BAB I Nefrotik
BAB I Nefrotik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik:
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema
(Suryadi, 2001).
Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema.
Hilangnya protein dari rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan
osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik yang menyebabkan
terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen.
(Cecily Betz, 2009).
Dari data studi dan epidemiologis tentang Sindrom nefrotik di Indonesia
belum ada, namun di luar negeri yaitu Amerika serikat Sindrom nefrotik
merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah
kesehatan yang utama dengan jumlah penderita mencapai 225 orang pertahun
(11,86 %), dari 2150 orang orang yang
(www.compas.com).
International Study Kidney Disease in Children (ISKDC) melaporkan
76% sindroma nefrotik pada anak adalah kelainan minimal. Apabila penyakit
sindroma nefrotik ini timbul sebagai bagian dari penyakit sistemik dan
berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut sindroma nefrotik
sekunder. Insiden sindroma nefrotik primer ini 2 kasus per tahun tiap 100.000
anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka prevalensi kumulatif 16
tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun. Pada sindroma nefrotik kongenital
1
insiden yang terjadi sebanyak 25% anak menderita tanda klinis dari sindroma
nefrotik (Rudolph, 2006).
Pada anak dengan sindroma nefrotik akan menimbulkan banyak dampak.
Dampak ini bisa berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual). Dampak yang timbul terhadap diri sendiri
yaitu dampak biologis, terjadi pembesaran pada abdomen (asites). Dampak
psikologis yang timbul yaitu terjadi iritabilitas pada anak dan perubahan alam
perasaan (bingung, sedih dan mudah menangis). Sedangkan dampak sosial
yang muncul (hubungan dengan orang lain) adalah anak akan menutup diri
untuk bertemu dengan orang lain karena merasa malu dengan perubahan yang
terjadi pada tubuhnya. Riwayat spiritual biasanya diekspresikan melalui
agama tertentu yang dianutnya. Pasien dengan sindrom nefrotik dalam
beribadahnya tidak dapat melakukan seperti biasa dikarenakan keadaan fisik
yang lemah (Cecily Betz, 2009).
Dengan adanya insiden dampak serta permasalahan yang terjadi, maka
peran dan fungsi perawat sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut
terutama dalam aspek promotif dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang upaya pencegahan penyakit sindroma nefrotik yaitu menyarankan
istirahat sampai edema tinggal sedikit. Dalam aspek preventif yaitu membatasi
asupan natrium secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan
menghindari makanan yang diasinkan. Dalam aspek kuratif tindakan yang bisa
maka
penulis
tertarik
untuk
mengkaji
permasalahan
dengan
serta
dapat
memperoleh
pengalaman
nyata
dalam
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Sindroma Nefrotik
Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan
oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan
karakteristik:
proteinuria,
hipoproteinuria,
hipoalbuminemia,
plasma
menimbulkan
proteinuria,
hipoalbuminemia,
Struktur paling mendasar pada ginjal adalah nephrons. Masingmasing ginjal memiliki satu juta struktur mikroskopis ini yang
berfungsi menyaring darah dan membuang limbah buangan.
Pembuluh darah arteri menyalurkan darah ke ginjal setiap hari, 180
liter atau 50 galon. Ketika darah memasuki ginjal, maka ia akan
disaring dan dikembalikan ke jantung melalui pembuluh darah vena.
Proses penyaringan dan pembuangan limbah dari cairan tubuh
disebut ekskresi. Tubuh mempunyai empat sistem organ yang
bertanggungjawab terhadap proses ekskresi ini. Sistem urinisasi adalah
salah satu sistem organ dalam ekskresi. Ia bertugas membuang limbah,
racun, hormon, garam, besi hidrogen, dan air yang tidak diperlukan
lagi di dalam tubuh.
Ginjal berbentuk seperti biji kacang ercis (kacang kapri), terdiri
dari 2 buah, berwarna merah tua. Panjang ginjal antara 10 - 15 cm,
beratnya sekitar 200 gram, terletak di dalam rongga perut bagian
belakang agak ke atas, sebelah kanan dan kiri ruas-ruas tulang
belakang
1) Bagian - Bagian Ginjal
Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis
yang terdiri dari jaringan fibrus. Ginjal tebagi menjadi 3 bagian :
a.
Bagian luar ginjal (Korteks Renalis)
Korteks tersusun dari sel - sel ginjal atau nefron yang berjumlah
sekitar 1 juta sel. Di dalam korteks terdapat badan malphigi
yang terdiri atas Glomerulus dan Kapsula Bowman. Pada
b.
kedua
racun
ini
terlalu
berlebihan,
akan
hormon
erythropoiethin
yang
bertugas
akan
disekresi
tergantung
pada
konsentrasi
cairan
c.
vaskular
Sindoma nefrotik idiopatik, disebabkan oleh imunitas, obat-obat
berikut:
Sindroma nefrotik perubahan minimal
10
c.
normal.
