di wilayah Surabaya Pusat, Selatan, dan Timur. Jenis tanah endapan pasir hanya
ditemukan pada satu Kecamatan wilayah Surabaya Timur. Jenis tanah endapan pasir
lumpur hanya terdapat pada satu Kecamatan di wilayah Surabaya Selatan, dan untuk jenis
tanah campuran antara alluvial dan bukan abu vulkanik terdapat pada dua Kecamatan di
wilayah Surabaya Utara dan Barat.
Tabel 3.22 Data Jenis Tanah Kota Surabaya
Persebaran
No
Jenis Tanah
Wilayah
Kecamatan
Genteng
Pusat
Utara
Alluvial
Selatan
Timur
Barat
4,04
5,6
2,59
6,0 - 7,0
Bubutan
3,86
Kenjeran
14,42
6,0 - 7,0
Krembangan
8,34
6,0 - 7,5
Semampir
8,76
7,5
Pabean Cantikan
6,8
Wiyung
12,46
Sawahan
Endapan
Lumpur
Endapan Pasir
6,0 - 7,0
6,93
5,0 - 7,0
Wonokromo
8,47
6,5
Gubeng
7,99
5,0 - 6,0
Sukolilo
23,69
6,0 - 7,0
Mulyorejo
14,21
Tambaksari
8,99
5,0 - 6,0
Karangpilang
9,23
5,0 - 7,0
Sukomanunggal
9,23
5,0 - 7,5
Asemrowo
45,79
6,0 - 7,5
22,07
7,0 - 8,0
5,0 - 6,0
Utara
Jambangan
4,19
6,0 - 7,5
Dukuh Pakis
9,94
6,0 - 7,5
Lakarsantri
18,99
6,0 - 7,5
Sambikerep
23,68
Timur
Benowo
Pusat
Tegalsari
Utara
Selatan
Timur
Barat
Keterangan (pH)
Pusat
Selatan
Bukan Abu
Vulkanik
Ketebalan
solum (m)
Simokerto
Pakal
Luas
Kecamatan
(ha)
6,0 - 7,0
23,73
7,0 - 8,0
4,29
6,0 - 6,5
Wonocolo
6,77
6,0 - 6,5
Rungkut
21,08
Tenggilis Mejoyo
5,52
6,5
Barat
Pusat
Utara
135
Persebaran
No
Jenis Tanah
Endapan Pasir
Lumpur
Alluvial, Bukan
Abu Vulkanik
Wilayah
Kecamatan
Luas
Kecamatan
(ha)
Ketebalan
solum (m)
Keterangan (pH)
Selatan
Timur
Gununganyar
Barat
Pusat
Utara
Selatan
Gayungan
6,07
6,5
Timur
Barat
Pusat
Utara
Bulak
6,72
7,5
Selatan
Timur
Barat
Tandes
11,07
5,0 - 7,5
6,0 - 7,0
9,71
Di daerah perbukitan sisi Barat Kota Surabaya, tanahnya mengandung kadar kapur yang
tinggi. Studi Geologis yang dilakukan Direktorat Geologi Bandung tentang daya dukung
tanah mengemukakan bahwa :
a. Susunan tanah di Kota Surabaya tidak merata atau tidak sejenis yang mempunyai
daya dukung tanah yang berbeda-beda.
b. Di Kecamatan Wonokromo, Sawahan, Genteng, Tegalsari, Gubeng, Tambaksari,
Simokerto, Semampir, Pabean Cantikan, Krembangan dan Bubutan, tebal permukaan
tanahnya 10-18 meter dengan jenis tanah dasar tanah liat. Pondasi bangunan tinggi
harus mencapai kedalaman 25-30 meter.
c. Pada daerah perbukitan, yaitu wilayah Surabaya Barat terdiri atas Jenis tanah Alluvial
dan Grumosol. Jenis tanah Alluvialnya terdiri atas tiga karakteristik, yaitu Alluvial
Hidromorf, Alluvial Kelabu, Alluvial Kelabu Tua.
Kriteria kemampuan tanah untuk mendukung bangunan diatasnya perlu memperhatikan
unsur-unsur yang berpengaruh, yaitu :
a. Tekstur tanah ditentukan berdasarkan fraksi-fraksi butiran tanah. Di kota Surabaya
tergolong bertekstur halus
b. Kedalaman tanah efektif yaitu tebal lapisan tanah dari permukaan tanah sampai suatu
lapisan dimana akar tanaman tidak menembus. Kota Surabaya mempunyai kedalaman
efektif tanah 98% kedalamannya 90 cm, sedangkan sisanya 13% mempunyai
kedalaman 60-90 cm
c. Lereng merupakan sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang
horisontal. Di Kota Surabaya lerengnya sekitar 87% dengan kemiringan 0-2%
sehingga kecepatan aliran air permukaan rendah
d. Erosi merupakan pengikisan permukaan tanah oleh aliran air permukaan. Di Kota
Surabaya tidak ditemui erosi karena sebagian besar daerahnya dataran rendah, kecuali
daerah perbukitan di wilayah Surabaya Barat
136
e. Kondisi drainase ditinjau dari lama dan seringnya tanah jenuh air dibagi menjadi tiga
klasifikasi, yaitu daerah yang tidak pernah tergenang, tergenang periodik dan
tergenang terus menerus.
137
138
139
140
141
Secara geologis Kota Surabaya terbentuk atas empat jenis batuan, terdiri atas tanah liat,
tanah pasir, lanau, dan gamping. Lapisan batuan di Kota Surabaya menurut hasil Studi
Penelitian Daerah Rawan Bencana Kegeologian yang dilakukan oleh Dinas ESDM
Propinsi Jawa Timur Tahun 2007, sebagian besar merupakan jenis batuan alluvial. Satuan
batuan di Kota Surabaya adalah sebagai berikut:
a. Satuan batu lempung bersisipan batu pasir dan batu gamping
Satuan ini terdiri batu lempung bersisipan batu pasir dan batu gamping, yang
merupakan endapan sedimen tersier (Formasi Sonde), berwarna coklat tua abu-abu
kekuningan, keras dan padat, setempat terdapat struktur perlapisan. Sifat-sifat fisik
dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas
tinggi, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai tekanan konus 100 kg/cm2. Pebukitan
berelief halus, kemiringan 5-10%, kedalaman muka air tanah bebas sangat dalam dan
langka. Daya dukung tanah tinggi. Untuk bangunan ringan dan berat menggunakan
pondasi langsung dengan mengupas tanah pelapukan, penggalian dengan peralatan
non mekanik mudah agak sukar. Kendala geologi, gerakan tanah dan erosi
permukaan.
b. Satuan Lempung
Satuan ini terdiri dari lempung, berwarna coklat keabuan, merupakan hasil pelapukan
dari batu lempung dari Formasi Lidah yang berumur Pliosen Akhir. Ketebalan satuan
ini kira-kira 3-10 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain
konsistensi teguh-kaku, palstisitas tinggi, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai
tekanan konus 12-40 kg/cm2, kadar air 26,97%, berat isi asli 1,85 gr/cm3, berat jenis
2,65, sudut geser dalam 1252, kohesi 0,275 kg/cm2.
Perbukitan berelief halus, kemiringan 5-10 %. Kedalaman muka airtanah bebas dalam
dan terbatas, terutama pada daerah antar lembah bukit. Daya dukung tanah sedang.
Untuk bangunan ringan lebar 1 m, dalam 1-2 m, daya dukung diijinkan 9,5-26 ton/m2.
Untuk bangunan berat dapat menggunakan pondasi tiang pancang 0,3 m,
kedalaman 9 m pada batuan dasar, daya dukung 42 ton. Mudah digali dengan
peralatan non mekanik. Setempat berpotensi gerakan tanah dan erosi permukaan.
c. Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan
Satuan ini terdiri dari lempung pasiran dan pasir lempungan yang berwarna coklat
kekuningan, berukuran pasir halus-sedang. Menempati morfologi perbukitan
bergelombang yang dikontrol oleh stuktur perlipatan dan mud volcano purba. Satuan
ini secara regional merupakan bagian dari Formasi Pucangan yang berumur Plistosen.
Ketebalan satuan ini kira-kira 3,5-6,5 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari
satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas sedang, permeabilitasnya
rendah/kedap air, nilai tekanan konus 20-60 kg/cm2, setempat 130 kg/cm2, kadar air
30,3 %, berat isi asli 1,63 kg/cm3, berat jenis 2,66, sudut geser dalam 2330, kohesi
0,085 kg/cm2.
Untuk bangunan berat menggunakan pondasi tiang pancang 30 cm, pada kedalaman
4 m daya dukung 40,8 ton/tiang, kedalaman 7 m pada batuan dasar daya dukung 45,8
ton/tiang.
Mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kendala geologi, gerakan tanah dan
erosi permukaan.
142
fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak-teguh,
plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 7-15 kg/cm2,
kadar air 37,28 %, berat isi asli 1,57 gr/cm3, berat jenis 2,64, sudut geser dalam 517,
kohesi 0,123 kg/cm2..
Medan datar dengan kemiringan lereng 0-30 %, kedalaman airtanah bebas sangat
dangkal, bersifat korosif terhadap pondasi beton. Daya dukung rendah dan untuk
bangunan ringan menggunakan pondasi dangkal lebar 1 m, daya dukung diijinkan
3,9-20,2 ton/tiang, kedalaman 15 m daya dukung 33,7 ton/tiang.
Mudah digali dengan peralatan non mekanik, kendala geologi banjir dan perosokan
tanah.
h. Satuan Lempung Pasiran dan Lanau
Satuan ini merupakan endapan alluvial muara kali Surabaya, berwarna coklat tua
kehiataman, agak padat, setempat mengandung cangkang kerang. Ketebalan satuan ini
kira-kira 8-15 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain
konsistensi lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai
tekanan konus 15-35 kg/cm2, kadar air 37,28 %, berat isi asli 1,44 gr/cm3, berat jenis
2,64, sudut geser dalam 631, kohesi 0,212 kg/cm2.
