,2003). Berdasarkan data
BKKBN tahun 2011 angka kelahiran di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 2,6% dimana
jumlah
penduduk
216
juta
jiwa
dan
keempat
terbanyak
di
dunia
Mengambil keputusan yang tepat untuk sebuah keluarga yang terencana bukanlah hal
mudah. Selain itu juga mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif,
dan efisien.
Peserta Keluarga Berencana yang masih menggunakan kontrasepsi pil dan non
metode jangka panjang lainnya diarahkan untuk memilih spiral/IUD atau metode jangka
panjang yang lebih murah dan telah diketahui mempunyai daya lindung yang lebih
efektif serta pemakaian yang lama, digunakan satu kali dalam waktu yang cukup lama.
Dalam rangka peningkatan penggunaan metode yang lebih efektif, digalakkan kegiatan
pelayanan bersama masyarakat (Anonim,1997, 3 http:/www.google.co.id/ search?
q=Pengertian+KB.id, diperoleh tanggal 29 februari 2012). Selain hal tersebut dibutuhkan
juga suatu penataan program agar masalah kependudukan lebih tertata. Hal ini serupa dengan
yang diungkapkan oleh Arjoso, Sumaryati dalam Dwidjo, (2008): Berkaitan dengan
demografi/masalah kependudukan yang semakin meningkat, BKKBN hendaknya melakukan
langkah antisipasi melalui program strategis untuk mengatasi besarnya jumlah usia produktif
yang akan mengakibatkan tingginya tingkat kelahiran. Untuk itu perlu upaya terus-menerus
dalam penggunaan berbagai metode kontrasepsi dari yang kurang efektif ke kontrasepsi yang
lebih efektif dan lebih efisien.
BENGKULU, IPKB- Berdasarkan data BKKBN jumlah pasangan usia subur di
Provinsi Bengkulu mencapai 331.400 keluarga yang tersebar disepuluh daerah kabupaten dan
kota di daerah ini menjadi sasaran peserta KB aktif. Berdasarkan Perkiraan Permintaan
Masyarakat (PPM) jumlah PUS di Bengkulu sebanyak 331.400 keluarga menjadi target
peserta KB aktif, angka sebanyak itu terdapat 156.677 keluarga. Cakupan pemakaian
kontrasepsi di propinsi benkulu, akseptor suntik sebanyak 48,01%, pil 26,97%, implant
10,65%, IUD 7,63%, MOP/MOW 2,56%, kondom 1,18%, dan lainya sebanyak 0,01%.
Sementara data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Bengkulu
Utara tahun 2011, jumlah peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka panjang seperti IUD
sebanyak 3,65%, MOP/MOW sebanyak 1,35%, Implant 13,46%. Berbeda dengan cakupan
pengguna Non MKJP yaitu suntik sebanyak 47,97%, pil sebanyak 21,99%, dan kondom
sebanyak 11,58% (BKKBN 2011).
Hal inipun serupa dengan di Desa Lubuk Banyau Kecamatan Padang Jaya yang
memiliki jumlah akseptor metode non jangka panjang lebih banyak dibandingkan dengan
metode jangka panjang. Dapat dilihat melalui data berikut ini, Berdasarkan data sekunder
yang diperoleh dari Kecamatan Padang Jaya pada tahun 2011, desa Lubuk Banyau memiliki
jumlah pasangan usia subur 4.976 orang. Jumlah peserta KB aktif sebanyak 370, yang terdiri
dari jumlah akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang 1199
diantaranya suntik 654, PIL 431, kondom 114. Sedangkan jumlah akseptor yang
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang 193 diantaranya IUD 46, MOP 2, MOW 9,
IMP 136.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 responden dengan cara
wawancara mengenai pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, jenis alat kontrasepsi, efek
samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan. Hanya 3 orang yang dapat mengetahui
kontrasepsi, jenis alat kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi, kelebihan, dan kekurangan
secara benar dan secara keseluruhan macam-macam alat kontrasepsi. Dan sebanyak 7 orang
yang tidak mendukung metode kontrasepsi jangka panjang dengan alasan sakit pada waktu
pemasangannya, dan biayanya mahal. Masyarakat belum mempunyai keinginan untuk
mengganti metode kontrasepsi yang mereka gunakan ke metode kontrasepsi jangka panjang,
karena mereka belum mengetahui secara detail mengenai seputar alat kontrasepsi. (Hartanto
2004)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis ingin mengetahui adakah hubungan
pengetahuan dengan sikap ibu terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemilihan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun
2012.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka
panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara
tahun 2012
b. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant
di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.
c.
