ked
DASAR ANESTESIOLOGI
3 Januari 2000
Fisiologi (anatomi) :
- Pernapasan
- Kardiovaskuler
Farmakologi :
- Obat premedikasi
- Obat anestetik (IV dan inhalasi)
- Obat analgetik regional
- Obat yang terkait (emergency)
II. RJP
Kuliah film, demonstrasi, latihan mandiri
III. ICU
Gambaran umum
Indikasi masuk
Orientasi IGD, KU
Diskusi - ilustrasi kasus
Evaluasi
Peri Anestesia
Anestesi
Cara-cara anestesi
Sistem melingkar
Risdiansyah, S.ked
-
Stadium anesthesia
AE Guedel, eter
Komponen anestesia
(The Triad of Aesthesia)
1. Hipnosis
Tidur ringan
2. Analgesi (supressi refleks)
3. Relaksasi
Otot lurik
MAC %
1,92
105
0,75
1,7
1,2
Tekanan uap
(mmHg
20oC)
243
Koefisien
part darah /
gas
0,47
2,4
Risdiansyah, S.ked
-
Farmakokinetik
Obat masuk darah : terikat protein plasma
- Tidak aktif
- Bebas (aktif)
Teknik suntikan
1. Cari tempat jauh dari tempat operasi
2. Jarum cukup tajam
3. Cari vena permukaan yang menonjol
4. Desinfeksi yang baik
5. Cahaya sekitar harus cukup
Tempat suntikan
Semua vena dapat digunakan
Pilihan :
1. Daerah punggung tangan
2. Daerah sekitar pergelangan tangan
3. Daerah depan sendi siku
4. Daerah sekitar mata kaki dalam
Receptors
Free <--> bound
Plasma
Free drug (active)
Biotransformation
Keuntungan IV
1. Mula kerja cepat
2. Induksi mulus
3. Jarang iritasi pernapasan
4. Alat sederhana
5. Aman dengan listrik
6. Bangun cepat, kecepatan dosis besar
7. Bangun mulus
Kerugian Intravena
1. Infeksi / infeksi silang
2. Trauma jarum / kateter (saraf, arteri)
3. Hematoma pasca suntikan
4. Iritasi / nekrosis (Tio, dia, eto) propofol
5. Prolaps sirkulasi
6. Depresi napas (pronanidid)
7. Kadang-kadang sulit cari vena
8. Obat masuk tidak bisa keluar
Risdiansyah, S.ked
REGIONAL ANALGESIA
Sejarah
1884 Koeler : cocain halsted dan Hall
Block mandibula (New York)
1892 Karl Ludwig Schleich (Berlin)
1890 Redus (Paris) --> infiltrasi anestesi
1899 Einhorns novocaine
1931 Amethocaine
1929 Nupercaine
(Mies Cher dan Uhlman)
1943 Lignocaine
(Lofgran dan Lidqust)
1901 Harvey Cushing
(Regional anasthesia)
1916 Journal Regional Anesthesia
Keuntungan
70 M
55 M
40 M
100 M
Outside membrane
Firing treshold
Action potensial
(Na+ inwards K+ outwards)
Blok saraf
Analgesik lokal menghambat
membran
1.
2. Molekul-molekul menempati
sehingga kanal edema
Ester
- Cocain
- Procain
- Choroprocaine
Amide
- Lignocain
- Mepivacain
- Bupivacain
- Etidocain
- Ropivacain
depolarisasi
kanal-kanal
Toksisitas, tergantung :
- Jumlah obat
- Konsentrasi
- Ada / tidaknya adrenalin
- Vaskularitas (banyaknya pembuluh darah)
- Absorpsi
- Destruksi
- Hipersensitivitas
- Umur
Keuntungan digunakan adrenalin :
Risdiansyah, S.ked
SYNDROM SYOK
13 Januari 2000
-
Airway
- Bebaskan jalan napas : ekstensikan kepala
- Ada napas, pasti ada nadi
Ada nadi, belum tentu ada napas
- Melihat ada napas :
Melihat adanya usaha / gerakan nafass
dengan bantuan benang / tangan (depan
hidung).
Menilai adanya obstruksi :
Ada stridor (ada suara / norok) --> inspirasi /
ekspirasi.