Medan datar, kemiringan lereng 3-5 %, kedalaman air tanah bebas dangkal 3-5 m.
Daya dukung tanah rendah-sedang, untuk pondasi bangunan ringan, lebar 1 meter,
dalam 1-2 m, daya dukung tanah 5,2-8,5 ton/m2.
Untuk bangunan berat, dapat menggunakan pondasi tiang pancang dengan 0,3 m,
dengan kedalaman 6-8 m, daya dukung 29,2 ton/tiang. Kedalaman 15 m 39,93
ton/tiang dan kedalaman 20 m 41,883 ton/tiang. Berpotensi banjir pada daerah muara
Kali Surabaya.
i. Satuan Lempung Lanauan.
Satuan ini merupakan endapan alluvial rawa dan pantai, berwarna abu-abu coklat
kehitaman, setempat mengandung pecahan cangkang, setempat merupakan genangan
rawa, tambak dan lading garam. Ketebalan satuan ini kira-kira 6,5-17 m, Sifat-sifat
fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak, plastisitas
sedang, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 3-8 kg/cm2, kadar air 80,85%,
berat isi asli 1,44 gr/cm3, berat jenis 2,6, sudut geser dalam 338, kohesi 0,156
kg/cm2. Satuan ini menindih tidak selaras semua formasi yang lebih tua.
Medan datar dengan kemiringan 0-3 %. Kedalaman airtanah bebas sangat dangkal dan
korositas tinggi terhadap pondasi beton.
Setempat merupakan daerah genangan tambak, rawa dan lading garam. Daya dukung
2,5-6,75 ton/m2.
Untuk pondasi bangunan berat dapat digunakan tiang pancang dengan 0,3 m. pada
kedalaman 15 m daya dukung 12,6-15,6 ton/tiang. Mudah digali dengan peralatan non
mekanik. Berpotensi banjir dan penurunan.
j. Satuan Lempung Pasiran
Satuan ini merupakan endapan alluvial sungai porong, berwarna coklat kekuningankuning muda, bersifat lunak-agak padat. Ketebalan satuan ini kira-kira 6-10 m. Sifatsifat dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: plastisitas sedang,
permeabilitasnya rendah-tinggi, nilai tekanan konus 20-40 kg/cm2, kadar air 445,27
144
%, berat isi asli 1,74 gr/cm3, berat jenis2,74, sudut geser dalam 127, kohesi 0,8
kg/cm2. Satuan ini menindih tidak selaras semua formasi yang lebih tua.
Medan datar sampai landai, kemiringan lereng 3-5 % setempat pada tebing sungai >
8%. Kedalaman muka airtanah bebas dangkal (2,5-4 m). Daya dukung tanah
permukaan sedang.
Daya dukung yang diijinkan untuk pondasi bangunan dengan lebar 1 m dan dalam 1-2
m, untuk pondasi bangunan berat digunakan pondasi tiang pancang dengan 30 cm.
Mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kendala geologi adalah erosi lateral
sungai dan banjir.
145
Morfologi
Secara umum morfologi (bentang alam) di Kota Surabaya dapat dikelompokkan
menjadi dua satuan morfologi, yaitu morfologi dataran dan morfologi perbukitan.
1. Satuan Morfologi Dataran
Satuan morfologi dataran mempunyai ciri umum dengan ketinggian
berkisar 010 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 0-3 % yang
tersebar 80% di seluruh Kota Surabaya, baik dataran alluvial pantai maupun dataran
alluvial sungai. Batuan penyusunnya terdiri dari material endapan lepas berupa
kerakal, kerikil, pasir, lanau, dan lempung serta sedimen padu berupa batu pasir,
konglomerat, dan batu lempung.
Tata guna lahan pada satuan morfologi ini umumnya daerah persawahan yang subur,
tegalan, perkampungan, pusat perdagangan, dan tambak khususnya pada daerah utara
Kota Surabaya.
2. Satuan Morfologi Perbukitan
Satuan morfologi perbukitan mempunyai ciri umum dengan ketinggian 10-20
meter di atas permukaan laut yang membentuk pegunungan dari arah barat ke timur
sesuai arah sumbu antiklin litologi penyusunnya yang tersebar 20% dari luas Kota
Surabaya. Arah aliran air sub sungai relatif menuju utara dan selatan yang bermuara
ke sungai-sungai besar pada satuan morfologi dataran. Batuan penyusunnya terdiri
dari batuan yang beragam seperti napal, batu lempung dan batu pasir. Pola aliran
sungai lebih menunjukkan pola sejajar (paralel) yang dikontrol oleh jenis litologi
penyusunnya dan variasi ketinggian Kota Surabaya.
Tata guna lahan dominan pada satuan morfologi ini umumnya daerah lahan
persawahan, tegalan dan daerah permukiman penduduk yang tersebar di wilayah
Barat Kota Surabaya, meliputi Karangpilang dan Lidah Wetan.
Struktur Geologi
1. Struktur Lipatan
Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Surabaya dan Sapulu (Sukardi 1992)
terdapat dua antiklin di Kota Surabaya, yaitu Antiklin Lidah dan Antiklin Gayungan,
sedangkan sinklin dijumpai diantara struktur Antiklinnya.
a. Antiklin Lidah dengan sumbu lipatan mengarah dari barat ke timur dengan
kemiringan sayap antiklin bagian utara berkisar 15 dan sayap bagian selatan
berkisar 20.
Persebarannya meliputi daerah Kembangkuning, Lidah Wetan,
Jajar Tunggal hingga perbatasan Kabupaten Gresik.
b. Antiklin Gayungan dengan sumbu lipatan dari arah barat ke timur dengan
kemiringan sayap antiklin bagian utara berkisar 20-30 dan sayap bagian selatan
dengan kemiringan 10-20. Persebarannya meliputi daerah Karangpilang,
Wiyung, Warugunung hingga Kedamean Kabupaten Gresik.
2. Struktur Sesar
Sesar merupakan bagian dari lapisan batuan yang patah dan telah mengalami
pergeseran (bergerak relatif terhadap lapisan lainnya). Sesar diperkirakan dijumpai
pada antiklin Lidah di sebelah utara Lidah wetan, sedangkan pada antiklin Gayungan
147
Gambar 3.41 Peta Sebaran Mud Volcano di Jawa (Gafoer dan Ratman, 1999)
Gambar 3.40 Struktur Geologi Pulau Jawa
Gambar 3.41 Morfologi Mud Volcano Gunung Anyar di Kelurahan Gunung Anyar Kota
Surabaya dan semburan lumpur (Sumber: BAPPEKO, 2012)
Sesuai dengan batuan dan fragmen pembawanya, lapisan stratigrafi semburan mud
volcano Gunung Anyar adalah sebagai berikut :
1. Marl
Brown napal pada beberapa kondisi berwarna putih dengan campuran tanah liat,
terdapat fosil foraminifera dan pasir dengan fragmen bentonik. Singkapan yang
masih segar dari semburan mud volcano terdapat fragmen limestone yang
menunjukkan marl dari Formasi Kalibeng dan Formasi Sonde.
2. Limestone
Pada Limestone terdapat fosil Balanus yang dikelilingi semen dari batuan karbonat.
Fosil dari batuan ini diduga berasal dari Formasi Sonde, dengan daerah
pengendapan di lingkungan pesisir dengan arus yang kuat. Sedangkan teksturnya
149
3). Klimatologi
Curah hujan merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air dan
pertumbuhan tanaman. Surabaya secara umum beriklim tropis yang ditandai oleh dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Data klimatologi Kota Surabaya diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Perak I
dan Perak II. Stasiun Meteorologi dan Geofisika Perak I terletak di Jln. Tanjung Sadari
yang semula mempunyai kepentingan untuk penerbangan pesawat TNI AL di Lanudal
Wonokrembangan. Tetapi kegiatan di Lanudal Wonokrembangan telah dipindahkan ke
Juanda. Meskipun demikian Stasiun Perak I masih tetap digunakan untuk mengetahui
informasi cuaca di daerah Surabaya Utara. Sedangkan Stasiun Meteorologi dan Geofisika
Perak II ini terletak di jalan Kalimas Baru. Stasiun ini digunakan untuk kepentingan dunia
pelayaran yang banyak dipengaruhi cuaca laut.
Tabel 3.23 Data Curah Hujan di Kota Surabaya Tahun 2010 2011(i)
2010
Bulan
1
2
3
4
2011
51
95,6
95,6
61
26
25
25
25
180,5
145,2
461,2
274,9
28,4
33,5
74,6
73
26
23
23
22
151
2010
Bulan
2011
147,3
48,6
23
70
16,6
14
5
58
23,8
14
27,6
27,6
3
6
66
23,3
12
0,1
1,6
3
7
30
8,8
7
0
8
156,3
42,6
22
0
9
252
61
22
22,6
21,6
5
10
86
23
21
205,1
65,3
26
11
314,2
109,4
28
356
63,4
23
12
2386,6
643,7 250
1743,2
405,6 168
Jumlah
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Metereologi Perak
I Surabaya (2011)
Tabel 3.24 Data Curah Hujan di Kota Surabaya Tahun 2010 2011 (ii)
2010
Bulan
Jumlah (mm)
Maks
2011
Hari
Jumlah (mm)
Maks
Hari
303,2
52
26
174,5
39,4
24
1
402,8
98
19
172,4
33,4
21
2
216,2
49,8
19
375
74,5
21
3
320,5
58,9
23
252,3
68,6
22
4
129,7
65,4
20
78,4
34,2
13
5
S
53,2
25,6
15
21,3
20
2
6
u
39,7
13,8
7
1,6
1,6
2
7
m
48,5
15,9
8
8
b
e
88,4
29,6
18
9
r
238,8
60,1
21
28
25,4
6
10
:
73
18
17
181,5
68,2
20
11
B 12
276,2
132,6
28
510,2
112
24
a
2190,2
619,7 221
1795,2
477,3 155
Jumlah
d
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Metereologi Perak II
Surabaya (2011)
Iklim Kota Surabaya adalah tropis, seperti bagian wilayah lain di Indonesia yang
berada di Selatan garis Khatulistiwa. Iklim tropis dipengaruhi oleh perbedaan yang
signifikan antara musim hujan dan kemarau. Kriteria Bulan Basah dan Bulan Kering
(sesuai dengan kriteria Mohr). Bulan Basah yaitu bulan dengan curah hujan > 100
mm, dan Bulan Kering yaitu bulan dengan curah hujan < 60 mm.
