Anda di halaman 1dari 24

1

1.

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang dilaksanakan secara
bertahap yang pada akhirnya untuk mewujudkan cita-cita nasional yaitu masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Selama krisis moneter berlangsung, pembangunan ekonomi mengalami berbagai
masalah, salah satunya masalah ketenagakerjaan. Jumlah angkatan kerja dari waktu
ke waktu makin meningkat, sedangkan lapangan kerja makin berkurang karena
banyaknya perusahaan-perusahaan gulung tikar.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah di atas adalah
dengan memperluas kesempatan kerja, melalui kebijakan latihan, kebijakan
penyebaran tenaga kerja dan kebijakan khusus. Diantara program-program tersebut,
program kebijakan khusus merupakan program yang dikhususkan untuk kelompok
angkatan kerja tertentu seperti pengusaha kecil yang wujud kegiatannya berupa
proyek padat karya, inpres desa dan lain-lainnya serta sektor informal yang terus
dikembangkan (Dewi Kurniati: 1987, 45).
Pada sektor informal akan dilakukan kebijakan pelatihan terhadap tenaga
kerja yang kurang memiliki pengetahuan yang lebih luas supaya dapat bekerja
disektor formal, tujuan untuk melakukan pelatihan ini agar tenaga kerja dapat
memiliki keterampilan dan pendidikan yang bagus, untuk mengatasi masalah tersebut
pemerintah NTB telah melakukan langkah yang tepat dengan membuka pendidikan
yaitu Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja yang
masih dalam proses mencari pekerjaan. Sedangkan kebijakan penyebaran tenaga
kerja dilakukan baik dengan pengiriman tenaga kerja luar negeri maupun melalui
transmigrasi. Program kebijakan khusus terutama pembangunan sektor informal
dilakukan dengan penertiban tempat-tempat pedagang kaki lima, pembangunan pasar
maupun pusat pertokoan. Di NTB pedagang kaki lima sangat banyak terutama di
Cakranegara khususnya di Cakra Timur dan Cakra Barat. Para pedagang kaki lima ini
untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya hanya didapatkan dari hasil jualan.
Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai salah satu sektor informal diartikan
sebagai seorang yang melakukan kegiatan perdagangan dengan modal terbatas dan
berlokasi di tempat-tempat umum ada yang berkelompok atau merupakan individuindividu. Menjadi benih-benih kewirausahaan yang berfungsi mendorong
pertumbuhan ekonomi perkotaan sehingga perlu dipromosikan dan dibantu dalam
upaya perkembangan ekonomi kota. Keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh
sangat dipengaruhi oleh kondisi dari konsumen dimana secara umum keuntungan
yang besar akan mereka peroleh pada saat hari libur dan perayaan hari-hari besar
keagamaan sedangkan kerugian yang mereka alami biasanya disebabkan karena jenis
barang yang diperdagangkan bersifat tidak tahan lama sehingga barang tersebut
dalam jangka waktu tertentu harus diganti dengan barang yang baru meskipun tidak
habis terjual.
Pedagang Kaki Lima dapat memberikan penghasilan dan sekaligus
pemenuhan kebutuhan pokok anggota keluarga yang ditanggungnya, pedagang kaki

lima ini sebagai usaha pokok rumah tangga dan ada juga usaha sampingan yang
dilakukan khususnya oleh anggota keluarga yang tinggal serumah, maka telah
menyebabkan penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima, yang
dalam hal ini mengambil daerah penelitian di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara.
2.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara.
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Pendapatan
Dalam kehidupan sehari-hari, pendapatan rumah tangga merupakan seluruh
pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota rumah tangga. Sumber pendapatan
rumah tangga tersebut dapat diperoleh dari berbagai aktifitas ekonomi seperti
(Gilarso, 1992 ) :
1. Usaha sendiri, misalnya dari berdagang, mengerjakan sawah atau
mengerjakan usaha sendiri.
2. Bekerja pada orang lain, misalnya dengan bekerja di kantor-kantor sebagai
pegawai, atau di perusahaan-perusahaan sebagai karyawan.
Pengertian pendapatan menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2007;xvii)
yang disarankan oleh the International Labor Organization (ILO) adalah penerimaan
buruh atau karyawan berupa uang atau barang yang dibayarkan
perusahaan/kantor/majikan. Pendapatan rumah tangga dapat berupa penghasilan
dalam bentuk uang dan penghasilan dalam bentuk barang. Penghasilan yang berupa
uang dapat diperoleh melalui gaji atau upah dari usaha sendiri, sedangkan
penghasilan berupa barang yaitu segala penghasilan yang diperoleh dalam bentuk
barang dan jasa yang diperlukan.
3.2 Pendapatan Kotor dan Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima
Pendapatan adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh sektor produksi. Sektor produksi ini memberi faktor-faktor produksi tersebut
untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar
faktor produksi (Boediono 1982; 150).
Dalam pengertian sehari-hari pendapatan adalah penghasilan berupa uang
sedangkan dalam pengertian ekonomi pendapatan mempunyai pengertian yaitu
pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang
diterima dari hasil penjualan barang atau hasil produksi atau pendapatan yang
diterima dari hasil produksi dikalikan dengan harga jual perunit barang atau produksi
tersebut.