Untuk mengetahui jumlah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa
Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.
d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi
jangka panjang implant di Desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu
Utara tahun 2012.
e.
Untuk mengetahui hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka
panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara
tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengembangan serta dinamika ilmu
keperawatan, terutama yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.
2. Secara praktis
a.
Bagi masyarakat Desa Lubuk Banyau kec. Padang Jaya hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemilihan metode kontrasepsi implant.
b. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.
c.
Bagi keperawatan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi praktek
keperawatan maternitas terutama dalam program pendidikan kesehatan mengenai metode
kontrasepsi implant.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini belum pernah
dilakukan sebelumnya di Prodi D 3 Keperawatan Universitas Ratu Samban, akan tetapi
pernah diteliti oleh Ratna Dewi (2009), dengan judul Hubungan tingkat pendidikan ibu
terhadap metode kontrasepsi jangka panjang Implant di Desa Surolangun Jakarta selatan.
Adapun perbedaan penelitian dengan penulis adalah metode penelitian, variabel, populasi,
sampel, tempat dan waktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Pengetahuan
1) Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengeinderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pencaindera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior).
Menurut WHO (dalam Notoatmodjo, 2003) pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain.
a.
1. Awareness ( kesadaran ),yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
( objek ) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation ( menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
2) Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo tingkat Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Pengetahuan ini
merupakan tingkat yang paling rendah (C1).
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Comprehension
meliputi : menterjemahkan, menafsirkan, menginterpretasikan, meramalkan dan eksplorasi
(C2).
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi (C3) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis (C4) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
(C5)
menunjukkan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang sudah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi (C6) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suaru kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3) Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah:
a.
Pengalaman
Pengalaman dapat dari apa yang pernah dialami sendiri maupun pengalaman orang lain yang
diketahuinya. Seorang akseptor KB suntik telah merasakan sendiri pengaruh kontrasepsi KB
suntik dengan segenap suka dan dukanya. Jika akseptor tersebut bertemu dengan seorang
akseptor Implant saat control di BPS maka mereka akan saling bercerita tentang suka duka
selama mereka menjadi akseptor.
Disini terjadi saling tukar pengalaman dan kedua akseptor tersebut saling memberi dan
menerima pengetahuan berdasar pengalaman masing-masing.
b. Sosio-Budaya
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu
masyarakat bersama. Di suatu masyarakat memiliki kepercayaan bahwa banyak anak banyak
rejeki, maka akan sulit bagi mereka untuk menerima informasi mengenai kontrasepsi.
c.
Keyakinan
Keyakinan dapat diperleh secara turun temurun tanpa adanya pembuktian atau diperoleh dari
pengalaman yang telah dimilikinya dan terbukti benar setelah teruji oleh waktu dan kejadian
yang berulang-ulang. Seorang akseptor baru dengan mantap ia memilih alat kontrsepsi
Implant ia yakin karena ibu dan keluarganya adalah pengguna Implant. Keyakinan akseptor
baru ini makin mantap setelah memperoleh informasi Implant saat konsultasi dengan tenaga
kesehatan yang memasang Implannya.
d. Fasilitas
Media cetak maupun elektronik serta buku-buku merupakan fasilitas sumber informasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat. Banyak tersedia informasi dan ibu-ibu dapat
memperoleh informasi sesuai kebutuhannya. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
akan memungkinkan setiap orang memperoleh informasi secara cepat, tepat, dan akurat.