Sistem klasifikasi iklim dilakukan dengan menggunakan sistem Schmith-Fergusson
yang banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Sistem ini
dikelompokkan menjadi delapan tipe iklim, yaitu :
152
Nilai Q (%)
14,3 33,3
33,3 60,0
60,0 100,0
100,0 167,0
167,0 300,0
300,0 700,0
> 700,0
< 14,3
153
154
Berdasarkan grafik stasiun BMKG Perak I, pada tahun 2010 Bulan Basah (BB) terjadi
selama bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, September, Oktober, dan Desember.
Bulan Lembab (BL) terjadi di bulan Juli dan Bulan Kering (BK) terjadi pada bulan Juni
dan Agustus. Pada tahun 2011, Bulan Basah (BB) terjadi pada bulan Januari, Februari,
Maret, April, Nopember, dan Desember. Bulan Lembab (BL) terjadi di bulan Mei. Dan
Bulan Kering (BK) terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober.
Berdasarkan grafik stasiun BMKG Perak II, pada tahun 2010 Bulan Basah (BB) terjadi
selama bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober, dan Desember. Bulan
Lembab (BL) terjadi selama bulan September dan Nopember dan Bulan Kering (BK)
terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Pada tahun 2011, Bulan Basah (BB) terjadi
selama bulan Januari, Februari, Maret, April, Nopember, dan Desember. Bulan Lembab
(BL) terjadi pada bulan Mei. Dan Bulan Kering (BK) terjadi selama bulan Juni, Juli,
Agustus, September, dan Oktober.
Penentuan Persamaan untuk Perhitungan nilai Q/Klasifikasi Iklim berdasarkan SchmithFergusson sebagai berikut :
155
x100%
. . . (1)
Perhitungan dengan menggunakan Bulan Basah dan Bulan Kering dalam satu tahun.
A. Tahun 2010
- Perak I
2
Q x100% 25%
Jumlah BK = 2, dan BB = 8, sehingga
8
- Perak II
3
Q x100% 42,857%
Jumlah BK = 3, dan BB = 7, sehingga
7
B. Tahun 2011
- Perak I
Jumlah BK = 5, dan BB = 6, sehingga
-
Perak II
Jumlah BK = 5, dan BB = 6, sehingga
5
x100% 83,3%
6
5
x100% 83,3%
6
Tahun
Nilai Q
(Berdasarkan Perhitungan dari SchmithFergusson)
BMKG Perak I
BMKG Perak II
2010
25%
42,857%
2011
83,3%.
83,3%.
Berdasarkan nilai Q pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa Kota Surabaya termasuk
dalam klasifikasi iklim dan Vegetasi Tipe D yaitu Daerah sedang, hutan musim.
Informasi yang telah diperoleh dari stasiun BMKG Perak I dan II diharapkan memberikan
manfaat lain seperti perkiraan masa tanam yang tepat untuk jenis tanaman pangan dan
keadaan ekosistem Kota Surabaya. Selain itu faktor curah hujan dapat mempengaruhi
karakter kerawanan bencana di Kota Surabaya. Meningkatnya intensitas curah hujan
sekitar Bulan November berpotensi menyebabkan tanah longsor. Musim kering yang
panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah
besar. Hal tersebut mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan.
156
4). Topografi
Topografi merupakan gambaran mengenai bentuk morfologi yang mencakup ketinggian
dan kemiringan atau kelerengan sebuah wilayah. Kondisi fisik topografi secara spesifik
akan mempengaruhi daya dukung dan daya tampung dalam penentuan fungsi kawasan,
peruntukan lahan, serta penempatan sarana dan prasarana wilayah.
Secara umum keadaan topografi Kota Surabaya memiliki ketinggian tanah berkisar antara
0-20 meter di atas permukaan laut, sedangkan pada daerah pantai ketinggiannya berkisar
antara 1-3 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar Kota Surabaya memiliki
ketinggian tanah antara 0-10 meter (80,72%) yang menyebar di bagian timur, utara,
selatan, dan pusat kota. Pada wilayah lain memiliki ketinggian 10-20 meter dan 20 meter
di atas permukaan laut yang umumnya terdapat pada bagian barat kota yaitu di Pakal,
Lakarsantri, Sambikerep, dan Tandes (Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota
Surabaya, 2009).
Tabel 3.27 Data Topografi Kota Surabaya
No.
Kecamatan
Kemiringan lahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Jambangan
Karang pilang
Wiyung
Lakar santri
Sambikerep
Dukuh Pakis
Sawahan
Gayungan
Wonocolo
Tenggilis mejoyo
Rungkut
Gunung Anyar
Tegalsari
Wonokromo
Bulak
Semampir
Genteng
Simokerto
Gubeng
Sukolilo
Mulyorejo
Tambaksari
Kenjeran
Tandes
Sukomanunggal
Krembangan
< 8
Datar
Datar
< 10
Datar
< 10
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
0 - 10
Datar
Datar
5-7
5-7
5
10-12
6-12
3-6
7-9
4,7
7
4,5
3-5
3-5
1,7
5
1,5-2
2-3
7
2-5
5
2-3
4
4
1,5-2
2-5
5
1-2
157
No.
Kecamatan
27
28
29
30
31
Asemrowo
Pakal
Benowo
Bubutan
Pabean Cantian
Kemiringan lahan
Datar
Datar
< 8
< 10
Datar
1-2
1-4
0,5-4
4
3
Penggunaan Lahan
1. Perumahan
13880,16
42
2. Sawah dan Tegalan
5366,995
16,24
3. Tambak
5023
15,2
4. Jasa
3007,368
9,1
5. Perdagangan
581,6448
1,76
6. Industri dan Pergudangan 2412,504
7,3
7. Tanah Kosong
1817,64
5,5
8. Lain-lain
95,35
2,8
Sumber: Badan Pembangunan dan Perencanaan Kota Surabaya (2009)
158
159
160
161
162
Wilayah Kota Surabaya semakin berkembang, terlihat dari terjadinya pemekaran wilayah
Kota Surabaya (Gambar 3.61). Pemekaran wilayah diindikasikan dari jumlah kecamatan
di Kota Surabaya pada tahun 1992 sebanyak 19 kecamatan menjadi 28 kecamatan di
tahun 2001. Pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 31 kecamatan sampai saat ini.
Secara fisik terjadi penambahan luasan wilayah Kota Surabaya akibat sedimentasi (tanah
oloran). Kondisi ini menyebabkan perubahan morfologis bentuk pesisir pantai timur
(RTRW Kota Surabaya).
Gambar 3.61 Peta Rencana Kota Surabaya (RTRW Kota Surabaya, 2007)
163
1990
2000
2002
2007
Keterangan gambar
Piksel vegetasi
Piksel lahan terbuka
2009
Proyeksi :UTM
Datum : WGS84
Sumber : Citra Satelit Penginderaan Jauh Landsat Multi Temporal (Wahid, Teguh, M. Taufik (2012)
Gambar 3.62 Hasil Klasifikasi SAM untuk Vegetasi Dan Lahan Terbuka Tahun 1990-2009
164
Tabel 3.29 Perubahan Luas Bidang Piksel (hasil olah data klasifikasi, 2011)
No
1990
2000
2002
2007
2009
1990
2000
2002
2007
2009
km
(1990 2009)
Kelas
2009
(%)
Perkotaan
40,439
65616
73600
90409
113689
36,4
59,1
66,2
81,4
102,2
65,8
64,4
Vegetasi
176910
105238 102190
89440
40228
159,2
94,7
92,0
80,5
36,3
123,0
339,1
Mangrove
2173
3721
3042
1749
1475
2,0
3,3
2,7
1,6
1,3
0,6
47,3
Lahan
Terbuka/
Gundul
27924
19953
11897
11941
20550
25,1
18,0
10,7
10,7
18,5
6,6
35,9
Tubuh Air
57680
46485
46628
48785
57887
51,9
41,8
42,0
43,9
52,1
0,2
0,4
Semen Putih
13751
13625
13537
9413
18604
12,4
12,3
12,2
8,5
16,7
4,4
26,1
38002
52446
50110
46368
59228
34,2
47,2
45,1
41,7
53,4
19,2
35,9
Tidak
Teridentifikasi
7899
65584
71663
74562
60986
7,1
59,0
64,5
67,1
54,9
47,8
87,0
Total kelas
Akurasi (%)
328,3
98
82
81
335,4
80
7,1
84
165
Berdasarkan tabel 6 di atas, terjadi perbedaan hasil luasan jenis tutupan lahan dimana
permukiman pada tahun 1990 mengalami pertambahan dari 36,4 km2 menjadi 102,2 km2
pada tahun 2009. Pertambahan luasan jenis tutupan lahan meningkat hampir tiga kali
lipat dalam 20 tahun terakhir, serta menyebabkan berkurangnya jumlah vegetasi dan
mangrove yang mengakibatkan penurunan tingkat kualitas lingkungan hidup di Kota
Surabaya.
