Lesson
Study di Jepang
Makoto Yoshida
Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya Jugyokenkyu, adalah proses pengembangan
profesi inti yang dipraktikkan guru-guru di Jepang agar secara berkelanjutan dapat
memperbaiki mutu pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran yang mereka
fasilitasi. Praktik ini mempunyai sejarah panjang, dan secara signifikan telah membantu
memperbaiki pembelajaran (teaching) dan pemelajaran (learning) di kelas maupun dalam
pengembangan kurikulum. Banyak guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang
melaporkan bahwa lesson study merupakan salah satu pendekatan pengembangan profesi
penting yang telah membantu guru-guru tumbuh berkembang sebagai profesional
sepanjang karer mereka (Yoshida 1999).
Guru-guru Jepang menyelenggarakan lesson study dalam berbagai bentuk dan cara.
Lesson study dilaksanakan sebagai bagian dari pengembangan profesi berbasis sekolah
yang dikenal dengan nama Konaikenshu dan diselenggarakan menurut kelompok sekolah
atau kelompok mata pelajaran. Lesson study juga dapat dilaksanakan antar sekolah. Di
Jepang kegiatan lesson study dilaksanakan menurut wilayah (seperti, kecamatan,
kabupaten, dsb.), kelompok guru (misalnya, kelompok guru mata pelajaran di sekolah
dan kelompok guru MGMP). Lesson study juga menjadi bagian dari pendidikan guru di
Muchlas Yusak
7/13/2015
tahun pertama mereka bertugas, serta sebagai bagian dari asosiasi maupun institusi
pendidikan.
Lesson study terdiri dari tiga bagian utama: (1) identifikasi tema penelitian (research
theme) dari lesson study; (2) pelaksanakan sejumlah research lesson yang akan mengeksplorasi research theme; dan (3) refleksi proses pelaksanaan lesson study, termasuk pembuatan laporan tertulis.
Muchlas Yusak
7/13/2015
Siswa di sekolah ini ceria, patuh dan sangat antusias belajar. Namun, tampaknya
mereka belum menguasai kecakapan-kecakapan berfikir mendalam mengenai satu
permasalahan, mendengarkan dan memperhatikan komentar-komentar siswa lain,
serta menghargai pendapat siswa lain. Selain itu, ketika anak-anak mencapai kelas
lima dan enam, mereka cenderung semakin takut berbuat salah di hadapan siswa
lain. Sebagai akibat dari rasa takut ini, mereka menjadi kurang bergairah untuk
menjadi peserta aktif dalam proses belajar. Untuk mengatasi masalah ini, tim
memutuskan memilih tema Meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir
mandiri, menemukan, dan saling belajar dari sesama siswa. Mereka merasa bahwa
dengan memilih topik ini mereka dapat menumbuhkan hasrat yang kuat dari
masing-masing siswa untuk belajar (ketika mereka menghadapi mata pelajaran
baru) dan mengajar (mereka meningkatkan kemampuan mereka belajar dari)
gagasan-gagasan siswa lain dan dari kesalahan mereka sendiri (dan kesalahan orang
lain), pada saat yang sama memperkuat rasa keberhasilan di antara semua siswa.
(Yoshida 1999)
Di Jepang, lesson study telah dilaksanakan pada mata pelajaran matematika dan banyak
mata pelajaran lainnya. Beberapa contoh research theme dari lesson study di beberapa
mata pelajaran adalah:
membentuk perilaku yang otonom siswa serta penuh gairah hidup dengan cara
mengembangkan kebugaran dan kesehatan fisik mereka.
Sekolah di Jepang biasanya menangani research theme dan mata pelajaran yang sama,
matematika sebagai contoh, selama tiga sampai empat tahun. Ini terutama dalam setting
konaikenshu, yang di dalamnya sekolah mencoba mengembangkan konsistensi dalam
pembelajaran di seluruh sekolah untuk memperbaiki pemelajaran siswa. Seperti disebut-
Muchlas Yusak
7/13/2015
kan terdahulu, research theme berjangka tiga tahun dari SD Tsuta adalah,
Meningkatkan kemampuan berfikir mandiri siswa, menemukan, dan belajar antar
sesama siswa saat mereka sedang fokus dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika. Untuk mencapai tujuan besar ini, guru-guru biasanya menetapkan
serangkaian sub-tujuan, satu sub-tujuan setiap tahunnya, sambil menjaga research theme
sebagai tujuan utama. Tahun pertama mungkin difokuskan pada peningkatan kecakapan
pemahaman siswa dalam permasalahan kosakata. Tahun ke dua bisa fokus pada
kecakapan berpresentasi dan menyimak, sedangkan tahun ke tiga untuk pengembangan
kecakapan berdiskusi. Pendekatan step-by-step dalam pencapaian sub-tujuan ini
dimaksudkan agar research theme dapat tercapai secara utuh.
apa yang diajarkan dan bagaimana buku teks menyajikan suatu unit pembelajaran
bagaimana buku teks atau bahan ajar lainnya menyajikan unit tersebut dengan
cara berbeda
Muchlas Yusak
7/13/2015
Kemudian guru-guru membahas ciri-ciri khusus dari research lesson yang sedang mereka
kembangkan. Berikut ini daftar topik yang sering mereka bahas:
Muchlas Yusak
7/13/2015
jenis pengalaman belajar yang membantu siswa terlibat, tertarik dan berkeinginan
mendalami pelajarannya lebih lanjut
Muchlas Yusak
7/13/2015
Muchlas Yusak
7/13/2015
mengenai kegiatan lesson study untuk dijadikan sebagai laporan akhir. Rekaman ini
menjadi resources yang penting bagi para guru untuk memperbaiki praktik pembelajaran
mereka di kemudian hari. Di Jepang sekolah-sekolah membuat laporan lesson study
semacam ini yang kemudian disimpan di sekolah, di dewan pendidikan dan pusat-pusat
pendidikan. Laporan-laporan ini seringkali dibagi-bagikan ketika ada penyelenggaraan
lesson study open house dan dihadiahkan kepada tamu-tamu penting yang berkunjung ke
sekolah. Di Jepang, guru-guru menerbitkan banyak buku studi kasus tentang lesson study,
yang juga tersedia di toko-toko buku besar.
Muchlas Yusak
7/13/2015
Muchlas Yusak
7/13/2015
kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran
dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.
Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi yang
dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses
perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat
membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan mengembangkan pemahaman
bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses
pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, lesson study
merupakan bentuk penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral
sebagai peneliti praktik kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang
otonom tentang pembelajaran (teaching) dan pemelajaran (learning) di ruang kelas
sepanjang hidupnya.
Referensi
Yoshida, M. (1999). Lesson Study: A Case Study of a Japanese Approach to
Improving Instruction Through School-Based Teacher Development. Disertasi
Doktoral yang tidak diterbitkan, The University of Chicago.
Tentang Pengarang
Makoto Yoshida, Ph.D.
myoshida@globaledresources.com
Muchlas Yusak
10
7/13/2015
Makoto Yoshida adalah salah seorang pendiri dan presiden Global Education Resources.
Ia lahir di Hiroshima, Jepang, dan sekarang tinggal di New Jersey. Ia datang ke Amerika
Serikat untuk belajar di Lewis and Clark College di Portland, OR, tempat dia menerima
gelar B.A. dalam bidang pendidikan dan psikologi. Ia menerima M.A dan Ph.D. dalam
bidang pendidikan dari University of Chicago. Penelitian desertasi doktornya difokuskan
pada pelaksanaan lesson study di Jepang.
Muchlas Yusak
11
7/13/2015