Anda di halaman 1dari 19

SUBSTANSI TERLARUT

Berbagai mineral yang ada di


larutan menentukan kelayakan air
tanah untuk berbagai keperluan.
Berikut ini adalah mineral yang
paling penting yang terdapat dalam
kuantitas substansi di air tanah.

CALCIUM

Adalah salah satu logam alkali tanah, selain


magnesium, barium, beryllium dan
strontium.
Calcium terdistribusi luas di kulit bumi dan
ada di hampir setiap tanah.
Dengan adanya carbon dioxide, calcium
biasanya terlarut sampai 20 ppm (sebagai
Ca) pada atmosfir dan sampai 100 ppm
pada tekanan yang lebih tinggi
Kehadiran garam sodium dan potassium di
air menambah kelarutan calcium carbonate

MAGNESIUM

Magnesium adalah salah satu elemen yang


paling berlebihan di batuan gunung berapi.
Bersama dengan calcium, yang sifatnya hampir
mirip, menyebabkan hardness di air tanah.
Kelarutannya sekitar sepuluh kali dibandingkan
calcium.
Konsentrasi magnesium di air tanah bervariasi
dari nol sampai 50 ppm di air dengan
magnesium atau batuan kapur dolomite.

SODIUM

adalah salah satu logam alkali, selain adalah


potassium, lithium, rubidium dan casium.
Hampir semua campuran sodium adalah
mudah larut dan juga tidak berperan dalam
pengerakan (pembentukan kulit kerak)
sumur .
Sodium tidak menyebabkan kesadaan air,
tetapi sangat penting untuk penentuan
kualitas air irigasi.
Konsentrasi sodium (sebagai Na) di air tanah
bervariasi dari 1 sampai 50 ppm, walaupun
air bawaan mungkin mempunyai 10.000
sampai 100.000 ppm sodium

POTASSIUM
Potassium, yang sedikit lebih kurang
dijumpai dari sodium, adalah sama
sifatnya dengan sodium. Di air tanah
konsentrasi biasanya berkisar 10 ppm,
dan bisa meningkat sampai 15 ppm.

SILICON

Hampir semua silica (SiO2) ada di tanah sebagai


kristal quart yang tidak mudah larut.
Dalam air, silicon berasal dari dekomposisi mineral
silicate dan penghancuran bentuk non-kristal yang
sedikit terlarut.
Air tanah umumnya mengandung 1 sampai 30 ppm
silica, walaupun sampai 100 ppm kadangkala
dijumpai. Silicate menyebabkan naiknya pH air.
Silica tidak berpengaruh pada kesadahan air. Tentu
saja, dalam hal pengerakan air, tersimpan sebagai
calcium atau magnesium silicate yang tidak mudah
larut pada asam atau bahan kimia lain yang dipakai
untuk pengolahan kimia air sumur.

IRON

Iron yang terlarut di air menyebabkan tersumbatnya pipa,


pengerakan saringan sumur, dan mengotori plumbing dan
pakaian. Ia berasal dari sumber mineral dan dari selubung
sumur, bagian pompa dan obyek iron lainnya dari air tanah yang
corrosive ini.
Terjadinya di air tanah lewat dua tahap oksidasi, berupa ion ferro
bervalensi dua atau iron ferri bervalensi tiga.
Kelarutan iron tergantung kepada nilai pH dan kehadiran carbon
dioksida. Iron ferro sebagai Fe (OH)2 dapat dilarutkan sampai
100 ppm pada pH 8 dan sampai 10.000 ppm pada pH 7.
Dalam kehadiran carbon dioksida kelarutan ferro carbonate 1
sampai 10 ppm pada pH antara 7 dan 8, meskipun dapat
menjadi 100 ppm untuk pH 6 sampai 7.
Kelarutan garam ferri (sebagai Fe) lebih rendah dari 0.005 ppm.
Oksidasi atau pengurangan power sistem dihitung sebagai
redox potensial atau Eh dalam volt.
Sifat iron di air alam berkaitan dengan pH dan Eh seperti
dijelaskan oleh Hem dan Cropper (1960).