Orang dapat berhubungan konsultan ahli melalui radio, televisi, majalah, dan lain-lain.
Kaitannya dengan kontrasepsi, pengetahuan merupakan faktor sangat penting karena
berdampak luas pada perilaku pengguna alat kontrasepsi (akseptor) dalam menetapkan
keputusan terhadap alat kontrasepsi yang digunakan. Kemantapan akseptor dengan metode
yang dipilihnya, ketahanan akseptor dalam menghadapi masalah-masalah (efek samping)
yang dialaminya serta kemampuan adaptasinya.
B.
Konsep Sikap
1) Pengertian Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek
atau issue (Petty,cocopio,1986 dalam Azwar S,2000:6). Atau kecenderungan bertindak dari
individu, berupa respons terhadap stimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo,2004). Sikap bisa
juga berupa kecenderungan seseorang terhadap objek mendukung atau tidak mendukung,
seperti yang diungkapkan oleh Azwar (2007):Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
pada objek tersebut.
2) Komponen Sikap
Menurut Azwar struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
a.
Komponen kognitif merupakan representative apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang controversial.
b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional
inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek
yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
c.
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap
yang
dimiliki
oleh
seseorang.
Dan
berisi
tendensi
atau
kecenderungan
untuk
bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek
yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah
dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
Apabila salah satu diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain,
maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan
sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Konsistensi internal diantara
komponen-komponen sikap lebih terasa perlu dipertahankan pada sikap yang intensitasnya
ekstrim, seperti sikap sangat setuju (sangat positif) dan sikap yang sangat tidak setuju (sangat
negatif). Semakin ekstrim intensitas sikap seseorang maka akan semakin terasa apabila ada
semacam serangan terhadap salah satu komponen sikapnya. Dari segi lain, sikap yang ekstrim
biasanya juga tidak mudah untuk diubah. Hal ini menyebabkan timbulnya bentuk perilaku
kompensatif apabila terjadi ketidakseimbangan komponen sikap. Perilaku kompensatif
tersebut dapat berbentuk reaksi yang berlebihan yang searah dengan sikap semula dan secara
tidak sadar diperlihatkan individu untuk mempertahankan ego (Azwar,A. 2007).
3) Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo S. (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
a.
Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
orang menerima ide tersebut.
c.
Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
a.
Adopsi : kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus,
lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap.
Integrasi : pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2
mm, yang diisi dengan 68 mg desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.s
3) Jedena
Terdiri dari 2 batang kapsul silastik yang diisi dengan 75 mg levonogestrol dan lama
kerja 3 tahun.
c. Mekanisme Kerja Implant (Hartanto 2004).
1. Mekanisme kerja yang tepat dari implant belum jelas benar.
2. Seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progesti saja, implant tampaknya mencegah
terjadinya kehamilan melalui beberapa cara:
a) Mencegah ovulasi.
b) Perubahan lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan
spermatozoa.
c) Menghambat perkembangan siklis dari endometrium.
d. Insersi dan Pengeluaran Implant
1) Insersi dan pengeluaran implant pada umumnya merupakan prosedur bedah minor, yang
memerlukan anastesi lokal dan insisi yang kecil.
2) Waktu terbaik untuk insersi adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5 6 hari setelah haid.
3) Implant ditempatkan tepat di bawah kulit, umumnya pada bagian lengan dalam atas atau
bawah.
4) Pengeluaran implant terutama norplant biasanya memerlukan waktu 15 - 20 menit apabila di
pasang dengan benar.
5) Bila implant telah dikelurkan, implant baru dapat segera dipasang pada tempat yang sama
bila tidak ada pembengkakan pada tempat tersebut, atau dipasang pada tempat yang sama
dengan arah yang berlawanaan bila tempat yang lama mengalami trauma dan pembengkakan
selama pengeluaran implant yang lama, atau di pasang pada lengan yang lain.
6) Infeksi atau komplikasi lain seperti hematoma setelah insersi jarang terjadi.
7) Dapat terjadi ekspulsi dari implant bila tempat insersi mengalami infeksi.