Sindroma nefrotik kongenital
Sindroma nefrotik kongenital mempunyai mode pewarisan resesif
autosom dan mungkin mempresentasikan suatu defek dasar pada
struktur kimia membran basalis. Gambaran histologik yang paling
mencolok adalah terjadinya dilatasi kistik nyata pada tubulus
(kebanyakan proksimal dan kortikal) disertai dengan perubahan
interstisium.
5. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Nelson (2000) adalah:
Kelainan patogenetik yang mendasari nefrosis adalah proteinuria,
akibat
dari
kenaikan
permeabilitas
dinding
kapiler
glomerulus.
11
12
13
6. WOC
14
7.
8. Sumber : Nelson (2000)
14
15
adalah :
Penurunan haluaran urine dengan urine berwarna gelap dan berbusa
Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genital
c.
dan akstremitas)
Distensi abdomen karena edema dan terjadi edema usus yang
16
penyakit perorangan
Uji Diagnostik
15.
Biopsi
ginjal
(tidak
dilakukan
secara
rutin)
menunjukkan
tampilan
membran
basalis
yang
abnormal.
16. Penatalaksanaan
17.
Penatalaksanaan terdiri atas terapi spesifik (glukokortikoid)
dan suportif (diet, diuretik, obat anti hipertensi).
a.
Terapi spesifik (glukokortikoid)
18.
Terapi glukokortikoid (steroid) telah merubah morbiditas serta
mortalitas sindroma ini sehingga membuatnya hampir spesifik. Dosis
prednison yang lazim diberikan adalah 2mg/kg/hari dibagi menjadi tiga
atau empat dosis dan diberikan setiap hari selama empat minggu. Dosis
ini kemudian dikurangi sampai 1,5mg/kg/hari yang diberikan sebagai
dosis tunggal setiap pagi selang sehari selama sekurang-kurangnya
a.
17
e) Pengobatan
nyeri
(untuk
mengatasi
ketidaknyamanan
yang
menggunakan
metode
ilmiah
dengan
pendekatan
proses
tahap
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
implementasi
18
19
20
4) Motorik
kasar
di
bawah
kendali
kognitif
dan
21
prosedur
dan
22
g) Lidah
53.
distensi abdomen
Minuman :
Klien sedikit minum karena terjadi
23
54.
Klien
mengalami
gangguan
pola
tidur
dikarenakan
24
62.
3. Intervensi
63. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan
dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi
dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
a. Diagnosa No.1
64. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam jaringan (Wong, 2003)
65. Tujuan : Balance cairan terpenuhi
66. Kriteria Hasil : Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda akumulasi
cairan
67. Rencana Tindakan :
a) Atur masukan dan pengeluaran cairan dengan cermat sehingga anak
tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang ditentukan
68.
Rasional : Pengaturan masukan cairan yang cermat dapat
mengetahui keseimbangan cairan
b) Rencanakan pemenuhan kebutuhan cairan secara adekuat
69.
Rasional : Membantu menghindari periode tanpa cairan
c) Catat asupan dan haluaran secara adekuat
70.
Rasional : Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan
penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan
71.
d) Timbang berat badan tiap hari
72.
Rasional : Penimbangan berat badan harian adalah
pengawasan status cairan terbaik. Peningkatan berat badan lebih dari
0,5 kg/hari diduga ada retensi cairan
e) Auskultasi paru dan bunyi jantung
25
73.
paru dan GJK dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas tambahan dan
bunyi jantung ekstra
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi diuretik,
disuntik didalam tubuh (furosemid) sesuai indikasi
74.
Rasional : meningkatkan volume urine adekuat
b. Diagnosa No.2
75. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
edema, penurunan pertahanan tubuh
76. Tujuan : Pasien mampu mempertahankan integritas kulit
77. Kriteria Hasil : Kulit anak tidak menunjukkan kemerahan atau
iritasi
78. Rencana Tindakan :
a) Pantau intake dan output selama 24 jam
79.
Rasional : Pengaturan masukan cairan yang cermat dapat
mengetahui balance cairan
b) Berikan lotion untuk perawatan kulit
80.
Rasional : Untuk menjaga kelembaban kulit agar kulit tidak
kering
c) Hindari pakaian yang ketat
81.
Rasional : Pakaian yang ketat dapat menyebabkan area
tubuh tertekan sehingga dapat mengurangi integritas kulit
d) Ubah posisi dengan sering
82.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi yang mengganggu aliran
darah
e) Gunakan tempat tidur atau matras penurun tekanan sesuai kebutuhan
untuk mencegah ulkus
83.
Rasional :
menurunkan
tekanan
pada
kulit,
dapat
memperbaiki sirkulasi
f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat topikal
84.
Rasional : Obat topikal dapat mengurangi kerusakan pada
kulit
c. Diagnosa No.3
26
85.
Rencana Tindakan :
dalam
mengidentifikasi
kebutuhan diet
b. Batasi natrium, kalium dan pemasukan fospat sesuai indikasi
90.
Rasional : pembatasan elektrolit diperlukan
dan
untuk
Rencana Tindakan :
27
mendiskusikan
28
volume
sekuncup
selama
aktivitas,
dapat
29
116.
dimana
evaluasi
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
secara
terus
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak
dan melakukan pengkajian ulang.
119.