Menurut Sudarsono secara singkat pendapatan kotor dapat dirumuskan


sebagai berikut :
TR = TP x P
Dimana :
TR
: Keseluruhan Pendapatan yang diterima
TP
: Jumlah komoditi yang dihasilkan
P
: Tingkat harga dari komoditi yang dihasilkan
Pendapatan bersih adalah pendapatan kotor setelah dikurangi dengan biayabiaya yang dikeluarkan selama berlangsungnya proses produksi. Secara sistemtis
dapat dirumuskan sebagai berikut (Boediono: 1982; 152) :
NR = TR TC
Keterangan :
NR
:Pendapatan bersih yang diterima oleh responden dalam kegiatan
usahanya.
TR
:Pendapatan kotor yang diterima oleh responden dalam kegiatan
usahanya.
TC
:Keseluruhan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan
usahanya.
Dalam penelitian ini pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dari
pedagang kaki lima (pedagang rokok, pedagang gorengan, pedagang snack, pedagang
nasi, pedagang sate, pedagang bakso, pedagang mainan,dan pedagang es buah).
Pendapatan yang diterima dihitung dengan mengurangi pendapatan kotor dengan
biaya yang dikeluarkan (seluruh pengeluaran untuk usaha).
3.3 Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua beban yang harus ditanggung untuk
menyediakan barang agar siap dipakai konsumen (Soedarsono: 1987; 154).
Pada dasarnya biaya produksi dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu:
1. Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi, misalnya penyusutan peralatan, sewa tanah dan
sebagainya.
2. Biaya variabel yaitu biaya yang berubah-ubah, yang apabila ada suatu barang
yang diproduksi misalnya upah, ongkos angkut dan sebagainya.
Pengeluaran untuk usaha atau biaya usaha disini adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang kaki lima atau pengeluaran untuk biaya usaha atau
produksi (biaya bahan mentah, biaya jaga malam, biaya tansportasi dan biaya
peralatan lainnya).
3.4 Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima adalah para pedagang yang menjual barang-barang dan
jasa-jasanya dalam suatu tempat dimana modal yang digunakan relatif kecil, jenis
usaha yang dilakukan adalah beragam khususnya penjual makanan, minuman,
pakaian, asesoris dan lain-lain (Buletin Ekonomi BAPPINDO; 1990).
Pedagang kaki lima merupakan usaha yang mempunyai sifat padat karya akan
tetapi lemahnya manajemen, pengelolaan keuangan belum teratur dan keterbatasan

dalam hal menyediakan dana untuk modal kerja. Selain itu kurangnya dukungan
administrasi yang teratur menjadikan kurangnya perencanaan, akibatnya kurang
memenuhi syarat kredit perbankan sehingga mengurangi kesempatan dalam
memanfaatkan jasa perbankan.
3.5 Tempat Beroperasi Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima biasanya menjajakan dagangannya di tempat-tempat
umum yang dianggap strategis, antara lain:
1. Trotoar adalah tepi jalan besar yang sedikit lebih tinggi dari pada jalan
tersebut, tempat orang berjalan kaki. Pedagang kaki lima biasanya beraktivitas
di trotoar, sehingga trotoar bukan lagi sebagai tempat yang nyaman untuk
pejalan kaki karena sudah beralih fungsi.
2. Bahu Jalan yaitu bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai tempat untuk
kendaraan yang mengalami kerusakan berhenti atau digunakan oleh
kendaraan darurat seperti ambulance, pemadam kebakaran, polisi yang sedang
menuju tempat yang memerlukan bantuan kedaruratan dikala jalan sedang
mengalami kepadatan yang tinggi. Dari pengertian di atas, fungsi bahu jalan
adalah tempat berhenti sementara dan pergerakan pejalan kaki, namun
kenyataanya sebagai tepat pedagang kaki lima beraktivitas.
3. Badan Jalan yaitu lebar jalan yang dipergunakan untuk pergerakan lalu lintas.
3.6 Bentuk Sarana Perdagangan
Bentuk sarana perdagangan yang digunakan pedagang kaki lima dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Gerobak/kereta dorong, yang biasanya digunakan oleh pedagang yang
berjualan makanan, minuman, atau rokok.
2. Pikulan/keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh pedagang keliling atau
semi permanen. Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan mudah
dibawa atau berpindah tempat.
3. Warung semi permanen, yaitu berupa gerobak/kereta dorong yang diatur
sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan meja dan kursi.
4. Kios, bentuk sarana ini menggunakan papan-papan yang diatur sedemikian
rupa sehingga menjadi sebuah bilik, yang mana pedagang tersebut juga
tinggal di dalamnya.
5. Gelaran/alas, pedagang menggunakan alas tikar, kain atau sejenisnya untuk
menjajakan dagangannya.
3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima
1. Modal Kerja
Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan adalah
modal. Didalam persepsi pasar yang dimaksud dengan modal atau biasanya disebut
pawitan (bahasa jawa) adalah sejumlah barang dagangan dan bukannya dalam
pengertian uang (Alma Buchari. 2006 : 109). Beberapa hasil penelitian terhadap
pedagang sektor informal menunjukan terdapatnya kaitan langsung antara modal
dengan tingkat pendapatan pedagang. Modal yang relatife besar akan memungkinkan

suatu unit penjualan menambah variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini
berarti akan makin memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar.
Modal adalah pada umumnya sumber permodalan bisnis kecil berasal
dari (Alma Buchari, 2006;112 ) :
a. Uang tabungan sendiri
b. Dari kawan atau relasi
c. Pinjaman barang dagangan
d. Kredit bank
e. Laba yang diperoleh.
2. Jam Kerja
Jam kerja lamanya waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha.
Dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup. Adapun jam kerja yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh para pedagang pasar
tradisional dalam menjajakan barang dagangannya setiap hari. Hal ini banyak
tergantung dari berbagai hal seperti jenis barang dagangannya, kecepatan laku terjual
barang dagangan, cuaca dan sebagainya, yang dapat mempengaruhi jam kerja
pedagang.
3. Lokasi Usaha
Pedagang kaki lima umumnya menyukai tempat-tempat dimana orang sering
mengunjungi atau melewatinya untuk dijadikan sebagai lokasi usaha dengan
harapan terdapat banyak orang yang akan membeli. Tempat-tempat tersebut
merupakan lokasi usaha yang sangat strategis bagi usaha kaki lima. Menurut
Simamora (2005) ada tiga syarat keberhasilan eceran, yaitu lokasi, lokasi, dan
lokasi. Dikatakan begitu karena memang lokasi memegang peranan paling penting
dalam eceran. Menurutnya lagi, beberapa faktor perlu diperhatikan dalam memilih
lokasi, yaitu:
a. Tingginya populasi pasar sasaran. Ini ditandai oleh banyaknya orang yang
lewat pada suatu tempat atau yang bermukim serta berkantor disuatu lokasi.
b. Akses pada lokasi. Kemudahan mencapai dan keluar dari lokasi sangat
menentukan jumlah pengunjung. Akses tidak tergantung pada jarak.
c. Titik-titik stress. Secara psikologi terdapat titik-titik stress pada setiap
lokasi. Orang lebih santai setelah melalui lampu lalu lintas atau daerah macet,
sehingga ditempat seperti itulah lokasi eceran menjadi lebih baik.
d. Peruntukan suatu area atau jalur. Janganlah mendirikan toko onderdil disuatu
tempat yang sekitarnya merupakan toko-toko sepatu dan pakaian.
Lokasi yang strategis adalah wilayah penempatan operasi produksi sebuah
perusahaan yang dapat memberikan keuntungan maksimal terhadap perusahaan
tersebut, karena tujuan strategi lokasi adalah untuk memaksimalkan manfaat lokasi
bagi perusahaan..
Dalam kenyataan tidak selalu lokasi terpilih merupakan lokasi cocok secara
ekonomis atau yang memberikan keuntungan yang maksimal (maximum revenue
locations). Ada faktor lain yang juga menjadi pertimbangan. Beberapa macam faktor