8) Yang penting pada saat insersi dan pengeluaran implant adalah menjaga seterilitas.
e. Efektivitas Implant
1) Angka kegagalan Norplant: < 1per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama. Ini lebih
rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.
2) Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke-6 kira-kira 2,5- 3%
akseptor menjadi hamil.
d. Efek samping Implant
1) Efek samping yang paling utama dari norplant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada
kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi.
2) Yang paling sering terjadi adalah :
a. Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus.
b. Perdarahan bercak (spotting).
c. Berkurangnya panjang siklus haid.
d. Amenore, meskipun lebih jarang terjadi di bandigkan perdarahan lama atau perdarahan
bercak.
3. Umunya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang membahayakan diri
akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih dari pada biasanya, volume darah yang hilang
tetap tidak berubah.
4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan jalanya waktu.
5. Perdarahan yang hebat jarang terjadi.
1. Keuntungan Metode Kontrasepsi Implant
a) Ekonomis karena tidak harus mengeluarkan biaya setiap bulan.
b) Praktis karena sekali pasang berkhasiat untuk jangka waktu yang lama (3 tahun atau lebih).
c) Efektif karena berkhasiat untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama dan
kemungkinan terjadinya kegagalan sangat kecil.
d) Tidak mengganggu kesuburan ibu setelah alat kontrasepsi dicabut.
e) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
f)
d.Pasca keguguran.
e.Pasca persalinan.
f.Tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak mau menggunakan metode steril (vasektomi atau
tubektomi).
g.Wanita dengan kontraindikasi hormon esterogen.
h.sering lupa mengkonsumsi pil.
4. Kontraindikasi Metode Kontrasepsi Implant
a) Bila ibu sedang hamil atau diperkirakan hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas.
c) Kanker payu dara atau riwayat kanker payu dara.
d) Tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi.
e) Adanya tanda-tanda kanker (Implant)
f)
Penyakit Jantung
Hepatitis
D. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi implant.
.Pengetahuan mengenai jenis alat dan obat kontrasepsi, efek samping, kontraindikasi,
kelebihan, dan kekurangan sangat diperlukan agar para pemakai alat kontrasepsi dapat
menggunakan alat kontrasepsi yang berbasis pada rasional, efektivitas, efisien. Dalam arti
masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik mengenai alat kontrasepsi sehingga memiliki
kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan, alat kontrasepsi yang
digunakan adalah alat kontrasepsi yang memiliki daya guna yang lebih dari 3 tahun
pemakaiannya, dipasang hanya 1 kali pemasangan, serta tingkat pengembalian kesuburan
relatif cepat. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman, sosio-budaya,
keyakinan, dan fasilitas. Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB
diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk
mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian
sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang
(Notoatmojo,2003). Karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk perilaku seseorang.
E. Kerangka Konsep
Kerangka penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep yang yang satu
terhadap yang lain dari masalah yang diteliti, sedangkan konsep adalah suatu abstraksiyang
dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian (Notoadmojo 2010).
Menggunakan
kontrasepsi implant
Bagan 1
Kerangka Konsep
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atau pertanyaan penelitian,
yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar ataupun salah,
melainkan diuji apakah valid atau tidak (Sastroasmoro,S. 2002:33). Dalam penelitian ini yang
menjadi hipotesisnya adalah:
1.
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka
panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya kabupaten Bengkulu Utara
tahun 2012.
2.
Ada hubungan antara sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang
implant di desa Lubuk Banyau kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional yang dilakukan
untuk melihat hubungan pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang Implant
dengan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang Implant. Dengan pendekatan
penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama Notoatmojo (2002), dengan kata lain penelitian
ini untuk melihat hubungan antara variabel-variabel yaitu variabel dependen dengan variabel
independen dengan mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang
metode kontrasepsi jangka panjang implant dengan sikap ibu terhadap metode kontrasepsi
jangka panjang Implant.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok
yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa
variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo,
2002:70). Dalam penelitian ini ada 2 jenis variabel yaitu variabel independent (variabel
bebas) dan variabel dependent (variabel terikat).