Yang disebut jalan napas ? Stridor dari atas /
bawah.
Napas paradoxal : pada inspirasi, rongga
dada tidak mengembang, karena tekanan
negatif pada dada menarik pada euspirasi -->
mengembang
Triple Manouvre :
1. Ekstensikan kepala
2. Angkat mandibula
3. Dorong dagu ke atas
Alat untuk menahan lidah agar tidak jatuh :
Gudel
Breathing
Pemberian napas buatan
1 orang :
Tiup 2x, lihat dada mengembang atau tidak.
Kalau tidak --> obstruksi (benda asing)
Nilai :
1. Jalan napas
2. Paru mengembang
Pijatan jantung luar : 2 jari dari processus
xyphoideus.
Kompres dada jantung luar memberi kontribusi
30% cardiac output
Dalam 60 detik harus dilakukan : 4x
15 x PJL + 2 x napas buatan --> adalam 15 detik
Syok hipovolemik
Karena :
- Peradangan eksternal / internal
- Kehilangan cairan : diarrhea, muntah-muntah
- Capillary leakage ke rongga ke -3 setelah
trauma, pembedahan sepsis
Syok kardiogenik
- Jantung gagal berfungsi sebagai pompa
apapun sebabnya
- Gambaran hemodinamik sma dengan syok
hipovolemik
Ciri khas :
- Oedema pulmonum
- Pulsasi vena jugularis meningkat
Penyebab :
- Faktor-faktor yang mempengaruhi preload,
afterload, kontraktilitas irama --> disfungsi
miokard
Proldema utama :
- Jantung gagal berfungsi sebagai popa apapun
sebabnya
Bila cardiac index < 2 L/mm/O2
Risdiansyah, S.ked
PCWP > 17 - 20 mmHg
--> syok kardiogenik
Asam laktat
Mediator lain
Syok Septik
- Distributif : karena maldistribusi perfusi
jaringan
- High cardiac output hypotension
- Pada fase awal --> hiperdinamik
- Cardiac output
- Resistensi vaskular sistemik rendah
- Sistemic Immune Respons Syndrome (SIRS) :
Penyebabnya di luar bakterimia, antara lain :
- Multitrauma
- Penyakit karena turunan sistem imun
- Penyakit-penyakit kritis yang lain
- Luka bakar luas
- Syok septik (SIRS) penyebab mortalitas
terbesar di ICU
- Mortalitas : 40% - 90% (Biasanya karena
MODS)
- Trombosis makrovaskular memicu DIC
- Syok septic hampir selalu diikuti ARDS
- Semua jenis syok, akhirnya mempunyai
gambaran seperti syok septik
ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome
Sindroma Septik
- Kesadaran turun
- Suhu > 38oC atau < 36oC
- Takikardia (> 90x/menit)
- Takipnoe (> 20x/menit)
- Alkalosis respirasi, PaCO2 < 32 mmHg
- Leukositosis (> 12.000)
- Leukopenia (< 4.000)
Sindroma sepsis + hipotensi
- Oligura
- Disfungsi organ-organ vital
--> Syok septik
Patofisiologi
Hipovolemia
Pump failure
Maldistribusi perfusi
Reaksi
Neuroendokrin
Metabolisme intraselular
Biokimia
Risdiansyah, S.ked
ANESTESIOLOGI
14 Januari 2000
Indikasi lain
- Anemia
- Gangguan pembekuan darah
- Sirkulasi ekstra korporeal
- Exchange transfusion
- Sepsis
1 unit darah : 500 cc
Transfusi darah
Indikasi
- Lebih ketat
- Efek samping
1. Meningkatkan daya angkut oksigen
2. Menormalkan proses pembekuan darah
3. Mengembalikan volume
- Hb 8 --> jantung mampu kompensasi
- Ht 26% --> jantung mampu kompensasi
- Perdarahan < 20% : belum perlu
- Darah simpan : ACD, CPD-A
ACD
CPD
CPDA
Umur
pH
2,3 DPG
21 hari
28 hari
35 hari
>>
>
>
Trombo /
F. V, IV
>
>>
>>
Indikasi transfusi :
Perdarahan :
10% --> ganti dengan cairan (kristaloid, koloid)
15% -->
20% --> indikasi transfusi - 30%
Transfusi masif :
Pemberian darah : 1/2 volume darah (500 cc/5 10 : 1 L/jam dll)
Harus diperhatikan :
- EKG, CVP, urine output
- PO2, PCO2, pH
- Hipotermia --> pemanas darah