lain yang biasa dijadikan pertimbangan dalam pemilihan lokasi kegiatan seperti;
faktor keamanan, lingkungan/ekologi, kesediaan energi, sistim politik dan sistim
perpajakan dan lain sebagainya sesuai dengan jenis kegiatan yang akan diusahakan.
Inilah yang disebut oleh Harvey (dalam Daldjoeni, 1997 p. 88) dengan the
statisficer concept, yaitu siap menerima lokasi yang lebih memuaskan dari pada
lokasi yang hanya dilihat dari sudut pandang ekonomis semata (profitability)..
3.8 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan pada perumusan masalah maka dapat diajukan hipotesis yaitu
Diduga bahwa modal kerja, jam kerja, dan lokasi kerja berpengaruh terhadap
pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten
Lombok Utara.
4.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. atau hubungan antara
fenomena-fenomena yang diselidiki dimana Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel survey dengan teknik
pengumpulan data wawancara dan Observasi. Untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan jalan mengajukan daftar pertanyaan
(quesioner) yang sesuai dengan tujuan penelitian.
4.1 Definisi Operasional Variabel
1. Modal kerja
Istilah modal berbeda artinya dalam percakapan sehari-hari dan dalam
ilmu ekonomi. Modal (capital) sering ditafsirkan sebagai uang. Dengan
tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan
mengembangkan modal itu sendiri melaui suatu proses kegiatan usaha. Modal
yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan
kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai
sumber modal akan membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna
menjalankan usaha. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal
maka akan meningkatkan volume penjualan (Riyanto, 1985 dalam Achmad,
2009).
2. Jam kerja
Jam kerja dalam penelitian ini adalah menentukan waktu berapa lama
jam kerja yang digunakan pedagang kaki lima untuk berjualan selama sehari,
jam kerja setiap pedagang kaki lima berbeda-beda, tergantung dari jenis
barang yang mereka jual dan lokasi yang mereka tempati, lama waktu yang di
gunakan dihitung dengan total jam kerja. Jam kerja ini dinyatakan dengan
jam, jam kerja juga mempengaruhi besar kecilnya pendapatan pedagang kaki
lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
3. Lokasi kerja
Lokasi kerja dalam penelitian ini adalah menentukan tempat dimana
lokasi yang strategis dan tidak strategis yang dipilih oleh pedagang kaki lima

yang bisa menarik minat pembeli dan sudah mengetahui tingkat kepadatan
penduduk disekitar lokasi, besar pendapatan masyarakat di sekitar lokasi,
memperhatikan tingkat keramaian pejalan kaki dan tongkrongan serta lalu
lintas kendaraan yang lewat. Dalam penelitian ini lokasi yang ditempati oleh
pedagang kaki lima yaitu terminal, pasar, pinggir jalan dan area lapangan
tanjung. Tetapi lokasi terminal dan pasar banyak sekali dipilih oleh pedagang
kaki lima karena menganggap bahwa lokasi tersebut sangat layak sebagai
tempat berjualan dan mempengaruhi banyaknya pendapatan.
Guna mengukur jawaban responden dengan jenis skala pengukuran
ordinal, maka dalam penelitian ini dipakai skala penilaian terhadap preferensi
responden sebagai berikut (Ghozali Imam, 2007):
a. Strategis
:2
b. Tidak strategis : 1
4.2 Prosedur Analisis Data
a.
Uji F (uji pengaruh secara bersama)
Untuk menguji secara bersama-sama keseluruhan variabel bebas (modal
kerja, jam kerja, dan lokasi kerja) terhadap variabel terikat, maka digunakan uji F.
(Gujarati, 2006:195)

Keterangan :
= pengujian secara bersama-sama
R
= koefisien determinasi berganda
K
= banyaknya variable
n
= banyaknya observasi (sample)
k-1
= derajat bebas pembilang
n-K
= derajat bebas penyebut
b. Uji t (uji pengaruh secara parsial)
Uji t digunakan untuk menguji hubungan regresi secara parsial atau secara
satu persatu. Pengujian ini dilakukan untuk melihat kuat tidaknya pengaruh masingmasing variabel bebas secara satu persatu terhadap variable terikat. (Gujarati, 2006).

Keterangan :
t

(pengujian secara parsial)

b1
: koefisien regresi linier berganda
Sb1
: standar eror deviasi,
Rumusan hipotesa :
H0
: b1 = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan

antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.


: b1 0, artinya secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian :
H0

jika probabilitas

( = 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya bahwa seluruh variable bebas mempunyai pengaruh secara nyata


terhadap variabel terikat;

jika probabilitas

> ( = 0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak,

artinya bahwa seluruh variable bebas tidak mempunyai pengaruh secara nyata
terhadap variabel terikat.
c. Uji Koefisien Determinasi
Rumus ini digunakan untuk mengetahui proporsi sumbangan variabel bebas
(X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersama-sama. Koefisien determinasi
dinyatakan dengan notasi R. rumusnya adalah (Supranto, 103:2001)

Dimana :
R
: Koefisien determinasi
b1 b2 b3 b4
: Koefisien regresi
Y
= Pendapatan
X1 = Modal Kerja
X2 = Jam Kerja
X3 = Lokasi Kerja
e
= Variabel penggangu
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar variasi nilai
Y yang ditentukan oleh variasi nilai X. R terletak antara 0 dan 1, kecocokan model
dikatakan lebih baik apabila nilai R semakin dekat dengan 1.
d.
Uji Multikolinearitas
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang sempurna diantara
beberapa variabel atas semua variabel yang dijelaskan dalam suatu model regresi.
Adanya kemungkinan terdapat multikolinieritas apabila nilai

dan R

signifikan, sedangkan sebagian atau seluruhnya koefisien regresi tidak signifikan.