N
o
1
a
Variabel
Independen.
a.Pengetahua
n
b.Sikap
Tabel 1
Definisi operasional
Definisi
Cara ukur Alat
Operasional
Ukur
Pengetahuan
Wawacara Kuisione
merupakan
r
hasil
dari
1-15
tahu, dan ini
terjadi setelah
seseorang
melakukan
pengindraan
terhadap
suatu objek wawancar
tertentu.
a
Kuisione
(Notoadmodj
r
o, 2003)
1-15
Perasaan
mendukung
atau
tidak
atau
tidak
memihak.
Dependen .
Menggunakan Wawancar
-Penggunaan dan
tidak a
alat
menggunakan
kontrasepsi
implant
Kuisione
r
Hasil Ukur
Skala
1.Baik
jikajawaban
benar 75%
2.jika jikajawaba
n benar 50-75%
3.Kurang
jikajawaban
benar <50%
Ordinal
mendukung, jika
dari 50%
tidak, jika < 50%
Menggunakan
Nomina
jika responden l
menjawab ya
Tidak
menggunakan,jik
a
responden
menjawab tidak
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto S, 2006). Dalam
pengmbilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya jumlah
sampel yang paling baik apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik di ambil semua
penelitian ini merupakan penelitian populasi ttapi jika jumlah subjeknya besar atau >100
dapat di ambil antara 10-15% atau 20-25% atau tergantung dari kemampuan peneliti di lihat
dari waktu, tenaga, dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, besar
kecilnya resiko tergantung oleh peneliti (Arikunto S, 2002).
Teknik pengambian sampel dari penelitian ini yaitu menggunakan Random Sampling.
Dalam penelitian sampel di ambil 15% dari populasi 370 orang yaitu sebanyak 55 orang.
Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan data dan perbaikan.
2.
Coding
Yaitu pemberian kode pada checklist.
3.
Tabulating
Yaitu mentabulasi data berdasarkan kelompok data yang telah ditentukan kedalam master
tabel.
4.
Entry Data
Data yang telah dikoding dimasukkan kemudian dianalisis dengan menggunakan komputer.
5.
Cleaning Data
Kegiatan mengecek kembali data yang sudah diproses, apakah ada kesalahan atau tidak pada
masing-masing variabel.
3. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa unvarat adalah suatu analisa terhadap setiap variabel dari peneliti yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari berbagai variabel yang
diteliti. Dengan demikian variabel-variabel yang ada dapat dengan dengan mudah dilakukan
analisa selanjutnya. Data yang merupakan karateristik sampai ditampilkan dalam dalam bentu
frekuensi. ( Notoatmodjo, 2005)
Dalam
penelitian
ini
yang
termasuk
analisa
univariat
adalah hubungan
Jumlah jawaban
b. 1 25 %
c. 26 49 %
d. 50 %
e. 51 75 %
f. 76 99 %
g. 100 ss%
: Seluruh responden.
b. Analisis Bivariat
Yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau
berkolerasi yang bertujuan un tuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen yang di teliti ( Notoatmodjo, 2005).
Rumus Uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan ( P ) <
0,05.
Keterangan :
X2
= Frekuensi observasi
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05
sehingga apabila hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai P > 0,05 maka di katakan
antara kedua variabel secara statistik terdapat hubungan yang tidak bermakna. Sedangkan
apabila nilai P < 0,05 maka secara statistik kedua variabel tersebut terdapat hubungn yang
bermakna.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
2.
3.
4.
B.
Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap
pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
Jalannya penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu :
1.
Tahap Persiapan
Tahap
persiapan
ini
meliputi
konsultasi
dengan
pembimbing,
studi pustaka
untuk
Juli sampai dengan 22 Juli 2012 di desa Lubuk Banyau. Selama penelitian dilaksanakan tidak
ditemukan masalah ataupun hambatan-hambatan yang berarti.
3.
