Kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi Koentjaraningrat,
mendefinisikan budaya sebagai daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu (Koentjaraningrat, 2000).
Lebih jauh lagi, Koentjaraningrat memaparkan penjelasan dari J. J Honigmann tentang
gejala kebudayaan dan memberi istilah tiga wujud kebudayaan yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebaga isauatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma, peraturan, dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola daro
manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Jadi, kebudayaan atau disingkat budaya, menurut Koentjaraningrat merupakan
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus, nilai-nilainya sudah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu sebelum Indonesia di proklamasikan sebagai negara kesatuan. Nilai-nilai tersebut
berupa peninggalan-peninggalan atau hasil karya pada zaman kerajaan, ide, nilai-nilai adat
istiadat, nilai-nilai religius, dan kebudayaan.
Zaman Kerajaan
Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia yang bercorak Hindu. Nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia pada zaman Kerajaan Kutai adalah ditemukan beberapa Yupa,
berbentuk menhir, yang bertuliskan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Mulawarman
adalah seorang raja yang baik dan bijaksana, sosok yang termasyur pada sejarah Kerajaan
Kutai.
Kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepi Sungai Musi, memiliki beberapa nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia, yaitu :
1. Hasil-hasil karya berupa prasasti-prasasti seperti Prasasti Nalanda (menceritakan
hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola),
Prasasti Kota Kapur (paling tua), Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talangtuo,
Prasasti Karang Berahi, Prasati Ligor, dan Prasasti Telaga Batu yang berbentuk batu
lempeng segi-lima berkepala ular kobra dengan cerat (sebagai sarana untuk
melaksanakan upacara sumpah calon pejabat).
2. Kunjungan I-tsing, seorang peziarah Budha dari China yang pertama ke Kerajaan
Sriwijaya.
3. Kriteria raja pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan Kerajaan
Sriwijaya adalah : Samraj (berdaulat atas rakyat), Indratvam (memerintah seperti
Dewa Indra yang selalu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya), dan Ekachattra
(mampu memayungi seluruh rakyatnya)
4. Selain prasasti, ditemukan peninggalan hasil karya manusia lain berupa candi,
seperti Candi Gedong, Candi Kedaton, Candi Astono, dan Kolam Telagorajo.
Kerajaan Mataram Budha, yang bercorak Budha dan menganut aliran Syailendra,
mempunyai nilai-nilai budaya bangsa Indonesia diantaranya :
1. Candi Borobudur yang merupakan Candi terbesar yang pernah dibangun untuk
menghormati sang Budha. Borobudur memiliki tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan
atas. Bangunan kaki yang disebut Kamadhatu menceritakan tentang kesadaran yang
dipenuhi dengan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatangan. Bagian badan atau
Ruphadatu, yang bermakna sebuah tingkatan kesadaran manusia yang masih terikat
hawa nafsu, materi, dan bentuk. Terkahir adalah bagian Aruphadatu yang tidak lagi
terikat hawa nafsu dan materi, digambarkan berupa bentuk stupa induk yang kosong.
2. Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Gedong Songo.
3. Penemuan prasasti-prasasti antara lain Prasasti Sojomerto, Prasasti Kalasan,
Prasasti Ratu Boko.
4. Pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk para pendeta.
Kerajaan Mataram Hindu, menganut aliran Sanjaya, beberapa nilai budaya bangsa
Indonesia diantaranya :
1. Sanjaya selalu menganjurkan perbuatan luhur kepada para prajurit dan
penggawanya. Empat macam perbuatan luhur untuk mencapai kehidupan sempurna
adalah Tresna (cinta kasih), Gumbira (bahagia), Upeksa (tidak mencampuri urusan
orang lain), dan Mitra (kawan, sahabat, saudara, atau teman)
2. Rakai Panggalan memberikan rambu-rambu dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, seperti berikut Keselamatan dunia supaya diusahakan agar tinggi
derajatnya. Agar tercapai tujuannya tapi jangan lupa akan tata hidup
3. Rakai Warak sangat mengutamakan ketertiban yang berlandaskan pada etika dan
moral, tiga pesan yang ia berikan adalah :
a. Kewajiban raja adalah jangan sampai terlena dalam menata, meneliti,
memeriksa dan melindungi.
b. Pakaian raja adalah menjalankan dengan adil dalam memberi hukuman dan
ganjaran kepada yang bersalah dan berjasa.
c. Kekuatan raja adalah bisa mengasuh, merawat, mengayomi, dan memberi
anugrah.
4. Candi Prambanan yang merupakan kompleks percandian dengan candi induk
menghadap ke timur.
5. Prasasti Canggal, yang menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa)
yang merupakan agama Hindu beraliran Siwa di desa Kunjarakunja.
6. Prasasti Balitung atau Metyasih yang ditemukan di desa Kedu. Isinya menceritakan
pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Metyasih karena telah
berjasa besar terhadap Kerajaan serta membuat nama para raja-raja Mataram Kuno.
Kerajaan Majapahit dengan dipimpin raja termashyurnya yaitu Hayam Wuruk mencapai
puncak kejayaannya. Berikut nilai-nilai budaya bagsa Indonesia pada Zaman Kerajaan
Majapahit.
1. Struktur pemerintahan yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
2. Majapahit memiliki pengaruh nyata dan berkelanjutan di bidang arsitektur di
Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun berbagai bangunan di Ibukota
Majapahit dalam Kitab Negarakertagama telah menjadi inspirasi di beberapa
wilayah.
3. Hasil karya berupa Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Mojokerto.
4. Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan yang tinggi.