Pengujian dilakukan pada variabel bebas. Secara parsial yakni dengan melakukan
regresi antara variabel bebas dengan menjadikan salah satu variabel bebas sebagai
variable l terikat. (Gujarati, 2000:438)
1) Jika R hasil regresi variabel bebas > R hasil regresi berganda berarti antara
modal kerja, jam kerja, dan lokasi kerja terjadi multikolinearitas;
2) Jika R hasil regresi variabel bebas < R hasil regresi berganda berarti antara

modal kerja, jam kerja, dan lokasi kerja tidak terjadi multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah kesalahan
pengganggu mempunyai varian yang sama. Untuk menguji ada tidaknya
heterokedastisitas dalam model regresi digunakan uji Glejser dengan langkahlangkah sebagai berikut: (Gujarati, 2000:177)
1) Melakukan regresi variabel terikat Y terhadap variabel penjelas Xi dan
memperoleh residual;
2) Melakukan regresi dari nilai absolut residual terhadap nilai Xi yang mempunyai
hubungan erat;
3) Menentukan ada tidaknya heterokedastisitas dengan uji statistik, untuk menguji
hipotesis.
Kriteria pengambilan keputusan :
e.

Apabila probabilitas

> (0,05), maka dalam model tidak terjadi

heterokedastisitas;

Apabila probabilitas

< (0,05), maka dalam model terjadi

heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan alat untuk menunjukkan kondisi dimana variabel
pengganggu pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada yang
lain atau variabel gangguan tidak random. Terjadinya autokorelasi lebih
disebabkan spesifikasi model, bukan karena masalah korelasi (Priyatno, 2008:4749). Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson dengan melihat nilai dL dan du pada tabel
Durbin-Watson. Pengujian terhadap adanya autokorelasi, dapat digunakan sebagai
berikut :
1) Jika hipotesis Ho menyatakan tidak ada korelasi positif, maka apabila :
d < dL
: menolak Ho
d < dU
: menerima Ho
dU d 4-dL
: pengujian tidak meyakinkan
2) Jika hipotesis Ho menyatakan tidak ada korelasi negatif, maka apabila :
d > 4-dL
: menolak Ho
d > 4-dU
: menerima Ho
4-dU d 4 dL
: pengujian tidak menyakinkan
Pengujian dU adalah d Upper atau nilai d batas atas dan dL adalah d lower
batas bawah yang diperoleh dari nilai tabel d Durbin-Watson.
f.

10

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Gambaran Umum Responden di Desa Tanjung
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten
Lombok utara, berikut ini merupakan gambaran keadaan responden pedagang kaki
lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara :
1) Keadaan responden menurut jenis kelamin di Desa Tanjung
Tabel 4.1 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin Di Desa Tanjung
No

Jenis Kelamin

Jumlah Responden

Persentase (%)

1
2

Laki-laki
30
60%
Perempuan
20
40%
Jumlah
50
100%
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa jumlah pedagang kaki lima yang
paling banyak di Desa Tanjung adalah penduduk jenis kelamin laki-laki dengan
jumlah responden 30 atau 60%, sedangkan penduduk dengan jenis kelamin
perempuan berjumlah 20 atau 40%.
2) Keadaan responden menurut kelompok umur di Desa Tanjung
Tabel 4.2 Jumlah Responden Menurut Kelompok Umur Di Desa Tanjung
No

Tingkat Umur
Responden

Jumlah Responden

Persentase %

1
2
3
4
5

21-25
26-30
31-35
36-40
> 40

2
8
9
16
15
50

4%
16%
18%
32%
30%
100%

Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa jumlah pedagang kaki lima di
Desa Tanjung yang paling banyak berdasarkan tingkat umur responden adalah
pedagang pada tingkat usia 36-40 tahun dengan jumlah responden 16 orang atau 32%.
Adapun jumlah responden menurut tingkat usia di Desa Tanjung dapat digambarkan
grafiknya seperti pada gambar 4.2 berikut :

11

3) Keadaan responden menurut asal di Desa Tanjung


Tabel 4.3 Jumlah Responden Menurut Daerah Asal Di Desa Tanjung
No

Daerah Asal

Jumlah
Responden

Persentase

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Sokong
2
4%
Pemenang
1
2%
Kr. Bayan Tanjung
16
32%
Kr. Raden Tanjung
9
18%
Kr. Langu Tanjung
2
4%
Kr. Desa Tanjung
2
4%
Kr. NangkaTanjung
2
4%
Kd. Kaoq Tanjung
2
4%
Gbk. Baru Tanjung
6
12%
Kr. Bedil Tanjung
8
16%
Jumlah
50
100%
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa jumlah responden paling banyak
di Desa Tanjung berasal dari dusun Kr. Bayan Tanjung dengan jumlah pedagang 16
atau 32%.
4) Keadaan Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung
Tabel 4.4 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Tanjung
No

Tingkat
Pendidikan

Jumlah
Responden

Persentase
(%)

1
2
3

SD
SMP
SMA

24
17
9
50

48%
34%
18%
100%

Jumlah
Responden

Persentase
(%)

Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa jumlah responden di Desa
Tanjung berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak adalah tamatan SD dengan
jumlah 24 pedagang atau 48%.
5) Keadaan Responden Menurut Sumber Modal di Desa Tanjung
Tabel 4.5 Jumlah Responden Menurut Perolehan Modal Di Desa Tanjung
No

Jenis Modal

12

1
2
3

Modal Sendiri
25
50%
Pinjaman Bank
9
18%
Pinjaman Pihak Lain
16
32%
Jumlah
50
100%
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas sumber modal Pedagang Kaki Lima di Desa
Tanjung berasal dari modal sendiri, pinjaman bank, dan pinjaman dari pihak lain,
dimana sumber modal responden paling banyak berasal dari modal sendiri dengan
jumlah responden 25 atau 50%, kemudian pinjaman Bank dengan jumlah responden 9
atau 18%, dan sumber modal yang terakhir adalah pinjaman dari pihak lain dengan
jumlah responden 16 atau 32%.
6) Keadaan Responden Menurut Tingkat Pendapatan Di Desa Tanjung
Tabel 4.6 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan Di Desa Tanjung
No