MANGAN

Mangan ada di air tanah umumnya dalam frekwensi


yang lebih kecil dan konsentrasi yang lebih kecil (lebih
dari 0.2 ppm) dari iron yang mirip sifatnya.
Dijumpai sebagai mangan bicarbonate yang terlarut
yang berubah menjadi mangan hidroksida yang tidak
larut jika berkontak dengan oksigen.
Kotoran yang disebabkan mangan lebih sulit
dihilangkan daripada iron. Slime yang dibuat oleh
bakteri serupa dengan bakteri iron yang juga
mengoksidasi garam mangan menjadi bentuk tidak
terlarut.
Mangan terlarut dan iron dapat distabilkan dengan
penambahan sejumlah kecil sodium
hexametaphosphate ke air tanah sebelum berkontak
dengan udara. Ini menunda presipitasi campuran iron
dan mangan, waktu penundaan bervariasi dengan
kuantitas bahan kimia yang ditambahkan.

SULPHATE
Sulphate di air tanah sebagian besar berasal dari
gypsum (CaSO4) atau dari oksidasi pyrite. Calcium
sulphate dapat larut di air murni sampai sekitar 1.500
ppm sulphate (SO4) dan masih bisa lebih jika ada
sodium chloride.
Jika ada barium (yang jarang), sulphate tidak lebih dari
2 ppm. Magnesium sulphate (garam Epsom) dan
sodium sulphate (garam Glauber) jika ada di air dalam
kuantitas yang cukup akan memberikan rasa pahit, dan
membuat air agak setengah laxative (menimbulkan
rasa mual).
Air dapat mempunyai konsentrasi sulphate lebih dari
100.000 ppm jika hanya ada sedikit atau tidak ada
calcium didalamnya.

NITRATE

Nitrate utamanya berasal dari tumbuhan atau air


limbah. Beberapa tumbuhan mengambil nitrogen di
atmosfir dan membentuk nitrate.
Kandungan nitrate tinggi umumnya indikasi
pencemaran dari air permukaan dan kemungkinan
hadirnya bakteri yang merugikan. Kemungkinan ini
meningkat jika konsentrasi chloride yang tinggi juga
ada.
Kandungan nitrate di air permukaan yang tidak
tercemar umumnya kurang dari 1 ppm, dan
kadangkala meningkat menjadi 5 ppm.
Di air tanah, rentangnya mungkin sangat besar, dari
hampir nol sampai 1000 ppm. Kandungan nitrate lebih
dari 50 ppm menurut UNESCO dianggap merugikan
bahwa karena dapat menyebabkan penyakit yang
disebut meskipun tidak merugikan bagi anak-anak dan
orang dewasa.

GAS TERLARUT

Gas terlarut memegang peranan


penting dalam korosi dan pengerakan
saringan sumur.
Sangat sulit untuk ditentukan
kuantitasnya dengan analisis air,
karena segera setelah air sampel
kontak dengan tekanan udara yang
lebih rendah, mereka akan keluar dari
larutan.
Kelarutan gas bervariasi langsung
dengan tekanan dan kebalikan dengan
temperatur.

OKSIGEN

Kuantitas oksigen terlarut di air tanah umumnya


sangat rendah, karena hampir semua oksigen terlarut
dari atmosfir dipakai untuk oksidasi bahan organik
selama pengaliran air dibawah tanah.
Lebih dari 20 ppm udara dapat dilarutkan di air pada
tekanan atmosfir 0C yang menghasilkan oksigen 10
ppm. Oksigen terlarut mempercepat kegiatan korosi
air pada steel, iron, galvanised iron, dan brass
(kuningan) khususnya jika pH rendah.
Air mengandung oksigen terlarut dengan electrical
conductance tinggi adalah korosif meskipun pH nya 8
atau lebih.

HYDROGEN SULPHIDE

Hydrogen sulphide yang lebih dari 0.5 ppm


menyebabkan tanah sangat berbau. Ia berbentuk
asam lemah di larutan yang bersifat korosif,
khususnya untuk copper.
Pada beberapa air tanah dijumpai bakteri pengurang
sulphate. Ia tumbuh dengan subur pada lingkungan
dengan konsentrasi sulphate tinggi dan yang tidak
ada oksigen dan mengubah sulphate menjadi
hydrogen sulphide yang kemudian bereaksi dengan
iron menghasilkan kerak iron sulphide.
Korosi ini mengakibatkan pengerakan. Hasil korosi
menempati volume yang lebih besar daripada logam
asli sehingga air yang lewat dapat tersumbat.