- Intoksikasi citrat : terutama penyakit hati,
syok
- Hiperkalemia
- Asidosis
Komplikasi Transfusi
1. Reaksi hemolitik akut
2. Delayed reaksi : > 4 hari, jaundice, RF
3. Overload
Risdiansyah, S.ked
4. Emboli : mikroemboli, emboli udara
5. Reaksi alergi dan febris : urticaria, oedem,
anafilaktik syok
6. Intoksikasi K+
7. Hipokalisemia
8. Infeksi : hepatitis, AIDS, malaria, sifilis, dll
Autotransfusi
Transfusi darah autologis
Indikasi
- Darah langka : golongan darah bombay,
rhesus (-), dll
- Bank darah kurang berfungsi
- Donor kurang (penduduk < 100.000)
- Riwayat reaksi transfusi hebat
- Fobia : AIDS, hepatitis
- Yehovah wittness
- Operasi-operasi besar (menghemat darah),
jantung, ortopedi, vertebrae, dll
Laparotomia : hepat, dll
Kelainan ginjal
Gagal jantung kongestif
Trombositopenia
Mempengaruhi mekanisme pembekuan
Cross match
Yehovah witness
- Ekstrim : darah keluar tidak mau transfusi
- Tidak ekstrim : masih mau
Darah berasal dari :
- Homolog : bank darah
- Autolog : darah pasien sendiri
Transfusi autolog
- Disiapkan pra bedah
- Hb> 11 gram% --> diambil tiap tiga hari
- Diambil sesaat sebelum pembedahan
- Diambil selama pembedahan, alat khusus -->
retransfusi
Efek darah simpan
- Gangguan pada oksigenasi
- Adanya microaggregates emboli
- Gangguan fungsi pembekuan
- Gangguan elektrolit
- Gangguan asam basa
Bahaya transfusi darah
- Reaksi inkompatibilitas
- Akut
- Lambat
- Infeksi
- Emboli
- Over-leading
Plasma ekspander
- Digunakan pada keadaan hipovolemia akut
- Sebelum darah/komponen tersedia
- Ada 3 golongan (artifisial)
1. Gelatin : haemacel, gelofucin
Risdiansyah, S.ked
ALAT-ALAT ANESTHESIA
14 Januari 2000
-
Anestesia machine
Anestesia circuit / breathing system
Anestesia ventilator
Monitor
Anestesia machine
1. Gas supplies
- Wall outlet :
- N2O, O2
- 50 - 55 psi (pounds/inch)
- Sylinder supplies
- O2 : green
660 L, 2000 - 2200 psi
- N2O : blue
1500 L, 750 psi
- Air : black / yellow
6750 L, 1800 psi
2. pressure regulator
- Reduce the high pressure --> 45 psi -->
350 - 500 kpa, 50 - 70 psi, 3 1/2 - 5 atm
--> constant low pressure
- < 25 psi --> automatically shut off
Monitor
1. Blood pressure (noninvasive or invasive)
2. ECG (electrocardiograf)
3. Pulse oxymeter
4. Caphinograf
Anestesia ventilator
- maybe powered by electricity or compressed
gas or both
- Ventilators required setting off
3. Flowmeter (rotameter)
- Measure gas flow --> FGF
- Have safety systems (FGF, 25%)
4. Vaporizer
a. High flow VAP, or low flow DAP /
drawover VAP
b. Temperatur compensated VAP
Circle system
1. One way value (inspiratory dan ekspiratory)
2. Canister with CO2 absorber (sodalyme or
baralyme)
- Ca(OH)2 + NaOH + KOH + Silica
- Ba(OH)2 + Ca(OH)2
3. Oxygen analyzer sensor
Risdiansyah, S.ked
INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
Pasien dengan :
- Penyakit mengancam jiwa
- Trauma berat
- Komplikasi
- Recoverable
IGD
Staf ICU
1. Staf medis
- Pimpinan
- Staf ahli
- Staf yunior
2. Staf perawat
- Kepala perawat
- Perawat khusus
- Perawat pembimbing / pendidik
Perlengkapan alat
1. Monitoring : bed-side dan sentral
2. Radiologi
3. Alat terapi respirasi :
- Bed side dan sentral
- Portable
4. Alat terapi radiologi
Trolley RJP
5. Terapi dialise
6. Laboratorium
7. Alat-alat lain :
- Trolley alat tenun
- Selimut penghangat / pendingin
- dll.
