1 MM CEDERA KEPALA
Rohumaniora B
1102011244
50 % dari kematian karena trauma berhubungan dengan trauma kepala, dan lebih dari
60 % kematian trauma kendaraan bermotor akibat injury pada kepala.
Untuk menyangka sebuah injury kepala nilailah dengan seksama keadaan kerusakan
benda / barang yang dibentur kepala korban atau kerusakan kendaraan yang berhungan
dengan korban.
Gerakan yang terjadi pada trauma kepala :
Kepala yang menabrak benda diam sering mnyebabkan injury otak dan tengkorak
yang multiple.
Bagian kepala yang membentur langsung benda diam akan mengalami kemungkinan
fraktur tulang dan otak di balik tulang itu mengalami memar
( contusio )
Bagian yang berlawanan dengan benturan langsung bisa mengalami perdarahan
akibat dari peregangan jaringan di tempat itu
Pukulan atau benda bergerak terhadap kepala yang sedang diam, akan menyebabkan
fractur pada daerah yang terpukul ( terimpak ), jika fragment tulang berlanjut
menekan otak maka kontusio atau bahkan laserasi otak dapat terjadi
Therapy :
a. Obat anti nyeri non narkotik
b. Toksoid pada luka terbuka
Penderita dapat diobservasi selama 12 24 jam di Rumah Sakit
Anamnese singkat
CT. scan berikutnya tidak ditemukan adanya lesi masa yang memerlukan
pembedahan
Penderita jatuh pada keadaan koma, penatalaksanaanya sama dengan CK. Berat.
Airway harus tetap diperhatikan dan dijaga kelancarannya
III. CEDERA KEPALA BERAT ( GCS 3 8 )
Kondisi penderita tidak mampu melakukan perintah sederhana walaupun status
kardiopulmonernya telah distabilkan
CK. Berat mempunyai resiko morbiditas sangat tinggi
Diagnosa dan therapy sangat penting dan perlu dengan segara penanganan
Tindakan stabilisasi kardiopulmoner pada penderita CK. Berat harus dilakukan
secepatnya.
A. Primary survey dan resusitasi
Di UGD ditemukan :
30 % hypoksemia ( PO2 < 65 mmHg )
13 % hypotensia ( tek. Darah sistolik < 95 mmHg ) Mempunyai mortalitas 2
kali lebih banyak dari pada tanpa hypotensi
12 % Anemia ( Ht < 30 % )
1.
2.
B. seconady survey
Penderita cedera kepala perlu konsultasi pada dokter ahli lain.
C. Pemeriksaan Neurologis
GCS
Lakukan pemijitan pada kuku atau papila mame untuk memperoleh respon
motorik, bila timbul respon motorik yang bervariasi, nilai repon motorik yang
terbaik
Catat respon motorik dari extremitas kanan dan kiri secara terpisah
Catat nilai GCS dan reaksi pupil untuk mendeteksi kestabilan atau
perburukan pasien.
D. Prosedur Diagnosis
VII. TERAPY MEDIKAMENTOSA UNTUK TRAUMA KEPALA
Tujuan utama perawatan intensif ini adalah mencegah terjadinya cedera sekunder
terhadap otak yang telah mengaalami cedera
A. Cairan Intravena
Cairan intra vena diberikan secukupnya untuk resusitasi penderita agar tetap
normovolemik
Perlu diperhatikan untuk tidak memberikan cairan berlebih
Penggunaan cairan yang mengandung glucosa dapat menyebabkan
hyperglikemia yang berakibat buruk pada otak yangn cedera
Cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah NaCl o,9 % atau Rl
ATLS doc. Head Trauma
IV. Klasifikasi :
Cedera kepala diklasifikasikan dalam beberapa aspek, secara prakatis dikenal 3 deskripsi
klasifikasi yaitu berdasarkan :
A. Mekanisme cedera kepala.
1. Cedera kepala tumpul, berhubungan dengan kecelakaan mobil / motor, jatuh atau
pukulan benda tumpul
2. Cedera kepala tembus, disebabkan oleh peluru atau luka tusuk
Adanya penetrasi selaput dura menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera
tembus atau cedera tumpul.
B. Beratnya
GCS penelaian secara kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara umum untuk
menilai beratnya cedera kepala.