Pendapatan

Jumlah

1 Minimum
400.000
2 Maksimum
4.400.000
3 Rata-rata
1.597.700
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dari pendapatan 50 responden didapatkan
pendapatan minimum responden sejumlah Rp.400.000,- dan pendapatan maksimum
responden sejumlah Rp.4.400.000,- dimana jumlah rata-rata pendapatan dari 50
responden sejumlah 1.597.700,-.
7) Keadaan Responden Menurut Lokasi Kerja Di Desa Tanjung
Lokasi kerja yang ditempati oleh para pedagang kaki lima di Desa Tanjung
diantaranya adalah jalan, pasar, lapangan, dan terminal. Berikut dapat dilihat jumlah
pedagang kaki lima berdasarkan lokasi kerja di Desa Tanjung.
Tabel 4.7 Jumlah Responden Menurut Lokasi Kerja Di Desa Tanjung
No
1
2
3
4

Lokasi

Jumlah

Persentase (%)

Jalan
9
18%
Pasar
13
26%
Lapangan
7
14%
Terminal
21
42%
Jumlah
50
100%
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas terlihat bahwa jumlah pedagang kaki lima
berdasarkan lokasi kerja di Desa Tanjung paling banyak berlokasi di Terminal tanjung
dengan jumlah 21 pedagang dengan persentase 42%, kemudian di area sekitar pasar
dengan jumlah 13 pedagang dengan persentase 26%, selanjutnya diarea pinggir Jalan
Raya Tanjung dengan jumlah 9 pedagang dengan persentase 18%, dan yang terakhir

13

adalah di area Lapangan Supersemar Tanjung dengan jumlah 7 pedagang dengan


persentase 14%.
Berdasarkan hasil dari menyebar kuesioner kepada 50 orang responden dapat
diperoleh hasil jawaban responden mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten
Lombok Utara. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian terhadap
varaiabel-varaiabel yang diamati, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel
terikat yang dimaksud adalah pendapatan sedangkan variabel bebasnya yaitu modal
kerja, jam kerja, dan lokasi kerja.
5.2 Jam Kerja
Jam kerja dalam penelitian ini menentukan waktu bekerja, atau awal waktu
jam kerja dan akhir waktu jam kerja serta total waktu jam kerja yang ditentukan oleh
pedagang kaki lima. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9: Total Jam Kerja Pedagang Kaki Lima di Desa Tanjung:
No

Total Jam Kerja

Jumlah Responden

Persentase(%)

1
2
3
4
5

3 Jam 5 Jam
13
26%
6 Jam 8 Jam
19
38%
9 Jam 11 Jam
5
10%
12 Jam 14 Jam
9
18%
> 15 Jam
4
8%
Jumlah
50
100%
Sumber : Lampiran B
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 diketahui total jam kerja
responden dari 3 jam 5 jam yaitu sebanyak 13 responden atau 26%, total jam kerja
dari 6 jam 8 jam yaitu sebanyak 19 responden atau 38%, total jam kerja dari 9 jam
11 jam yaitu sebanyak 5 responden atau 10%, total jam kerja dari 12 jam 14 jam
yaitu sebanyak 9 responden atau 18%, total jam kerja > 15 jam yaitu sebanyak 4
responden atau 8%.
5.3 Lokasi Kerja
Lokasi kerja bisa berpengaruh nyata terhadap naik turunnya pendapatan yang
diperoleh pedagang kaki lima, sebab pedagang kaki lima yang berjualan dilokasi
lapangan tanjung, pasar tanjung, terminal tanjung bisa dikatakan setrategis dalam hal
ini adalah di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara, dan akan
lebih banyak dilihat konsumen, sehingga kemungkinan volume barang yang habis
terjual lebih banyak bila dibandingkan dilokasi yang tidak setrategis dalam hal ini di
Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10: Lokasi Kerja Pedagang Kaki Lima di Desa Tanjung :
No
1

Lokasi Kerja
Jalan

Jumlah
Responden

Total
Pendapatan

7.605.000

Rata-rata
845.000

14

2
3
4

Pasar
13
20.208.000
1.560.000
Lapangan
7
5.525.000
789.000
Terminal
21
46.475.000
2.213.000
Jumlah
50
79.813.000
1.596.260
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui lokasi kerja yang strategis di Desa Tanjung
adalah terminal dan pasar dimana jumlah pendapatan rata-rata responden yaitu di atas
Rp.1.000.000,- dengan jumlah pedagang sebanyak 34 orang, dan lokasi kerja yang
tidak strategis di Desa Tanjung adalah jalan dan lapangan dengan jumlah pendapatan
rata-rata responden di dibawah Rp.1.000.000,- dengan jumlah responden 16 orang.
Berikut tabel jumlah responden menurut strategis dan tidaknya lokasi kerja di Desa
Tanjung :
Tabel 4.11 Jumlah Responden Menurut Strategis Dan Tidaknya Lokasi Kerja
Di Desa Tanjung
No

Kriteria Lokasi

Jumlah Responden

Persentase (%)

1
2

Strategis
34
68%
Tidak strategis
16
32%
Jumlah
50
100%
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, bisa dilihat bahwa jumlah responden yang
menempati lokasi kerja yang strategis di desa tanjung berjumlah 34 orang dengan
persentase 68% sedangkan responden yang menempati lokasi kerja yang tidak
strategis berjumlah 16 orang dengan persentase 32%.
5.4 Analisis Data Hasil Penelitian
5.4.1 Statistik Deskriptif
Metode ini digunakan sebagai alat analisa untuk menguji dan menjelaskan
ukuran terpusat dari suatu data yaitu rata-rata (mean), standar deviasi, nilai
minimum, dan nilai maksimum. Berikut ini merupakan hasil dari estimasi data
penelitian menggunakan data primer dengan 50 responden dan 3 variabel yaitu
Modal Kerja, Jam Kerja, dan Lokasi Kerja yang diolah dengan software SPSS 16.0
dapat dilihat dalam tabel 4.12 berikut ini :
Tabel 4.12: Statistik Deskriptif
N
Y
X1
X2
X3
Valid N (listwise)

50
50
50
50
50

Descriptive Statistics
Minimum
Maximum
400000,00
4400000,00
2000000,00
6000000,00
3,00
15,00
1,00
2,00

Mean
1597700,0000
4650000,0000
8,3400
1,6800

Std. Deviation
851915,13542
1166059,12267
3,85772
,47121

Pendapatan merupakan suatu penghasilan yang diterima oleh individu atau


kelompok atas suatu pekerjaan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Niswonger (1992:22), pendapatan adalah jumlah yang ditagih kepada
pelanggan atas barang ataupun jasa yang diberikan kepada mereka. Berdasarkan