Keberhasilan terapi
1. Usia pasien
2. Riwayat penyakit sebelumnya
3. Keadaan penyakit sekarang
4. Respons terhadap terapi
5. Lingkungan sosial pasien
6. Kualitas hidup pasien di masa depan
Design ICU
1. Ruang tunggu / recepcionist
- Ruang tunggu / pengunjung
- Ruang interview
- Ruang tunggu / menginap
2. Ruang pasien
- Ruang rawat terbuka / gabung
- Ruang rawat isolasi
3. Ruang penyimpan alat
4. Ruang laboratorium / teknik
5. Ruang staf
6. Ruang alat pembersih
Bed-ratio = 100 : (1-2)
Bed-nurse = 1 : (3-4)
Kapasitas ICU :
- 4 - 12 pasien
- (<4 : terlalu mahal >12 : tidak efektif)
Luas ruangan : +- 18,5 m/tiap pasien
10
Risdiansyah, S.ked
SYOK
Penatalaksanaan
- Oksigenasi ventilasi : PEEP
- Terapi cairan : TVS, TBKP
- Pemeriksaan bakteriologik - resistensi
- Obat inotropik : dopamin 5 - 30
ug/kgBB/menit
Dobutamin 20 - 30 ug/kgBB/menit
- Diuretikum
- Atasi gangguan perdarahan : heparinisasi
- Atasi gangguan metabolik
- Steroid : kontroversial (perlu dosis tinggi)
Klasifikasi :
- Hipovolemik
- Kardiovaskular
- septik
- Anafilaktik
Patofisiologi :
Terjadi gangguan oksigenasi pada sel dan
jaringan
- O2 turun + glukosa turun --> ATP turun -->
mekanisme homeostasis turun
- Radikal bebas meninggi --> kerusakan
membran sel, sistem enzim, mitokondria
- Laktat meninggi --> asidosis
- DIC
Tanda klinis
- Takikardia, nadi kecil
- Tensi darah / N (e.c vasokonstriksi)
- Napas cepat dan dangkal
- Kulit pucat dan dingin / lembab
- Oliguria (untuk monitoring)
Monitoring
- Tekanan darah
- Tekanan vena sentral (CVP)
- Hb, Ht
- Reduksi urin
- Analisa gas darah dan elektrolit
- Klirens creatinin
- Koagulatif darah
Terapi
Tujuan :
- Memperbaiki volume sirkulasi
- Meningkatkan oksigenasi
- Mengoptimalkan fungsi jantung
Cara : Resusitas
- O2 bila perlu 100% (waspadai bahaya
intoksikasi oksigen, tetapi pada kasus syok
yang penting pasien selamat daripada
hipoksia)
Diberikan hanya dapat melalui intubasi
- Cairan elektrolit / kolorel
Co. RL, NaCl
Kateter No. 8 - 10 F.G. cairan)
1200 - 1400 ml/menit
Semua
pemeriksaan
laboratorium
ialah
komposisi ekstraseluler yang intravaskuler.
Klirens kreatinin untuk mendeteksi TNA (tubular
necrotic acute)
11
Risdiansyah, S.ked
Ht : mencapai 30%
Bila perlu : dpamin atau dobutamin 2 - 15
ug/kgBB/menit
3. Memperbaiki hemodinamik
Gagal jantung akut keluhannya bisa seperti
epigastric pain. Hati-hati. Infark miokardium.