Tahap Akhir
Setelah pelaksanaan penetilian selesai, barulah penulis membuat laporan penelitian dan
dikonsultasi untuk mendapatkan persetujuan dari pembimbing yang selanjutnya dilakukan ujian karya
tulis ilmiah.
C.
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap
pemilihan metode alat kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang
Jaya tahun 2012.
1.
Karakteristik Responden
Tabel 2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
No
Umur
frekuensi
Persentase %
< 25
14
25,4
25 30
22
40
> 30
17
30,9
55
100
Jumlah
Hasil penelitian tahun 2012
Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa hampir dari responden berumur 25-30 tahun sebanyak
22 responden (40%), sedangkan yang berumur < 25 tahun sebanyak 14 responden (25,4%) dan yang
berumur > 30 tahun sebanyak 17 responden (30,9).
Tabel 3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak
No
Jumlah anak
Frekwensi
Persentase %
12
21,8
2-3
36
65,4
>3
12,8
Jumlah
55
100
Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak 2-3
sebanyak 36 responden (65,4%), sedangkan responden yang memiliki jumlah anak 1 sebanyak 12
responden (21,8%) dan responden yang mmemiliki jumlah anak > 3 sebanyak 7 responden (12,8%).
2.
a.
No
Frekuensi
Presentase ( % )
Kurang
29
52,7
Sedang
15
27,3
Baik
11
20
55
100
Jumlah
Sumber:Hasil penelitian 2012
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 55 ibu di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang
Jaya yang berpengetahuan baik sebanyak 11 orang (20%), berpengetahuan sedang sebanyak 15
orang (27,3%) yang berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (52,7%).
Tabel 4
Distribusi frekuensi sikap ibu terhadap metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012
No
Sikap ibu
Frekuensi
Presentase ( % )
Tidak mendukung
29
52,7
Mendukung
26
47,3
55
100
Jumlah
Sumber:Hasil penelitian 2012
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 55 ibu yang mempunyai sikap tidak mendukung sebanyak
29 orang (52,7%) dan yang mempunyai sikap mendukung sebanyak 26 orang (47,3%).
Tabel 5
Distribusi frekuensi jumlah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012
No
Frekuensi
Presentase ( % )
Implant
18
32,7
Non implant
37
67,3
55
100
Jumlah
Sumber:Hasil penelitian 2012
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 55 ibu yang menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang implant sebanyak 18 orang (32,7%) sedangkan ibu yang tidak menggunakan metode
kontrasepsi jangka implant sebanyak 37 orang (67,3%).
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen (tingkat pengetahuan dan
sikap ibu ) dan variabel dependen ( pemilihan metode kontrasepsi implant ) yaitu menggunakan
analisis Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% ( = 0,05) adapun hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 6
Hubungan tingkat pengetahuan terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di
desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012
No
1
2
3
Tingkat
pengetahuan
Kurang
Sedang
Baik
Jumlah
Pemilihan kontrasepsi
implant
Non
Implant
implant
N
%
N
%
27 49,1
2
3,6
10 18,2
5
9,1
0
0
11
20
37 67,3
18
32,7
Total
N
%
29
52,7
15
27,3
11
20
55
100
X2
31,402
0,000
hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode
kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
Tabel 6
Hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau
kecamatan Padang Jaya tahun 2012
N
o
1
2
Sikap ibu
Tidak
mend ukun
g
Mendukung
Jumlah
Pemilihan kontrasepsi
implant
Non implant
implant
N
%
N
%
26
11
37
47,3
20
67,3
3
15
18
5,5
27,3
32,7
Total
N
29
26
55
52,7
47,3
100
X2
11,891
0,001
Pembahasan
1. Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode alat kontrasepsi jangka panjang
implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 55 responden yang memilih metode kontrasepsi implant
di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012 didapatkan frekuensi tertinggi yang
memilih alat kontrasepsi implant berasal dari ibu yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 11
orang (20%), berpengetahuan sedang sebanyak 5 orang (9,1%) dan berpengetahuan kurang
sebanyak 2 orang (3,6%).