15

Tabel 4.12 pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara memiliki nilai minimum atau terkecil sebesar 400.000
dan pendapatan maksimum atau terbesar adalah 4.400.000 dengan standar deviasi
851915,135.
Modal kerja menentukan biaya awal yang dipersiapkan oleh pedagang kaki
lima untuk membuka usaha dalam membeli barang. Berdasarkan Tabel 4.5 data
penelitian mempunyai nilai bervariasi, yang ditunjukkan dari nilai minimum, nilai
maksimum, mean, dan standar deviasi yang cukup tinggi. Modal kerja memiliki nilai
minimum Rp. 2.000.000 perbulan dan nilai maksimum sebesar Rp. 6.000.000
perbulan serta mean atau modal kerja yang dipersiapkan oleh pedagang kaki
lima dengan rata-rata Rp. 4.650.000
perbulan dengan standar deviasi
1166059,123.
Jam kerja menentukan waktu dalam berdagang, waktu ini sangat penting dan
juga sangat bermanfaat untuk para pedagang kaki lima. Dari jam kerja tersebut
menunjukkan nilai minimum yaitu 3 jam dan nilai maksimum yaitu 15 jam, serta
mean atau total jam kerja yang ditempuh oleh pedagang kaki lima yaitu 8.34 dengan
standar deviasi sebesar 3.858.
Lokasi kerja menentukan letak atau tempat yang sudah ditentukan oleh
pedagang kaki lima. Tempat yang ditentukan itu mempunyai ukuran yaitu setrategis,
dan tidak setrategis. Pedagang kaki lima sangat memanfaatkan tempat tersebut dalam
berjualan untuk memperoleh pendapatan yang diinginkan. Tetapi dalam hal ini lokasi
kerja memiliki nilai minimum yaitu 1 dan nilai maksimum yaitu 2, serta mean yaitu
1.68 dengan standar deviasi sebesar 471.
4.2.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Penggunaan alat analisis regresi linier berganda disini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengaruh faktor modal kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja
(X3) terhadap pendapatan (Y) di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten
Lombok Utara baik secara parsial maupun secara serentak (bersama-sama). Untuk
mengetahui hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai
berikut:
Tabel 4.13: Hasil Regresi Linier Berganda
Variabel
Konstanta
Modal kerja
Jam kerja
Lokasi kerja

R
R-Square
Sumber: Lampiran C

Koefisien Regresi
0,982
-0,169
-0,330
0,997
0,647
0,418

Prob
0.098
0.048
0.191
0.000
Fhitung
prob Fhitung

Signifikasi

S
TS
S
11,013
0.000

16

Tabel 4.13: Hasil Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi


Berdasarkan hasil Tabel 4.13 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = (0,982) (-0,169X1) + ( -0,330X2) (0,997X3).
Koefisien regresi merupakan angka yang menunjukkan besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis
telah diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.418 yang berarti 41,8%
pendapatan di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara dapat
dijelaskan oleh variabel modal kerja, jam kerja, dan lokasi kerja.
Besarnya pengaruh masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Nilai konstanta b0 adalah 0,982 menunjukkan besarnya pendapatan pada
saat modal kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja (X3) sama dengan nol
maka pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara menurun sebesar 0,982;
2) Variabel bebas modal kerja (X1) mempunyai koefisien regresi (b1)
sebesar -0,169 menunjukkan pengaruh pendapatan yang bernilai negatif
Artinya semakin kecil modal kerja maka pendapatan akan semakin rendah di
Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara, dengan asumsi
modal kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja (X3) dianggap konstan;
3) Variabel bebas jam kerja (X2) mempunyai koefisien regresi (b2) sebesar
-0,330 menujukkan pengaruh negatif terhadap pendapatan pedagang kaki
lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
Artinya semakin sedikit jam kerja, maka akan menyebabkan turunnya
pendapatan dengan asumsi modal kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja
(X3) dianggap konstan;
4) Variabel bebas lokasi kerja (X3) mempunyai koefisien regesi (b3) sebesar
0,997 menunjukkan pengaruh positif (+) terhadap pendapatan. Artinya apabila
lokasi kerja letaknya semakin strategis maka tingkat pendapatan akan
semakin tinggi dengan asumsi modal kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja
(X3) dianggap konstan;
4.2.4. Uji Statistik
a. Uji Koefisien Regresi Secara Serentak (Uji F)
Untuk mengetahui besarnya pengaruh secara bersama-sama variabel modal
kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja (X3) terhadap pendapatan (Y) di Desa
Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara dengan membandingkan
nilai probabilitas

dengan level signifikan ( = 0,05), kriteria pengambilan

keputusan dalam uji F ini yaitu apabila nilai probabilitas

> 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima dengan kata lain bahwa secara bersama-sama variabel
modal kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja (X3) tidak mempunyai pengaruh

17

signifikan terhadap variabel terikat pendapatan (Y). Sebaliknya, apabila nilai


probabilitas Fhitung < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa
variabel bebas modal kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja (X3) secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat pendapatan
(Y).
Berdasarkan dari hasil regresi menunjukkan probabilitas F 0.000 (lebih kecil
dari 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima hal ini berarti variabel bebas modal kerja
(X1), jam kerja (X2), lokasi kerja (X3) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
pendapatan (Y) di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
b. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji t dalam analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikan
pengaruh secara parsial antara variabel bebas modal kerja (X1), jam kerja (X2),
lokasi kerja (X3) terhadap variabel terikat yaitu pendapatan (Y). kriteria pengujian
untuk uji t antara lain : (a) apabila nilai probabilitas nilai

< 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh signifikan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat; (b) apabila nilai probabilitas nilai

> 0,05 maka H0

diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada pengaruh signifikan antara variabel
bebas terhadap variable terikat.
Dari hasil analisis regresi linier berganda pada Lampiran C diperoleh hasil
sebagai berikut :
1) variabel bebas modal kerja (X1) memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,048,
nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari level of
significance ( = 0,05), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa
secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas modal
kerja (X1) terhadap variabel terikat pendapatan (Y);
2) variabel jam kerja (X2) memiliki nilai probabilitas t sebesar 0.191, nilai ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih besar dari level of significance
( = 0,05), sehingga H0 diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa secara
parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel bebas jam
kerja (X2) terhadap variabel terikat pendapatan (Y);
3) Variabel lokasi kerja (X3) memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,000, nilai
ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari level of
significance ( = 0,05), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa
secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas lokasi
kerja (X3) terhadap variabel terikat pendapatan (Y);
2
c. Koefisien Determinasi Berganda (R )
2
Koefisien determinasi berganda (R ) merupakan analisis yang digunakan