Tindakan-tindakan oksigenase, beri streptokinase
Tilt Test
Setelah resusitasi cairan dan tekanan darah
normal
--> Posisi pasien diubah duduk / setengah duduk
--> ukur lagi tekanan darah
Syok anafilaktik
- Etiologi : reaksi autoimun (obat, protein
asing)
- Gambaran klinis :
- Masa laten < 30 menit
- Kulit : eritema, urtikaria, edema
- KDV : takikardi, hipotensi
- Respirasi : spasme bronkus, obstruksi
laring
- Gastrointestin : nausea, vomitus
- SSP : kejang, koma
- Penatalaksanaan
- Oksigenase, ventilasi
- Adrenalin : 0,3 - 1 mgram IM/IV
- Plasma, cairan koloid
- Aminofilin
Spasme laring harus segera dilakukan
cricotirotomi (os cricoid ditusuk)
Naik > 5
Naik > 2 - < 5
>2
Turun 2
Sikap
200 ml dalam
10 menit
100 ml dalam
10 menit
50 ml dalam
10 menit
Stop
Syok Septik
- Etiologi
Bakteremia oleh positif gram dan negatif
gram, sering disebabkan oleh endotoksin
negatif gram
- Gambaran klinis
- Adanya focal infeksi
- Adanya febris/hipotermi
- Kardiovaskuler :
Warm-hipotension --> penyembuhan
cukup baik (pada masa permulaan)
Cold-hipotension --> setelah berlanjut,
febris hilang karena adanya vasokontriksi
- Respirasi : takipnu, hipoksia
- Ginjal : oliguria, kadang-kadang Highoutput
- Hematologik : DIC
- Gangguan multi organ
- Gangguan metabolisme
- Terapi
- Fungsi sirkulasi dan kardiovaskuler
diperbaiki
- Respirasi --> dengan ventilator
Pelumpuh otot, sedasi kuat (diambil alih
respirasinya)
- Berantas fokal infection-nya
Misalnya : peritonitis --> laparotomi
PREMEDIKASI
Tunggu
10
menit
Stop
Teruskan infus
Syok hipovolemi
Berkurangnya volume instravaskuler, disertai
dengan kegagalan mekanisme kompensasi
fisiologis dan menurunnya aliran darah ke organ
tubuh.
Penyebab :
- Perdarahan
- Luka bakar
- Peritonitis
Syok kardiogenik
- Etiologi : tersering infark miokardium
- Gambaran klinik : sesuai dengan gagal
jantung akut
- Kulit dingin dan pucat, vasokonstriksi
- Dispnu, sianosis edema paru
- Oliguri, anuri
- Kesadaran menurun, koma
- Gangguan metabolisme
Penatalaksanaan
1. Tindakan suportif : ventilasi koreksi asam
basa
2. Monitoring : TVS, TBKP, (tekanan bagi
kapiler paru) AGD
12
Risdiansyah, S.ked
2.
3.
4.
5.
Parenteral IM 30 - 60 menit
Parenteral IV detik
Per rectal 15 - 30 menit
Intra nasal menit
Golongan benzodiazepin
1. Midazolam (dormicum)
- Efek antianxiety, sedasi, amnesia dan
antikonvulsi
- Tidak mendepresi napas dan sirkulasi
- Tak mempunyai efek analgesik
- Larut air dan tidak memberikan rasa nyeri
(IM / IV)
- Dosis IV
- Dosis per ...