Berdasarkan data diatas menyebutkan adanya perubahan yang terjadi pada luas area total
di Surabaya yang disebabkan oleh adanya pergeseran dari garis pantai timur Surabaya
akibat sedimentasi. Berdasarkan citra satelit Inderaja Landsat yang telah dilakukan
penyamaan sistem proyeksi dan satuan yang ada, maka didapat hasil seperti yang
dibawah ini (Sumber: Oktaviabus, Teguh, Mustain). Hasil overlay tahun 2000 dan tahun
2009 pertambahan area sebesar 334.453 Ha dengan laju pertambahan area 37.161
Ha/tahun.
Kondisi perubahan dari garis pantai timur Surabaya menyebabkan kurang lancarnya
sirkulasi air antara air laut dan air tawar di daratan. Kawasan pantai timur mengalami
perubahan fungsi yang beralih ke fungsi hunian atau permukiman, yang mengakibatkan
beberapa komunitas mangrove mengalami degradasi lingkungan seperti yang
166
ditunjukkan oleh adanya penelitian dibawah ini, dimana sebagai data awal yang didapat
dari citra foto udara infrared tahun 1981 (Bakosurtanal, 1981).
Pada Gambar 3.65, terlihat bahwa area mangrove ditandai dengan warna merah yang
dekat dengan garis Pantai Timur Surabaya. Sebagai bahan pembanding, digunakan citra
satelit Landsat TM-7 seperti pada gambar 31 di bawah ini.
Gambar 3.65 Citra Komposit Landsat TM-7 Pantai Timur Surabaya 2001
Proses penyamaan skala dan proses digital antara Foto Udara dari Bakosurtanal dengan
Citra Landsat TM-7, maka didapatkan hasil sebagai berikut.
167
Gambar 3.66 Hasil Overlay Sebaran Mangrove dari Foto Udara Tahun 1981 (warna
hijau) dan Citra Landsat TM-7 Tahun 2001 (warna merah)
Tabel 3.30 Hasil Luasan Area Hutan Mangrove yang didapat dari Kedua Jenis Citra
Tahun Liputan Citra
Luas Area Mangrove (Ha)
1981
2001
1.143,861 745,276
Dalam kurun waktu 20 tahun, dari tahun 1981 hingga 2001 terjadi
pengurangan luas area hutan mangrove di Kecamatan Sukolilo, Rungkut, dan
Gunung Anyar sebesar 398,585 Ha. Area hutan mangrove yang berkurang tersebut
digunakan untuk perluasan area tambak ikan yang terjadi di Kecamatan Rungkut dan
Kecamatan Gunung Anyar, sedangkan di Kecamatan Sukolilo disebabkan adanya
tanah oloran (penyebab utama) serta perluasan area tambak ikan.
b. Sumberdaya Air
Sumberdaya air terdiri dari sumberdaya air permukaan dan mata air. Sumberdaya air
permukaan Kota Surabaya adalah daerah aliran sungai yang utamanya berasal dari aliran
Sungai Brantas, sedangkan mata air berarti air tanah dan produksi akuifernya.
1). Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dari sungai utama dan anak sungai yang berfungsi menampung, menyimpan
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan yang jatuh di atasnya ke alur-alur
sungai atau kali dan berakhir ke telaga/bozem atau laut. Setiap DAS terbagi dalam
beberapa Sub DAS. Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan
akan mengalirkannya ke sungai utama. Sedangkan pengertian dari sungai menurut
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004 adalah tempat-tempat dan
wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan
168
dibatasi kanan dan kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan termasuk
afvour.
Daerah aliran sungai merupakan sumberdaya air permukaan yang banyak dimanfaatkan
untuk keperluaan warga seperti transportasi, pengairan sawah, keperluan peternakan,
industri, perumahan, pengendali banjir, kesediaan banjir, dan tempat rekreasi. Pada
Tabel 3.32 berikut adalah daftar kali yang berada di Kota Surabaya.
Selain fungsi sungai untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air, pengelolaan
kualitas air dilakukan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukan
agar tetap dalam kondisi alamiah. Sesuai Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02
Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Mutu
Air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundangundangan yang
berlaku. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat kelas :
a. Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar dan air payau, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar dan air payau, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan/atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Tabel 3.31 Kriteria Mutu Kualitas Air Berdasarkan Kelas
Kriteria Mutu Air
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
pH
6-9
6-9
6-9
5-9
Parameter Uji
DO
BOD
COD
TSS
Deterjen
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (ug/L)
6
2
10
50
200
4
3
25
50
200
3
6
50
400
200
0
12
100
400
400
Sumber: Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
169
No.
1.
2.
Nama
Sungai /
Kali
Kali
Lamong
Kali
Perbatasan
Panjang
Sungai /
Saluran
(m)
9770
12670
Lebar
(m)
Kecepatan
Air
(m/detik)
0,128
0,093
Tipe
Ekosistem
Dominan
Pemanfaatan
Jalan tol
SurabayaGresik, Jalan
pemukiman,
mangrove,
tegalan,
industri, dan
pemukiman
Drainase kota
wilayah
kawasan
pemukiman
dan industri di
sekitar
Romokalisari
Pemukiman,
jalan tol, jalan
raya, dan
tanaman
rumput liar.
Drainase kota
wilayah
kawasan
pemukiman,
komersial,
industri dan
pergudangan
disekitar
Gununganyar
Tambak
Titik Koordinat
S : 071145,24
E : 1123742,66
S : 072042,3
E : 1124648,7
Jenis
Saluran
Kondisi
Saluran
Sungai
Sebagian besar
ruas kali masih
belum
diplengseng,
banyak sampah
dan sedimen
berat
Sungai
Sudah
diplengseng dan
banyak yang
rusak, banyak
sampah dan
sedimentasi,
banyak
ditumbuhi eceng
gondok, kali
dipengaruhi
pasang laut
Dokumentasi
170
No.
3.
Nama
Sungai /
Kali
Kali
Surabaya
Kali
Wonokromo
Panjang
Sungai /
Saluran
(m)
17400
12100
Lebar
(m)
Kecepatan
Air
(m/detik)
0,119
0,425
Tipe
Ekosistem
Dominan
Pemanfaatan
Pemukiman,
jalan dan
industri
Pasokan bahan
baku air
minum
(PDAM) dan
pasokan air
untuk proses
produksi
Bangunan,
jalan, dan RTH
Pasokan bahan
baku air
minum
(PDAM) dan
pasokan air
untuk proses
produksi dan
sebagai
drainase kota
wilayah
kawasan
pemukiman,
komersial,
kegiatan
perikanan,
peternakan,
mengaliri
tanaman,
pariwisata air,
pemasok air
tawar untuk
tambak di
Titik Koordinat
S : 071830,3
E : 1124308,7
S : 07182
E : 1124428
Jenis
Saluran
Kondisi
Saluran
Sungai
Sudah
diplengseng dan
ada yang rusak,
banyak sampah
dan sedimentasi
Sungai
Sudah
diplengseng dan
ada yang rusak,
banyak sampah
dan sedimentasi
Dokumentasi
171
No.
Nama
Sungai /
Kali
Kali Mas
Panjang
Sungai /
Saluran
(m)
11160
Lebar
(m)
30-35
Kecepatan
Air
(m/detik)
0,143
m/dtk
Tipe
Ekosistem
Dominan
Pemukiman,
jalan raya dan
RTH
Pemanfaatan
wilayah
Surabaya
Timur dan
juga
digunakan
untuk lalu
lintas perahu
nelayan.
Drainase kota
wilayah
kawasan
pelabuhan,
pemukiman,
industri dan
pergudangan
disekitar Perak
Utara dan
Ujung.
Digunakan
untuk kegiatan
perikanan,
peternakan,
mengaliri
tanaman, serta
pariwisata air
Titik Koordinat
S : 071758,98
E : 1124421,69
Jenis
Saluran
Kondisi
Saluran
Sungai
Sebagian besar
sudah di
plengseng,
banyak sampah
dan sedimentasi,
terdapat hunian
liar di daerah
sempadan
sungai
Dokumentasi
172
No.
Nama
Sungai /
Kali
Kali
Kedurus
Panjang
Sungai /
Saluran
(m)
Lebar
(m)
16380
Kecepatan
Air
(m/detik)
0,091
m/dtk
Tipe
Ekosistem
Dominan
Pemanfaatan
Tegalan,
tanaman
peneduh jalan,
pemukiman,
jalan, jembatan
Drainase kota
wilayah
Surabaya
Barat dan
irigasi
persawahan.
