PEMBIMBING
dr.Heri SP.OT
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Junaedi
Usia
: 29 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Jl. Sindang Jaya
Status
: Belum Menikah
ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis tanggal
21Juni 2015
Keluhan Utama:
Terdapat closed
fraktur
di
sebelah tangan
kanan
Keluhan
Tambahan (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak baik
Kesadaran: compos mentis
Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36C
Status Generalis :
Kepala
Normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak terdapat jejas maupus
benjolan
Mata
Bentuk normal, simetris, pupil bulat dan isokor, conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak lagsung (+/+).
Telinga
Normotia, liang telinga lapang, tidak hiperemis, sekret (-/-), serumen (+/+), membran timpani utuh, benda
asing (-/-).
Hidung
Bentuk normal, tidak ada deformitas, septum deviasi (-), konka hipertrofi (-/-), tidak hiperemis, sekret (-/-).
Mulut
Bibir luka (-), hematom (-), trismus (-), gigi- geligi dalam batas normal, oral hygiene baik.
Leher
Inpeksi : jejas (-), oedem (-), hematom (-)
Palpasi :Bentuk normal , tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid, nyeri tekan (-)
Thorax
Paru Paru
Inspeksi : gerak napas kanan dan kiri simetris, retraksi sela iga (-/-),
jejas (-),oedem (-), hematom (-), deformitas (-)
Palpasi
: vocal fremitus simetris kiri dan kanan, nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan dinding perut (-), defense muscular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Genitalia
Tidak ada jejas, tidak terdapat nyeri
Ekstremitas
DBN
Status Lokalis
Status lokalis regio humerus dekstra :
Look :
(+) pembengkakan di tungkai atas kanan; (-) angulasi; (-) rotasi; terdapat closed fraktur
Feel :
(+) tidak terdapat nyeri tekan pada fraktur tersebut
Move :
(-) aktif terbatas
Diagnosis Sementara
LABORATORIUM
Tanggal 21 Juli 2015,
Hematologi
Hb
: 13,7
(13,7-17,5 g/dl)
Leukosit : 8.150
(4.200-9.100/ul)
Hematokrit : 42,2
(40-51 %)
Trombosit : 374.000 (163.000337.000/ul)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Lakukan operasi
Dan Observasi
PROGNOSIS
Ad Vitam
: ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
Definisi
Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas
tulang , tulang rawan sendi,tulang rawan epifisial
baikyang bersifat total maupun parsial pada
tulang humerus.
Etiologi
Kebanyakan
Klasifikasi
1.
2.
3.
Komplikasi
a. Early :
Lokal :
- Vaskuler : compartement syndrome
Trauma vaskuler
- Neurologis : lesi medulla spinalis atau saraf perifer
sistemik : emboli lemak
- Crush syndrome
Emboli paru dan emboli lemak
b. Late :
- Malunion : Bila tulang sembuh dengan fungsi anatomis
abnormal (angulasi, perpendekan, atau rotasi) dalam waktu
yang normal
- Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang
lebih dari normal
- Nonunion : Fraktur yang tidak menyambung dalam 20 minggu
- Kekakuan sendi/kontraktur
Penatalaksanaan
Terapi konservatif :
Proteksi
Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Traksi
Terapi operatif
ORIF
Indikasi ORIF :
- Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi
- Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
- Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
- Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik
dengan operasi
- Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
- Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore
Tindakan debridement dan posisi terbuka
Penyembuhan fraktur :
Fase Peradangan :
Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung atau
sekitar fragmen fraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan
cairan yang kaya protein ini merangsang lekosit PMN dan Makrofag
yang fungsinya fagositosis jendalan darah dan jaringan nekrotik
Fase Proliferasi :
Akibat jendalan darah 1 2 hari terbentuk fibrin yang menempel pada
ujung ujung fragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai
anyaman untuk perlekatan sel sel yang baru tumbuh sehingga
terjadi neovaskularisasi dan terbentuk jaringan granulasi atau
procallus yang semakin lama semakin memadat sehingga terjadi
fibrocartilago callus yabg bertambah banyak dan terbentuklah
permanen callus yang tergantung banyak atau sedikitnya celah pada
fraktur.
Fase Remodelling
Permanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang
sedangkan sisanya direabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis
semula.
Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalianfungsi dan kekuatan
normal dengan rehabilitasi
Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis
normal.
Metode reduksi :
Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang
ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi
dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila
diperlukan diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips,
bidaiatau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi danmenstabilkan ektremitas
untuk penyembuhan tulang. Rontgen harus dilakukan untukmengetahui apakah fragmen tulang telah dalam
kesejajaran yang benar.
Traksi
Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksidisesuaikan dengan
spasme otot yang terjadi. Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikansedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah
2.
3.
Immobilisasi
4.
5.
Prinsip
pemasangan traksi :
Tali
Berat
ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agarreduksi dapat
dipertahankan
Pada
Traksi
Pemberat
harus cukup tinggi di atas permukaan lantai. Traksi yang dipasang harusbaik dan terasa
nyaman.
Reduksi
NON UNION
Kegagalan penyatuan fragmen fraktur sepenuhnya. Setelah periode penyatuan yang jauh lebih lama
daripada periode normal
Ada 2 tipe :
1. Fibrous non union
Hanya terjadi penyatuan jaringan fibrosa. Masih dimungkinkan adanya potensi penyatuan tulang jika
diimobilisasi secara rigid dalam waktu yang cukup dan penghambat penyembuhan fraktur seperti
infeski diberantas. Jika pada pemeriksaan radiologis didapatkan ujung tulangyang sklerosis, ahli bedah
harus mengindkusi penyatuan dengan cangkok tulang autogen
2. Psedu arthrosis
Gerakan terus-menerus pada fragmen fraktur merangsang pembentukan sendi palsu (pseudo
arthrosis ) yang komplit dengan kapsul yang menyerupai kapsul synovial ( rongga lengkap dengan
cairannya ). Non union yang terjadi tidak dapat disatukan bahkan dengan imobilisasi yang lama
sehingga dibutuhkan cangkok tulang. Cangkok tulang konselus autogen lebih efektif daripada cangkok
kortex luas.
Penyebab :
Distraksi dan pemisahan fragmen
Interposisi jaringan lunak diantara fragmen-fragmen
Terlalu banyak gerakkan pada garis fraktur
Persendian darah lokal buruk
Gejala klinis :
Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang
mengalami cedera. Nyeri, memar dan pembengkakkan adalah gejala yang sering ditemukan, tetapi
gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak. Deformitas jauh lebih mendukung.
DELAYED UNION
MALUNION
Fragmen
DAFTAR PUSTAKA
TERIMA KASIH