18

untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas modal kerja (X1), jam
kerja (X2), lokasi kerja (X3) terhadap variabel terikat yaitu pendapatan (Y).
Apabila nilai koefisien antara 0-1 maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel
2
terikat adalah kuat. Jadi uji R bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
secara keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan melihat hasil dari
2
2
determinasi R . Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai koefisien R adalah sebesar
2
0,418 sesuai dengan kriteria pengujian R mendekati 1 yang berarti bahwa 41,8%
nilai pendapatan dipengaruhi oleh modal kerja, jam kerja, dan lokasi kerja,
sedangkan sekitar 18,7% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
4.3. Uji Ekonometrika
Hasil analisis regresi yang meliputi uji F dan uji t menghasilkan pengaruh
yang signifikan, dari hasil pengujian ini sebenarnya sudah dapat digunakan untuk
menentukan bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan keadaan yang
sesungguhnya. Namun untuk menjelaskan dan memperkuat pengaruh dari hasil
analisis regresi yang diperoleh maka diperlukan asumsi-asumsi klasik yang ada
dalam model regresi agar pengujian bersifat BLUE (Best Linear Unbias Estimator).
Pengujian asumsi klasik tersebut menggunakan uji ekonometrik yaitu :
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya regresi, dapat
diketahui dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) masing- masing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila nilai VIF dari suatu variabel <
10 maka variabel tersebut dinyatakan tidak terdapat indikasi adanya
multikolinieritas. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai VIF untuk masing-masing
variabel sebagai berikut:
Tabel 4.14: Hasil Uji Multikolinieritas Dari Masing-Masing Variabel
No.

Variabel

Tolerance

VIF

1.
Modal kerja
0,981
1.020
2.
Jam kerja
0,994
1.006
3.
Lokasi kerja
0,987
1.014
Sumber: Lampiran D1
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa variabel bebas modal kerja,
jam kerja, dan lokasi kerja, menghasilkan nilai VIF < 10 berarti dalam penelitian ini
tidak terjadi multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji glejser yaitu dengan
melakukan regresi variabel terikat Y terhadap semua variabel penjelas X. kriteria
pengujiannya adalah apabila nilai probabilitas t > 0,05 maka didalam model tidak
terjadi heteroskedastisitas dan apabila nilai probabilitas t < 0,05 maka didalam model
terjadi heteroskedastisitas.

19

Hasil uji heteroskedastisitas pada lampiran D2 dapat dijelaskan sebagai berikut:


Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dari Masing-Masing Variabel
No.
1.

Variabel
Modal kerja

t hitung

Sig

-3.399

0,001

2.
-3.079
0,003
Jam kerja
3.
3.369
0.002
Lokasi kerja
Sumber: lampiran D2
Berdasakan hasil analisis uji heteroskedastisitas pada Tabel 4.15 dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai probabilitas t variabel modal kerja (X1) sebesar -3.399 yang berarti >
dari 0,05. Sesuai dengan kriteria pengujian apabila probabilitas t lebih besar
dari level of significance ( = 5%), maka dalam model ini tidak terjadi
heteroskedastisitas;
2. Nilai probabilitas t variabel jam kerja (X2) sebesar -3.079 yang berarti > dari
0,05. Sesuai dengan kriteria pengujian apabila probabilitas t lebih besar dari
level of significance ( = 5%), maka dalam model ini tidak terjadi
heteroskedastisitas;
3. Nilai probabilitas t variabel lokasi kerja (X3) sebesar 3.369 yang berarti >
dari 0,05. Sesuai dengan kriteria pengujian apabila probabilitas t lebih besar
dari level of significance ( = 5%), maka dalam model ini tidak terjadi
heteroskedastisitas;
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi didefiinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Untuk menguji adanya
autokorelasi dapat dideteksi dengan Durbin-Watson test. Pengujian dalam penelitian
ini dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson test dengan tabel uji
Durbin-Watson. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran D3 diketahui bahwa
dw = 1,651 pada jumlah n = 50 dan k = 3 pada level of significant 5 %.
4.4. Pembahasan
Penelitian ini membahas tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara, karena
Desa Tanjung ini merupakan salah satu wilayah yang menduduki urutan pertama
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan memiliki jumlah penduduk paling banyak
dibandingkan dengan Desa lainnya di Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
Dalam penelitian ini peneliti mengangkat pengaruh modal kerja, jam kerja,
dan lokasi kerja terhadap pendapatan di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terlihat
bahwa data penelitian menunjukkan nilai yang bervariasi, dengan ditunjukkan nilai
maksimum nilai minimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi. Pendapatan pedagang

20

kaki lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara memiliki
nilai minimum atau terkecil sebesar Rp 400.000 dan pendapatan maksimum atau
terbesar adalah Rp 4.400.000 selama sebulan.
Modal kerja adalah faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi
pendapatan pedagang kaki lima dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Modal kerja memiliki nilai
minimum Rp. 2.000.000,- perbulan dan nilai maksimum sebesar Rp. 6.000.000,perbulan serta mean atau pendapatan rata-rata Rp. 4.650.000,- perbulan dengan
standar deviasi 1.166.059,123.
Modal kerja responden pedagang kaki lima dari Rp 2.000.000,- sampai Rp
6.000.000,- dengan rata-rata modal kerja Rp 5.000.000,- pada setiap responden, dan
ada juga yang mengeluarkan modal sebanyak Rp 3.500.000,-.
Jam kerja menunjukkan waktu dari jam berapa responden tersebut mulai
berjualan dan sampai jam berapa berhenti berjualan, biasanya responden tersebut
berjualan dari jam 07.00 sampai dengan jam 22.00 dengan total jam kerja rata-rata pada
setiap responden adalah 7 jam.
Lokasi kerja menentukan tempat dimana pedagang kaki lima itu menjajakan
barang dagangannya, tempat yang mereka tempati mempunyai dua ukuran yaitu
setrategis dan tidak setrategis, dari masing-masing tempat tersebut lokasi sangatlah
berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan responden pedagang kaki lima di
Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
Berdasarkan hasil regresi secara serentak (uji F) menunjukkan bahwa modal
kerja (X1), jam kerja (X2), lokasi kerja (X3) berpengaruh nyata dan signifikan
terhadap pendapatan (Y) pedagang kaki lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung.
Besarnya koefisien regresi untuk variabel modal kerja (X1) bernilai negatif
sebesar -0,169 menunjukkan bahwa semakin kecil modal kerja yang dikeluarkan
responden maka akan menurunkan pendapatan.
Besarnya koefisien regresi untuk variabel jam kerja (X2) bernilai negatif
sebesar -0,330 menunjukkan bahwa semakin kecil jam kerja yang dicurahkan
responden maka tingkat pendapatan akan semakin rendah.
Lokasi kerja (X3) dengan koefisien regresi sebesar 0.997 berpengaruh secara
nyata dan mempunyai nilai positif, artinya apabila semakin strategis lokasi tempat
pedagang kaki lima berdagang maka pendapatan pedagang kaki lima akan semakin
tinggi.
Hasil regresi secara parsial melalui uji t dari variabel bebas modal kerja, jam
kerja, lokasi kerja pada analisis data menunjukkan adanya pengaruh nyata. Hal ini
dapat dibuktikan dari hasil uji t dan nilai koefisien regresi dari masing-masing
variabel bebas tersebut.
Nilai