2. Diazepam (valium)
- Lebih sulit larut air, memberikan rasa
nyeri
- Potensi 1/2 midazolam
- Dosis per oral 0,15 mg/kg
- Dosis IM : tidak tetap
Golongan Butirofenon
1. Dehidrobenzperidol (dbp) = droperidol
- Efek neuroleptik : anestesi neuroleptik,
analgesik neuroleptik (kombinasi dengan
petidin)
- Efek transquilizer
- Vasodilatasi pembuluh darah tepi (sering
timbul hipotensi bila secara IV, oleh
karena itu beri infus dulu)
- Efek antiemetik kuat (dosis 0,125 - 0,25
IV)
- Dosis premedikasi = 0,1 mg/kg IM atau
IV
- Dosis neurolept : 0,3 mg/kg
Pada dosis besar dapat terjadi gejala-gejala
parkinson
Obat-obat sedatif
Golongan barbiturat
1. Pentobarbital (nombutal), sekobarbiturat
(sekonal)
- Efek sedatif kuat sampai hipnotis
- Tidak mempunyai efek analgesia
- Depresi sirkulasi dan pernapasan minimal
- Dapat melalui barier plasenta
- Tanpa kombinasi dengan analgetik -->
gelisah
- Dosis per oral / IM : 1,5 mg/kg (dewasa)
3,4 mg/kg (anak)
2. Fenobarbital (luminal)
- Dosis per oral / IM : 1,5 mg/kg
- Dosis hipnosis : 100 mg
13
Risdiansyah, S.ked
-
14
Risdiansyah, S.ked
FARMAKOLOGI
INHALASI
-
KLINIK
ANESTESI
Metoksifluran : nefrotoksik
N20 : obat anestesi yang paling banyak
digunakan
Zat
isoflu
Savolfu
N20
MAC%
1,15
2,05
104
dinitrogen
monoxide,
Contoh :
2 MAC isflu = 2,50%
0,5 MAC isoflu = 0,85%
70% N2O = 0,7 MAC
N2O (Nitrous oxide,
laughing gas)
Sejarah N2O
1. J. Piresttey : penemu N2O pada 1772
2. H. Davy : mengenalkan N2O sebagai
analgetik
3. G.C. Cotton : ahli kimia demo N2O sebagai
analgetik pada 1844
4. H. Wells : Dokter gigi cabut gigi tidak nyeri
5. E. Andrews : 1868 ahli bedah mengenalkan
O2 sebagai campuran N2O
6. Anestesi pertama dalam klinik (N2O, eter,
kloroform)
7. < 1934 : induksi rumatan dengan inhalasi,
lalu IV
8. Sekarang untuk bayi - anak dan pasien takut
suntikan (Halo - sevo)
15
Risdiansyah, S.ked
Empat kompartemen jaringan yang dikenal :
Highly perfused tissue
Vessel rich group
Muscle tissue group
Fat tissue group
Vessel poor group
Curah
(CO)
Jantung
75%
Otak, ginjal,
jantung, hepar,
kulit
18%
5%
1%
Berat
Total
Organ
10%
50%
20%
20%
Hipoksia difusi
1. N2O distop --> cepat keluar via paru
Mengusir O2 --> hipoksia difusi
Mengusir CO2 --> respiratory drive menurun
--> hipoventilasi
2. 5 - 10 menit distop --> N2O dalam alveoli
masih 500 - 800 ml / menit. Mencegah
hipoksia beri O2 100% dalam 5 - 10 menit
pasca N2O.
3. Untuk mencegah hipoksia beri O2 100%
selama 5 - 10 menit pasca anestesi
Halotan (Fluatan)
Sifat farmakologik
1. Paten,
nonflammable,
noexplosive,
halogenakol ethane
2. Bau enak, ideal untuk induksi inhalasi,
terutama pada anak
3. Pada suhu kamar stabil asal :
a. Dalam botol coklat tahan cahaya
b. Diawetkan dengan thymol 0,01%
c. Dekomposisi menjaid hidrochloric acid
dan fosgen
4. Dengan sedalime ada resiko terbentuk
generasi toksis potensial
5. Merusak karet anestesi jadi lembek dan
membesar
6. MAC halo 0,77%, bayi 0,84, orang tua 0,64
Premedikasi
1. Atropin (melawan bradikardi, halo tak
hipersekresi)
2. Petidin (atropin like, selain narkotik,
analgetik)
3. Diazepam, barbiturat (melancarkan induksi)
Induksi
Inhalasi terutama pada anak atau dewasa takut
jarum
Konsentrasi 2,0 - 3,5 volume%
A. Dalam 10 menit --> relaksasi, kalaup erlu
semprot lido, dapat diintubasi
B. Kombinasi dengan N2O lebih cepat
Rumatan
16
Risdiansyah, S.ked
Konsentrasi 0,5 - 1,5 volume% dengan N2O
napas spontan.
Cukup relaks untauk bedah perut bawah
Eliminasi dan biotransformasi
1. Eliminasi terutama lewat paru
2. Metabolisme terutama oleh hepar 20 - 45%
a. 18% metabolit sebagai komponen fluorida
organik
b. 12 - 25% sebagai trifluoro asetat
c. 1% sebagai inorganik fluorida
3. Reaksi
terutama
hidroksilasi
dengan
dehalogenasi, hasilnya :
Nonvolatil dieliminasi lewat urin
a. Sebagai trifluoro-asetil acid
b. Free bromide
c. Free chloride
4. Halo satu-satunya anestesi yang mengalami
reaksi reduktif
4.