CARBON DIOXIDE
Gas ini diserap dari atmosfir lewat turunnya air
hujan dan dari akar tumbuhan dan matinya
vegetasi. Ia membantu mempertahankan
calcium dan magnesium carbonate di larutan
dengan merubahnya menjadi bicarbonate.
Kuantitas carbon dioxide yang masih tinggal
pada suatu larutan tergantung pada peningkatan
temperatur dan tekanan, pada pH air dan
kuantitas bicarbonate alkalinity di air tanah

RADIONUCLIDE

Ini adalah nuclide yang tidak stabil yang dapat didecay


menjadi species lain dari nuclide, dan diukur dalam
microcuries (c).
Urainum (U235 dan U230) ada di air tanah umumnya dalam
rentang 0,00005 sampai 0,0001 ppm.
Radium (Ra220) umumnya lebih kecil dari 10-9 c/ml.
Radon (Rn222) umumnya kurang dari 3 x 10-5c/ml.
Tritium (H3) rentangnya antara 1 dan 10 tritium unit (TU),
setiap unit menghasilkan sekitar 3,2 x 10-9c/ml activity.
Umur bahan organik di air tanah dapat diperoleh dengan
pengukuran kandungan O14. Air minum tidak boleh
mengandung lebih dari 3 x 10-9c/ml radium dan lebih
dari 1 x10-9c/ml strontium.

DISSOLVED SOLID

Total dissolved solid (TDS) didapatkan dengan


menimbang residu sesudah sampel air tanah
dievaporasi (melalui proses ini beberapa garam
mungkin juga hilang).
Kehadiran berbagai mineral umumnya dalam
bentuk part per million (ppm) dari berat ion.
TDS juga dapat ditentukan dengan penjumlahan
konsentrasi berbagai ion yang ditentukan secara
terpisah; nilai yang diperoleh sekitar 4-10% lebih
kecil dari TDS aktual .

HARDNESS
(KESADAHAN)

Hardness adalah bentuk umum yang sering


dipakai untuk melukiskan impurities yang ada
didalam air tanah, dan juga menunjukkan
besarnya kehilangan sejumlah sabun yang dipakai
sebelum terbentuk air sabun (yang berbuih).
Hardness yang banyak mengkonsumsi sabun ini
sebagian besar disebabkan oleh calcium dan
magnesium, melalui asam bebas, logam berat dan
alkali tanah lainnya menghasilkan produk
insoluble (tidak mudah larut) pada reaksi dengan
sabun.

ALKALINITY DAN
ACIDITY

Alkalinity adalah kemampuan untuk menetralkan asam


dan disebabkan oleh asam yang berdisosiasi lemah di
larutan dan karenanya masuk ke reaksi hidrolisis.
Pada air tanah netral alkalinity umumnya karena
carbonate dan bicarbonate, ada di air dari kapur atau
deposit concrete yang mungkin disebabkan oleh
hydroxide.
Umumnya dilaporkan dalam bentuk ekivalen sejumlah
carbonate (CO3--) atau calcium carbonate CaCO3. Jadi
dengan pH 6 air disebut acidic berdasarkan pH tetapi
masih mempunyai titrasi alkalinity.

Acidity disebabkan karena adanya asam bebas (seperti


H2SO4 atau HCl atau hidrolisis dari suatu cation dalam
larutan.
Acidity bebas umumnya dinyatakan dalam bentuk ion
(H+), dan ditentukan dengan titrasi dengan standard
alkali sampai pH sekitar 4.5. Total acidity biasanya
dinyatakan sebagai H2SO4 dan ditentukan dengan
titrasi sampai pH 7 atau 8.2.
Dalam air normal alkalinity (CO3--) umumnya tidak lebih
dari 10 ppm. Pada air dengan sodium tinggi
kemungkinan sampai 50 ppm dan air alkali (pH lebih dari
4.5) kemungkinan mempunyai nilai setinggi 250 ppm.
Acidity ditemukan di air tercemar oleh air pabrik, atau
datang dari tambang, deposit sulphifde dsb, dan dapat
berkisar dari nol untuk air netral sampai beberapa ratus
ppm sebagai H2SO4 untuk pH sekitar 2.5. Ion Chloride,
sulphate dan nitrate tidak mempengaruhi alkalinity atau
acidity air.

Anda mungkin juga menyukai