GCS 3 8 dikatakan koma dimana penderita tidak mampu melaksanakan perintah,
tidak dapat mengeluarkan suara dan tidak dapat membuka mata.
GCS 15 dikatakan sadar dimana penderita mampu membuka kedua mata dengan
spontan, mematuhi perintah dan berorientasi baik.
C. Morfologi
ATLS doc. Head Trauma
10
Perdarahan kepala yang tidak terkontrol akan mengakibatkan syock. Atasi syok
dengan pemasangan IV canule yang besar (bila perlu 2 line ), beri cairan yang
memadai. (lihat penatalaksanaan hemoragik syok)
Pemberian obat-obatan lasix, manitol dilapangan tidak dianjurkan, begitu pula obat
penenang tidak boleh diberikan tanpa supervisi dokter.
II. Penatalaksanaan di Rumah Sakit.
Begitu diagnosa ditegakan, penanganan harus segera dilakukan
Cegah terjadinya cedera otak sekunder dengan cara :
Pertahankan metabolisme otak yang adekuat
Mencegah dan mengatasi hyper tensi
A. Mempertahankan kebutuhan metabilisme otak
Iskemia otak atau hypoxia terjadi akibat tidak cukupnya penyampaian oksige ke
otak, metabolisme perlu oksigen dan glucosa.
Usahakan PaO2 > 80 mmHg
Pertahankan PaCO2 26 28 mmHg
Trnsfusi darah mungkin diperlukan sebagai oxygen carrying capacity
B. Mencegah hypertensi intra cranial
Hypertensi ini dapat terjadi akibat :
Masa lesi
Pembengkakan otak akut
Odema otak
Cara mengatasi HT. :
a. Lakukan hypocapnia
Konsentrasi Co2 arteri mempengaruhi sirkulasi otak
Co2 meningkat terjadi vasodilatasi sehingga menigkatkan volume
intrakranial
Co2 menurun terjadi tekanan intra kranial menurun
Tindakan hyperventilasi :
Menurunkan intra cerebral acidosis
Meningkatkan metabolisme otak
Anjurkan hyperventilasi dan pertahankan Pco2 antara 26 28 mmHg
Hati-hati pada saat melakukan tindakan intubasi
b. Kontrol cairan
Cegah overhidrasi
IV jangan hypoosmolar
Jangan dilakukan loading
c. Diuretic :
Manitol menurunkan volume otak dan menurunkan tekanan intra kranial
Dosis 1 gr / kg BB IV cepat
Furosemid 40 80 mg IV (Dewasa)
Lakukan observasi dengan ketat
d. Steroid
Tidak direkomendasikan pada cedera kepala akut
Manifestasi lain pada cedera kepala
A. KEJANG.
Tidak selalu diikuti epilepsi kronik
ATLS doc. Head Trauma
11
12
4.
Barbiturat, digunakan untuk mem"bius" pasien sehingga metabolisme otak dapat
ditekan serendah mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan menurun; karena
kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih terlindung dari kemungkinan kerusakan akibat
hipoksi, walaupun suplai oksigen berkurang.
5.
Pemberian obat-obat neurotropik untuk membantu mengatasi kesulitan/gangguan
metabolisme otak, termasuk pada keadaan koma.
a) Piritinol, merupakan senyawa mirip piridoksin (vitamin B6) yang dikatakan
mengaktivasi metabolisme otak dan memperbaiki struktur serta fungsi membran sel.
Pada fase akut diberikan dalam dosis 800-4000 mg/hari lewat infus. Tidak dianjurkan
pemberian intravena karena sifatnya asam sehingga mengiritasi vena.
b) Piracetam, merupakan senyawa mirip GABA - suatu neurotransmitter penting di otak.
Diberikan dalam dosis 4-12 gram/ hari intravena.
c) Citicholine, disebut sebagai koenzim pembentukan lecithin di otak. Lecithin sendiri
diperlukan untuk sintesis membran sel dan neurotransmitter di dalam otak. Diberikan
dalam dosis 100-500 mg/hari intravena.
f. Pemeriksaan Penunjang
1.
CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan
ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
2.
Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
3.
X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan / edema), fragmen tulang.
4.
Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
5.
Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intrakranial.
13