Titik Koordinat
S : 071848,8
E : 1124210,1
Jenis
Saluran
Sungai
Kondisi
Saluran
Dokumentasi
Sebagian besar
ruas kali masih
belum
diplengseng,
sebagian besar
daerah aliran
kali masih
berupa sawah
173
Pada Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan kriteria pemenuhan baku
mutu kualitas air sungai yang digunakan sebagai pemasok bahan baku air minum oleh
PDAM Kota Surabaya. Berikut pemenuhan baku mutu kualitas air sungai Kota
Surabaya :
Tabel 3.33 Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai
LOKASI SAMPLING : KALI SURABAYA BULAN JANUARI - NOPEMBER 2011
Lokasi Pengambilan
Parameter Uji
No
Sampel
Kali Surabaya di
DO
BOD
COD
TSS
Deterjen
1
pH
Kedurus
(mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
(ug/L)
Januari
6.5
< LD
13.95 32.173
103
165
Pebruari
7
6.18
3.96
7.9483
291
187
Maret
7
2.72
7.06
15.002
26
176
April
7
4.22
6.03
12.752
302
174
Mei
7
5.27
4.98
10.139
52
174
Juni
7
6.93
4.21
9.1207
42
188
Juli
7
5.51
5.78
13.025
33
184
Agustus
7
5.45
5.65
12.453
31
185
September
7
6.26
4.73
10.264
24
186
Oktober
7
5.62
5.21
11.848
13
193
Nopember
7
6.84
2.94
3.8429
36
157
TM
TM
TM
TM
Kriteria Air Kelas II
M
(Bulan (Bulan (Bulan
M
(Bulan 3)
1-10)
1)
1,2,4,5)
2
pH
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
6.5
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
DO
(mg/L)
5.17
5.36
2.74
3.42
6.16
6.69
5.46
5.48
5.84
6.32
7.32
TM
(Bulan
3,4)
BOD
COD
(mg/L) (mg/L)
4.91
10.278
5.64
13.095
8.86
17.542
7.06
15.213
3.98
9.7213
3.74
8.737
5.84
13.349
5.48
11.812
4.65
10.385
3.82
8.2718
2.81
5.6821
TM
(Bulan
M
1-10)
TSS
(mg/L)
238
312
53
238
311
37
28
15
32
62
22
TM
(Bulan
1-5,10)
Deterjen
(ug/L)
135
165
187
176
181
189
189
187
173
181
101
M
Deterjen
(ug/L)
168
174
pH
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
7
7
7
6.5
7
7
7
6.5
7
6.5
7
pH
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
6.5
6.5
7
7
6.5
7
7
7
7
7
7
DO
(mg/L)
1.36
4.39
4.46
3.73
4.24
6.6
0.38
3.22
5.39
5.17
3.2
TM
(Bulan
1,4,7,8,11)
BOD
COD
(mg/L) (mg/L)
9.61
19.316
5.21
12.677
6.25
13.527
6.45
13.721
5.42
11.218
3.92
9.2218
11.19
23.89
8.35
17.842
5.19
11.718
12.619 13.619
6.75
13.622
TM
(Bulan
M
1-11)
TSS
(mg/L)
124
424
125
351
385
46
12
13
21
12
17
TM
(Bulan
1-5)
Deterjen
(ug/L)
141
167
189
177
186
187
199
187
175
196
174
DO
(mg/L)
5.5
4.18
5.15
6.59
4.58
5.25
5.2
5.54
3.14
5.83
6.99
BOD
COD
(mg/L) (mg/L)
4.78
11.181
6.92
15.164
4.98
11.128
4.36
9.5648
5.57
12.142
5.29
11.572
5.64
13.212
5.39
13.795
8.25
17.49
5.29
11.468
2.96
7.0447
TSS
(mg/L)
186
265
793
152
136
44
28
17
3
25
19
Deterjen
(ug/L)
166
170
186
187
165
196
182
191
188
197
108
175
TM
(Bulan
8,9,11)
TM
(Bulan
9)
TM (Bulan
2,4,5,6,8,11)
176
peternakan, mengaliri tanaman, pariwisata air, pemasok air tawar untuk tambak ikan
di wilayah Surabaya Timur dan juga dimanfaatkan untuk lalu lintas perahu nelayan.
Menurut hasil penelitian laboratorium, untuk pemenuhan baku mutu kualitas air di
Kali Wonokromo termasuk kriteria air kelas III dengan titik sampling di Jalan
Jembatan Merr C II dan termasuk kriteria air kelas IV dengan titik sampling di
Jembatan Kedung Baruk Utara.
5. Kali Mas
Kali Mas merupakan salah satu kali utama di Kota Surabaya anak sungai Kali
Surabaya. Panjang kali 11.160 meter dan lebar kali 30-35 meter dengan kecepatan air
sebesar 0,143 meter/ detik diambil dari pintu air di daerah Wonokromo. Disekitar kali
terdapat pemukiman dan ruang terbuka hijau (RTH). Kondisi Kali Mas sebagian
sudah diplengseng, terdapat banyak sampah dan sedimentasi. Kali Mas digunakan
sebagai drainase kota wilayah kawasan pelabuhan, airnya digunakan untuk kebutuhan
pemukiman penduduk untuk mandi dan cuci (MCK), industri disekitar kali,
pergudangan disekitar Perak Utara dan Ujung. Air Kali Mas juga digunakan untuk
kegiatan perikanan, peternakan, mengairi tanaman, serta pariwisata air.
6. Kali Kedurus
Kali Kedurus adalah salah satu kali yang berada di wilayah Kota Surabaya bagian
Barat. Panjang kali mencapai 16.380 meter dengan kecepatan air sebesar 0,091
meter/detik diukur pada bulanJuli 2012. Ekosistem disekitar kali terdapat banyak
tegalan, tanaman peneduh jalan dan pemukiman penduduk. Kondisi sebagian besar
ruas kali masih belum diplengseng, dan disekitar kali masih terdapat sawah. Kali
Kedurus dimanfaatkan untuk drainase kota wilayah Surabaya Barat dan untuk irigasi
persawahan. Air Kali Kedurus juga dimanfaatkan untuk pasokan bahan baku air
PDAM, dan menurut hasil penelitian laboratorium, untuk pemenuhan baku mutu
kualitas air di Kali Kedurus termasuk kriteria air kelas II.
Kondisi Drainase
Air permukaan di Kota Surabaya diawali dengan adanya sungai utama yang
merupakan anak sungai dari Kali Brantas yang mengalirkan air dari Kota Mojokerto
ke Surabaya melalui Kali Surabaya. Di daerah Gunungsari, Kali Surabaya terpecah
menjadi dua anak sungai yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo. Kali Mas mengalir
kearah pantai utara melewati tengah kota, sedangkan Kali Wonokromo mengalirkan
air kearah pantai timur dan bermuara di selat Madura.
Dari keenam Kali Utama yang berada di Kota Surabaya, terdapat 27 Saluran primer
yang menjadi anak sungai yang tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya. Sesuai
Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1991 Tentang Rawa
mengenai pengertian dari Saluran Primer adalah saluran utama dari jaringan reklamasi
rawa yang berfungsi baik untuk pembangunan maupun pemberian air. Sedangkan
Saluran Sekunder adalah cabang utama dari saluran primer rawa yang berfungsi untuk
pembuangan maupun pemberian air. Pada tabel 13 dan 14 berikut, menjelaskan
keberadaan saluran primer yang ada di Kota Surabaya. Saluran Primer ini ada yang
berfungsi sebagai drainase irigasi dan drainase pematusan. Drainase Irigasi
merupakan saluran yang digunakan untuk mengairi sawah-sawah yang sifatnya dari
178
saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Sedangkan pengertian dari Drainase
Pematusan adalah saluran yang sifatnya berkebalikan dari Drainase Irigasi yaitu dari
kuarter, tersier, sekunder, dan primer.
Aliran banjir di hulu Kali Brantas diatur oleh Perum Jasa Tirta melalui beberapa
waduk penyimpan air dan bangunan pengatur seperti pintu air. Aliran-aliran besar
Kali Brantas sebagian diteruskan mulai dari Kali Porong dan Dam Lekong di
Mojokerjo selanjutnya akan mengalir ke laut. Kali Surabaya juga menampung
masukan air dari daerah Kali Marmoyo, Kali Watudakon, Kali Tengah (masuk ke
hulu Dam Gunungsari), dan daerah pematusan Kali Kedurus (masuk melalui
pematusan primer kemudian ke Dam Gunungsari).
1. Sistem Pematusan Perkotaan
Sistem drainase primer untuk Kota Surabaya, yaitu :
a. Saluran pematusan primer untuk mengalirkan banjir yang berasal dari luar
Surabaya ke laut (Kali Surabaya dan Kali Wonokromo).
b. Pengumpulan limpasan area perkotaan melalui saluran-saluran tersier, sekunder
dan primer dibantu pompa drainase pada daerah yang sulit adanya aliran secara
gravitasi.
c. Tanggul dan pintu-pintu laut di saluran pematusan primer untuk mencegah arus
balik pada saat pasang tinggi.
d. Serangkaian saluran irigasi primer dan sekunder serta bangunan Gunungsari dan
Gubeng yang mempunyai fungsi ganda sebagai penerima aliran saat hujan dan
sebagai saluran pematusan.
Perubaan penggunahan lahan pada daerah pertanian mengakibatkan perubahan fungsi
saluran baik irigasi maupun drainase pertanian yang menjadi saluran drainase
perkotaan, dimana pembenahan tersebut belum sepenuhnya diikuti pembenahan
sistem maupun fungsi kewenangannya.
Surabaya menghadapi banjir lokal yang berasal dari hulu sungai Surabaya dan pasang
surut air laut. Sungai di Kota Surabaya salah satunya berfungsi sebagai pengalir debit
air dan penyedia air baku PDAM, irigasi persawahan dan industri. Di Kota Surabaya
terdapat bangunan air yang berfungsi menaikkan elevasi muka air, yaitu Bendung
Gunungsari, Bendung Jagir, Bendung Wonokromo, dan Bendung Gubeng. Sungai
utama di Kota Surabaya membagi wilayah administrasi menjadi tiga wilayah drainase
sesuai pola sistem drainase Surabaya, yaitu :
a. Wilayah drainase Surabaya selatan dengan batas utara sungai Wonokromo, timur
Selat Madura, selatan Kabupaten Sidoarjo, barat sungai Surabaya. Terdiri tiga
sub-sistem, yaitu Sub-sistem Wonorejo, Kebonagung, dan Perbatasan.
b. Wilayah drainase Surabaya Timur dengan batas utara dan timur Selat Madura,
selatan Kabupaten Sidoarjo, dan barat Sungai Mas. Terdiri 8 subsistem, yaitu
Sub-sistem Medokan, Bratang, Kalibokor-Keputih, Kalidami, Kenjeran UtaraKedung Cowek, Kalisan-Kali Kepiting, Kenjeran, dan Pegirian-Tambak Sari.
c. Wilayah drainase Surabaya Barat dengan batas utara Selat Madura, timur Sungai
Mas, selatan Kabupaten Sidoarjo, dan barat Kabupaten Gresik. Terdiri 5
subsistem, yaitu Sub-Sistem Greges, Gunungsari, Kali Kedurus, Balong, dan
kandangan.
