DARI PLURALISME
HINGGA DIALOG ANTARPERADABAN (4)
w.
pd
fsp
litm
erg
er.
co
De
mo
(V
isi
t
htt
p:/
/w
w
m)
Muktamar Satu Abad (Muktamar ke-46) tanggal 3 s.d. 8 Juli 2010 M bertepatan dengan 20 s.d.
25 Rajab 1431 H, telah memutuskan beberapa hal penting. Salah satu hal penting tersebut adalah
Keputusan tentang Isu-isu strategis keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal. Salah
satu butir dalam keputusan ini adalah tentang sikap Muhammadiyah terhadap masalah
pluralisme. Agar tidak terjadi salah paham tentang sikap Muhammadiyah ini, Suara
Muhammadiyah memuat secara lengkap keputusan Muhammadiyah sebagaimana yang ada
dalam lampiran VII Tanfidz Muktamar Muhammadiyah ke-46.
52
WAWASAN MUHAMMADIYAH
litm
erg
er.
co
m)
6. Migrasi Global
Migrasi global merupakan fenomena sosial yang
diakibatkan oleh industrialisasi, kemajuan teknologi
transportasi, keamanan dan kekerasan. Masyarakat
bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup, mendapatkan rasa
aman dan mencari pengalaman. Secara alamiah, migrasi global melahirkan percampuran etnis, akumulasi
dan akulturasi budaya. Tetapi, lambat-laun, migrasi global menimbulkan perubahan komposisi penduduk yang
langsung atau tidak langsung menimbulkan masalah
persatuan bangsa seperti sentimen antara pendatang
dengan penduduk asli, identitas kebudayaan, kewargaan dan masalah sosial-politik lainnya.
Muhammadiyah memandang migrasi global sebagai sesuatu yang alamiah dan Sunnatullah karena Allah
SwT menciptakan manusia yang berbeda-beda suku,
bangsa dan warna untuk saling mengenal dan bertebaran di muka bumi. Karena itu, Muhammadiyah mendesak agar semua negara membuka pintu imigrasi dan
memberikan pelayanan dan perlindungan kepada kaum
migran dan pengungsi sebagai wujud tanggung jawab
kemanusiaan dan komitmen terhadap aturan-aturan
internasional yang berlaku dengan menghormati pranata
hukum dan kebudayaan yang berlaku di komunitas
setempat.
De
mo
(V
isi
t
htt
p:/
/w
w
w.
5. Islamophobia
Pasca peristiwa 11 September 2001, kaum Muslimin di berbagai penjuru dunia kembali menghadapi
gelombang baru Islamophobia yang terus berkembang secara masif dan sistemik. Islamophobia adalah
sebuah wawasan dan pandangan dunia yang disebabkan oleh ketakutan dan kebencian tidak berdasar terhadap Islam, yang muncul melalui praktik-praktik pengasingan dan diskriminasi terhadap kaum Muslimin dalam berbagai bidang kehidupan. Secara ideologis,
Islamophobia muncul dalam bentuk penilaian serta
penggambaran negatif terhadap Islam yang dipersepsikan sebagai agama yang tidak rasional, primitif, dan
anti kemajuan hingga mengobarkan kekerasan dan
mendukung atau apresiatif terhadap terorisme. Islamophobia dimanifestasikan dalam bentuk miskonsepsi
atau penyamaan makna jihad dengan terorisme, penggambaran negatif tentang ajaran Islam dan intoleransi
ummat Islam di media massa, pelecehan terhadap Nabi
dan Kitab Suci, kebijakan yang diskriminatif terhadap
imigran Muslim, hingga semangat dan sikap rasisme
anti-umat Islam sebagai golongan minoritas yang
berbeda dengan kelompok mayoritas.
Muhammadiyah memandang bahwa Islamophobia
merupakan ancaman global yang mereduksi hakikat
peradaban dan keadaban umat manusia, bertentangan
dengan prinsip-prinsip hak asasi, serta berbahaya bagi
terwujudnya perdamaian dunia. Muhammadiyah menyerukan agar Islamophobia dengan segala bentuk dan
manifestasinya yang muncul di sejumlah negara segera diakhiri dan diganti dengan dialog dan kerjasama
antarperadaban yang kondusif serta menjunjung tinggi
hakekat kemanusiaan, semangat persaudaraan, prinsip
kesetaraan, serta komitmen terhadap keadilan dalam
tatanan global dan dinamika hubungan antar agama
dan peradaban di dunia. Muhammadiyah sangat menghargai prakarsa dan peran serta pemerintah Indonesia
dalam berbagai forum dialog. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, kiranya prakarsa dialog dengan
pemerintah berbagai negara, khususnya negara-negara
Barat dapat lebih ditingkatkan. Selanjutnya Muhammadiyah mendorong kepada kaum Muslimin agar jangan
pd
fsp
53