Anda di halaman 1dari 82

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI

KOTA SURABAYA TAHUN 2012

D. Keanekaragaman Hayati Daerah


D.1 Bentang Alam
Wilayah Kota Surabaya merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur, dengan kedudukan
geografis pada 0712 - 0721 Lintang Selatan dan 11236 - 11254 Bujur Timur.
Wilayah ini terdiri dari daratan, sungai, pesisir pantai, dan pantai, yang tentunya akan
memberikan pengaruh terhadap ketersediaan keragaman jenis flora dan fauna. Luas
wilayah Kota Surabaya 33.048 Ha yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 160
kelurahan. Sebelas kecamatan diantaranya berada di pesisir pantai dan memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi. Wilayah administrasi Kota Surabaya terdiri dari
pesisir pantai, hutan kota, sungai, dan lain-lain, dengan batas administrasinya adalah :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan: Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Wilayah Surabaya secara fisiografi regional Jawa Timur merupakan bagian dari Dataran
Pantai Utara dan Zona Rembang. Dataran Pantai Utara dicirikan dengan kemiringan
hampir nol, yang tersusun oleh endapan pantai dan sungai berukuran lanau sampai
lempung. Dataran Pantai Utara ini terletak di bagian utara dan timur wilayah Surabaya,
sedangkan jalur Rembang terdiri dari pegunungan lipatan yang menunjang ke arah Barat
ke Timur, dari Kota Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban sampai Madura yang
melalui Surabaya. Morfologi daerah Zona Rembang dapat dibagi menjadi tiga satuan,
yaitu satuan dataran rendah, perbukitan bergelombang, dan perbukitan terjal dengan
punggung perbukitan tersebut umumnya memanjang dari arah Barat ke Timur.
Berikut merupakan gambaran kondisi geofisik kawasan dan sumberdaya air di Kota
Surabaya :
a. Kondisi Geofisik Kawasan
1). Jenis Tanah
Tanah mendukung semua kehidupan di bumi baik bagi manusia, hewan dan tumbuhan.
Tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak untuk manusia dan hewan. Bagi
tumbuhan, tanah menyediakan hara, air dan juga sebagai penopang akar. Struktur tanah
yang berongga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah
juga mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpan air dan menekan erosi.
Terdapat perbedaan jenis tanah di Kota Surabaya, dikelompokkan menjadi jenis tanah
Alluvial, Bukan Abu Vulkanik, Endapan Lumpur, Endapan Pasir, Endapan Pasir Lumpur,
dan Alluvial, Bukan Abu Vulkanik. Jenis tanah yang banyak ditemukan adalah tanah
Alluvial. Tanah alluvial merupakan tanah yang terbentuk dari lumpur sungai atau pantai
yang mengendap di dataran rendah. Jenis tanah ini terdapat di 18 Kecamatan yang
tersebar di wilayah Surabaya.
Untuk jenis tanah bukan abu vulkanik ditemukan pada lima Kecamatan di wilayah
Surabaya Selatan dan Barat. Jenis tanah endapan lumpur terdapat pada empat Kecamatan
134

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

di wilayah Surabaya Pusat, Selatan, dan Timur. Jenis tanah endapan pasir hanya
ditemukan pada satu Kecamatan wilayah Surabaya Timur. Jenis tanah endapan pasir
lumpur hanya terdapat pada satu Kecamatan di wilayah Surabaya Selatan, dan untuk jenis
tanah campuran antara alluvial dan bukan abu vulkanik terdapat pada dua Kecamatan di
wilayah Surabaya Utara dan Barat.
Tabel 3.22 Data Jenis Tanah Kota Surabaya
Persebaran
No

Jenis Tanah

Wilayah

Kecamatan
Genteng

Pusat

Utara

Alluvial

Selatan

Timur

Barat

4,04

5,6

2,59

6,0 - 7,0

Bubutan

3,86

Kenjeran

14,42

6,0 - 7,0

Krembangan

8,34

6,0 - 7,5

Semampir

8,76

7,5

Pabean Cantikan

6,8

Wiyung

12,46

Sawahan

Endapan
Lumpur

Endapan Pasir

6,0 - 7,0

6,93

5,0 - 7,0

Wonokromo

8,47

6,5

Gubeng

7,99

5,0 - 6,0

Sukolilo

23,69

6,0 - 7,0

Mulyorejo

14,21

Tambaksari

8,99

5,0 - 6,0

Karangpilang

9,23

5,0 - 7,0

Sukomanunggal

9,23

5,0 - 7,5

Asemrowo

45,79

6,0 - 7,5

22,07

7,0 - 8,0

5,0 - 6,0

Utara

Jambangan

4,19

6,0 - 7,5

Dukuh Pakis

9,94

6,0 - 7,5

Lakarsantri

18,99

6,0 - 7,5

Sambikerep

23,68

Timur

Benowo
Pusat

Tegalsari

Utara

Selatan
Timur

Barat

Keterangan (pH)

Pusat

Selatan
Bukan Abu
Vulkanik

Ketebalan
solum (m)

Simokerto

Pakal

Luas
Kecamatan
(ha)

6,0 - 7,0

23,73

7,0 - 8,0

4,29

6,0 - 6,5

Wonocolo

6,77

6,0 - 6,5

Rungkut

21,08

Tenggilis Mejoyo

5,52

6,5

Barat

Pusat

Utara

135

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Persebaran
No

Jenis Tanah

Endapan Pasir
Lumpur

Alluvial, Bukan
Abu Vulkanik

Wilayah

Kecamatan

Luas
Kecamatan
(ha)

Ketebalan
solum (m)

Keterangan (pH)

Selatan

Timur

Gununganyar

Barat

Pusat

Utara

Selatan

Gayungan

6,07

6,5

Timur

Barat

Pusat

Utara

Bulak

6,72

7,5

Selatan

Timur

Barat

Tandes

11,07

5,0 - 7,5

6,0 - 7,0

9,71

Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya (2010)

Di daerah perbukitan sisi Barat Kota Surabaya, tanahnya mengandung kadar kapur yang
tinggi. Studi Geologis yang dilakukan Direktorat Geologi Bandung tentang daya dukung
tanah mengemukakan bahwa :
a. Susunan tanah di Kota Surabaya tidak merata atau tidak sejenis yang mempunyai
daya dukung tanah yang berbeda-beda.
b. Di Kecamatan Wonokromo, Sawahan, Genteng, Tegalsari, Gubeng, Tambaksari,
Simokerto, Semampir, Pabean Cantikan, Krembangan dan Bubutan, tebal permukaan
tanahnya 10-18 meter dengan jenis tanah dasar tanah liat. Pondasi bangunan tinggi
harus mencapai kedalaman 25-30 meter.
c. Pada daerah perbukitan, yaitu wilayah Surabaya Barat terdiri atas Jenis tanah Alluvial
dan Grumosol. Jenis tanah Alluvialnya terdiri atas tiga karakteristik, yaitu Alluvial
Hidromorf, Alluvial Kelabu, Alluvial Kelabu Tua.
Kriteria kemampuan tanah untuk mendukung bangunan diatasnya perlu memperhatikan
unsur-unsur yang berpengaruh, yaitu :
a. Tekstur tanah ditentukan berdasarkan fraksi-fraksi butiran tanah. Di kota Surabaya
tergolong bertekstur halus
b. Kedalaman tanah efektif yaitu tebal lapisan tanah dari permukaan tanah sampai suatu
lapisan dimana akar tanaman tidak menembus. Kota Surabaya mempunyai kedalaman
efektif tanah 98% kedalamannya 90 cm, sedangkan sisanya 13% mempunyai
kedalaman 60-90 cm
c. Lereng merupakan sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang
horisontal. Di Kota Surabaya lerengnya sekitar 87% dengan kemiringan 0-2%
sehingga kecepatan aliran air permukaan rendah
d. Erosi merupakan pengikisan permukaan tanah oleh aliran air permukaan. Di Kota
Surabaya tidak ditemui erosi karena sebagian besar daerahnya dataran rendah, kecuali
daerah perbukitan di wilayah Surabaya Barat
136

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

e. Kondisi drainase ditinjau dari lama dan seringnya tanah jenuh air dibagi menjadi tiga
klasifikasi, yaitu daerah yang tidak pernah tergenang, tergenang periodik dan
tergenang terus menerus.

137

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.36 Peta Jenis Tanah di Kota Surabaya

138

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

2). Jenis Batuan


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Surabaya dan Sapulu skala 1:100.000 (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Bandung Tahun 1992), lapisan batuan yang terdapat di
wilayah Kota Surabaya sebagian besar merupakan seri batuan alluvial terutama pada
morfologi dataran, sedangkan wilayah lainnya merupakan seri batuan sedimen tersebut
terdiri dari beberapa formasi seperti Formasi Lidah, Formasi Pucangan, Formasi Kabuh,
serta Endapan Alluvial. Endapan Alluvial merupakan endapan terluas meliputi hampir
70% dari seluruh luas Kota Surabaya. Karakteristik masing-masing batuan penyusun
adalah sebagai berikut :
1. Endapan Alluvial
Endapan alluvial tersusun oleh material rombakan berukuran lempung hingga kerakal,
berwarna kelabu-kelabu tua, yang secara setempat-setempat dijumpai pecahan
cangkang fosil. Endapan ini merupakan hasil pengendapan sedimen-sedimen oleh
aliran sungai. Endapan Alluvial ini tersebar di sebagian besar wilayah Surabaya mulai
dari bagian utara, selatan, timur dan di daerah sekitar pesisir pantai.
2. Formasi Kabuh
Formasi Kabuh tersusun oleh batu pasir setempat-setempat kerikilan dan
konglomerat. Batu pasir mempunyai warna kelabu, berbutir pasir halus, kasar, tekstur
pelapisan dan silang siur. Konglomerat mempunyai warna kelabu, terpilah buruk,
kemas terbuka, tekstur lapisan bersusun. Penyebaran batuan dari Formasi Kabuh ini
meliputi sebagian wilayah Kecamatan Rungkut, Wonocolo, Tenggilis, Wiyung,
Karangpilang, Lakarsantri, Tandes, Sukomanunggal, Benowo, dan Dukuh Pakis.
3. Formasi Pucangan
Pada bagian bawah dari Formasi Pucangan dijumpai batu pasir tufaan berlapis baik,
bersisipan konglomerat dan batu lempung, kaya fosil moluska dan plankton. Bagian
atas terdiri dari batupasir tufaan berlapis baik, umumnya berstruktur perairan dan
silang siur. Penyebaran batuan dari formasi ini adalah berada di sekitar pusat kota
menyebar kearah barat dan selatan yang meliputi daerah Dukuh Pakis, Sawahan,
Sukomanunggal, Tandes, Wiyung, Lakarsantri, Karangpilang, dan Gubeng.
4. Formasi Lidah
Formasi Lidah tersusun oleh batu lempung biru, setempat-setempat kehitaman,
kenyal, pejal dan keras bila kering, miskin fosil serta dijumpai lensa-lensa tipis batu
lempeng pasiran. Penyebaran batuan dari formasi ini meliputi sebagian daerah
Wonokromo, Sawahan, Dukuh Pakis, Lakarsantri, Wiyung, dan Karangpilang.

139

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.37 Peta Formasi Geologi di Kota Surabaya

140

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.38 Peta Geologi Lembar Surabaya dan Sepulu

141

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Secara geologis Kota Surabaya terbentuk atas empat jenis batuan, terdiri atas tanah liat,
tanah pasir, lanau, dan gamping. Lapisan batuan di Kota Surabaya menurut hasil Studi
Penelitian Daerah Rawan Bencana Kegeologian yang dilakukan oleh Dinas ESDM
Propinsi Jawa Timur Tahun 2007, sebagian besar merupakan jenis batuan alluvial. Satuan
batuan di Kota Surabaya adalah sebagai berikut:
a. Satuan batu lempung bersisipan batu pasir dan batu gamping
Satuan ini terdiri batu lempung bersisipan batu pasir dan batu gamping, yang
merupakan endapan sedimen tersier (Formasi Sonde), berwarna coklat tua abu-abu
kekuningan, keras dan padat, setempat terdapat struktur perlapisan. Sifat-sifat fisik
dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas
tinggi, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai tekanan konus 100 kg/cm2. Pebukitan
berelief halus, kemiringan 5-10%, kedalaman muka air tanah bebas sangat dalam dan
langka. Daya dukung tanah tinggi. Untuk bangunan ringan dan berat menggunakan
pondasi langsung dengan mengupas tanah pelapukan, penggalian dengan peralatan
non mekanik mudah agak sukar. Kendala geologi, gerakan tanah dan erosi
permukaan.
b. Satuan Lempung
Satuan ini terdiri dari lempung, berwarna coklat keabuan, merupakan hasil pelapukan
dari batu lempung dari Formasi Lidah yang berumur Pliosen Akhir. Ketebalan satuan
ini kira-kira 3-10 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain
konsistensi teguh-kaku, palstisitas tinggi, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai
tekanan konus 12-40 kg/cm2, kadar air 26,97%, berat isi asli 1,85 gr/cm3, berat jenis
2,65, sudut geser dalam 1252, kohesi 0,275 kg/cm2.
Perbukitan berelief halus, kemiringan 5-10 %. Kedalaman muka airtanah bebas dalam
dan terbatas, terutama pada daerah antar lembah bukit. Daya dukung tanah sedang.
Untuk bangunan ringan lebar 1 m, dalam 1-2 m, daya dukung diijinkan 9,5-26 ton/m2.
Untuk bangunan berat dapat menggunakan pondasi tiang pancang 0,3 m,
kedalaman 9 m pada batuan dasar, daya dukung 42 ton. Mudah digali dengan
peralatan non mekanik. Setempat berpotensi gerakan tanah dan erosi permukaan.
c. Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan
Satuan ini terdiri dari lempung pasiran dan pasir lempungan yang berwarna coklat
kekuningan, berukuran pasir halus-sedang. Menempati morfologi perbukitan
bergelombang yang dikontrol oleh stuktur perlipatan dan mud volcano purba. Satuan
ini secara regional merupakan bagian dari Formasi Pucangan yang berumur Plistosen.
Ketebalan satuan ini kira-kira 3,5-6,5 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari
satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas sedang, permeabilitasnya
rendah/kedap air, nilai tekanan konus 20-60 kg/cm2, setempat 130 kg/cm2, kadar air
30,3 %, berat isi asli 1,63 kg/cm3, berat jenis 2,66, sudut geser dalam 2330, kohesi
0,085 kg/cm2.
Untuk bangunan berat menggunakan pondasi tiang pancang 30 cm, pada kedalaman
4 m daya dukung 40,8 ton/tiang, kedalaman 7 m pada batuan dasar daya dukung 45,8
ton/tiang.
Mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kendala geologi, gerakan tanah dan
erosi permukaan.
142

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

d. Satuan Lempung dari Lempung Lanauan


Satuan ini terdiri dari lempung, lempung lanauan, berwarna abu-abu kehitaman,
merupakan hasil pelapukan dari batulempung dari Formasi Sonde. Satuan ini secara
secara regional merupakan bagian dari Formasi Kabuh yang berumur Plisttosen
Tengah. Ketebalan satuan ini kira-kira 4-9 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari
satuan ini antara lain: konsistensi lunak-teguh, plastisitas tinggi, permeabilitasnya
rendah/kedap air, nilai tekanan konus 10-35 kg/cm2, kadar air 39,34 %, berat isi asli
1,71 gr/cm3, berat jenis 2,66, sudut geser dalam 184, kohesi 0,05 kg/cm2.
Medan pebukitan berelief halus, kemiringan 5-10 %. Kedalaman muka airtanah bebas
sedang-dalam. Daya dukung tanah umumnya sedang. Untuk bangunan ringan, dalam
1-2 m, lebar 1 m, daya dukung diijinkan 10,5-11,3 ton/m2.
Untuk bangunan berat menggunakan tiang pancang 0,3 m, pada kedalaman 5 m,
daya dukung 11,4-22,1 ton/tiang.
Mudah digali dengan peralatan non mekanik. Bahaya geologi, gerakan tanah,
pengembangan tanah dan erosi permukaan.
e. Satuan Lempung dan Lempung Pasiran
Satuan ini merupakan endapan kipas alluvial sungai , berwarna abu-abu kehitaman.
Ketebalan satuan ini kira-kira 9,5-35 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari
satuan ini antara lain: konsistensi lunak-kaku, palstisitas rendah-tinggi,
permeabilitasnya menengah, nilai tekanan konus 10-30 kg/cm2, kadar air 40,9 %,
berat asli 1,66 gr/cm3, berat jenis 2,67, sudut geser dalam 952, kohesi 0,187 kg/cm2.
Medan datar-landai, kemiringan 3-8 %, kedalaman airtanah bebas 0,75-3,55 m. daya
dukung tanah rendah, untuk bangunan ringan dapat menggunakan pondasi langsung,
lebar 1 m pada kedalaman 1-2 m, daya dukung diijinkan 12,5 ton/m2.
Untuk bangunan berat dapat menggunakan pondasi tiang pancang 0,3 m, pada
kedalaman 6 m, daya dukung 28,469 ton/tiang, kedalaman 15 m, daya dukung 38,099
ton/tiang, kedalaman 20 m, daya dukung 48,147 ton/tiang
Mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kendala geologi, setempat banjir,
perosokan tanah.
f. Satuan Lempung dan Lanau
Satuan ini merupakan endapan alluvial lembah, berwarna hitam kecoklatan, agak
padat. Ketebalan satuan ini kira-kira 5-12 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari
satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas sedang-tinggi,
permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 12-35 kg/cm2, kadar air 49,93 %, berat
isi asli 1,6 gr/cm3, berat jenis 2,61, sudut geser dalam 154, kohesi 0,362 kg/cm2.
Medan landau-perbukitan berelief halus, kemiringan 3-8 %, kedalaman airtanah bebas
dangkal-dalam. Daya dukung tanah rendah-sedang. Untuk bangunan ringan lebar 1 m,
dalam 1-2 m daya dukung 9-25,5 ton/m2.
Untuk pondasi bangunan berat menggunakan pondasi tiang pancang dengan 0,3 m
pada kedalaman 10 m, daya dukung 41,8 ton/tiang.
Mudah digali dengan peralatan non mekanik.
g. Satuan Lempung Pasiran dan Lempung
Satuan ini merupakan endapan alluvial pantai, berwarna coklat kehitaman, setempat
mengandung cangkang kerang. Ketebalan satuan ini kira-kira 11-31 m. Sifat-sifat
143

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak-teguh,
plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 7-15 kg/cm2,
kadar air 37,28 %, berat isi asli 1,57 gr/cm3, berat jenis 2,64, sudut geser dalam 517,
kohesi 0,123 kg/cm2..
Medan datar dengan kemiringan lereng 0-30 %, kedalaman airtanah bebas sangat
dangkal, bersifat korosif terhadap pondasi beton. Daya dukung rendah dan untuk
bangunan ringan menggunakan pondasi dangkal lebar 1 m, daya dukung diijinkan
3,9-20,2 ton/tiang, kedalaman 15 m daya dukung 33,7 ton/tiang.
Mudah digali dengan peralatan non mekanik, kendala geologi banjir dan perosokan
tanah.
h. Satuan Lempung Pasiran dan Lanau
Satuan ini merupakan endapan alluvial muara kali Surabaya, berwarna coklat tua
kehiataman, agak padat, setempat mengandung cangkang kerang. Ketebalan satuan ini
kira-kira 8-15 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain
konsistensi lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai
tekanan konus 15-35 kg/cm2, kadar air 37,28 %, berat isi asli 1,44 gr/cm3, berat jenis
2,64, sudut geser dalam 631, kohesi 0,212 kg/cm2.
Medan datar, kemiringan lereng 3-5 %, kedalaman air tanah bebas dangkal 3-5 m.
Daya dukung tanah rendah-sedang, untuk pondasi bangunan ringan, lebar 1 meter,
dalam 1-2 m, daya dukung tanah 5,2-8,5 ton/m2.
Untuk bangunan berat, dapat menggunakan pondasi tiang pancang dengan 0,3 m,
dengan kedalaman 6-8 m, daya dukung 29,2 ton/tiang. Kedalaman 15 m 39,93
ton/tiang dan kedalaman 20 m 41,883 ton/tiang. Berpotensi banjir pada daerah muara
Kali Surabaya.
i. Satuan Lempung Lanauan.
Satuan ini merupakan endapan alluvial rawa dan pantai, berwarna abu-abu coklat
kehitaman, setempat mengandung pecahan cangkang, setempat merupakan genangan
rawa, tambak dan lading garam. Ketebalan satuan ini kira-kira 6,5-17 m, Sifat-sifat
fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak, plastisitas
sedang, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 3-8 kg/cm2, kadar air 80,85%,
berat isi asli 1,44 gr/cm3, berat jenis 2,6, sudut geser dalam 338, kohesi 0,156
kg/cm2. Satuan ini menindih tidak selaras semua formasi yang lebih tua.
Medan datar dengan kemiringan 0-3 %. Kedalaman airtanah bebas sangat dangkal dan
korositas tinggi terhadap pondasi beton.
Setempat merupakan daerah genangan tambak, rawa dan lading garam. Daya dukung
2,5-6,75 ton/m2.
Untuk pondasi bangunan berat dapat digunakan tiang pancang dengan 0,3 m. pada
kedalaman 15 m daya dukung 12,6-15,6 ton/tiang. Mudah digali dengan peralatan non
mekanik. Berpotensi banjir dan penurunan.
j. Satuan Lempung Pasiran
Satuan ini merupakan endapan alluvial sungai porong, berwarna coklat kekuningankuning muda, bersifat lunak-agak padat. Ketebalan satuan ini kira-kira 6-10 m. Sifatsifat dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: plastisitas sedang,
permeabilitasnya rendah-tinggi, nilai tekanan konus 20-40 kg/cm2, kadar air 445,27
144

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

%, berat isi asli 1,74 gr/cm3, berat jenis2,74, sudut geser dalam 127, kohesi 0,8
kg/cm2. Satuan ini menindih tidak selaras semua formasi yang lebih tua.
Medan datar sampai landai, kemiringan lereng 3-5 % setempat pada tebing sungai >
8%. Kedalaman muka airtanah bebas dangkal (2,5-4 m). Daya dukung tanah
permukaan sedang.
Daya dukung yang diijinkan untuk pondasi bangunan dengan lebar 1 m dan dalam 1-2
m, untuk pondasi bangunan berat digunakan pondasi tiang pancang dengan 30 cm.
Mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kendala geologi adalah erosi lateral
sungai dan banjir.

145

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.39 Peta Geologi Teknik Lembar Sedati-Surabaya Jawa Timur


146

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Morfologi
Secara umum morfologi (bentang alam) di Kota Surabaya dapat dikelompokkan
menjadi dua satuan morfologi, yaitu morfologi dataran dan morfologi perbukitan.
1. Satuan Morfologi Dataran
Satuan morfologi dataran mempunyai ciri umum dengan ketinggian
berkisar 010 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 0-3 % yang
tersebar 80% di seluruh Kota Surabaya, baik dataran alluvial pantai maupun dataran
alluvial sungai. Batuan penyusunnya terdiri dari material endapan lepas berupa
kerakal, kerikil, pasir, lanau, dan lempung serta sedimen padu berupa batu pasir,
konglomerat, dan batu lempung.
Tata guna lahan pada satuan morfologi ini umumnya daerah persawahan yang subur,
tegalan, perkampungan, pusat perdagangan, dan tambak khususnya pada daerah utara
Kota Surabaya.
2. Satuan Morfologi Perbukitan
Satuan morfologi perbukitan mempunyai ciri umum dengan ketinggian 10-20
meter di atas permukaan laut yang membentuk pegunungan dari arah barat ke timur
sesuai arah sumbu antiklin litologi penyusunnya yang tersebar 20% dari luas Kota
Surabaya. Arah aliran air sub sungai relatif menuju utara dan selatan yang bermuara
ke sungai-sungai besar pada satuan morfologi dataran. Batuan penyusunnya terdiri
dari batuan yang beragam seperti napal, batu lempung dan batu pasir. Pola aliran
sungai lebih menunjukkan pola sejajar (paralel) yang dikontrol oleh jenis litologi
penyusunnya dan variasi ketinggian Kota Surabaya.
Tata guna lahan dominan pada satuan morfologi ini umumnya daerah lahan
persawahan, tegalan dan daerah permukiman penduduk yang tersebar di wilayah
Barat Kota Surabaya, meliputi Karangpilang dan Lidah Wetan.
Struktur Geologi
1. Struktur Lipatan
Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Surabaya dan Sapulu (Sukardi 1992)
terdapat dua antiklin di Kota Surabaya, yaitu Antiklin Lidah dan Antiklin Gayungan,
sedangkan sinklin dijumpai diantara struktur Antiklinnya.
a. Antiklin Lidah dengan sumbu lipatan mengarah dari barat ke timur dengan
kemiringan sayap antiklin bagian utara berkisar 15 dan sayap bagian selatan
berkisar 20.
Persebarannya meliputi daerah Kembangkuning, Lidah Wetan,
Jajar Tunggal hingga perbatasan Kabupaten Gresik.
b. Antiklin Gayungan dengan sumbu lipatan dari arah barat ke timur dengan
kemiringan sayap antiklin bagian utara berkisar 20-30 dan sayap bagian selatan
dengan kemiringan 10-20. Persebarannya meliputi daerah Karangpilang,
Wiyung, Warugunung hingga Kedamean Kabupaten Gresik.
2. Struktur Sesar
Sesar merupakan bagian dari lapisan batuan yang patah dan telah mengalami
pergeseran (bergerak relatif terhadap lapisan lainnya). Sesar diperkirakan dijumpai
pada antiklin Lidah di sebelah utara Lidah wetan, sedangkan pada antiklin Gayungan
147

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

dijumpai di sebelah barat Karangpilang. Keberadaan struktur sesar yang terkubur


oleh endapan alluvial Kali Surabaya diinterpretasikan pada ujung bagian timur
antiklin Lidah dan Gayungan.
Mud Volcano Gunung Anyar
Keberadaan Mud Volcano (gunung lumpur) berhubungan dengan minyak dan gas
bumi, struktur patahan, potensi bencana, kealamian, dan pemandangan yang menarik
(Mazzini, 2009; Lin dan Jeng, 2010). Di Pulau Jawa terdapat 14 mud volcano, yang
12 diantaranya terdapat di Jawa Timur dengan lima titik tersebar di sekitar patahan
Watu Kosek (Istiadi et al, 2009; Sawolo et al., 2009). Mud Volcano yang berada di
patahan Watu Kosek adalah Lumpur Sidoarjo, Porong, Pulungan, Kalang Anyar,
Gunung Anyar, dan Socah (Gambar 4). Dari lima titik mud volcano yang terdapat di
patahan Watu Kosek, yang berpotensi bencana adalah Lumpur Sidoarjo dan mud
volcano Gunung Anyar Surabaya. Mud Volcano tersebut dikatakan memiliki potensi
bencana karena terletak pada pemukiman padat penduduk. Untuk mengetahui
kemungkinan potensi bencananya, diperlukan karakterisasi patahan Watu Kosek dan
mud volcano Gunung Anyar Surabaya.

Gambar 3.41 Peta Sebaran Mud Volcano di Jawa (Gafoer dan Ratman, 1999)
Gambar 3.40 Struktur Geologi Pulau Jawa

Mud Volcano Gunung Anyar terletak di Kelurahan Gunung Anyar Kecamatan


Gunung Anyar. Morfologi mud volcano Gunung Anyar mengarah ke bagian utara
memanjang membentuk bukit pada dataran Alluvial. Luas area yang masih aktif
mengeluarkan lumpur kira-kira 8 x 9 meter. Material lumpur yang dikeluarkan
mengandung silt (endapan lumpur), butiran dominan pasir dan salt water, dengan
temperatur 37,2 C. Litologinya berupa silt dengan karakter fisik berwarna
kehitaman dan coklat, butiran pasir hingga clay. Pada kondisi kering, strukturnya
menyusut dan lumpurnya retak-retak. Terdapat rembesan minyak mentah yang
148

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

berwarna hitam terlihat diantara gelembung-elembung (bubbles) di sekitarnya (Istiadi


dkk, 2011).

Gambar 3.41 Morfologi Mud Volcano Gunung Anyar di Kelurahan Gunung Anyar Kota
Surabaya dan semburan lumpur (Sumber: BAPPEKO, 2012)

Gambar 3.42 a). Rembesan minyak dari gelembung-gelembung (bubble)


b). Salt water di area mud volcano Gunung Anyar
(Sumber : BAPPEKO, 2012)

Sesuai dengan batuan dan fragmen pembawanya, lapisan stratigrafi semburan mud
volcano Gunung Anyar adalah sebagai berikut :
1. Marl
Brown napal pada beberapa kondisi berwarna putih dengan campuran tanah liat,
terdapat fosil foraminifera dan pasir dengan fragmen bentonik. Singkapan yang
masih segar dari semburan mud volcano terdapat fragmen limestone yang
menunjukkan marl dari Formasi Kalibeng dan Formasi Sonde.
2. Limestone
Pada Limestone terdapat fosil Balanus yang dikelilingi semen dari batuan karbonat.
Fosil dari batuan ini diduga berasal dari Formasi Sonde, dengan daerah
pengendapan di lingkungan pesisir dengan arus yang kuat. Sedangkan teksturnya
149

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

mengindikasikan diendapkan di lingkungan dengan aliran yang sedang dan di


perairan dangkal.
3. Calcareous Sandstone
Brown sandstone yang telah lapuk, sortasinya tidak bagus, pasir berukuran halus,
terdiri dari kuarsa, feldpar, biotit dan kalsit. Black mudstone berasosiasi dengan
kalkareous sandstone ditemukan dalam jumlah kecil. Sandstone diduga berasal dari
Formasi Pucangan yang berumur Plestosen.
4. Molluscs Sandstone (grenzbank)
Sandstone yang mengandung fosil moluska dari air tawar dan air laut. Kehadiran
moluska dari air tawar dan air laut mengindikasikan diendapkan di daerah perairan
dangkal zona transisi laut.
5. Silt
Silt in sebagian besar berasal dari area mud volcano Gunung Anyar. Terdiri dari silt
berukuran butiran siliklastik berwarna abu kecoklatan campuran antara tanah liat
dan salt water. Suhunya bekisar 37 C saluran lumpur, dan bersifat lebih padat dari
fluida. Diduga berasal dari batuan yang lebih tua dari Formasi Kalibeng pada
Miosen akhir. Kehadiran fragmen batuan, siderit, dan rembesan minyak mentah
hampir selalu ditemui di sekitar gelembung gelembung (bubble) yang masih aktif.
Potensi Sumber Daya Mineral Kota Surabaya
Potensi sumber daya mineral di Kota Surabaya berupa cadangan minyak dan
tambang bahan bangunan (tambang pasir). Salah satu indikasi adanya cadangan
hidrokarbon adalah adanya mud volcano Gunung Anyar dan adanya dua antiklin
yang membujur dari barat-timur (antiklin Guyangan dan antiklin Lidah). Selain itu,
Surabaya juga merupakan bagian dari 60 basin di Indonesia (Satyana, 2008). Salah
satu bukti bahwa di Kota Surabaya terdapat cadangan hidrokarbon, pada tahun
1889 dibangun kilang minyak di Wonokromo.

Gambar 3.43 Peta 60 Basin di Indonesia (Satyana, 2008)


150

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.44 Kilang Minyak Tua di Wonokromo Surabaya

3). Klimatologi
Curah hujan merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air dan
pertumbuhan tanaman. Surabaya secara umum beriklim tropis yang ditandai oleh dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Data klimatologi Kota Surabaya diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Perak I
dan Perak II. Stasiun Meteorologi dan Geofisika Perak I terletak di Jln. Tanjung Sadari
yang semula mempunyai kepentingan untuk penerbangan pesawat TNI AL di Lanudal
Wonokrembangan. Tetapi kegiatan di Lanudal Wonokrembangan telah dipindahkan ke
Juanda. Meskipun demikian Stasiun Perak I masih tetap digunakan untuk mengetahui
informasi cuaca di daerah Surabaya Utara. Sedangkan Stasiun Meteorologi dan Geofisika
Perak II ini terletak di jalan Kalimas Baru. Stasiun ini digunakan untuk kepentingan dunia
pelayaran yang banyak dipengaruhi cuaca laut.
Tabel 3.23 Data Curah Hujan di Kota Surabaya Tahun 2010 2011(i)
2010
Bulan
1
2
3
4

2011

Jumlah (mm) Maks Hari Jumlah (mm) Maks Hari


298
322,4
322,4
334

51
95,6
95,6
61

26
25
25
25

180,5
145,2
461,2
274,9

28,4
33,5
74,6
73

26
23
23
22
151

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

2010
Bulan

2011

Jumlah (mm) Maks Hari Jumlah (mm) Maks Hari

147,3
48,6
23
70
16,6
14
5
58
23,8
14
27,6
27,6
3
6
66
23,3
12
0,1
1,6
3
7
30
8,8
7
0
8
156,3
42,6
22
0
9
252
61
22
22,6
21,6
5
10
86
23
21
205,1
65,3
26
11
314,2
109,4
28
356
63,4
23
12
2386,6
643,7 250
1743,2
405,6 168
Jumlah
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Metereologi Perak
I Surabaya (2011)
Tabel 3.24 Data Curah Hujan di Kota Surabaya Tahun 2010 2011 (ii)
2010
Bulan

Jumlah (mm)

Maks

2011
Hari

Jumlah (mm)

Maks

Hari

303,2
52
26
174,5
39,4
24
1
402,8
98
19
172,4
33,4
21
2
216,2
49,8
19
375
74,5
21
3
320,5
58,9
23
252,3
68,6
22
4
129,7
65,4
20
78,4
34,2
13
5
S
53,2
25,6
15
21,3
20
2
6
u
39,7
13,8
7
1,6
1,6
2
7
m
48,5
15,9
8
8
b
e
88,4
29,6
18
9
r
238,8
60,1
21
28
25,4
6
10
:
73
18
17
181,5
68,2
20
11
B 12
276,2
132,6
28
510,2
112
24
a
2190,2
619,7 221
1795,2
477,3 155
Jumlah
d
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Metereologi Perak II
Surabaya (2011)

Iklim Kota Surabaya adalah tropis, seperti bagian wilayah lain di Indonesia yang
berada di Selatan garis Khatulistiwa. Iklim tropis dipengaruhi oleh perbedaan yang
signifikan antara musim hujan dan kemarau. Kriteria Bulan Basah dan Bulan Kering
(sesuai dengan kriteria Mohr). Bulan Basah yaitu bulan dengan curah hujan > 100
mm, dan Bulan Kering yaitu bulan dengan curah hujan < 60 mm.
Sistem klasifikasi iklim dilakukan dengan menggunakan sistem Schmith-Fergusson
yang banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Sistem ini
dikelompokkan menjadi delapan tipe iklim, yaitu :

152

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Tabel 3.25 Klasifikasi Schmith-Fergusson


Tipe
Iklim

Keadaan Iklim dan Vegetasi

Nilai Q (%)

Daerah sangat basah, hutan hujan tropika

Daerah basah, hutan hujan tropika

14,3 33,3

Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim


kemarau

33,3 60,0

Daerah sedang, hutan musim

60,0 100,0

Daerah agak kering, hutan sabana

100,0 167,0

Daerah kering, hutan sabana

167,0 300,0

Daeah sangat kering, padang ilalang

300,0 700,0

Daerah ekstrim, padang ilalang

> 700,0

Gambar 3 Grafik Data Curah Hujan


Tahun 2010 Perak II

Gambar 3.45 Grafik Data Curah


Hujan Tahun 2010 Perak I

Gambar 3.47 Grafik Data


Kelembaban Udara Tahun 2010
Perak I

< 14,3

Gambar 4. Grafik Data Curah Hujan


Tahun 2011 Perak II

Gambar 3.46. Grafik Data Curah


Hujan Tahun 2011 Perak I

Gambar 3.48 Grafik Data


Kelembaban Udara Tahun 2011
Perak I

153

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.49 Grafik Data Suhu


Udara Tahun 2010 Perak I

Gambar 3.51 Grafik Data Curah


Hujan Tahun 2010 Perak II

Gambar 3.50 Grafik Data Suhu


Udara Tahun 2011 Perak I

Gambar 3.52 Grafik Data Curah


Hujan Tahun 2011 Perak II

154

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.53 Grafik Data Kelembaban Udara


Tahun 2010 Perak II

Gambar 3.55 Grafik Data Suhu


Udara Tahun 2010 Perak II

Gambar 3.54 Grafik Data Kelembaban Udara


Tahun 2011 Perak II

Gambar 3.56 Grafik Data Suhu


Udara Tahun 2011 Perak II

Berdasarkan grafik stasiun BMKG Perak I, pada tahun 2010 Bulan Basah (BB) terjadi
selama bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, September, Oktober, dan Desember.
Bulan Lembab (BL) terjadi di bulan Juli dan Bulan Kering (BK) terjadi pada bulan Juni
dan Agustus. Pada tahun 2011, Bulan Basah (BB) terjadi pada bulan Januari, Februari,
Maret, April, Nopember, dan Desember. Bulan Lembab (BL) terjadi di bulan Mei. Dan
Bulan Kering (BK) terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober.
Berdasarkan grafik stasiun BMKG Perak II, pada tahun 2010 Bulan Basah (BB) terjadi
selama bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober, dan Desember. Bulan
Lembab (BL) terjadi selama bulan September dan Nopember dan Bulan Kering (BK)
terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Pada tahun 2011, Bulan Basah (BB) terjadi
selama bulan Januari, Februari, Maret, April, Nopember, dan Desember. Bulan Lembab
(BL) terjadi pada bulan Mei. Dan Bulan Kering (BK) terjadi selama bulan Juni, Juli,
Agustus, September, dan Oktober.
Penentuan Persamaan untuk Perhitungan nilai Q/Klasifikasi Iklim berdasarkan SchmithFergusson sebagai berikut :
155

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Rata rataBK harihujan


Rata rataBB harihujan

x100%

. . . (1)

Perhitungan dengan menggunakan Bulan Basah dan Bulan Kering dalam satu tahun.
A. Tahun 2010
- Perak I
2
Q x100% 25%
Jumlah BK = 2, dan BB = 8, sehingga
8
- Perak II
3
Q x100% 42,857%
Jumlah BK = 3, dan BB = 7, sehingga
7
B. Tahun 2011
- Perak I
Jumlah BK = 5, dan BB = 6, sehingga
-

Perak II
Jumlah BK = 5, dan BB = 6, sehingga

5
x100% 83,3%
6

5
x100% 83,3%
6

Tabel 3.26 Perbandingan Nilai Q dari BMKG Perak I dan II

Tahun

Nilai Q
(Berdasarkan Perhitungan dari SchmithFergusson)
BMKG Perak I

BMKG Perak II

2010

25%

42,857%

2011

83,3%.

83,3%.

Sumber: Hasil Analisa (2012)

Berdasarkan nilai Q pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa Kota Surabaya termasuk
dalam klasifikasi iklim dan Vegetasi Tipe D yaitu Daerah sedang, hutan musim.
Informasi yang telah diperoleh dari stasiun BMKG Perak I dan II diharapkan memberikan
manfaat lain seperti perkiraan masa tanam yang tepat untuk jenis tanaman pangan dan
keadaan ekosistem Kota Surabaya. Selain itu faktor curah hujan dapat mempengaruhi
karakter kerawanan bencana di Kota Surabaya. Meningkatnya intensitas curah hujan
sekitar Bulan November berpotensi menyebabkan tanah longsor. Musim kering yang
panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah
besar. Hal tersebut mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan.

156

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

4). Topografi
Topografi merupakan gambaran mengenai bentuk morfologi yang mencakup ketinggian
dan kemiringan atau kelerengan sebuah wilayah. Kondisi fisik topografi secara spesifik
akan mempengaruhi daya dukung dan daya tampung dalam penentuan fungsi kawasan,
peruntukan lahan, serta penempatan sarana dan prasarana wilayah.
Secara umum keadaan topografi Kota Surabaya memiliki ketinggian tanah berkisar antara
0-20 meter di atas permukaan laut, sedangkan pada daerah pantai ketinggiannya berkisar
antara 1-3 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar Kota Surabaya memiliki
ketinggian tanah antara 0-10 meter (80,72%) yang menyebar di bagian timur, utara,
selatan, dan pusat kota. Pada wilayah lain memiliki ketinggian 10-20 meter dan 20 meter
di atas permukaan laut yang umumnya terdapat pada bagian barat kota yaitu di Pakal,
Lakarsantri, Sambikerep, dan Tandes (Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota
Surabaya, 2009).
Tabel 3.27 Data Topografi Kota Surabaya
No.

Kecamatan

Kemiringan lahan

Ketinggian tempat (dpl)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Jambangan
Karang pilang
Wiyung
Lakar santri
Sambikerep
Dukuh Pakis
Sawahan
Gayungan
Wonocolo
Tenggilis mejoyo
Rungkut
Gunung Anyar
Tegalsari
Wonokromo
Bulak
Semampir
Genteng
Simokerto
Gubeng
Sukolilo
Mulyorejo
Tambaksari
Kenjeran
Tandes
Sukomanunggal
Krembangan

< 8
Datar
Datar
< 10
Datar
< 10
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
Datar
0 - 10
Datar
Datar

5-7
5-7
5
10-12
6-12
3-6
7-9
4,7
7
4,5
3-5
3-5
1,7
5
1,5-2
2-3
7
2-5
5
2-3
4
4
1,5-2
2-5
5
1-2
157

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No.

Kecamatan

27
28
29
30
31

Asemrowo
Pakal
Benowo
Bubutan
Pabean Cantian

Kemiringan lahan

Ketinggian tempat (dpl)

Datar
Datar
< 8
< 10
Datar

1-2
1-4
0,5-4
4
3

Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya (2010)


Tabel 3.28 Pemanfaatan lahan Kota Surabaya
No.

Penggunaan Lahan

Luas (ha) Prosentasi (%)

1. Perumahan
13880,16
42
2. Sawah dan Tegalan
5366,995
16,24
3. Tambak
5023
15,2
4. Jasa
3007,368
9,1
5. Perdagangan
581,6448
1,76
6. Industri dan Pergudangan 2412,504
7,3
7. Tanah Kosong
1817,64
5,5
8. Lain-lain
95,35
2,8
Sumber: Badan Pembangunan dan Perencanaan Kota Surabaya (2009)

158

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.57 Peta Tutupan Lahan di Kota Surabaya

159

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.58 Peta Kelerengan Lahan di Kota Surabaya

160

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.59 Peta Penggunaan Lahan (Land Use) di Kota Surabaya

161

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.60 Peta Ketinggian Wilayah (dpl) di Kota Surabaya

162

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Wilayah Kota Surabaya semakin berkembang, terlihat dari terjadinya pemekaran wilayah
Kota Surabaya (Gambar 3.61). Pemekaran wilayah diindikasikan dari jumlah kecamatan
di Kota Surabaya pada tahun 1992 sebanyak 19 kecamatan menjadi 28 kecamatan di
tahun 2001. Pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 31 kecamatan sampai saat ini.
Secara fisik terjadi penambahan luasan wilayah Kota Surabaya akibat sedimentasi (tanah
oloran). Kondisi ini menyebabkan perubahan morfologis bentuk pesisir pantai timur
(RTRW Kota Surabaya).

Gambar 3.61 Peta Rencana Kota Surabaya (RTRW Kota Surabaya, 2007)

163

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

1990

2000

2002

2007

Keterangan gambar

Piksel vegetasi
Piksel lahan terbuka
2009

Piksel tubuh air

Proyeksi :UTM
Datum : WGS84

Sumber : Citra Satelit Penginderaan Jauh Landsat Multi Temporal (Wahid, Teguh, M. Taufik (2012)
Gambar 3.62 Hasil Klasifikasi SAM untuk Vegetasi Dan Lahan Terbuka Tahun 1990-2009

164

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Tabel 3.29 Perubahan Luas Bidang Piksel (hasil olah data klasifikasi, 2011)

No

1990

2000

2002

2007

2009

1990

2000

2002

2007

2009

km
(1990 2009)

Luas Piksel (Unit)

Kelas

Luas Piksel (Unit)

2009
(%)

Perkotaan

40,439

65616

73600

90409

113689

36,4

59,1

66,2

81,4

102,2

65,8

64,4

Vegetasi

176910

105238 102190

89440

40228

159,2

94,7

92,0

80,5

36,3

123,0

339,1

Mangrove

2173

3721

3042

1749

1475

2,0

3,3

2,7

1,6

1,3

0,6

47,3

Lahan
Terbuka/
Gundul

27924

19953

11897

11941

20550

25,1

18,0

10,7

10,7

18,5

6,6

35,9

Tubuh Air

57680

46485

46628

48785

57887

51,9

41,8

42,0

43,9

52,1

0,2

0,4

Semen Putih

13751

13625

13537

9413

18604

12,4

12,3

12,2

8,5

16,7

4,4

26,1

Jalan dan Rel

38002

52446

50110

46368

59228

34,2

47,2

45,1

41,7

53,4

19,2

35,9

Tidak
Teridentifikasi

7899

65584

71663

74562

60986

7,1

59,0

64,5

67,1

54,9

47,8

87,0

Total kelas
Akurasi (%)

328,3
98

82

81

335,4
80

7,1

84

Sumber : Prodi Studi S2 FTK ITS (2010)

165

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Berdasarkan tabel 6 di atas, terjadi perbedaan hasil luasan jenis tutupan lahan dimana
permukiman pada tahun 1990 mengalami pertambahan dari 36,4 km2 menjadi 102,2 km2
pada tahun 2009. Pertambahan luasan jenis tutupan lahan meningkat hampir tiga kali
lipat dalam 20 tahun terakhir, serta menyebabkan berkurangnya jumlah vegetasi dan
mangrove yang mengakibatkan penurunan tingkat kualitas lingkungan hidup di Kota
Surabaya.
Berdasarkan data diatas menyebutkan adanya perubahan yang terjadi pada luas area total
di Surabaya yang disebabkan oleh adanya pergeseran dari garis pantai timur Surabaya
akibat sedimentasi. Berdasarkan citra satelit Inderaja Landsat yang telah dilakukan
penyamaan sistem proyeksi dan satuan yang ada, maka didapat hasil seperti yang
dibawah ini (Sumber: Oktaviabus, Teguh, Mustain). Hasil overlay tahun 2000 dan tahun
2009 pertambahan area sebesar 334.453 Ha dengan laju pertambahan area 37.161
Ha/tahun.

Sumber : Prodi Studi S2 FTK ITS (2010)


Gambar 3.63 Peta Perubahan Daratan Tahun 2000 dan 2009, dan Hasil Overlay Citra
Satelit Tahun 2000 dan 2009

Kondisi perubahan dari garis pantai timur Surabaya menyebabkan kurang lancarnya
sirkulasi air antara air laut dan air tawar di daratan. Kawasan pantai timur mengalami
perubahan fungsi yang beralih ke fungsi hunian atau permukiman, yang mengakibatkan
beberapa komunitas mangrove mengalami degradasi lingkungan seperti yang
166

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

ditunjukkan oleh adanya penelitian dibawah ini, dimana sebagai data awal yang didapat
dari citra foto udara infrared tahun 1981 (Bakosurtanal, 1981).

Sumber : Bakosurtanal (1981)

Gambar 3.64 Foto Udara Infrared Pantai Timur Surabaya 1981

Pada Gambar 3.65, terlihat bahwa area mangrove ditandai dengan warna merah yang
dekat dengan garis Pantai Timur Surabaya. Sebagai bahan pembanding, digunakan citra
satelit Landsat TM-7 seperti pada gambar 31 di bawah ini.

Sumber : Program Studi S1 Geomatika ITS (2001)

Gambar 3.65 Citra Komposit Landsat TM-7 Pantai Timur Surabaya 2001

Proses penyamaan skala dan proses digital antara Foto Udara dari Bakosurtanal dengan
Citra Landsat TM-7, maka didapatkan hasil sebagai berikut.

167

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.66 Hasil Overlay Sebaran Mangrove dari Foto Udara Tahun 1981 (warna
hijau) dan Citra Landsat TM-7 Tahun 2001 (warna merah)
Tabel 3.30 Hasil Luasan Area Hutan Mangrove yang didapat dari Kedua Jenis Citra
Tahun Liputan Citra
Luas Area Mangrove (Ha)

1981

2001

1.143,861 745,276

Dalam kurun waktu 20 tahun, dari tahun 1981 hingga 2001 terjadi
pengurangan luas area hutan mangrove di Kecamatan Sukolilo, Rungkut, dan
Gunung Anyar sebesar 398,585 Ha. Area hutan mangrove yang berkurang tersebut
digunakan untuk perluasan area tambak ikan yang terjadi di Kecamatan Rungkut dan
Kecamatan Gunung Anyar, sedangkan di Kecamatan Sukolilo disebabkan adanya
tanah oloran (penyebab utama) serta perluasan area tambak ikan.
b. Sumberdaya Air
Sumberdaya air terdiri dari sumberdaya air permukaan dan mata air. Sumberdaya air
permukaan Kota Surabaya adalah daerah aliran sungai yang utamanya berasal dari aliran
Sungai Brantas, sedangkan mata air berarti air tanah dan produksi akuifernya.
1). Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dari sungai utama dan anak sungai yang berfungsi menampung, menyimpan
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan yang jatuh di atasnya ke alur-alur
sungai atau kali dan berakhir ke telaga/bozem atau laut. Setiap DAS terbagi dalam
beberapa Sub DAS. Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan
akan mengalirkannya ke sungai utama. Sedangkan pengertian dari sungai menurut
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004 adalah tempat-tempat dan
wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan
168

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

dibatasi kanan dan kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan termasuk
afvour.
Daerah aliran sungai merupakan sumberdaya air permukaan yang banyak dimanfaatkan
untuk keperluaan warga seperti transportasi, pengairan sawah, keperluan peternakan,
industri, perumahan, pengendali banjir, kesediaan banjir, dan tempat rekreasi. Pada
Tabel 3.32 berikut adalah daftar kali yang berada di Kota Surabaya.
Selain fungsi sungai untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air, pengelolaan
kualitas air dilakukan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukan
agar tetap dalam kondisi alamiah. Sesuai Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02
Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Mutu
Air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundangundangan yang
berlaku. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat kelas :
a. Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar dan air payau, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar dan air payau, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan/atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Tabel 3.31 Kriteria Mutu Kualitas Air Berdasarkan Kelas
Kriteria Mutu Air
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV

pH
6-9
6-9
6-9
5-9

Parameter Uji
DO
BOD
COD
TSS
Deterjen
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (ug/L)
6
2
10
50
200
4
3
25
50
200
3
6
50
400
200
0
12
100
400
400

Sumber: Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

169

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Tabel 3.32 Daftar DAS di Kota Surabaya

No.

1.

2.

Nama
Sungai /
Kali

Kali
Lamong

Kali
Perbatasan

Panjang
Sungai /
Saluran
(m)

9770

12670

Lebar
(m)

Kecepatan
Air
(m/detik)

0,128

0,093

Tipe
Ekosistem
Dominan

Pemanfaatan

Jalan tol
SurabayaGresik, Jalan
pemukiman,
mangrove,
tegalan,
industri, dan
pemukiman

Drainase kota
wilayah
kawasan
pemukiman
dan industri di
sekitar
Romokalisari

Pemukiman,
jalan tol, jalan
raya, dan
tanaman
rumput liar.

Drainase kota
wilayah
kawasan
pemukiman,
komersial,
industri dan
pergudangan
disekitar
Gununganyar
Tambak

Titik Koordinat

S : 071145,24
E : 1123742,66

S : 072042,3
E : 1124648,7

Jenis
Saluran

Kondisi
Saluran

Sungai

Sebagian besar
ruas kali masih
belum
diplengseng,
banyak sampah
dan sedimen
berat

Sungai

Sudah
diplengseng dan
banyak yang
rusak, banyak
sampah dan
sedimentasi,
banyak
ditumbuhi eceng
gondok, kali
dipengaruhi
pasang laut

Dokumentasi

170

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No.

3.

Nama
Sungai /
Kali

Kali
Surabaya

Kali
Wonokromo

Panjang
Sungai /
Saluran
(m)

17400

12100

Lebar
(m)

Kecepatan
Air
(m/detik)

0,119

0,425

Tipe
Ekosistem
Dominan

Pemanfaatan

Pemukiman,
jalan dan
industri

Pasokan bahan
baku air
minum
(PDAM) dan
pasokan air
untuk proses
produksi

Bangunan,
jalan, dan RTH

Pasokan bahan
baku air
minum
(PDAM) dan
pasokan air
untuk proses
produksi dan
sebagai
drainase kota
wilayah
kawasan
pemukiman,
komersial,
kegiatan
perikanan,
peternakan,
mengaliri
tanaman,
pariwisata air,
pemasok air
tawar untuk
tambak di

Titik Koordinat

S : 071830,3
E : 1124308,7

S : 07182
E : 1124428

Jenis
Saluran

Kondisi
Saluran

Sungai

Sudah
diplengseng dan
ada yang rusak,
banyak sampah
dan sedimentasi

Sungai

Sudah
diplengseng dan
ada yang rusak,
banyak sampah
dan sedimentasi

Dokumentasi

171

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No.

Nama
Sungai /
Kali

Kali Mas

Panjang
Sungai /
Saluran
(m)

11160

Lebar
(m)

30-35

Kecepatan
Air
(m/detik)

0,143
m/dtk

Tipe
Ekosistem
Dominan

Pemukiman,
jalan raya dan
RTH

Pemanfaatan
wilayah
Surabaya
Timur dan
juga
digunakan
untuk lalu
lintas perahu
nelayan.
Drainase kota
wilayah
kawasan
pelabuhan,
pemukiman,
industri dan
pergudangan
disekitar Perak
Utara dan
Ujung.
Digunakan
untuk kegiatan
perikanan,
peternakan,
mengaliri
tanaman, serta
pariwisata air

Titik Koordinat

S : 071758,98
E : 1124421,69

Jenis
Saluran

Kondisi
Saluran

Sungai

Sebagian besar
sudah di
plengseng,
banyak sampah
dan sedimentasi,
terdapat hunian
liar di daerah
sempadan
sungai

Dokumentasi

172

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No.

Nama
Sungai /
Kali

Kali
Kedurus

Panjang
Sungai /
Saluran
(m)

Lebar
(m)

16380

Kecepatan
Air
(m/detik)

0,091
m/dtk

Tipe
Ekosistem
Dominan

Pemanfaatan

Tegalan,
tanaman
peneduh jalan,
pemukiman,
jalan, jembatan

Drainase kota
wilayah
Surabaya
Barat dan
irigasi
persawahan.

Titik Koordinat

S : 071848,8
E : 1124210,1

Jenis
Saluran

Sungai

Kondisi
Saluran

Dokumentasi

Sebagian besar
ruas kali masih
belum
diplengseng,
sebagian besar
daerah aliran
kali masih
berupa sawah

Sumber: Survei Primer (2012)

173

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Pada Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan kriteria pemenuhan baku
mutu kualitas air sungai yang digunakan sebagai pemasok bahan baku air minum oleh
PDAM Kota Surabaya. Berikut pemenuhan baku mutu kualitas air sungai Kota
Surabaya :
Tabel 3.33 Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai
LOKASI SAMPLING : KALI SURABAYA BULAN JANUARI - NOPEMBER 2011
Lokasi Pengambilan
Parameter Uji
No
Sampel
Kali Surabaya di
DO
BOD
COD
TSS
Deterjen
1
pH
Kedurus
(mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
(ug/L)
Januari
6.5
< LD
13.95 32.173
103
165
Pebruari
7
6.18
3.96
7.9483
291
187
Maret
7
2.72
7.06
15.002
26
176
April
7
4.22
6.03
12.752
302
174
Mei
7
5.27
4.98
10.139
52
174
Juni
7
6.93
4.21
9.1207
42
188
Juli
7
5.51
5.78
13.025
33
184
Agustus
7
5.45
5.65
12.453
31
185
September
7
6.26
4.73
10.264
24
186
Oktober
7
5.62
5.21
11.848
13
193
Nopember
7
6.84
2.94
3.8429
36
157
TM
TM
TM
TM
Kriteria Air Kelas II
M
(Bulan (Bulan (Bulan
M
(Bulan 3)
1-10)
1)
1,2,4,5)
2

Kali Surabaya di Jemb.


Wonokromo

pH

Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember

6.5
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7

Kriteria Air Kelas II

DO
(mg/L)
5.17
5.36
2.74
3.42
6.16
6.69
5.46
5.48
5.84
6.32
7.32
TM
(Bulan
3,4)

BOD
COD
(mg/L) (mg/L)
4.91
10.278
5.64
13.095
8.86
17.542
7.06
15.213
3.98
9.7213
3.74
8.737
5.84
13.349
5.48
11.812
4.65
10.385
3.82
8.2718
2.81
5.6821
TM
(Bulan
M
1-10)

TSS
(mg/L)
238
312
53
238
311
37
28
15
32
62
22
TM
(Bulan
1-5,10)

LOKASI SAMPLING : KALI MAS JANUARI - NOPEMBER 2011


DO
BOD
COD
TSS
Kali Mas di Jl. Ngagel
pH
(mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
6.5
5.04
5.29
12.075
184
Januari

Deterjen
(ug/L)
135
165
187
176
181
189
189
187
173
181
101
M

Deterjen
(ug/L)
168
174

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

LOKASI SAMPLING : KALI SURABAYA BULAN JANUARI - NOPEMBER 2011


Lokasi Pengambilan
Parameter Uji
No
Sampel
6.5
5.78
5.64
13.273
173
166
Pebruari
6.5
4.22
6.85
12.557
24
173
Maret
6.5
3.86
5.78
13.026
294
171
April
7.5
6.04
4.25
10.072
353
184
Mei
7
6.81
4.03
8.1247
32
178
Juni
7
6.27
4.5
10.316
44
183
Juli
7
3.75
7.96
17.165
13
171
Agustus
7
3.08
7.21
15.611
32
176
September
7
6.71
3.29
7.854
6
192
Oktober
7
6.78
3.09
7.2425
31
109
Nopember
TM
TM
TM
Kriteria Air Kelas II
M
(Bulan
(Bulan
M
(Bulan
M
4,8,9)
1-11)
1,2,4,5)
2

Kali Mas di Jemb.


Keputran

pH

Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember

7
7
7
6.5
7
7
7
6.5
7
6.5
7

Kriteria Air Kelas II

Kali Mas di Jemb.


Kebon Rojo

pH

Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember

6.5
6.5
7
7
6.5
7
7
7
7
7
7

DO
(mg/L)
1.36
4.39
4.46
3.73
4.24
6.6
0.38
3.22
5.39
5.17
3.2
TM
(Bulan
1,4,7,8,11)

BOD
COD
(mg/L) (mg/L)
9.61
19.316
5.21
12.677
6.25
13.527
6.45
13.721
5.42
11.218
3.92
9.2218
11.19
23.89
8.35
17.842
5.19
11.718
12.619 13.619
6.75
13.622
TM
(Bulan
M
1-11)

TSS
(mg/L)
124
424
125
351
385
46
12
13
21
12
17
TM
(Bulan
1-5)

Deterjen
(ug/L)
141
167
189
177
186
187
199
187
175
196
174

DO
(mg/L)
5.5
4.18
5.15
6.59
4.58
5.25
5.2
5.54
3.14
5.83
6.99

BOD
COD
(mg/L) (mg/L)
4.78
11.181
6.92
15.164
4.98
11.128
4.36
9.5648
5.57
12.142
5.29
11.572
5.64
13.212
5.39
13.795
8.25
17.49
5.29
11.468
2.96
7.0447

TSS
(mg/L)
186
265
793
152
136
44
28
17
3
25
19

Deterjen
(ug/L)
166
170
186
187
165
196
182
191
188
197
108

175

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

LOKASI SAMPLING : KALI SURABAYA BULAN JANUARI - NOPEMBER 2011


Lokasi Pengambilan
Parameter Uji
No
Sampel
TM
TM
TM
Kriteria Air Kelas II
M
(Bulan
M
(Bulan
M
(Bulan 9)
1-10)
1-5)
LOKASI SAMPLING : KALI WONOKROMO JANUARI - NOPEMBER 2011
Lokasi Pengambilan
Parameter Uji
No
Sampel
Kali Wonokromo Jl.
DO
BOD
COD
TSS
Deterjen
1
pH
Jemb. Merr C II
(mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
(ug/L)
6.5
5.28
4.95
11.071
213
183
Januari
7
5.26
5.1
11.165
340
182
Pebruari
7
7.07
3.55
8.2113
286
189
Maret
7
5.26
5.1
11.165
340
182
April
7
4.22
5.89
12.782
76
184
Mei
7
6.65
3.72
7.6221
55
187
Juni
7
6.32
3.82
8.2718
62
181
Juli
7
7.31
4.25
10.729
10
194
Agustus
7
5.73
5.11
10.813
10
<LD
September
6.5
5.96
4.98
12.054
7
191
Oktober
7
7.31
4.25
10.719
10
194
Nopember
Kriteria Air Kelas III
M
M
M
M
M
M
DO
BOD
COD
TSS
Deterjen
2 Kali Wonorejo di Jemb.
pH
(mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
(ug/L)
Kedung Baruk Utara
7
3.71
6.48
13.215
4
173
Januari
7
1.31
9.35
19.961
6
230
Pebruari
7
4.39
2.56
6.985
3
176
Maret
7
1.31
9.35
19.961
6
230
April
7
<LD
10.2
21.463
13
246
Mei
7
1.15
9.17
19.315
9
242
Juni
7
1.66
10.11 23.254
20
192
Juli
8
<LD
15.39 38.254
29
211
Agustus
7
<LD
15.89
27.619
51
192
September
7
1.66
10.11 23.254
20
1292
Oktober
8
<LD
15.39 38.254
29
211
Nopember
Kriteria Air Kelas IV

TM
(Bulan
8,9,11)

TM
(Bulan
9)

TM (Bulan
2,4,5,6,8,11)

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya (2011)

Keterangan : M = Memenuhi baku Mutu Kualitas Air


TM = Tidak Memenuhi Baku Mutu Kualitas Air

176

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambaran kondisi hidrologi Kota Surabaya adalah sebagai berikut :


1. Kali Lamong
Kali Lamong merupakan kali yang berada di perbatasan antara Kota Surabaya dan
Kabupaten Gresik dengan panjang 9.770 meter. Kecepatan air di Kali Lamong ratarata 0,128 meter/detik yang diukur dibawah jalan tol Surabaya-Gresik pada bulan Juli
2012. Disekitar Kali Lamong terdapat tegalan, mangrove, dan terdapat industri.
Sebagian ruas kali masih belum diplengseng, terdapat banyak sampah dan sedimen.
Hilir Kali Lamong berada di Teluk Lamong yang pada muaranya terpecah menjadi
dua cabang dikarenakan terdapatnya pulau kecil yang berada di muara. Pembentukan
cabang tersebut menjadikan adanya delta yang mengakibatkan aliran Kali melambat,
sehingga potensi sedimentasi di muaranya besar. Kali Lamong dimanfaatkan untuk
drainase kota wilayah kawasan pemukiman dan industri sekitar Romokalisari.
2. Kali Perbatasan
Kali Perbatasan berada di perbatasan Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo dengan
panjang
Kali 12.670 meter. Kecepatan air di kali Perbatasan sebesar 0,093 meter/detik diukur
di jalan tol kearah Juanda pada bulan Juni 2010. Disekitar kali terdapat pemukiman
dan tegalan. Penampang sungai sudah diplengseng dan banyak yang rusak, banyak
terdapat sampah dan sedimentasi., banyak ditumbuhi tegalan terutama eceng gondok.
Kali ini dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kali Perbatasan dimanfaatkan untuk
drainase kota wilayah kawasan pemukiman, komersial, industri dan pergudangan di
sekitar Gunung Anyar Tambak.
3. Kali Surabaya
Kali Surabaya merupakan salah satu kali utama di Kota Surabaya yang berasal dari
Kali Brantas yang mengalir melalui Kota Mojokerto dengan panjang 17.400 meter. Di
Wonokromo, Kali Surabaya terpecah menjadi dua anak Kali yaitu Kali Mas dan Kali
Wonokromo. Kecepatan air di Kali Surabaya sebesar 0,119 yang terukur di pintu air
Kali Surabaya. Disekitar kali yang seharusnya digunakan untuk ruang terbuka hijau
(RTH) telah beralih fungsi sebagai lahan pemukiman dan industri berskala kecil
maupun besar. Penampang kali sudah diplengseng dan ada yang rusak, terdapat
banyak sampah dan sedimen. Air Kali Surabaya merupakan salah satu pasokan utama
sumber air baku PDAM. Menurut hasil penelitian laboratorium, untuk pemenuhan
baku mutu kualitas air di Kali Surabaya termasuk kriteria air kelas II. Untuk
masyarakat industri disekitar Kali, memanfaatkan air Kali sebagai salah satu
komponen untuk proses produksi.
4. Kali Wonokromo
Kali Wonokromo biasa juga disebut Kali Jagir merupakan salah satu anak Kali
Surabaya. Panjang Kali kurang lebih 12.100 meter dengan kecepatan air sebesar 0,425
meter/detik diukur di pintu air Jagir. Disekitar kali terdapat ruang terbuka hijau
(RTH), dan bangunan. Penampang kali sudah diplengseng dan ada yang rusak. Air
dari Kali Wonokromo mengandung banyak sampah dan sedimentasi. Kali Jagir
dimanfaatkan untuk pasokan bahan baku air minum (PDAM) dan pasokan air untuk
proses produksi, sebagai drainase kota wilayah kawasan pemukiman, komersial,
kegiatan perikanan air tawar (yang terkenal salah satunya iwak keting dan udang),
177

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

peternakan, mengaliri tanaman, pariwisata air, pemasok air tawar untuk tambak ikan
di wilayah Surabaya Timur dan juga dimanfaatkan untuk lalu lintas perahu nelayan.
Menurut hasil penelitian laboratorium, untuk pemenuhan baku mutu kualitas air di
Kali Wonokromo termasuk kriteria air kelas III dengan titik sampling di Jalan
Jembatan Merr C II dan termasuk kriteria air kelas IV dengan titik sampling di
Jembatan Kedung Baruk Utara.
5. Kali Mas
Kali Mas merupakan salah satu kali utama di Kota Surabaya anak sungai Kali
Surabaya. Panjang kali 11.160 meter dan lebar kali 30-35 meter dengan kecepatan air
sebesar 0,143 meter/ detik diambil dari pintu air di daerah Wonokromo. Disekitar kali
terdapat pemukiman dan ruang terbuka hijau (RTH). Kondisi Kali Mas sebagian
sudah diplengseng, terdapat banyak sampah dan sedimentasi. Kali Mas digunakan
sebagai drainase kota wilayah kawasan pelabuhan, airnya digunakan untuk kebutuhan
pemukiman penduduk untuk mandi dan cuci (MCK), industri disekitar kali,
pergudangan disekitar Perak Utara dan Ujung. Air Kali Mas juga digunakan untuk
kegiatan perikanan, peternakan, mengairi tanaman, serta pariwisata air.
6. Kali Kedurus
Kali Kedurus adalah salah satu kali yang berada di wilayah Kota Surabaya bagian
Barat. Panjang kali mencapai 16.380 meter dengan kecepatan air sebesar 0,091
meter/detik diukur pada bulanJuli 2012. Ekosistem disekitar kali terdapat banyak
tegalan, tanaman peneduh jalan dan pemukiman penduduk. Kondisi sebagian besar
ruas kali masih belum diplengseng, dan disekitar kali masih terdapat sawah. Kali
Kedurus dimanfaatkan untuk drainase kota wilayah Surabaya Barat dan untuk irigasi
persawahan. Air Kali Kedurus juga dimanfaatkan untuk pasokan bahan baku air
PDAM, dan menurut hasil penelitian laboratorium, untuk pemenuhan baku mutu
kualitas air di Kali Kedurus termasuk kriteria air kelas II.
Kondisi Drainase
Air permukaan di Kota Surabaya diawali dengan adanya sungai utama yang
merupakan anak sungai dari Kali Brantas yang mengalirkan air dari Kota Mojokerto
ke Surabaya melalui Kali Surabaya. Di daerah Gunungsari, Kali Surabaya terpecah
menjadi dua anak sungai yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo. Kali Mas mengalir
kearah pantai utara melewati tengah kota, sedangkan Kali Wonokromo mengalirkan
air kearah pantai timur dan bermuara di selat Madura.
Dari keenam Kali Utama yang berada di Kota Surabaya, terdapat 27 Saluran primer
yang menjadi anak sungai yang tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya. Sesuai
Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1991 Tentang Rawa
mengenai pengertian dari Saluran Primer adalah saluran utama dari jaringan reklamasi
rawa yang berfungsi baik untuk pembangunan maupun pemberian air. Sedangkan
Saluran Sekunder adalah cabang utama dari saluran primer rawa yang berfungsi untuk
pembuangan maupun pemberian air. Pada tabel 13 dan 14 berikut, menjelaskan
keberadaan saluran primer yang ada di Kota Surabaya. Saluran Primer ini ada yang
berfungsi sebagai drainase irigasi dan drainase pematusan. Drainase Irigasi
merupakan saluran yang digunakan untuk mengairi sawah-sawah yang sifatnya dari
178

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Sedangkan pengertian dari Drainase
Pematusan adalah saluran yang sifatnya berkebalikan dari Drainase Irigasi yaitu dari
kuarter, tersier, sekunder, dan primer.
Aliran banjir di hulu Kali Brantas diatur oleh Perum Jasa Tirta melalui beberapa
waduk penyimpan air dan bangunan pengatur seperti pintu air. Aliran-aliran besar
Kali Brantas sebagian diteruskan mulai dari Kali Porong dan Dam Lekong di
Mojokerjo selanjutnya akan mengalir ke laut. Kali Surabaya juga menampung
masukan air dari daerah Kali Marmoyo, Kali Watudakon, Kali Tengah (masuk ke
hulu Dam Gunungsari), dan daerah pematusan Kali Kedurus (masuk melalui
pematusan primer kemudian ke Dam Gunungsari).
1. Sistem Pematusan Perkotaan
Sistem drainase primer untuk Kota Surabaya, yaitu :
a. Saluran pematusan primer untuk mengalirkan banjir yang berasal dari luar
Surabaya ke laut (Kali Surabaya dan Kali Wonokromo).
b. Pengumpulan limpasan area perkotaan melalui saluran-saluran tersier, sekunder
dan primer dibantu pompa drainase pada daerah yang sulit adanya aliran secara
gravitasi.
c. Tanggul dan pintu-pintu laut di saluran pematusan primer untuk mencegah arus
balik pada saat pasang tinggi.
d. Serangkaian saluran irigasi primer dan sekunder serta bangunan Gunungsari dan
Gubeng yang mempunyai fungsi ganda sebagai penerima aliran saat hujan dan
sebagai saluran pematusan.
Perubaan penggunahan lahan pada daerah pertanian mengakibatkan perubahan fungsi
saluran baik irigasi maupun drainase pertanian yang menjadi saluran drainase
perkotaan, dimana pembenahan tersebut belum sepenuhnya diikuti pembenahan
sistem maupun fungsi kewenangannya.
Surabaya menghadapi banjir lokal yang berasal dari hulu sungai Surabaya dan pasang
surut air laut. Sungai di Kota Surabaya salah satunya berfungsi sebagai pengalir debit
air dan penyedia air baku PDAM, irigasi persawahan dan industri. Di Kota Surabaya
terdapat bangunan air yang berfungsi menaikkan elevasi muka air, yaitu Bendung
Gunungsari, Bendung Jagir, Bendung Wonokromo, dan Bendung Gubeng. Sungai
utama di Kota Surabaya membagi wilayah administrasi menjadi tiga wilayah drainase
sesuai pola sistem drainase Surabaya, yaitu :
a. Wilayah drainase Surabaya selatan dengan batas utara sungai Wonokromo, timur
Selat Madura, selatan Kabupaten Sidoarjo, barat sungai Surabaya. Terdiri tiga
sub-sistem, yaitu Sub-sistem Wonorejo, Kebonagung, dan Perbatasan.
b. Wilayah drainase Surabaya Timur dengan batas utara dan timur Selat Madura,
selatan Kabupaten Sidoarjo, dan barat Sungai Mas. Terdiri 8 subsistem, yaitu
Sub-sistem Medokan, Bratang, Kalibokor-Keputih, Kalidami, Kenjeran UtaraKedung Cowek, Kalisan-Kali Kepiting, Kenjeran, dan Pegirian-Tambak Sari.
c. Wilayah drainase Surabaya Barat dengan batas utara Selat Madura, timur Sungai
Mas, selatan Kabupaten Sidoarjo, dan barat Kabupaten Gresik. Terdiri 5
subsistem, yaitu Sub-Sistem Greges, Gunungsari, Kali Kedurus, Balong, dan
kandangan.
179

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Untuk selanjutnya sistem drainase Surabaya diusulkan dibagi menjadi 5 rayon


berdasarkan batas pemtusan, yaitu Sistem Genteng, Gubeng, Jambangan, Wiyung,
dan Tandes.
2. Rumah Pompa Drainase
Sistem drainase internal telah dikembangkan untuk melindungi kawasan perkotaan
yang rendah dan banjir lokal, yaitu dengan membangun rumah pompa pematusan.
Sekarang terdapat 22 rumah pompa masing-masing 32 Ha sampai 1500 Ha.
3. Tanggul Laut dan Pintu Laut
Untuk melindungi daerah rendah di pesisir dari genangan air sewaktu pasang tinggi,
dibangun tanggul laut dan pintu laut pada saluran pematusan primer.
4. Saluran Irigasi dan Fungsi Ganda
Saluran seperti jaringan irigasi yang mempunyai kapasitas paling besar pada
bangunan utama untuk memenuhi kebutuhan pengairan dan dimensinya semakin
berkurang pada bagian hilir karena air telah masuk ke saluran sekunder dan tersier.
Pada sistem jaringan irigasi Gunungsari, rute saluran mengikuti garis kontur dengan
kemiringan kecil. Dataran yang lebih tinggi sebagai hulu pada waktu dulu belum
berkembang dengan baik sehingga limpasan air di daerah ini kemungkinan banyak
ditahan oleh tanaman-tanaman di daerah dataran rendah setempat. Untuk sekarang ini
sesuai perkembangannya, saluran di dataran yang lebih tinggi telah mengalami
perubahan dengan adanya pemukiman baru. Perubahan ini menyebabkan limpasan air
di daerah hulu lebih cepat dan masuk ke saluran pematusan Gunungsari yang sering
meluap dan membanjiri daerah pemukiman padat penduduk disekitar saluran.
Sedangkan pada daerah hilir kapasitas saluran tidak mencukupi dan terjadi banjir
juga.
Tabel 3.34 Daftar Sub DAS di Kota Surabaya
LOKASI BANGUNAN

TIPE PINTU

JUMLAH PINTU

Bozem Wonokrembangan

Pintu Klep seimbang

Tambak Wedi

Pintu angkat, motor listrik

Jeblokan

Pintu angkat, motor listrik

Tambak Deres I

Pintu Klep, tipe kupu-kupu

Tambak Deres II

Pintu Klep, tipe kupu-kupu

Kali Kepiting

Pintu Klep engsel horisontal

Kalidami

Pintu angkat, motor listrik

Kalibokor

Pintu angkat, motor listrik

Kalisumo

Pintu Klep engsel

Medokan Semampir

Pintu angkat, motor listrik

Kali Wonorejo

Skot balok manual

Kali rungkut

Pintu sorong manual

Sumber: SDMP (Surabaya Drainase Master Plan )

180

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Sumber: BAPPEKO (2012)


Gambar 3.67 Peta Pola Arah Aliran Air di Kota Surabaya

181

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Tabel 3.35 Daftar Sub DAS di Kota Surabaya

No

Nama
Saluran
primer

Saluran
Gading

Saluran
Jeblokan
(Tambak
Wedi)

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

2200

3100

Lebar
(m)

7-10

8-10

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

0,052

Pemukiman
dan industri

Tambak,
tegalan,
pemukiman
dan laut

Titik Koordinat

S : 0714'58,7"
E : 11247'01,1"

S : 0712'32,2"
E :1124648,1"

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

Primer

Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
ada sampah dan
sedimen material
bangunan

Primer

Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
ada sampah dan
sedimen material
bangunan

Dokumentasi

182

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

Nama
Saluran
primer

Saluran
Kenjeran
AL

Saluran
Kenjeran
Lama

Saluran
Kenjeran
Pantai Ria

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

1350

1600

1280

Lebar
(m)

11

6-8

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

0,073

Pemukiman,
jalan, tanah
lapang, dan
pohon
peneduh jalan

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

S : 0714'28,2"
E : 11247'37,3"

Primer

Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
ada sampah dan
sedimen

0,056

Pemukiman,
jalan, dan
pohon
peneduh jalan

S : 0714'14,5"
E : 11247'42,4"

Primer

Sudah diplengseng,
ada sampah dan
sedimen

0,060

Pemukiman,
jalan, dan
industri

S : 0715'10,2"
E : 11247'42,8"

Primer

Sudah diplengseng,
aliran air lancar dan
terpengaruh pasang
surut

Titik Koordinat

Dokumentasi

183

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

Nama
Saluran
primer

Saluran
Pegirian

Saluran
Jeblokan
(Jl. Petojo)

Saluran
Kalibokor

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

6400

4700

8900

Lebar
(m)

12-22

7-10

6-27

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

0,108

Pemukiman,
pohon
peneduh jalan
dan jalan

0,242

0,049

Rumah Sakit,
Jalan, pohon
peneduh jalan

Pemukiman,
tegalan, dan
jalan

Titik Koordinat

S : 0713'49,4"
E : 11244'44,1"

S : 0715'55,57"
E : 11245'23,89"

S : 0717'13,5"
E : 11245'21,4"

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

Primer

Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
ada sampah dan
sedimen

Primer

Sudah diplengseng,
tetapi retak-retak,
banyak sampah,
dan sedimen

Primer

Plengsengan hanya
pada lebar saluran
eksisting, banyak
sampah dan
sedimen

Dokumentasi

184

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

9.

10

11

Nama
Saluran
primer

Saluran
Kalidami

Saluran
Larangan

Saluran
Mulyorejo

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

4270

1300

6500

Lebar
(m)

18-40

7-8

6-13

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

0,222

Pemukiman,
jalan, tegalan
dan pertokoan

0,017

Pemukiman,
jalan, dan
pohon
peneduh jalan

0,160

Pemukiman,
jalan, dan
pohon
peneduh jalan

Titik Koordinat

S : 0716'31,0"
E : 11245'54,0"

S : 0715'04,7"
E : 11247'45,8"

S : 0715'52,2"
E : 11246'50,2"

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

Primer

Sudah diplengseng
tetapi banyak yang
retak-retak, banyak
sampah dan
sedimen

Primer

Sebagian ruas
belum diplengseng,
lebar saluran
variatif, banyak
sampah dan
sedimen

Primer

Sudah diplengseng
tetapi banyak yang
pecah, banyak
sampah dan
sedimen

Dokumentasi

185

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

Nama
Saluran
primer

12

Saluran
Tambak
Segaran

13

Saluran
Tambak
Wedi

14

Saluran
Greges

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

800

4300

5000

Lebar
(m)

5-8

20-30

12-22

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

Titik Koordinat

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

0,154

Pemukiman,
jalan, dan
tegalan

S : 0714'49,6
E : 11245'35"

Primer

Sudah diplengseng
dan banyak yang
retak-retak dan
rusak, banyak
sampah dan
sedimen

0,021

Pemukiman,
jalan, laut,
dan pengepul
barang bekas

S : 0712'33,66"
E : 11246'15,17"

Primer

Sudah diplengseng
tetapi retak-retak
dan rusak

0,142

Pemukiman,
jalan, dan
mangrove

Primer

Sebagian besar ruas


saluran masih
belum diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen berat

S : 0713'46,2"
E : 11241'08,4"

Dokumentasi

186

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

Nama
Saluran
primer

15

Saluran
Banyu
Urip/
Gunungsari

16

Saluran
Pakal/
Sememi

17

Saluran
Kandangan

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

21000

5000

5000

Lebar
(m)

6-7

6-30

15-40

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

0,141

Pemukiman,
jalan, tegalan,
pohon
peneduh
jalan, dan
pertokoan

0,066

Tegalan,
pemukiman,
jalan, dan
pohon
peneduh jalan

0,092

Pemukiman,
jalan, tegalan,
dan pohon
peneduh jalan

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

S : 0716'29,9"
E : 11243'34,3"

Primer

Sebagian besar ruas


saluran masih
belum diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen berat

S : 0714'28,9"
E : 11237'38,7"

Primer

Sudah diplengseng,
ada sampah dan
sedimen

Primer

Sebagian besar ruas


saluran masih
belum diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen berat

Titik Koordinat

S : 0715'11,1"
E : 11239'15,2"

Dokumentasi

187

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

18

19

Nama
Saluran
primer

Saluran
Balongsari

Saluran
Margomul
yo

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

4800

3900

Lebar
(m)

10-50

1010.5

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

0,374

Pemukiman,
jalan, tegalan,
pohon
peneduh
jalan, dan
industri

Jalan Besar,
industri,
RTH, dan
pohon
peneduh jalan

Titik Koordinat

S : 0715'30,6"
E : 11240'38,6"

S : 0715'7,59"
E : 11240'55,27"

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

Primer

Sebagian besar ruas


saluran masih
belum diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen berat

Primer

Sudah diplengseng,
tepi saluran berupa
jalan Margomulyo
bebas dari
bangunan, terdapat
pompa air, banyak
sampah dan
sedimen banyak

Dokumentasi

188

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

20

21

22

Nama
Saluran
primer

Saluran
Krembanga
n Kali
Anak

Saluran
Simo

Saluran
Benowo
Pasar

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

2500

4000

600

Lebar
(m)

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

Titik Koordinat

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

0,058

Pemukiman,
jalan, dan
industri

S : 0713'46,2"
E : 11242'25,9"

Primer

Sebagian sudah
diplengseng,
banyak sedimen
dan sampah,
banyak diduduki
bangunan yang
menjorok ke badan
saluran

7-25

0,066

Pemukiman,
jalan,
jembatan,
RTH, pohon
peneduh
jalan, dan
pasar loak

S : 0714'42,87"
E : 11243'3,78"

Primer

Sudah diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen

2-7

Terjadi
pendangkala
n, sehingga
tidak dapat
diketahui
kecepatan
arusnya

Pemukiman,
industri, jalan
dan pasar

S : 0714'04,9"
E : 11236'50,2"

Primer

Sebagian ruas
belum diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen

20-60

Dokumentasi

189

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

Nama
Saluran
primer

23

Saluran
Kebon
Agung

24

Saluran
Avoor
Wonorejo

25

Saluran
Medokan
Ayu

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

11500

15800

6500

Lebar
(m)

7-15

6-15

5-7

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

0,035

Pemukiman,
jalan dan
pohon
peneduh jalan

0,124

Pemukiman,
jalan, dan
mangrove

0,132

Pemukiman,
pohon
peneduh
jalan, dan
jalan

Titik Koordinat

S : 0719'59,2"
E : 11247'34,6"

S : 0718'42,2"
E : 11249'22,3"

S : 0719'54,4"
E : 11246'52,1"

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

Primer

Sudah diplengseng
tetapi banyak yang
rusak di bagian
hulu dan ruas di
muara belum
diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen

Primer

Sudah diolengseng
tetapi sebagian
besar retak-retak,
banyak sampah dan
sedimen

Primer

Sudah diplengseng
tetapi banyak yang
rusak, banyak
sampah dan
sedimen

Dokumentasi

190

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No

Nama
Saluran
primer

26

Saluran
Medokan
Semampir

27

Saluran
Kalisumo

Panjang
Sungai/
Saluran (m)

4700

1600

Lebar
(m)

4-8

9-11

Kecepatan
arus
(m/dtk)

Tipe
Ekosistem
Dominan

Titik Koordinat

0,055

Pemukiman,
pohon
peneduh
jalan, jalan,
tegalan, dan
pertokoan

S : 0718'31,7"
E : 11246'42,1"

0,057

Pemukiman,
jalan, tegalan,
dan RTH

S : 0717'50,2"
E : 11245'22,0"

Jenis
Saluran

Kondisi Saluran

Primer

Sudah diplengseng,
banyak sampah dan
sedimen berat, ada
bangunan di
bantaran kali

Primer

Sudah diplengseng
tetapi retak-retak,
banyak sampah dan
sedimen

Dokumentasi

Sumber: Hasil Survei Primer (2012)

191

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Tabel 3.36 Daftar Saluran Sekunder di Kota Surabaya

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Nama Saluran Sekunder


Saluran Kenjeran Pantai Ria
Saluran HKSN/Kalijudan
Saluran Juwingan
Saluran Kalijudan
Saluran Kalisari THR
Saluran Kalisari Timur
Saluran Kamboja
Saluran Kampung Seng
Saluran Kapas Madya
Saluran Kedung Sroko
Saluran Kedung Tarukan
Saluran Kertajaya Viaduck
Saluran Laban Sari
Saluran Manyar Kertoadi
Saluran Sabrangan
Saluran menur
Saluran Mojo
Saluran Pacar
Saluran Pucang Adi
Saluran Pucang Jajar
Saluran Pucang Rinenggo
Saluran Putra Agung
Saluran Ring Road ITS
Saluran Simokerto/Donorejo
Saluran Simolawang
Saluran Slamet
Saluran Srikana
Saluran Sutorejo
Saluran Tambaksari
Saluran Sawah Pulo
Saluran Sidoluhur dsk
Saluran Sidotopo Lor
Saluran Sidotopo Wetan
Saluran Tenggumung Karya
Saluran Wonosari Lor
Saluran Wonorejo III-IV
Saluran Jatisari
Saluran Kedung Turi
Saluran Kedungsari
Saluran Indrapura
Saluran Rembang
Saluran Pelemahan
Saluran Jl. Semarang
Saluran Keputran

Panjang (m) Lebar (m)


1280
6-8
800
1-2
1400
4-5
3500
2-5
800
3
1200
2-5
900
2-4
1300
3,9
800
9
450
4-6
1700
8 - 14
450
0,8 - 5
1300
5-7
1600
3-4
1300
3-4
1200
4-5
700
1 - 1,5
400
3
700
2-3
1500
3-5
800
1,5 - 2
900
6-9
1600
6
850
4-5
600
2.5 - 4.5
1000
2-3
1300
1,5 - 3
1400
2-3
1200
1,5 - 3
680
2 -4
720
1 - 1.2
1320
5-9
2640
1.8 - 5
1980
1,5
1020
2.5 - 3
2070
1.2 - 2.7
650
2.1 - 2.9
1450
0.7 - 1.5
1600
2.5 - 3.5
1000
4.3 - 4.9
1030
3-7
1600
1 - 1.2
1900
0.7 - 2.5
1300
2.5 - 3
192

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89

Nama Saluran Sekunder


Panjang (m) Lebar (m)
1050
2,8
Saluran Wonorejo I-II
800
3.75 - 4.5
Saluran Sumber Mulyo
780
2 - 2.5
Saluran Tembok Dukuh
810
2-5
Saluran Jalan Opak
650
6,8
Saluran Jepara
1200
2 - 4.75
Saluran Dupak Ps.Turi
1250
0.8 - 3.5
Saluran Kutilan PA.Pesapen
1693
2.5 - 4
Saluran Ronggolawe
2165
0.6
- 2.85
Saluran Mojopahit
1100
1.2 - 1.5
Saluran Bubutan
900
1.5 - 2
Saluran Embong Malang
300
2.5 - 3
Saluran Komering
600
1.5
- 3.5
Saluran Petemon Kuburan
1400
1 - 3.5
Saluran Pregolan Bunder
700
2.5 3
Saluran Krembangan Jaya Selatan
1100
2.5 - 3
Saluran Ikan Mungsing
700
34
Saluran Juwono
1400
1.5 - 2.5
Saluran Embong Kemiri
300
1.5 - 4
Saluran Keputran
400
2.5 - 3
Saluran Cempaka
800
3
Saluran Ciliwung
1150
2.5 - 3
Saluran Ikan Cucut
1000
3-4
Saluran Anwari
150
12
Saluran Sriwijaya
1200
2
-3
Saluran Raci
1300
6-8
Saluran Kali Anyar
900
4.5
Saluran Tengger
2000
1.2 - 2
Saluran Manukan Kulon
200
6
Saluran Bibis
2900
4-6
Saluran Candi Lempung
1100
2-4
Saluran Karang Poh
1400
4
Saluran Darmo Indah
1300
4
Saluran Tandes Kidul
950
1.6 - 5
Saluran Satelit Utara
450
45
Saluran Sukomanunggal
900
1-5
Saluran Tanjung Sari
1300
7-8
Saluran Simohilir Barat
1600
6-8
Saluran Putat Gede
950
8
Saluran Simohilir Raya
400
7
Saluran Simo Pomahan
1200
7
Saluran Kalangan
600
3.5
Saluran Simo Katrungan
1400
0.9 - 3
Saluran Simo Rukun
500
4
Saluran Simo Rejo
500
1.5
-4
Saluran Simorejo Sari
193

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134

Nama Saluran Sekunder


Saluran Tambak Mayor
Saluran Tambak Lumpang
Saluran Asemrowo
Saluran Ngaglik Putat Gede
Saluran Dukuh Kupang Barat
Saluran Simo Gunung Kramat
Saluran Mayjend. Sungkono
Saluran Dukuh Pakis
Saluran Lidah Wetan-Kulon
Saluran Jeruk
Saluran Babadan Indah
Saluran Babadan Karangan
Saluran Wiyung
Saluran Menganti
Saluran Gemol Kedurus
Saluran Gogor
Saluran Jajar Tunggal
Saluran Gunung Sari
Saluran Bogangin I
Saluran Bogangin Baru
Saluran Kebraon
Saluran Kebraon Manis
Saluran Prima Kebraon
Saluran Pondok Maritim
Saluran Karang Klumpik Barat
Saluran Balas Klumprik
Saluran Gayung Sari
Saluran Gayung Kebon Sari
Saluran Wonokromo Tangkis
Saluran Jetis Kulon
Saluran Margorejo
Saluran Bendul Merisi Timur
Saluran Bendul Merisi Besar
Saluran Tepi Jl. A. Yani
Saluran Jemursari Prapen
Saluran Jemur Wonosari
Saluran Kutisari
Saluran Sarono Jiwo
Saluran Kali Rejo
Saluran Kali Rungkut
Saluran Tenggilis Mejoyo
Saluran Rungkut Kidul
Saluran Rungkut Asri Lor
Saluran Kedung Asem
Saluran Penjaringan Sari

Panjang (m) Lebar (m)


1000
1
3000
2-7
1400
1-4
1100
1-2
800
3 - 3.5
1150
1.5 - 2
750
1.5 - 3
550
1.5 - 2.6
1250
7 - 10
1260
8
1240
1-3
1460
3-5
1800
3-8
1780
2.5
1000
10 - 11
710
5-8
1200
3.5 - 8
2050
7
1400
3
1900
1.5 - 3
1800
1.5 - 5
1400
1.5 - 5
1300
3-5
1100
1.5 - 5
1400
3-5
1350
1.5 - 5
1800
2-7
2000
2,5 - 7
3500
2,5 - 7
1400
1-3
1500
1,5 - 2,5
1250
36
950
45
1600
1,5 3
3800
4,5 6
550
2 - 3,5
1000
2 - 3,5
1800
1,5 8
1300
25
1800
57
1100
2 - 3,5
900
46
1200
57
1300
13
2300
1,5 5
194

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No
Nama Saluran Sekunder
Panjang (m) Lebar (m)
135 Saluran Semolowaru
3200
5-7
136 Saluran Manyar
1250
56
137 Saluran Manyar Rejo
1100
3,5 5
138 Saluran Ngagel Wasono
550
1 - 3,5
139 Saluran Ngagel Jaya Selatan
1400
27
140 Saluran Krukah
1100
1 - 2,5
Sumber: Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya (2010)

2). Telaga/Bozem
Selain sungai, sistem hidrologi Surabaya juga ditentukan keberadaan beberapa
Telaga/Bozem. Telaga/Bozem dibangun karena Surabaya merupakan kota yang rawan
banjir dengan daerah resapan air yang semakin berkurang akibat berkembangnya daerah
industri dan perumahan. Telaga/Bozem adalah salah satu sumber air tawar yang
menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia.
Sedangkan bozem merupakan kolam besar tempat menampung air, baik yang berasal dari
air hujan maupun dari aliran sungai agar tidak banjir.
Telaga/Bozem berfungsi sebagai pengatur sistem hidrologi, yaitu dengan
menyeimbangkan aliran sungai di hilir dan hulu sungai, serta memasok air ke sumber air
lainnya seperti akuifer (air tanah), sungai dan persawahan. Dengan demikian
telaga/bozem dapat mengendalikan banjir pada waktu musim penghujan dan menyimpan
air pada waktu musim kemarau yang digunakan untuk cadangan irigasi persawahan pada
musim kemarau.
Secara umum telaga/bozem dimanfaatkan masyarakat untuk pengendalian dan
penampungan/penyimpanan air, irigasi, dan sebagian untuk tempat budidaya ikan. Ada
juga yang memanfaatkannya untuk sarana olah raga seperti ski air seperti yang terdapat di
bozem kedurus. Telaga dan Bozem yang ada di Kota Surabaya terlihat pada Tabel 3.37.

195

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Tabel 3.37 Daftar Bozem/Telaga di Kota Surabaya


Nama Bozem /
Telaga

Luas
(ha)

Volume
(m3)

1.

Sambikerep

0,80

16.000

S : 0716'08,2"
E : 11239'08,2"

2.

Telaga
Manukan Tirto

0,20

4.000

S : 0716'13,7"
E : 11240'04,1"

No.
I

Rayon

Titik Koordinat

Tipe Ekosistem

Pemanfaatan
Bozem/Telaga

Dokumentasi

TANDES
Persawahan,
tegalan, dan
pemukiman

Pemukiman dan
tegalan.

Digunakan untuk ternak


ikan bandeng, ikan tombro,
dan udang vannamei.

Digunakan untuk mencegah


banjir pada musim peghujan
karena di sekitar telaga
terdapat pemukiman padat.
Pada saat kemarau, telaga
dalam keadaan mongering
dan ditanami pohon pisang,
digunakan untuk kolam
ternak lele, ternak bebek,
dan ternak ayam.

196

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Nama Bozem /
Telaga

Luas
(ha)

Volume
(m3)

3.

Telaga
Manukan

0,30

6.000

S : 0715'37,03"
E : 11240'09,4"

4.

Sumber
Langgeng

0,30

6.000

S : 0713'21,36"
E : 11235'35,59"

Pemukiman,
tegalan, jalan, dan
makam

Telaga Sumber Langgeng


dimanfaatkan untuk tambak
ikan bandeng, ikan nila, dan
ikan tombro.

5.

Sumberejo

0,30

6.000

S : 0713'29,1"
E : 11236'51,8"

Pemukiman,
sekolah, dan
tegalan.

Digunakan untuk tadah


hujan dan mencegah banjir

No.

Rayon

Titik Koordinat

Tipe Ekosistem
Pemukiman, jalan
perkampungan,
semak-semak,
pohon pisang, dan
tegalan lainnnya

Pemanfaatan
Bozem/Telaga

Dokumentasi

Digunakan untuk mencegah


banjir di wilayah Kelurahan
Manukan Kulon.

197

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No.
6.

Rayon

Nama Bozem /
Telaga

Luas
(ha)

Volume
(m3)

Sememi

5,00

100.000

Titik Koordinat
S : 0715'38,5"
E : 11238'04,9"

7.
8.
9.
II

Lontar
Tanjungsari
Margomulyo
JAMBANGAN

0,30
0,17
0,10

6.000
3.400
2.080

Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan

1.

Wonorejo 1

1,05

21.021

S : 0718'33,64"
E : 11249'21,7"

Tipe Ekosistem
Tanah lapang,
pemukiman, jalan,
dan tegalan.

Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan

Laut, jalan, tegalan,


dan mangrove

Pemanfaatan
Bozem/Telaga

Dokumentasi

Digunakan untuk mencegah


banjir, pemancingan ikan
(nila, patin, kuthuk)

Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan

Masih direncakan
Masih direncakan
Masih direncakan

Digunakan untuk
mengendalikan banjir dan
wisata air seperti
pemancingan ikan.

198

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Nama Bozem /
Telaga

Luas
(ha)

Volume
(m3)

2.

Wonorejo 2

2,00

40.000

S : 0718'30,7"
E : 11249'23,8"

3.

Wonorejo 3

2,91

58.155

4.

Bratang

1,72

34.493

No.

Rayon

Titik Koordinat

Tipe Ekosistem

Pemanfaatan
Bozem/Telaga

Laut, jalan, tegalan,


dan mangrove

Digunakan untuk
mengendalikan banjir dan
wisata air seperti
pemancingan ikan.

S : 0718'37,0"
E : 11249'21,9"

Laut, jalan, tegalan,


dan mangrove

Digunakan untuk
mengendalikan banjir dan
wisata air seperti
pemancingan ikan.

S : 0718'12,5"
E : 11245'17,5"

Pemukiman, jalan,
dan tegalan.

Di Bozem Bratang terdapat


rumah pompa yang
digunakan untuk mengatur
aliran air saluran Kalisumo
agar tidak terjadi banjir.
Bozem ini juga digunakan
untuk peternakan ikan lele,
ikan kuthuk, dan ikan nila.

Dokumentasi

199

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Nama Bozem /
Telaga

Luas
(ha)

Volume
(m3)

5.

Jambangan

0,59

11.760

S : 0718'51"
E : 11242'48,8"

Pemukiman, tanah
lapang, dan tegalan
.

Digunakan untuk
pemancingan ikan oleh
warga sekitar
.

6.

Rungkut
(SIER)

16,00

320.000

S : 0719'59,8"
E : 11245'33,2"

Kawasan industri,
pohon peneduh
jalan, dan jalan
raya.

Digunakan sebagai tadah


hujan agar tidak banjir.
Bozem dibangun di
lingkungan daerah industry
yang minim tanah terbuka
sebagai tempat resapan air.

0,55

11.060

S : 0718'48,8"
E : 11245'05,2"

Pemukiman,
tanaman peneduh
jalan, tegalan, dan
jalan.

Digunakan oleh warga


untuk kolam pemancingan
ikan.

No.

Rayon

7.

III.

Sidosermo
(PDK)

Titik Koordinat

Tipe Ekosistem

Pemanfaatan
Bozem/Telaga

Dokumentasi

GUBENG

200

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

No.

Rayon

Nama Bozem /
Telaga

Luas
(ha)

Volume
(m3)

Kalidami

2,70

54.000

1.

Titik Koordinat
S : 0716'27,9"
E : 11248'03,8"

Tipe Ekosistem
Tegalan (eceng
gondok dan
semak), jalan, dan
pemukiman.

Pemanfaatan
Bozem/Telaga

Dokumentasi

Di Bozem Kalidami
terdapat rumah pompa yang
digunakan untuk mengatur
volume air dari saluran
Kalidami. Digunakan juga
untuk memelihara ikan lele,
ikan kething, dan ikan
kuthuk.

.
Kenjeran
(Kepiting)

2.
IV.
1.

V.

7,50

150.000

Masih direncakan

80,50

1.610.00
0

S : 0713'23,8"
E : 11242'32,2"

Masih direncakan

Masih direncakan

Masih direncakan

GENTENG
Morokrembang
an

Tempat pelatihan
akademi AL, jalan,
laut dan mangrove.

Digunakan untuk
peternakan lele.

WIYUNG

201

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Nama Bozem /
Telaga

Luas
(ha)

Volume
(m3)

1.

Kedurus

37,00

740.000

S : 0719'20,7"
E : 11242'17,0"

Tegalan, pohon
peneduh jalan, dan
jalan.

Digunakan untuk olah raga


ski air, irigasi sawah,
pemancingan ikan, dan
banyak ditumbuhi tanaman
eceng gondok yang
dimanfaatkan oleh warga
untuk kerajinan tangan
seperti tas, dompet, topi,
mebel, dll.

Lakarsantri

0,54

10.800

S : 0717'4,1"
E : 11237'43,89"

Tegalan, dan jalan.

Digunakan sebagai tempat


pemancingan oleh warga
sekitar telaga.

No.

Rayon

Titik Koordinat

Tipe Ekosistem

Pemanfaatan
Bozem/Telaga

Dokumentasi

Sumber: Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, 2010 dan data diolah oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya (2012)

202

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Tabel 3.38 Daftar Bozem/Telaga Tahap Rencana di Kota Surabaya


No.

1.

2.

Rayon

Nama

Luas

Volume

Titik

Bozem/Telaga

(Ha)

(m3)

Koordinat

7,50

150.000

Gubeng Kenjeran
(Kepiting)

Tandes

Lontar

0,30

6.000

S : 0715'16,7"
E : 11248'19,2"

S : 0716'19,0"
E : 11240'11,1"

Tipe Ekosistem

Di area tanah
lapang

Di tengah
persawahan,
banyak tanaman
pisang dan bambu
di sekeliling area
tersebut.

Pemanfaatan
Bozem/Telaga

Dokumentasi

Masih direncakan
(area Kenpark)

Masih direncakan
(Jln. Candi
lempung IX)

203

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

3.

4.

Tanjungsari

Margomulyo

0,17

0,10

3.400

S : 0715'27,2"
E : 11241'49,5"

Tempat
pergudangan dan
industri, jalan
perkampungan,
pemukiman

Masih direncakan
(Jln.
Sukomanunggal
Baru PJKA)

2.080

S : 0714'23,7"
E : 11240'55,5"

Jalan tol, jalan


raya margomulyo,
jalur hijau, dan
saluran

Masih direncakan
(Dekat Pintu Tol
Arah Tandes)

Sumber: Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya,2012dan dokumentasi hasil survey Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya (2012)

204

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Keterangan:
1. Bozem Kalidami, terletak di muara Kalidami. Bozem merupakan
penampungan aliran air dari 3 penjuru saluran yakni Utara: saluran
Bhaskarasari, Mulyosari, Dharmahusada; Selatan: Kejawan Keputih, ITS,
Gebang dan Barat dari Kalidami, Kertajaya, Manyar Sabrangan.
2. Bozem Bratang, terletak di muara Kali Sumo. Bozem ini dibantu dengan
stasiun pompa Bratang, merupakan penampungan sementara air dari Kali
Sumo yang alirannya menuju Kali Wonokromo.
3. Bozem Morokrembangan, termasuk dalam wilayah drainase Surabaya Barat.
Merupakan muara dari saluran saluran pematusan yang ada di bagian barat.

3). Air Tanah


Menurut Peraturan Walikota Surabaya No. 56 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelayanan
Perizinan Pengelolaan Air Bawah Tanah, pengertian Air Bawah Tanah atau yang biasa
disebut Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan mengandung air di bawah
permukaan, termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah.
Sedangkan untuk akuifer atau lapisan pembawa air adalah lapisan batuan jenuh air di
bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam cukup dan
ekonomis.
Kota Surabaya tidak memiliki mata air ataupun sumber mata air. Meskipun tidak
mempunyai mata air atau sumber mata air, Kota Surabaya memiliki air tanah dengan jenis
yang berbeda-beda dan air permukaan berupa Kali yang berasal dari Kali Brantas.
Perbedaan jenis air tanah ini dipengaruhi oleh jenis pohon dan jenis tanah yang
mempunyai kemampuan untuk menampung, menahan dan mengalirkan air.
Karakteristik dan Penyebaran Jenis Akuifer
Air tanah dan produksi akuifer di Kota Surabaya terdiri atas dua jenis yang meliputi
akuifer
dengan
aliran melalui ruang antar butir dan akuifer (bercelah atau
bersarang) produktif kecil,
serta daerah air tanah langka. Pengertian dari akuifer
adalah suatu unit geologi yang jenuh
dan
mampu memasok air kepada sumur atau,
mata air sehingga dapat digunakan sebagai sumber
air. Dari kedua jenis akuifer
ternyata akuifer jenis pertama yang banyak terdapat di Kota Surabaya, terutama pada
wilayah utara, timur dan selatan kota menyusur ke arah pesisir pantai. Karakteristik dan
penyebaran dari masing-masing jenis akuifer tersebut adalah sebagai berikut:
a. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir.
Akuifer jenis ini terdapat di dataran pantai, lembah sungai dan pegunungan terlipat dan
terdiri atas dua jenis meliputi:
- Akuifer produktif sedang:
Tersebar di bagian utara, pusat dan selatan serta sebagian wilayah timur dan barat Kota
Surabaya. Karakteristik dari akuifer ini adalah: akuifer dengan keterusan sedang sampai
rendah, paras air tanah beragam dari atas sampai di bawah permukaan tanah dan serahan
sumur < 5 l/detik.
- Akuifer produksi sedang dan setempat:
205

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Sebagian besar jenis akuifer ini terdapat di bagian barat Kota Surabaya terutama pada
sebagian wilayah Kecamatan Benowo, Lakarsantri, Tandes, Sukomanunggal dan Dukuh
Pakis. Karakteristik dari akuifer ini adalah: akuifer dangkal kebanyakan tidak menerus,
tipis dengan keterusan rendah sampai sedang serta serahan sumur <5 l/detik.
b. Akuifer bercelah atau sarang produktif kecil dan daerah air tanah langka:
Akuifer dari jenis ini terdiri dari tiga jenis akuifer yang penyebarannya terdapat pada
pesisir sebelah utara dan timur serta bagian barat Kota Surabaya. Karakteristik dari
masing-masing akuifer adalah sebagai berikut:
- Akuifer produktif kecil, setempat berarti:
Tersebar di bagian barat dan selatan Kota Surabaya dan keterusan rendah sampai sangat
rendah, setempat air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah
lembah atau pelapukan batuan padu.
- Daerah air tanah langka:
Terdapat di bagian barat kearah bagian selatan Kota Surabaya
- Akuifer produktif kecil, setempat berarti, menutupi akuifer batu gamping produktif :
Terdapat pada pesisir di bagian utara dan timur Kota Surabaya, yaitu sebagian Kecamatan
Benowo, Asemrowo, Tandes, Gununganyar, Sukolilo, Rungkut dan Mulyorejo.
Keberadaan Air Tanah Berdasarkan Material Penyusun
Keberadaan Air Tanah berbeda dilihat berdasarkan material penyusun batuan, yaitu :
1. Air tanah pada material lepas
a. Daerah aliran air tanah, berasal dari tanah alluvial yang berada di kanan kiri
sungai yang mengalir. Daerah ini potensial karena material air sungai yang lepas
dan mengisi air tanah.
b. Daerah lembah mati, berbentuk bekas lembah sungai yang sudah tidak dilewati
aliran sungai. Potensi air tanahnya cukup besar namun tidak sebesar aliran sungai.
c. Daerah dataran, daerah yang luas dengan endapan yang belum mengeras misalnya
pasir dan kerikil. Pengisian air berasal dari air hujan/sungai.
d. Daerah lembah antar gunung, dikelilingi perbukitan dan tersusun oleh lapisan
lepas dalam jumlah yang banyak. Pengisian air terjadi pada lereng-lereng
perbukitan.
2. Air tanah pada material kompak
a. Pada batu gamping, keberadaan air tanah dipengaruhi oleh adanya retakan sebagai
media transportasi air sampai mencapai zona jenuh air. Pada daerah kars, ditandai
adanya kekar/rekahan vertikal dan horisontal yang mudah meloloskan air. Air
sungai masuk melalui lubang kemudian masuk ke dalam tanah dan membentuk
sungai bawah tanah. Air tanah yang terkumpul cukup besar akan muncul kembali
ke permukaan disebut outflow dan akan mengalir ke pantai.
b. Pada batuan beku dan hasil aktivitas vulkanik, keberadaan air tanah dipengaruhi
oleh retakan dan lubang gas yang saling berhubungan.
Zona Kedalaman Air Tanah
Kedalaman Air tanah di Kota Surabaya di bagi menjadi 4 daerah :
206

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

1.

2.

3.
4.

Zona kedalaman air tanah 0-1 m


Meliputi wilayah Kecamatan Sukolilo, Tegalsari, Rungkut, Sukomanunggal,
Sebagaian Benowo bagian Timur.
Zona Kedalaman air tanah 1-2 m
Meliputi wilayah Kecamatan Genteng, Tandes, Asemrowo, Genteng, Gubeng,
Mulyorejo, Gayungan, Wonocolo.
Zona Kedalaman air tanah 2-3 m
Meliputi wilayah Kecamatan Kenjeran, Trenggilis Mejoyo, sebagian sebelah utara.
Zona kedalaman air tanah > 3 m
Meliputi wilayah Kecamatan Lakar santri, Wiyung, Sawahan, Dukuh Pakis.

207

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.68 Peta Kedalaman Air Tanah Kota Surabaya

208

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Daur Hidrologi
Air tanah merupakan salah satu fase air dalam siklus hidrologi, dimana air terkandung
dalam pori, rekahan, celah ataupun rongga di dalam batuan. Air tanah yang terdapat pada
lapisan pembawa air disebut akuifer.
Dalam proses hidrologi, air tanah terbentuk dari adanya air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah yang sebagian akan mengalir pada permukaan tanah. Biasanya akan
mengalir ke sungai-sungai serta sebagian lagi akan mengalami penguapan karena
penyinaran matahari. Air hujan yang meresap ke dalam tanah akan menjadi air tanah dan
selanjutnya dipompa untuk digunakan berbagai keperluan manusia. Sedangkan air yang
yang mengalami penguapan akan membentuk gumpalan awan yang selanjutnya akan
menjadi titik-titik air hujan. Proses ini akan terjadi secara terus menerus tanpa henti yang
secara jelas ditunjukkan pada Gambar 35.
Evapotranspirasi
Dalam daur Hidrologi, iklim mempengaruhi proses penguapan air. Proses penguapan
pada permukaan tanah (termasuk permukaan air) dan tumbuhan ke atmosfer disebut
Evapotranspirasi (Todd,1980). Proses evaporasi terhadap permukaan tanah (termasuk
permukaan air), bangunan, permukaan lain dan transpirasi tanaman bergantung pada
faktor temperatur, penyinaran matahari, kelembaban udara, kecepatan angin dan lain
sebagainya.
Infiltrasi Air Hujan
Air tanah dengan air hujan juga mempunyai hubungan yang erat. Air hujan sebagian akan
meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan menjadi air permukaan. Air akan mengisi
akuifer dan selanjutnya disebut air tanah. Proses penyerapan air tanah merupakan
penambahan air ke dalam tanah melalui proses infiltrasi yang akan meningkatkan
kelembaban tanah dan diteruskan ke air tanah. Proses Infiltrasi adalah proses masuknya
air hujan ke dalam lapisan permukaan tanah. Dalam proses infiltrasi didominasi oleh daya
hisap tanah pada kondisi tanah tak jenuh air. Pada saat tanah dalam kondisi jenuh air,
maka gerakan air dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Kecepatan air dan jumlah air yang
terinfiltrasi ke dalam tanah dipengaruhi oleh jenis tanah, kelengasan tanah, permeabilitas,
homogenitas tanah, heterogenitas tanah, penutup tanah, kondisi drainase, kedalaman
muka air tanah, intensitas dan jumlah hujan, kemiringan lereng, gradien temperatur, dan
kimiawi air hujan (Musgrave & Holtan, 1964; Wanielista, 1990; Miyazaki, 1993).
Hubungan Antara Air Tanah dan Air Sungai
Air Tanah dan Air Sungai mempunyai hubungan yang penting dalam hal pengisian air.
Sungai dapat berlaku sebagai pengisi air tanah maupun sebaliknya, dan umumnya sungai
utama mempunyai aliran tetap sepanjang tahun.

209

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Gambar 3.69 Diagram Skematik Siklus Hidrologi (Todd, 1980)

Intrusi Air Laut


Pemanfaatan air tanah hendaknya mengikuti konsep hasil aman (safe yield) atau konsep
hasil tetap (sustained yield). Hasil aman adalah jumlah air yang dapat diambil untuk
kepentingan manusia tanpa menguras persediaannya sampai bernilai ekonomis,
sedangkan hasil tetap adalah jumlah air yang diambil namun dapat
dipertanggungjawabkan kelangsungan keberadaannya. Jumlah air tanah yang
dimanfaatkan hendaknya seimbang dengan jumlah air yang terbentuk secara alamiah.
Pengambilan air tanah yang berlebihan tanpa perhitungan menyebabkan terjadinya
penurunan muka air tanah yang cukup besar. Air tanah yang terbentuk lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor alamiah, antara lain curah hujan tahunan, karakter akuifer dan
kemiringan lahan. Berikut potensi Air Bawah Tanah Kota Surabaya :
a. Wilayah Potensi Air Tanah Tawar Potensi Sedang
Wilayah ini terletak pada dataran alluvial, yang sebagian besar pada daerah ini
merupakan kawasan industri dan sudah terinstrusi oleh air laut. Daerah dengan
kondisi semacam ini terletak pada daerah perbatasan antara Kecamatan
Sukomanunggal dengan Kecamatan Sawahan berada di sebelah timur jalan tol menuju
Perak. Wilayah ini luasnya relatif kecil. Daerah ini termasuk wilayah pengambilan air
tanah intensif untuk dikembangkan terbatas untuk kebutuhan air minum, untuk
kegiatan jasa atau pemukiman, tidak disarankan untuk kegiatan yang memerlukan air
tanah cukup besar.
b. Wilayah Potensi Air Tanah Tawar Potensi Rendah
Wilayah ini terletak di daerah yang debitnya kurang lebih 2800 m3/hari. Daerah
dengan kondisi semacam ini dibedakan menjadi dua yaitu:
Wilayah air tawar dengan potensi rendah terletak di daerah perbukitan.
210

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Daerah ini terletak di sebagian besar Kecamatan Lakarsantri bagian utara,


sebagian daerah Kecamatan Dukuh Pakis sampai ke perbatasan dengan
Kecamatan Sawahan, sebagian dari Kecamatan Sukomanunggal (sekitar
bundaran tol daerah Darmo), serta bagian utara dari Kecamatan Wiyung. Daerah
tersebut merupakan wilayah air tawar dengan potensi sebesar sekitar 2800
m3/hari. Apabila dilihat pada peta kontur, air tanah dan peta hidrogeologi daerah
tersebut merupakan daerah recharge area (umpan air tanah). Untuk Kota
Surabaya, daerah tersebut tersusun atas material lempung yang bercampur
dengan material gunung api yang nilai keterusannya sangat besar. Wilayah sesuai
untuk daerah konservasi air tanah, sehingga pengambilan air tanah disarankan
pada daerah lereng perbukitan dengan persyaratan membuat sumur resapan.

Wilayah air tawar dengan potensi rendah terletak di daerah dataran.


Daerah ini terletak di sebagian besar Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan,
kecuali daerah perbatasan antara Wonokromo dan Wonocolo bagian timur sudah
mengalami intrusi air laut, air berasa agak payau dan bagian selatan dari
Kecamatan Gayungan, Wonocolo, dan Tenggilis. Wilayah air tawar di Surabaya
timur tersebar di daerah Rungkut bagian barat, Sukolilo bagian Barat, Gubeng
bagian barat dan Tambaksari bagian Barat. Wilayah ini mempunyai potensi
sekitar 1400 1800 m3/hari. Rendahnya debit air tanah, maka disarankan
pemanfaatnya untuk kebutuhan air minum rumah tangga atau sesuai untuk
pengembangan pemukiman.
c. Wilayah Air Tanah Agak Payau/Agak Asin Potensi Sedang
Daerah dengan kondisi ini terletak di kawasan industri yang terletak di Kecamatan
Sukomanunggal bagian Utara, Tandes dan sebagian Kecamatan Benowo. Air tanah
pada daerah ini sudah terintrusi oleh air laut, yang disebabkan oleh pemompaan yang
melebihi debit air tanah yang mengalir pada daerah tersebut. Potensi air tanah pada
daerah ini kurang lebih 6000 m3/hari. Daerah ini sesuai untuk pengembangan kawasan
industri karena potensinya besar dan kebutuhan air untuk industri persyaratannya
lebih longgar (Lihat Baku Mutu Air Golongan D untuk Industri Peraturan Pemerintah
No. 2/menklh/1988) jika dibandingkan untuk air minum. Pengambilan air tanah juga
perlu pengendalian, agar daerah ini tidak menjadi payau.
d. Wilayah Air Tanah Agak Payau/Agak Asin Potensi Rendah
Daerah ini tersebar di daerah Surabaya Barat dan sebagian besar Surabaya bagian
Timur, Surabaya Utara serta sebagian kecil dari Surabaya bagian Selatan. Untuk
Surabaya bagian Barat, wilayah ini terletak pada lereng perbukitan. Hal ini
menunjukkan bahwa intrusi air laut sudah menyebar pada sebagian Daerah Recharge
Area, sehingga perlu adanya pengendalian pemompaan air tanah pada daerah tersebut.
Daerah ini pemanfaatan air tanahnya sesuai untuk kebutuhan rumah tangga kecuali
untuk air minum.
e. Wilayah Air Tanah Payau/Asin
Daerah dengan kondisi semacam ini terletak pada daerah kawasan industri meliputi
daerah perbatasan antara Kecamatan Sukomanunggal dengan Tandes bagian Utara, di
perbatasan antara Tandes dan Kecamatan Benowo, di daerah Benowo bagian Barat
sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Gresik serta di daerah Rungkut bagian
211

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Timur. Air tanah pada daerah tersebut berasa asin/payau, sehingga tidak layak untuk
digunakan keperluan air minum.
Keadaan topografi Kota Surabaya mempengaruhi kondisi air tanah yang semakin
tercemar dengan air laut, dimana penggunaan lahan yang tidak optimal mempengaruhi
instrusi air laut. Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan
dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan
penyusun dataran umumnya berupa endapan alluvial yang terdiri dari lempung, pasir, dan
kerikil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di
dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Akuifer di
dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat
menjadi sumber air tanah yang baik terutama pada daerahdaerah pematang pantai.
Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu proses penyusunan air asin dari laut ke
dalam air tanah tawar di daratan.
Aktivitas manusia dalam penggunaan air di Kota Surabaya mempengaruhi kelestarian
alam yang dapat menimbulkan dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang
berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah
(pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai. Saat ini wilayah
yang mengalami dampak intrusi air laut meliputi :
1. Surabaya bagian Timur : Kenjeran, Bulak, sebagian Mulyorejo, Sukolilo, sebagian
Rungkut bagian Timur
2. Surabaya bagian Utara : Asemrowo, sebagian Tandes, Benowo, Pakal.
Saat ini jarak terjauh terdapat pada wilayah timur Kota Surabaya (Rungkut dan Sukolilo),
dengan jarak 10.993 m dari laut.
Dalam hasil Studi Penelitian Daerah Rawan Bencana Kegeologian yang dilakukan oleh
Dinas ESDM Propinsi Jawa Timur Tahun 2007, hasil analisis sampel air sumur penduduk
menunjukkan bahwa hampir seluruh titik sampel kandungan Cl-nya cukup tinggi. Pada
titik tertentu kandungan Cl sudah sangat tinggi, misalnya di wilayah Keputih, Mulyosari,
Kenjeran yang sudah melebihi angka 4000 ppm. Selain itu masih banyak pula titik
sampel yang kandungan Cl-nya melebihi 1000 ppm yang umumnya pada wilayahwilayah yang berhadapan dengan pesisir pantai.
Berdasarkan pemetaan kadar Cl seperti pada Gambar 36, menunjukkan bahwa sebagian
besar wilayah Kota Surabaya, baik di daerah pantai maupun di daerah pedalaman sudah
tercemar oleh air laut. Terbukti dari pemetaan intrusi air laut bahwa kawasan yang airnya
masih tawar hanya di bagian tengah kota, yang lokasinya mengarah dari tengah kota ke
barat dan ke utara, serta sedikit ke arah selatan. Sementara itu luas kawasan intrusi air laut
justru lebih besar dibanding kawasan yang belum terintrusi.
Sebagian besar barat laut, utara, timur, dan barat daya Kota Surabaya sudah mengalami
intrusi air laut (Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral, Jawa Timur, 2005). Sebagian
kawasan tengah dan selatan Surabaya juga sudah mengalami intrusi air laut. Secara
rinci luas kawasan yang tercemar oleh intrusi air laut sebagai berikut:

Kawasan air payau (kadar Cl antara > 2000 5000 ppm) = 2268 Ha (7,8%)
Kawasan air agak payau (kadar Cl antara > 500 2000 ppm) = 12.789 Ha
(44,03 %)
212

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Kawasan intrusi ringan (kadar Cl antara > 250 500 ppm) = 7.767 Ha (26,74
%)
Luas wilayah yang sudah mengalami intrusi air laut sebesar 22.814 Ha
(78,54%), sedangkan luas wilayah yang belum terintrasi air laut (air masih
tawar) seluas 6.235 Ha (21,46 %).
Melihat kenyataan saat ini dan mengingat perkembangan Kota Surabaya yang semakin
pesat, maka bukan mustahil suatu saat nanti air tanah di seluruh wilayah Surabaya akan
menjadi asin (terintrusi) apabila penataan ruangnya tidak diperhatikan. Dilihat dari
sebaran pencemaran air tanah oleh unsur Cl seperti Gambar 30, maka dapat diduga bahwa
proses intrusi air laut terjadi melalui :

Pergeseran batas air laut dan air tawar (interface) di daerah pantai.
Pergeseran terjadi karena pengambilan air tanah di sekitar pantai melebihi
kemampuan (yield) sumberdaya air tanah. Pengambilan air tanah yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah (palung),
sehingga interface akan semakin bergeser kearah daratan. Hal ini disebabkan
desakan air laut untuk mencapai keseimbangan dengan air tanah. Sejalan dengan
perkembangan kota, maka gerakan interface ini cenderung semakin jauh ke arah
daratan, sehingga pencemaran air tanah oleh intrusi air laut juga cenderung
semakin jauh ke arah daratan.

Pemompaan air tanah semi tertekan yang berlebihan di daratan.


Proses ini terjadi di kawasan tengah dan barat daya Kota Surabaya. Akibat
pemompaan yang berlebihan, maka air tanah semi tertekan dapat terjadi
ketidakseimbangan, sehingga yang tersedot pompa bukan air tawar lagi
melainkan air asin. Air asin yang tersedot ini dapat menyebar dan mencemari air
tanah bebas di sekitar tempat pemompaan yang mengakibatkan air dikawasan
ini memiliki kandungan Cl yang cukup tinggi.

Intrusi melalui muara sungai.


Air sungai di sekitar muara biasanya mengandung kadar garam yang cukup
tinggi, sebagai akibat intrusi air laut pada air sungai. Air sungai yang berkadar
garam tinggi ini dapat bergerak dan mengisi air tanah di sekitarnya. Akibatnya
air tanah di sekitar sungai juga mengandung kadar garam yang cukup tinggi.
Proses intrusi ini memiliki perkembangan yang cenderung bergeser semakin
jauh ke arah daratan.

213

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

Sumber: BAPPEPROV JATIM, 2008


Gambar 3.70 Peta Sebaran Air Tanah Wilayah Kota Surabaya

214

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI


KOTA SURABAYA TAHUN 2012

(Sumber: Prodi. Teknik Geomatika ITS, 2011)


Gambar 3.71 Peta Tingkat Instrusi Air Laut Kota Surabaya

Berdasarkan Gambar 37, tingkat intrusi air laut Kota Surabaya pada masing masing
area, yaitu sebaran air tawar 7.587,41 Ha (23%), payau 9.717,49 Ha (29%), dan air
asin 15.961,95 Ha (48%).
Kondisi geologi
Secara geologi terbentuknya pantai di wilayah Surabaya merupakan hasil
pelebaran pantai akibat akumulasi endapan sungai, endapan pantai, maupun
delta. Akibatnya sejak awal air tanahnya sudah asin. Pencemaran oleh air laut
dapat terjadi apabila air tanah berada di bawah permukaan air laut. Meskipun
hanya bersifat sementara, umumnya pasang air laut dapat mempengaruhi air
tanah bebas pada sumur gali. Dari hasil pengamatan lapangan pada sumur
dangkal terlihat harga DHL di atas 1500 mikroohos/cm dan harga salinitas
lebih dari satu pada wilayah Semolowaru, Rungkut, dan Benowo memiliki
rasa payau/asin. Rasa payau/asin diduga karena adanya air asin yang terjebak
pada saat pengendapan di daerah tersebut.

215

Anda mungkin juga menyukai