179
TIPE PINTU
JUMLAH PINTU
Bozem Wonokrembangan
Tambak Wedi
Jeblokan
Tambak Deres I
Tambak Deres II
Kali Kepiting
Kalidami
Kalibokor
Kalisumo
Medokan Semampir
Kali Wonorejo
Kali rungkut
180
181
No
Nama
Saluran
primer
Saluran
Gading
Saluran
Jeblokan
(Tambak
Wedi)
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
2200
3100
Lebar
(m)
7-10
8-10
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
0,052
Pemukiman
dan industri
Tambak,
tegalan,
pemukiman
dan laut
Titik Koordinat
S : 0714'58,7"
E : 11247'01,1"
S : 0712'32,2"
E :1124648,1"
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
Primer
Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
ada sampah dan
sedimen material
bangunan
Primer
Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
ada sampah dan
sedimen material
bangunan
Dokumentasi
182
No
Nama
Saluran
primer
Saluran
Kenjeran
AL
Saluran
Kenjeran
Lama
Saluran
Kenjeran
Pantai Ria
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
1350
1600
1280
Lebar
(m)
11
6-8
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
0,073
Pemukiman,
jalan, tanah
lapang, dan
pohon
peneduh jalan
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
S : 0714'28,2"
E : 11247'37,3"
Primer
Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
ada sampah dan
sedimen
0,056
Pemukiman,
jalan, dan
pohon
peneduh jalan
S : 0714'14,5"
E : 11247'42,4"
Primer
Sudah diplengseng,
ada sampah dan
sedimen
0,060
Pemukiman,
jalan, dan
industri
S : 0715'10,2"
E : 11247'42,8"
Primer
Sudah diplengseng,
aliran air lancar dan
terpengaruh pasang
surut
Titik Koordinat
Dokumentasi
183
No
Nama
Saluran
primer
Saluran
Pegirian
Saluran
Jeblokan
(Jl. Petojo)
Saluran
Kalibokor
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
6400
4700
8900
Lebar
(m)
12-22
7-10
6-27
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
0,108
Pemukiman,
pohon
peneduh jalan
dan jalan
0,242
0,049
Rumah Sakit,
Jalan, pohon
peneduh jalan
Pemukiman,
tegalan, dan
jalan
Titik Koordinat
S : 0713'49,4"
E : 11244'44,1"
S : 0715'55,57"
E : 11245'23,89"
S : 0717'13,5"
E : 11245'21,4"
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
Primer
Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
ada sampah dan
sedimen
Primer
Sudah diplengseng,
tetapi retak-retak,
banyak sampah,
dan sedimen
Primer
Plengsengan hanya
pada lebar saluran
eksisting, banyak
sampah dan
sedimen
Dokumentasi
184
No
9.
10
11
Nama
Saluran
primer
Saluran
Kalidami
Saluran
Larangan
Saluran
Mulyorejo
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
4270
1300
6500
Lebar
(m)
18-40
7-8
6-13
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
0,222
Pemukiman,
jalan, tegalan
dan pertokoan
0,017
Pemukiman,
jalan, dan
pohon
peneduh jalan
0,160
Pemukiman,
jalan, dan
pohon
peneduh jalan
Titik Koordinat
S : 0716'31,0"
E : 11245'54,0"
S : 0715'04,7"
E : 11247'45,8"
S : 0715'52,2"
E : 11246'50,2"
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
Primer
Sudah diplengseng
tetapi banyak yang
retak-retak, banyak
sampah dan
sedimen
Primer
Sebagian ruas
belum diplengseng,
lebar saluran
variatif, banyak
sampah dan
sedimen
Primer
Sudah diplengseng
tetapi banyak yang
pecah, banyak
sampah dan
sedimen
Dokumentasi
185
No
Nama
Saluran
primer
12
Saluran
Tambak
Segaran
13
Saluran
Tambak
Wedi
14
Saluran
Greges
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
800
4300
5000
Lebar
(m)
5-8
20-30
12-22
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
Titik Koordinat
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
0,154
Pemukiman,
jalan, dan
tegalan
S : 0714'49,6
E : 11245'35"
Primer
Sudah diplengseng
dan banyak yang
retak-retak dan
rusak, banyak
sampah dan
sedimen
0,021
Pemukiman,
jalan, laut,
dan pengepul
barang bekas
S : 0712'33,66"
E : 11246'15,17"
Primer
Sudah diplengseng
tetapi retak-retak
dan rusak
0,142
Pemukiman,
jalan, dan
mangrove
Primer
S : 0713'46,2"
E : 11241'08,4"
Dokumentasi
186
No
Nama
Saluran
primer
15
Saluran
Banyu
Urip/
Gunungsari
16
Saluran
Pakal/
Sememi
17
Saluran
Kandangan
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
21000
5000
5000
Lebar
(m)
6-7
6-30
15-40
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
0,141
Pemukiman,
jalan, tegalan,
pohon
peneduh
jalan, dan
pertokoan
0,066
Tegalan,
pemukiman,
jalan, dan
pohon
peneduh jalan
0,092
Pemukiman,
jalan, tegalan,
dan pohon
peneduh jalan
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
S : 0716'29,9"
E : 11243'34,3"
Primer
S : 0714'28,9"
E : 11237'38,7"
Primer
Sudah diplengseng,
ada sampah dan
sedimen
Primer
Titik Koordinat
S : 0715'11,1"
E : 11239'15,2"
Dokumentasi
187
No
18
19
Nama
Saluran
primer
Saluran
Balongsari
Saluran
Margomul
yo
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
4800
3900
Lebar
(m)
10-50
1010.5
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
0,374
Pemukiman,
jalan, tegalan,
pohon
peneduh
jalan, dan
industri
Jalan Besar,
industri,
RTH, dan
pohon
peneduh jalan
Titik Koordinat
S : 0715'30,6"
E : 11240'38,6"
S : 0715'7,59"
E : 11240'55,27"
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
Primer
Primer
Sudah diplengseng,
tepi saluran berupa
jalan Margomulyo
bebas dari
bangunan, terdapat
pompa air, banyak
sampah dan
sedimen banyak
Dokumentasi
188
No
20
21
22
Nama
Saluran
primer
Saluran
Krembanga
n Kali
Anak
Saluran
Simo
Saluran
Benowo
Pasar
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
2500
4000
600
Lebar
(m)
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
Titik Koordinat
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
0,058
Pemukiman,
jalan, dan
industri
S : 0713'46,2"
E : 11242'25,9"
Primer
Sebagian sudah
diplengseng,
banyak sedimen
dan sampah,
banyak diduduki
bangunan yang
menjorok ke badan
saluran
7-25
0,066
Pemukiman,
jalan,
jembatan,
RTH, pohon
peneduh
jalan, dan
pasar loak
S : 0714'42,87"
E : 11243'3,78"
Primer
Sudah diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen
2-7
Terjadi
pendangkala
n, sehingga
tidak dapat
diketahui
kecepatan
arusnya
Pemukiman,
industri, jalan
dan pasar
S : 0714'04,9"
E : 11236'50,2"
Primer
Sebagian ruas
belum diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen
20-60
Dokumentasi
189
No
Nama
Saluran
primer
23
Saluran
Kebon
Agung
24
Saluran
Avoor
Wonorejo
25
Saluran
Medokan
Ayu
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
11500
15800
6500
Lebar
(m)
7-15
6-15
5-7
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
0,035
Pemukiman,
jalan dan
pohon
peneduh jalan
0,124
Pemukiman,
jalan, dan
mangrove
0,132
Pemukiman,
pohon
peneduh
jalan, dan
jalan
Titik Koordinat
S : 0719'59,2"
E : 11247'34,6"
S : 0718'42,2"
E : 11249'22,3"
S : 0719'54,4"
E : 11246'52,1"
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
Primer
Sudah diplengseng
tetapi banyak yang
rusak di bagian
hulu dan ruas di
muara belum
diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen
Primer
Sudah diolengseng
tetapi sebagian
besar retak-retak,
banyak sampah dan
sedimen
Primer
Sudah diplengseng
tetapi banyak yang
rusak, banyak
sampah dan
sedimen
Dokumentasi
190
No
Nama
Saluran
primer
26
Saluran
Medokan
Semampir
27
Saluran
Kalisumo
Panjang
Sungai/
Saluran (m)
4700
1600
Lebar
(m)
4-8
9-11
Kecepatan
arus
(m/dtk)
Tipe
Ekosistem
Dominan
Titik Koordinat
0,055
Pemukiman,
pohon
peneduh
jalan, jalan,
tegalan, dan
pertokoan
S : 0718'31,7"
E : 11246'42,1"
0,057
Pemukiman,
jalan, tegalan,
dan RTH
S : 0717'50,2"
E : 11245'22,0"
Jenis
Saluran
Kondisi Saluran
Primer
Sudah diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen berat, ada
bangunan di
bantaran kali
Primer
Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
banyak sampah dan
sedimen
Dokumentasi
191
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
No
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
No
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
No
Nama Saluran Sekunder
Panjang (m) Lebar (m)
135 Saluran Semolowaru
3200
5-7
136 Saluran Manyar
1250
56
137 Saluran Manyar Rejo
1100
3,5 5
138 Saluran Ngagel Wasono
550
1 - 3,5
139 Saluran Ngagel Jaya Selatan
1400
27
140 Saluran Krukah
1100
1 - 2,5
Sumber: Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya (2010)
2). Telaga/Bozem
Selain sungai, sistem hidrologi Surabaya juga ditentukan keberadaan beberapa
Telaga/Bozem. Telaga/Bozem dibangun karena Surabaya merupakan kota yang rawan
banjir dengan daerah resapan air yang semakin berkurang akibat berkembangnya daerah
industri dan perumahan. Telaga/Bozem adalah salah satu sumber air tawar yang
menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia.
Sedangkan bozem merupakan kolam besar tempat menampung air, baik yang berasal dari
air hujan maupun dari aliran sungai agar tidak banjir.
Telaga/Bozem berfungsi sebagai pengatur sistem hidrologi, yaitu dengan
menyeimbangkan aliran sungai di hilir dan hulu sungai, serta memasok air ke sumber air
lainnya seperti akuifer (air tanah), sungai dan persawahan. Dengan demikian
telaga/bozem dapat mengendalikan banjir pada waktu musim penghujan dan menyimpan
air pada waktu musim kemarau yang digunakan untuk cadangan irigasi persawahan pada
musim kemarau.
Secara umum telaga/bozem dimanfaatkan masyarakat untuk pengendalian dan
penampungan/penyimpanan air, irigasi, dan sebagian untuk tempat budidaya ikan. Ada
juga yang memanfaatkannya untuk sarana olah raga seperti ski air seperti yang terdapat di
bozem kedurus. Telaga dan Bozem yang ada di Kota Surabaya terlihat pada Tabel 3.37.
195
Luas
(ha)
Volume
(m3)
1.
Sambikerep
0,80
16.000
S : 0716'08,2"
E : 11239'08,2"
2.
Telaga
Manukan Tirto
0,20
4.000
S : 0716'13,7"
E : 11240'04,1"
No.
I
Rayon
Titik Koordinat
Tipe Ekosistem
Pemanfaatan
Bozem/Telaga
Dokumentasi
TANDES
Persawahan,
tegalan, dan
pemukiman
Pemukiman dan
tegalan.
196
Nama Bozem /
Telaga
Luas
(ha)
Volume
(m3)
3.
Telaga
Manukan
0,30
6.000
S : 0715'37,03"
E : 11240'09,4"
4.
Sumber
Langgeng
0,30
6.000
S : 0713'21,36"
E : 11235'35,59"
Pemukiman,
tegalan, jalan, dan
makam
5.
Sumberejo
0,30
6.000
S : 0713'29,1"
E : 11236'51,8"
Pemukiman,
sekolah, dan
tegalan.
No.
Rayon
Titik Koordinat
Tipe Ekosistem
Pemukiman, jalan
perkampungan,
semak-semak,
pohon pisang, dan
tegalan lainnnya
Pemanfaatan
Bozem/Telaga
Dokumentasi
197
No.
6.
Rayon
Nama Bozem /
Telaga
Luas
(ha)
Volume
(m3)
Sememi
5,00
100.000
Titik Koordinat
S : 0715'38,5"
E : 11238'04,9"
7.
8.
9.
II
Lontar
Tanjungsari
Margomulyo
JAMBANGAN
0,30
0,17
0,10
6.000
3.400
2.080
Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan
1.
Wonorejo 1
1,05
21.021
S : 0718'33,64"
E : 11249'21,7"
Tipe Ekosistem
Tanah lapang,
pemukiman, jalan,
dan tegalan.
Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan
Pemanfaatan
Bozem/Telaga
Dokumentasi
Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan
Digunakan untuk
mengendalikan banjir dan
wisata air seperti
pemancingan ikan.
198
Nama Bozem /
Telaga
Luas
(ha)
Volume
(m3)
2.
Wonorejo 2
2,00
40.000
S : 0718'30,7"
E : 11249'23,8"
3.
Wonorejo 3
2,91
58.155
4.
Bratang
1,72
34.493
No.
Rayon
Titik Koordinat
Tipe Ekosistem
Pemanfaatan
Bozem/Telaga
Digunakan untuk
mengendalikan banjir dan
wisata air seperti
pemancingan ikan.
S : 0718'37,0"
E : 11249'21,9"
Digunakan untuk
mengendalikan banjir dan
wisata air seperti
pemancingan ikan.
S : 0718'12,5"
E : 11245'17,5"
Pemukiman, jalan,
dan tegalan.
Dokumentasi
199
Nama Bozem /
Telaga
Luas
(ha)
Volume
(m3)
5.
Jambangan
0,59
11.760
S : 0718'51"
E : 11242'48,8"
Pemukiman, tanah
lapang, dan tegalan
.
Digunakan untuk
pemancingan ikan oleh
warga sekitar
.
6.
Rungkut
(SIER)
16,00
320.000
S : 0719'59,8"
E : 11245'33,2"
Kawasan industri,
pohon peneduh
jalan, dan jalan
raya.
0,55
11.060
S : 0718'48,8"
E : 11245'05,2"
Pemukiman,
tanaman peneduh
jalan, tegalan, dan
jalan.
No.
Rayon
7.
III.
Sidosermo
(PDK)
Titik Koordinat
Tipe Ekosistem
Pemanfaatan
Bozem/Telaga
Dokumentasi
GUBENG
200
No.
Rayon
Nama Bozem /
Telaga
Luas
(ha)
Volume
(m3)
Kalidami
2,70
54.000
1.
Titik Koordinat
S : 0716'27,9"
E : 11248'03,8"
Tipe Ekosistem
Tegalan (eceng
gondok dan
semak), jalan, dan
pemukiman.
Pemanfaatan
Bozem/Telaga
Dokumentasi
Di Bozem Kalidami
terdapat rumah pompa yang
digunakan untuk mengatur
volume air dari saluran
Kalidami. Digunakan juga
untuk memelihara ikan lele,
ikan kething, dan ikan
kuthuk.
.
Kenjeran
(Kepiting)
2.
IV.
1.
V.
7,50
150.000
Masih direncakan
80,50
1.610.00
0
S : 0713'23,8"
E : 11242'32,2"
Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan
GENTENG
Morokrembang
an
Tempat pelatihan
akademi AL, jalan,
laut dan mangrove.
Digunakan untuk
peternakan lele.
WIYUNG
201
Nama Bozem /
Telaga
Luas
(ha)
Volume
(m3)
1.
Kedurus
37,00
740.000
S : 0719'20,7"
E : 11242'17,0"
Tegalan, pohon
peneduh jalan, dan
jalan.
Lakarsantri
0,54
10.800
S : 0717'4,1"
E : 11237'43,89"
No.
Rayon
Titik Koordinat
Tipe Ekosistem
Pemanfaatan
Bozem/Telaga
Dokumentasi
Sumber: Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, 2010 dan data diolah oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya (2012)
202
1.
2.
Rayon
Nama
Luas
Volume
Titik
Bozem/Telaga
(Ha)
(m3)
Koordinat
7,50
150.000
Gubeng Kenjeran
(Kepiting)
Tandes
Lontar
0,30
6.000
S : 0715'16,7"
E : 11248'19,2"
S : 0716'19,0"
E : 11240'11,1"
Tipe Ekosistem
Di area tanah
lapang
Di tengah
persawahan,
banyak tanaman
pisang dan bambu
di sekeliling area
tersebut.
Pemanfaatan
Bozem/Telaga
Dokumentasi
Masih direncakan
(area Kenpark)
Masih direncakan
(Jln. Candi
lempung IX)
203
3.
4.
Tanjungsari
Margomulyo
0,17
0,10
3.400
S : 0715'27,2"
E : 11241'49,5"
Tempat
pergudangan dan
industri, jalan
perkampungan,
pemukiman
Masih direncakan
(Jln.
Sukomanunggal
Baru PJKA)
2.080
S : 0714'23,7"
E : 11240'55,5"
Masih direncakan
(Dekat Pintu Tol
Arah Tandes)
Sumber: Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya,2012dan dokumentasi hasil survey Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya (2012)
204
Keterangan:
1. Bozem Kalidami, terletak di muara Kalidami. Bozem merupakan
penampungan aliran air dari 3 penjuru saluran yakni Utara: saluran
Bhaskarasari, Mulyosari, Dharmahusada; Selatan: Kejawan Keputih, ITS,
Gebang dan Barat dari Kalidami, Kertajaya, Manyar Sabrangan.
2. Bozem Bratang, terletak di muara Kali Sumo. Bozem ini dibantu dengan
stasiun pompa Bratang, merupakan penampungan sementara air dari Kali
Sumo yang alirannya menuju Kali Wonokromo.
3. Bozem Morokrembangan, termasuk dalam wilayah drainase Surabaya Barat.
Merupakan muara dari saluran saluran pematusan yang ada di bagian barat.
Sebagian besar jenis akuifer ini terdapat di bagian barat Kota Surabaya terutama pada
sebagian wilayah Kecamatan Benowo, Lakarsantri, Tandes, Sukomanunggal dan Dukuh
Pakis. Karakteristik dari akuifer ini adalah: akuifer dangkal kebanyakan tidak menerus,
tipis dengan keterusan rendah sampai sedang serta serahan sumur <5 l/detik.
b. Akuifer bercelah atau sarang produktif kecil dan daerah air tanah langka:
Akuifer dari jenis ini terdiri dari tiga jenis akuifer yang penyebarannya terdapat pada
pesisir sebelah utara dan timur serta bagian barat Kota Surabaya. Karakteristik dari
masing-masing akuifer adalah sebagai berikut:
- Akuifer produktif kecil, setempat berarti:
Tersebar di bagian barat dan selatan Kota Surabaya dan keterusan rendah sampai sangat
rendah, setempat air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah
lembah atau pelapukan batuan padu.
- Daerah air tanah langka:
Terdapat di bagian barat kearah bagian selatan Kota Surabaya
- Akuifer produktif kecil, setempat berarti, menutupi akuifer batu gamping produktif :
Terdapat pada pesisir di bagian utara dan timur Kota Surabaya, yaitu sebagian Kecamatan
Benowo, Asemrowo, Tandes, Gununganyar, Sukolilo, Rungkut dan Mulyorejo.
Keberadaan Air Tanah Berdasarkan Material Penyusun
Keberadaan Air Tanah berbeda dilihat berdasarkan material penyusun batuan, yaitu :
1. Air tanah pada material lepas
a. Daerah aliran air tanah, berasal dari tanah alluvial yang berada di kanan kiri
sungai yang mengalir. Daerah ini potensial karena material air sungai yang lepas
dan mengisi air tanah.
b. Daerah lembah mati, berbentuk bekas lembah sungai yang sudah tidak dilewati
aliran sungai. Potensi air tanahnya cukup besar namun tidak sebesar aliran sungai.
c. Daerah dataran, daerah yang luas dengan endapan yang belum mengeras misalnya
pasir dan kerikil. Pengisian air berasal dari air hujan/sungai.
d. Daerah lembah antar gunung, dikelilingi perbukitan dan tersusun oleh lapisan
lepas dalam jumlah yang banyak. Pengisian air terjadi pada lereng-lereng
perbukitan.
2. Air tanah pada material kompak
a. Pada batu gamping, keberadaan air tanah dipengaruhi oleh adanya retakan sebagai
media transportasi air sampai mencapai zona jenuh air. Pada daerah kars, ditandai
adanya kekar/rekahan vertikal dan horisontal yang mudah meloloskan air. Air
sungai masuk melalui lubang kemudian masuk ke dalam tanah dan membentuk
sungai bawah tanah. Air tanah yang terkumpul cukup besar akan muncul kembali
ke permukaan disebut outflow dan akan mengalir ke pantai.
b. Pada batuan beku dan hasil aktivitas vulkanik, keberadaan air tanah dipengaruhi
oleh retakan dan lubang gas yang saling berhubungan.
Zona Kedalaman Air Tanah
Kedalaman Air tanah di Kota Surabaya di bagi menjadi 4 daerah :
206
1.
2.
3.
4.
207
208
Daur Hidrologi
Air tanah merupakan salah satu fase air dalam siklus hidrologi, dimana air terkandung
dalam pori, rekahan, celah ataupun rongga di dalam batuan. Air tanah yang terdapat pada
lapisan pembawa air disebut akuifer.
Dalam proses hidrologi, air tanah terbentuk dari adanya air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah yang sebagian akan mengalir pada permukaan tanah. Biasanya akan
mengalir ke sungai-sungai serta sebagian lagi akan mengalami penguapan karena
penyinaran matahari. Air hujan yang meresap ke dalam tanah akan menjadi air tanah dan
selanjutnya dipompa untuk digunakan berbagai keperluan manusia. Sedangkan air yang
yang mengalami penguapan akan membentuk gumpalan awan yang selanjutnya akan
menjadi titik-titik air hujan. Proses ini akan terjadi secara terus menerus tanpa henti yang
secara jelas ditunjukkan pada Gambar 35.
Evapotranspirasi
Dalam daur Hidrologi, iklim mempengaruhi proses penguapan air. Proses penguapan
pada permukaan tanah (termasuk permukaan air) dan tumbuhan ke atmosfer disebut
Evapotranspirasi (Todd,1980). Proses evaporasi terhadap permukaan tanah (termasuk
permukaan air), bangunan, permukaan lain dan transpirasi tanaman bergantung pada
faktor temperatur, penyinaran matahari, kelembaban udara, kecepatan angin dan lain
sebagainya.
Infiltrasi Air Hujan
Air tanah dengan air hujan juga mempunyai hubungan yang erat. Air hujan sebagian akan
meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan menjadi air permukaan. Air akan mengisi
akuifer dan selanjutnya disebut air tanah. Proses penyerapan air tanah merupakan
penambahan air ke dalam tanah melalui proses infiltrasi yang akan meningkatkan
kelembaban tanah dan diteruskan ke air tanah. Proses Infiltrasi adalah proses masuknya
air hujan ke dalam lapisan permukaan tanah. Dalam proses infiltrasi didominasi oleh daya
hisap tanah pada kondisi tanah tak jenuh air. Pada saat tanah dalam kondisi jenuh air,
maka gerakan air dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Kecepatan air dan jumlah air yang
terinfiltrasi ke dalam tanah dipengaruhi oleh jenis tanah, kelengasan tanah, permeabilitas,
homogenitas tanah, heterogenitas tanah, penutup tanah, kondisi drainase, kedalaman
muka air tanah, intensitas dan jumlah hujan, kemiringan lereng, gradien temperatur, dan
kimiawi air hujan (Musgrave & Holtan, 1964; Wanielista, 1990; Miyazaki, 1993).
Hubungan Antara Air Tanah dan Air Sungai
Air Tanah dan Air Sungai mempunyai hubungan yang penting dalam hal pengisian air.
Sungai dapat berlaku sebagai pengisi air tanah maupun sebaliknya, dan umumnya sungai
utama mempunyai aliran tetap sepanjang tahun.
209
Timur. Air tanah pada daerah tersebut berasa asin/payau, sehingga tidak layak untuk
digunakan keperluan air minum.
Keadaan topografi Kota Surabaya mempengaruhi kondisi air tanah yang semakin
tercemar dengan air laut, dimana penggunaan lahan yang tidak optimal mempengaruhi
instrusi air laut. Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan
dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan
penyusun dataran umumnya berupa endapan alluvial yang terdiri dari lempung, pasir, dan
kerikil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di
dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Akuifer di
dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat
menjadi sumber air tanah yang baik terutama pada daerahdaerah pematang pantai.
Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu proses penyusunan air asin dari laut ke
dalam air tanah tawar di daratan.
Aktivitas manusia dalam penggunaan air di Kota Surabaya mempengaruhi kelestarian
alam yang dapat menimbulkan dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang
berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah
(pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai. Saat ini wilayah
yang mengalami dampak intrusi air laut meliputi :
1. Surabaya bagian Timur : Kenjeran, Bulak, sebagian Mulyorejo, Sukolilo, sebagian
Rungkut bagian Timur
2. Surabaya bagian Utara : Asemrowo, sebagian Tandes, Benowo, Pakal.
Saat ini jarak terjauh terdapat pada wilayah timur Kota Surabaya (Rungkut dan Sukolilo),
dengan jarak 10.993 m dari laut.
Dalam hasil Studi Penelitian Daerah Rawan Bencana Kegeologian yang dilakukan oleh
Dinas ESDM Propinsi Jawa Timur Tahun 2007, hasil analisis sampel air sumur penduduk
menunjukkan bahwa hampir seluruh titik sampel kandungan Cl-nya cukup tinggi. Pada
titik tertentu kandungan Cl sudah sangat tinggi, misalnya di wilayah Keputih, Mulyosari,
Kenjeran yang sudah melebihi angka 4000 ppm. Selain itu masih banyak pula titik
sampel yang kandungan Cl-nya melebihi 1000 ppm yang umumnya pada wilayahwilayah yang berhadapan dengan pesisir pantai.
Berdasarkan pemetaan kadar Cl seperti pada Gambar 36, menunjukkan bahwa sebagian
besar wilayah Kota Surabaya, baik di daerah pantai maupun di daerah pedalaman sudah
tercemar oleh air laut. Terbukti dari pemetaan intrusi air laut bahwa kawasan yang airnya
masih tawar hanya di bagian tengah kota, yang lokasinya mengarah dari tengah kota ke
barat dan ke utara, serta sedikit ke arah selatan. Sementara itu luas kawasan intrusi air laut
justru lebih besar dibanding kawasan yang belum terintrusi.
Sebagian besar barat laut, utara, timur, dan barat daya Kota Surabaya sudah mengalami
intrusi air laut (Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral, Jawa Timur, 2005). Sebagian
kawasan tengah dan selatan Surabaya juga sudah mengalami intrusi air laut. Secara
rinci luas kawasan yang tercemar oleh intrusi air laut sebagai berikut:
Kawasan air payau (kadar Cl antara > 2000 5000 ppm) = 2268 Ha (7,8%)
Kawasan air agak payau (kadar Cl antara > 500 2000 ppm) = 12.789 Ha
(44,03 %)
212
Kawasan intrusi ringan (kadar Cl antara > 250 500 ppm) = 7.767 Ha (26,74
%)
Luas wilayah yang sudah mengalami intrusi air laut sebesar 22.814 Ha
(78,54%), sedangkan luas wilayah yang belum terintrasi air laut (air masih
tawar) seluas 6.235 Ha (21,46 %).
Melihat kenyataan saat ini dan mengingat perkembangan Kota Surabaya yang semakin
pesat, maka bukan mustahil suatu saat nanti air tanah di seluruh wilayah Surabaya akan
menjadi asin (terintrusi) apabila penataan ruangnya tidak diperhatikan. Dilihat dari
sebaran pencemaran air tanah oleh unsur Cl seperti Gambar 30, maka dapat diduga bahwa
proses intrusi air laut terjadi melalui :
Pergeseran batas air laut dan air tawar (interface) di daerah pantai.
Pergeseran terjadi karena pengambilan air tanah di sekitar pantai melebihi
kemampuan (yield) sumberdaya air tanah. Pengambilan air tanah yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah (palung),
sehingga interface akan semakin bergeser kearah daratan. Hal ini disebabkan
desakan air laut untuk mencapai keseimbangan dengan air tanah. Sejalan dengan
perkembangan kota, maka gerakan interface ini cenderung semakin jauh ke arah
daratan, sehingga pencemaran air tanah oleh intrusi air laut juga cenderung
semakin jauh ke arah daratan.
213
214
Berdasarkan Gambar 37, tingkat intrusi air laut Kota Surabaya pada masing masing
area, yaitu sebaran air tawar 7.587,41 Ha (23%), payau 9.717,49 Ha (29%), dan air
asin 15.961,95 Ha (48%).
Kondisi geologi
Secara geologi terbentuknya pantai di wilayah Surabaya merupakan hasil
pelebaran pantai akibat akumulasi endapan sungai, endapan pantai, maupun
delta. Akibatnya sejak awal air tanahnya sudah asin. Pencemaran oleh air laut
dapat terjadi apabila air tanah berada di bawah permukaan air laut. Meskipun
hanya bersifat sementara, umumnya pasang air laut dapat mempengaruhi air
tanah bebas pada sumur gali. Dari hasil pengamatan lapangan pada sumur
dangkal terlihat harga DHL di atas 1500 mikroohos/cm dan harga salinitas
lebih dari satu pada wilayah Semolowaru, Rungkut, dan Benowo memiliki
rasa payau/asin. Rasa payau/asin diduga karena adanya air asin yang terjebak
pada saat pengendapan di daerah tersebut.
215