Menurut BKKBN 2007 informasi mengenai alat kontrasepsi sangat penting difahami sebelum
memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Hal ini serupa dengan pendapat BAPPENAS
yaitu dengan berbekal pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi, beserta efek samping yang
ditimbulkannya, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihannya. Masyarakat dapat menentukan pilihan
alat kontrasepsi yang sesuai sehingga memberi pengayoman lebih tinggi yang akhirnya akan
meningkatkan kelestariannya dalam berkeluarga berencana. Jadi pengetahuan mengenai alat-alat
kontrasepsi beserta efek samping, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihan sangat diperlukan untuk
menentukan pilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan serta untuk mendukung program Repelita
V yaitu agar masyarakat lebih menggunakan alat kontrasepsi yang efektif.
Masih adanya responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori kurang, yaitu sebanyak
52,7% dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi antara lain informasi yang kurang mengenai
alat kontrasepsi beserta efek samping, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihan. Beberapa ibu
sangat jarang mengikuti acara-acara penyuluhan mengenai keluarga berencana. Hanya ibu-ibu yang
menjadi kader PKK saja yang aktif mengikuti acara tersebut. Sosialisasi dari kader PKK yang aktif
mengikuti acara penyuluhan kepada ibu yang tidak aktif belum efektif diberikan sehingga pemahaman
ibu mengenai alat kontrasepsi kurang. Rata-rata ibu mendapat informasi mengenai alat kontrasepsi
dengan cara bertukar pikiran atau pendapat, serta pengalaman. Hal ini sependapat dengan Kuswati,
Ani (2007), yang menyatakan bahwa pengalaman di dalam menggunakan jenis KB akan berpengaruh
terhadap pengetahuan mereka mengenai cara KB selain yang digunakan. Menurut Green dalam
Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika ibu memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai alat kontrasepsi maka dapat mempengaruhi persepsi mereka mengenai alat kontrasepsi.
Saran bagi ibu diharapkan aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu di daerah setempat serta
berkonsultasi pada bidan tentang kontrasepsi yang cocok baginya. Adapun untuk petugas kesehatan
agar lebih sering melakukan penyuluhan tentang alat kontrasepsi.
2. Hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 55 responden yang memilih metode kontrasepsi implant
di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012 didapatkan frekuensi tertinggi yang
memilih alat kontrasepsi implant berasal dari ibu yang memiliki sikap mendukung adalah sebanyak 15
orang (27,3%) dan sikap tidak mendukung sebanyak 3 orang (5,5%).
Sikap adalah salah satu faktor predisposisi yang merupakan pendorong perilaku seseorang
untuk bertindak (Green dalam Notoatmodjo,2003). Sikap adalah suatu kecenderungan seseorang
terhadap objek tertentu bisa juga perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Tetapi sikap positif atau mendukung saja tanpa
ditunjang faktor lain belum tentu memastikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang
ibu mempunyai sikap positif terhadap metode kontrasepsi jangka panjang dengan pengetahuan yang
cukup, namun tidak diikuti pula dengan motivasi yang positif, tentu hal ini akan menyebabkan ibu
tersebut tidak akan menggunakan atau memilih alat kontrasepsi jangka panjang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode
pemilihan kontrasepsi jangka panjang implant di desa Lubuk Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan kurang tentang pemilihan metode kontrasepsi implant.
2. Sebagian besar ibu mempunyai sikap tidak mendukung terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant.
3. Sebagian besar ibu tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang implant .
4. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk
Banyau kecamatan Padang Jaya tahun 2012.
5. Terdapat hubungan sikap ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi implant di desa Lubuk Banyau kecamatan
Padang Jaya tahun 2012.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat Desa Lubuk Banyau
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemilihan metode
kontrasepsi implant.
2. Bagi Peneliti.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lanjutan yang berkaitan
dengan pemilihan metode kontrasepsi implant.
3. Bagi keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi praktek keperawatan maternitas terutama dalam
program pendidikan kesehatan mengenai metode kontrasepsi implant.
.