variabel bebas modal kerja (X1) memiliki nilai probabilitas

t sebesar 0,048, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari
level of significance ( = 0,05), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa

21

secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas modal kerja (X1)
terhadap variabel terikat pendapatan (Y).
Nilai

variabel jam kerja (X2) memiliki nilai probabilitas t sebesar


0.191, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih besar dari level of
significance ( = 0,05), sehingga H0 diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa
secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas jam kerja
(X2) terhadap variable terikat pendapatan (Y).
Nilai

Variabel lokasi kerja (X3) memiliki nilai probabilitas t terkecil

0,000, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari level of
significance ( = 0,05), H0 ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa secara parsial
ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas lokasi kerja (X3) terhadap
variabel terikat pendapatan (Y).
Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor yang mempengaruhi pendapatan
pedagang kaki lima tidak hanya modal kerja, jam kerja, dan lokasi kerja tetapi masih
banyak lagi berbagai faktor lainnya. Ini terbukti dari hasil uji koefisien determinasi
yang menunujukkan bahwa 41,8% nilai pendapatan dipengaruhi oleh modal kerja,
jam kerja, lokasi kerja. Sedangkan sekitar 58,2% sisanya dipengaruhi oleh faktorfaktor lain di luar model.
6.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh modal kerja, jam kerja, dan
lokasi kerja dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Variabel modal kerja (X1) berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung. Hal ini karena
modal kerja merupakan faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kaki lima di Desa
Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
2.
Variabel jam kerja (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung. Hal ini karena jam
kerja tidak menentukan besar kecilnya pendapatan pedagang kaki
lima di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok
Utara.
3.
Variabel lokasi kerja (X3) berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung. Hal ini karena
lokasi kerja merupakan faktor yang paling dominan dalam
meningkatkan pendapatan pedagang kaki lima di Desa Tanjung
Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.

22

DAFTAR PUSTAKA
________, Buletin Ekonomi BAPPINDO. No.2 Desember 1990, Jakarta.
________, Lembaga Studi Pembangunan. No.2,1982, Jakarta.
Albert, L Mayers. 1996. Element Of Modern Economics. (ed) Paul Sinohang (ed)
Bahrin Samad, Unsur Ekonomi Modern, Bharatara, Jakarta.
Ananta, Hatmaji. 1985. Landasan Ekonometrika, jakarta : PT. Gramedia
Boediono. 1982.Sinopsis Ilmu Ekonomi. BPFE,UGM., Yogyakarta
BPS. 2013. Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2013. Kabupaten Lombok Utara.
Buchari, Alma. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Penerbit
Alpabhet. bandung
Djoseno.

1991.Perilaku Kewirausahaan di Kalangan Pengusaha


Surakarta. Jurnal Penelitian uns, NPL Th NII,Surakarta.

Kodya

Eny, Hidayati. 2002. Analisis Pendapatan dan Pola konsumsi Rumah Tangga
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Wisata Narmada Kecamatan Narmada
Kabupaten Lombok Barat.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program Spss. BPUniversitas Diponogoro, Semarang

23

Gilarso, T. 1992. Dunia Ekonomi Kita I-A pengertian dasar-dasar ekonomi, IKIP
Senatana Darma Kanisius, yogyakarta.
Gujarati, Damodar. 2000. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Ghalia Indonesia
-----------------------. 2006. Ekonometrika Dasar. Terjemahan sumarno zaon.
Jakarta : Erlangga
Heizer, Jayand render, Barry. 1996. Production and Operation Managment, strategic,
and Tactical Decision. Fourt edition. new jersey : prentice-hall, inc, hal 359
Kurniati

Dewi, M. 1987.Kebijaksanaan Pemerintah


Kesempatan Kerja. Manajemen, Jakarta.

dalam

Memperluas

Nazir, Moh. 1988.Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.


Samoelson Nordhon. 1992. Ekonomi. Erlangga, Jakarta.
Santoso, 2004. Masalah statistik SPSS Versi 11.5. Jakarta : PT. Elex media
komputindo.
Sanusi, bachrawi. 2004. Pengantar ekonomi pembangunan. Jakarta : PT. Rineka
cipta.
Simamora, Bilson. 2005. Memenangkan pasar dengan pemasaran efektif dan
profitabilitas. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Simanjuntak, P. 1985.Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE, UI
Jakarta
Soedarsono. 1987. Pengantar Ekonomi Mikro, LP3ES. Jakarta.
Sugiono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Sumardi Mulyanto dan Hans Diater Evers. 1985.Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok
,CV. Rajawali, Jakarta.
Supranto. 2001. Statistik Teori Dan Aplikasi. Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Teguh, Muhamad. 2001. Metode Penelitian Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.

24

Todaro, MP. 1994. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Ed. VII). Erlangga,
Jakarta.
Tri Cahyono, Bambang. 1983. Pengembangan Kesempatan Kerja, BPFE Yogyakarta
Umar,H. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Rajawali
pers.
Usaman, Thoyib. 1998. Manajmen Perdagangan Eceran, jilid I. Yogyakarta :
Econosia
Usman dan K.Subroto. 1988.Pajak-Pajak Indonesia, Cetakan II, Yayasan Bina
Pajak, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai