Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SERUMEN
Definisi
Serumen adalah suatu campuran dari produksi kelenjar sebasea dan sekresi
apokrin dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dibagian
kartilago liang telinga luar. Serumen dapat keluar sendiri akibat migrasi epitel
kulit yang bergerak dari arah membrane timpani menuju ke luar serta dibantu oleh
gerakan rahang sewaktu mengunyah.
Kelenjar seruminosa terdapat di dinding superior dan bagian kartilaginosa
kanalis akustikus eksternus kemudian bercampur dengan sekret berminyak
kelenjar sebasea dari bagian atas folikel rambut membentuk serumen dan
membentuk lapisan pada kulit kanalis akustikus eksternus bergabung dengan
lapisan keratin yang bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada
permukaan yang mempunyai sifat antibakteri.
Etiologi
a. Produksi serumen yang berlebihan
b. Produksi serumen terlalu keras/kadar air kurang
c. Gangguan bentuk liang telinga
Produksi serumen yang berlebihan dan terlalu keras menyebabkan serumen
menumpuk dan mengeras sehingga membentuk blok di saluran telinga, hal
tersebut menyebabkan telinga terasa penuh, gangguan pendengaran dan nyeri
Gejala
1. Telinga terasa penuh
2. Gangguan pendengaran
3. Gatal-gatal
4. Rasa nyeri timbul apabila serumen keras membatu dan menekan dinding
liang telinga
Penanganan
a. Serumen lunak dapat dibersihkan dengan kapas yang dililitkan oleh
aplikator (pelilit).
b. Serumen yg lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga mendekati
membran timpani dapat dikeluarkan dengan irigasi liang telinga.
c. Serumen yang telah keras dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbogliserin 10 %, setelah itu dibersihkan dengan alat pengait atau
diirigasi.
d. Seruminolotik
1). Solutio Aqueos :
- 10% Sodium bicarbonate
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
2). Solusio Organic :
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine
- Various organic liquids (propylene glycerol, etc)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, oleate-condensate)
BENDA ASING
Dapat berbagai macam benda asing yang dapat ditemukan, antara lain
benda mati atau hidup, hewan, komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral. Usaha
mengeluarkannya malah terkadang justru mendorong lebih ke dalam, maka harus
hati-hati dalam tindakannya. Bila tidak, dapat merusak membrane timpani dan
telinga bagian dalam. Bila kemasukan binatang dan masih hidup, maka harus
dimatikan terlebih dahulu dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu
meneteskan cairan (missal larutan rivanol atau obat anestesi lokal) lebih kurang 10
menit, setelah itu baru dikeluarkan dengan pinset atau irigasi.
Etiologi
a. dapat berupa benda mati atau benda hidup, binatang, komponen tumbuhtumbuhan atau mineral
3
Pengobatan
a. Antibiotik(fluoroquinolone),(aminoglikosida)
b. Diperlukan juga tindakan debridement.
OTOMIKOSIS
Otomikosis merupakan infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh
kelembapan yang tinggi didaerah tersebut.
Etiologi
Yang tersering adalah Pityrosporum, Aspergillus. Kadang ditemukan Candida
albicans. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai
ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis.
Gejala
-
Berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula tanpa
keluhan.
Penatalaksanaan
-
asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing aid) dapat
menyebabkan radang kronis.Akibatnya terjadi stenosis atau penyempitan liang
telinga
karena
terbentuknya
jaringan
parut
(sikatriks).
Pengobatannya
Umur
Penyakit terkait
Nyeri
Gangguan pendengaran
Sisi telinga
Erosi tulang
Kulit telinga
Osteonekrosis
Otorea
KERATOSIS
KOLESTEATOMA
OBTURANS
Dewasa Muda
Sinusitis
Akut/berat
Konduktif/sedang
Bilateral
Sirkumferensial
Utuh
Tidak ada
Jarang
EKSTERNA
Tua
Tidak ada
Kronis/nyeri tumpul
Tidak ada/ringan
Unilateral
Terlokalisi
Ulserasi
Bisa ada
Sering
Penatalaksanaan
Oleh karena Keratosis Obstrurans disebabkan oleh peradangan kronis,
serta sudah terjadi gangguan migrasi epitel maka setelah gumpalan keratin
dikeluarkan, debris akibat radang harus dibersihkan secara berkala.
Penatalaksanaan
a. Stadium oklusi
Tujuan pengobatan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan
negatif di telinga tengah hilang.
1)
-
12 tahun)
HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik
dewasa)
2) Sumber infeksi harus diobati
b. Stadium Presepurasi
1) Antibiotik
2) Obat tetes hidung
3) Analgetik
c. Stadium Supurasi
1) Antibiotika
2) Miringotomi , bila membran timpani masih utuh (Miringotomi adalah
tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drenase
sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar)
d. Stadium perforasi
1) Antibiotika
2) Sekret banyak keluar dilakukan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5
hari
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih
dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila
perforasi menetap dan sekret keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua
bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis
Komplikasi
Sebelum ada antiboitika, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses
subperiosteal sampai komplikasi yang berat ( meningitis dan abses otak). Setelah
ada antibiotika, semua jenis komplikasi biasanya didapatkan sebagai komplikasi
miringotomi. Otitis media yang tidak diatasi menyebabkan OMSK, kehilangan
pendengaran permanen
2. Otitis Media Supuratif Kronis
Definisi
10
Etiologi
Kuman penyebab biasanya gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negative dan anaerob.
Letak Perforasi
a. Perforasi Sentral : Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh
tepi perforasi masih ada sisa membran timpani
b. Perforasi Marginal : Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
anulus atau sulkus timpanikum
c. Perforasi Atik : Perforasi di pars flaksida
Jenis OMSK
a. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa
saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di
sentral Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak
terdapat kolesteatom.
Prinsip terapinya adalah medicamentosa. Bila secret keluar terus,
diberikan obat cuci telinga yaitu larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
Setelah secret berkurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan
dengan obat tetes telingga yang mengandung antibiotic dan
kortikosteroid, tidak lebih dari 1- 2 minggu karena obat bersifat
ototoksik.
11
d. Vertigo
-Bila sekret telah kering, tapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan, idealnya dilakukan miringoplasti / timpanoplasti
-Bila sekret tetap ada, terjadinya infeksi berulang, sumber infeksi harus
diobati terlebih dahulu, mungkin jg perlu melakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi & tonsilektomi
Penatalaksanaan
a. Terapi OMSK tipe aman
Sekret keluar terus menerus obat pencuci telinga H2O2 3% 3-5
hari
Sekret berkurang obat tetes telinga yang mengadung antibiotik
dan kortikosteroid
Sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi
selama 2 bulan miringoplasti (jenis timpanoplasti yang paling
ringan)
atau
timpanoplasti
Opersi
ini
bertujuan
untuk
Labirintis
Abses retro aurikula
Komplikasi intrakranial: meninginitis, abses ekstradural, abses otak.
Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK
tipe tubatimpani pun dapat menyebabkan suatu komplikasi
13
Otitis media dengan efusi ditandai dengan adanya cairan di telinga tengah
dengan mebran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi, bila efusi tersebut encer
disebut otitis media serosa, jika efusi kental disebut otitis media mukoid.
Etiologi
a. Otitis Media Serosa
Akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah
ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan
tekanan hidrostatik
b. Otitis Media Mukoid
Sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat dalam mukosa tengah,
tuba eustachius, dan rongga mastoid
Otitis Media Serosa
1). Otitis Media Serosa Akut : Keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba
Etiologi
-
Sumbatan tuba
Inveksi virus
Alergi
Idiopatik
Gejala klinis
-
Pendengaran berkurang
Pasien merasa telinga tersumbat
Pasien merasa suara tedengar lebih nyaring
Terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi
kepala berubah
Rasa sakit (kecuali bila disebabkan oleh virus dan alergi)
Tinitus, vertigo, pusing ringan
Diagnosis
a. Otoskopi
- Terlihat retraksi Membran timpani
- Kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam
kavum timpani
Penatalaksanaan
a. Vasokonstriktor lokal (tetes hidung), antihistamin, perasat valsava
b. Miringotomi bila 1 atau 2 minggu bila gejala masih menetap
2). Otitis Media Serosa Kronik (glue ear)
14
Penatalaksanaan
a.
b.
TULI KONDUKTIF
Definisi
Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian
yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Biasanya gangguan ini
reversible karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah.
15
Etiologi
-
Patofisiologi
Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bias saja
menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea.
Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau
suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau
suara yang di dengarnya.
Manifestasi Klinis
-
Diagnosis
1. Test Rinne
Prinsip :
- Test ini untuk membedakan HU dgn HT
- Hantaran Udara dengan Hantaran tulang (normal HU> HT)
Prosedur pemeriksaan :
-
Interpretasi :
-
16
2. Test Weber
Prosedur pemeriksaan :
-
pangkal hidung)
Kemudian tanyakan yang diperiksa mana terdengar pada kedua telinga
atau sama
Interpretasi :
17
3. Test Schwabach
Prosedur Pemeriksaan :
-
Schwabach normal/sama
Schwabach memanjang
Schwabach memendek
TULI SENSORINEURAL
Definisi
Gangguan pendengaran akibat adanya gangguan terhadap hantaran suara
akibat adanya kelainan yang terjadi pada telinga dalam. Dapat disebabkan oleh
kelainan atau kerusakan pada koklea (rumah siput), saraf pendengaran dan batang
otak sehingga bunyi tidak dapat diproses sebagaimana mestinya. Tuli
sensorineural dapat diklasifikasikan menjadi tuli koklea dan tuli retrokoklea
Etiologi
a. Tuli sensoneural koklea
- Aplasia (Kongenital)
- Labirinitis
- Intoksikasi obat (Streptomisin, Kanamisin, Garamisin, Neomisin, Kina,
Asetosal dan Alkohol
Trauma kapitis dan trauma akustik
Pajanan bising
b. Tuli sensorineural retrokoklea
- Neuroma akustik
- Tumor sudut pons serebelum
- Mieloma multipel
- Cedera dan perdarahan otak
- Akibat penggunaan obat, suara keras dan usia lanjut
1. Tuli Saraf pada Usia Lanjut (Presbikusis)
Tuli sensorineural frekuensi tinggi (>100 Hz), umumnya mulai usia 65
-
tahun dan simetris pada telinga kanan dan kiri, disebabkan proses degenerasi di
telinga dalam, termasuk kedalam tuli retrokoklea
Etiologi :
a. Proses degenerasi
b. Faktor herediter
c. Pola makanan
d. Metabolisme
18
e.
f.
g.
h.
Ateriosklerosis
Infeksi
Bising
Gaya hidup
Patofisiologi
Proses degenerasi telinga dalam pada lansia
Faktor herediter, hipertensi, penyakit sistemik, multifaktor
Perubahan struktur koklea dan nervus akustik
Atrofi dan degenerasi sel-sel rambut openunjang pada organ corti, perubahan
vaskular pada stria vaskularis, jumlah dan ukuran sel ganglion saraf menurun,
kekakuan membran basilar
Pendengaran berkurang secara perlahan, progresif, dan simetris pada kedua
telinga
Telinga berdenging, pasien dapat mendengar tapi sulit memahami
Bila intensitas suara tinggi dapat timbul nyeri, disertai tinitus dan vertigo
Manifestasi Klinis
a. Pendengaran berkurang secara perlahan, progresif dan simetris pada kedua
telinga
b. Telinga berdenging
c. Pasien dapat mendengar suara percakapan tapi sulit memahaminya
terutama bila cepat dan tempatnya ramai
d. Dapat disertai tinitus dan vertigo
e. Pada pemeriksaan otoskop tampak membran timpani suram dan
mobilitasnya kurang
Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Rinne (+), weber : lateralisasi ke telinga yang sehat, swabach :
memendek
b. Pemeriksaan audiometri murni menunjukkan tuli saraf nada tinggi,
bilateral, dan simetris
c. Pemeriksaan audiometri khusus didapatkan adaptasi abnormal berupa
kelelahan dengan metode TTD dan STAT
19
Pemeriksaan penunjang
-
berat
Pemeriksaan audio tutur memberi hasil tuli sensorineural
Pemeriksaan audiometri khusus terdapat fenomena rekrutmen yaitu terjadi
peningkatan sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas ambang
dengar
Penatalaksanaan
-
Terapi penyebab
Evaluasi fungsi pendengaran dilakuka tiap minggu selama satu bulan
20
pendengaran
Pada pasien tuli total bilateral dipertimbangkan untuk dilakukan implan
koklea
Kurang pendengaran
Kadang tinitus
Sukar menangkap percakapan
Kesulitan mendengar dan memahami percakapan di tempat ramai (cocktail
party deafness)
Tes Rinne (+), weber : lateralisasi ke telinga yang sehat, swabach :
memendek
Pemeriksaan penunjang
-
Penatalaksanaan
-
VERTIGO
Definisi
Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
berputar atau badan yang berputar. Vertigo berasal dari bahasa latin vertere
yaitu memutar. Vertigo termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang
dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau
dunia seperti berjungkir balik. Vertigo paling sering ditemukan adalah Benign
21
ke otak untuk
menjaga
22
bagian
dalam
(menyebabkan
benign
paroxysmal
positional vertigo)
b. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c. Herpes zoster
d. Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
e. Peradangan saraf vestibuler
f. Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
a. Sklerosis multipel
b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya
c. Tumor otak
d. Tumor yang menekan saraf vestibularis
Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya
dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Ada beberapa teori yang
berusaha menerangkan kejadian tersebut yaitu:
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation). Teori ini berdasarkan
asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis
semisirkularis sehingga fungsinya terganggu, akibatnya akan timbul
vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik. Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan
masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer
yaitu
mata/visus,
vestibulum
dan
proprioceptif,
atau
23
pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan
yang aneh/tidak sesuai dengan pola 3 gerakan yang telah tersimpan,
timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru
tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi
sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik. Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf
otonom sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis
timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim
parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral. Di antaranya teori histamin (Takeda), teori
dopamin (Kohl) dan teori serotonin (Lucat) yang masing-masing
menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam pengaruhi sistim
saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori Sinap merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang
terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan
menimbulkan 4 stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin
releasing
factor),
peningkatan
kadar
CRF
selanjutnya
akan
24
pusing berputar seolah-olah dirinya bergerak atau berputar atau seolah-olah benda
di sekitarnya bergerak atau berputar. Ditanyakan pula profil waktu, apakah
timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksismal, kronik, progresif
atau membaik. Ditanyakan pula apakah terdapat gangguan pendengaran yang
biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis.
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan
lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik
seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru dan
kemungkinan trauma akustik juga dapat memicu terjadinya vertigo.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab, baik
kelainan sistemik, otologik atau neurologik-vestibuler atau serebeler, dapat berupa
pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus
dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk
menentukan penyebab, apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan
kelainan susunan saraf pusat (korteks serebrum serebelum, batang otak atau
berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik, selain itu harus dipertimbangkan pula
faktor psiikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung,
hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemia, hipoglikemi.
25
26
27
28
ke atas, bawah kiri dan kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama makin
cepat, kemudian diikuti dengan gerakan fleksi-ekstensi kepala berulang dengan
mata tertutup, yang makin lama makin cepat.
Brandt-Daroff Maneuver
Etiologi
29
Hidrops endolimfatik yang berakhir dengan degenerasi sel sel rambut pada
koklea dan neuro epitel di kanalis semisirkularis
Gejala klinis
a. Vertigo
b. Mual dan muntah
c. Secara periodik penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan
adanya tekanan di dalam telinga.
d. Pendengaran di telinga yang terkena berfluktuasi (kadang jelas, kadang
kurang) tetapi semakin lama semakin memburuk.
e. Tinitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum,
setelah maupun selama serangan vertigo.
f. Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan
pada10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga
Klasifikasi
1. Penyakit meniere Vestibular
Tanda dan gejala:
a. Vertigo hanya bersifat episodic
b. Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada
telinga yang sakit
c. Tak ada gejala koklear
d. Tak ada kehilangan pendengaran objektif
2. Penyakit meniere Klasik
Tanda dan gejala:
a. Vertigo
b. Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
c. Tinitus
3. Penyakit meniere koklea
Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran
sensorineural progresif sehubungan dengan tinitus dan tekanan dalam
telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.
Tanda dan gejala:
30
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Diagnosa
Pengobatan
1. Untuk meringankan vertigo bisa diberikan scopolamin, antihistamin,
barbituratatau diazepam.
2. Tindakan pembedahan untuk mengurangi vertigo adalah neurektomi
vestibuler, dimana dilakukan pemotongan saraf yang menuju kekanalis
semisirkularis (bagian dari telinga tengah yang mengatur keseimbangan).
3. Jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi gangguan pendengaran yang
berat,dilakukan labirintektomi, yaitu pengangkatan koklea (bagian dari
telinga tengahyang mengatur pendengaran) dan kanalis semisirkularis.
Pencegahan
Taktik perawatan diri tertentu dapat membantu mengurangi dampak penyakit
Meniere.
1. Duduk atau berbaring segera ketika Anda merasa pusing. Selama episode
vertigo, hindari hal-hal yang dapat membuat tanda-tanda dan gejala
lebih buruk, seperti gerakan tiba-tiba, lampu-lampu terang, menonton
televisi atau membaca.
31
Anda
sering
mengalami
episode
vertigo.
Melakukan
hal
itu
32