5.
6.
7.
Pasca anestesia
1. Pulih sadar cepat, umumnya bebas eksitasi
2. Pulih orientasi dalam 5 - 10 menit
3. Refleks protektif kembali dalam beberapa
menit
4.
5.
Enfluran (elian)
Sintesa 1963, digunakan 1972, Halogenated
ether.
Nonflammable, nonexplosive (<5,8% dalam N2O
- O2)
Potensi sedang (Iso > poten), iritasi jalan napas
minimal
Stabil tidak bereaksi dengan metabolit, tidak
terganggu cahaya
MAC 1,7 menurun sesuai usia
Absorbsi dan eliminasi
17
Risdiansyah, S.ked
Isofluran
--> Untuk bedah otak
Sifat : terhadap otak baik
18
Risdiansyah, S.ked
ANESTESIA INTRAVENA
17 Januari 2000
Digunakan untuk :
- Induksi
- Suplemen
- Anestesia IV total
- Anestesia balon
- Anestesia tunggal
Induksi : mempercepat dan melancarkan
Suplemen : pada operasi yang menggunakan
anestesia
regional
yang
memungkinkan pasien trauma pada
ruas operasi. Yang tidak familier maka
diberi sedasi.
Hipnosis / amnesia
Relaksasi
Analgesia
19
Risdiansyah, S.ked
JENIS-JENIS AFFEREN PRIMER
18 Januari 2000
Jenis
A
A
C
A:
:
:
:
B :
Diameter
(um)
6 - 22
2-5
0,3 - 3
Myelin
tebal
tipis
-
Kecepata
n Hantar
33 - 75
5 - 30
0,5 - 2
Nerve section
Sympatheotomy --> pada Burger disease
--> vasokonstriksi perifer kedua tungkai -->
sympatectomi pada lumbal
Myotoni
Prosterix bhyzotoni
Nyeri akut
- Penyebab : stimulasi nociceptive, perlukaan,
proses penyakit, fungsi abnormal otot /
viscera
- Mudah dideteksi
- Lokalisasi jelas
- Sebatas kerusakan jaringan
Nyeri kronik
- Nyeri persisten : menetap + lama
- Nyeri recurren : berulang / kambuh dengan
interval
- Menetap > 1 bulan di atas waktu batas
penyembuhan
- Berlangsung > 6 bulan
Zat-zat kimia berperan dalam transduksi
Zat
Potassium
Serotonin
Bradikinin
Histamin
Prostaglandin
Leukotrien
Substansi
Sumber
Efek nyeri
Sel-sel rusak
Platelet
Kininogen
Plasma
Sel mast
As. arakhidorat
Sel-sel rusak
As. arakhidorat
Sel-sel rusak
Afferen primer
++
++
+++
Efek pada
aferen
Mengaktifkan
Mengaktifkan
Mengaktifkan
+
+-
Mengaktifkan
Sensitasi
+-
Sensitasi
+-
Sensitasi
Penanggulangan nyeri
Multidisiplin
Obat-obatan :
- Non opioid adjuvant
- Opioid ringan
- Opioid
- Opiat
Operasi :
20
Risdiansyah, S.ked
RESUSITASI JANTUNG PARU
19 Januari 2000
Brain damage
not likely
4 - 6 menit
Brain damage
probable
6 - 10 menit--> Biological death Brain damage
probable
over 10 menit
Brain damage
almost certain
Resusitasi dihentikan
1. Sirkulasi --> ventilasi spontan
2. Upaya RJP diambil alih yang lebih
bertanggung jawab
3. Penolong terlalu letih
4. Pasien dinyatakan mati
5. 1/2 - 1 jam hampir dipastikan fungsi otak
takkan pulih (nadi (-), normotermi tanpa RJ)
stadium terminal baru diketahui setelah RJP
dilakukan.
B. Breathing support
Pernapasan buatan :
1. Mulut ke mulut
2. Mulut ke hidung
3. Bayi : mulut ke mulut dan hidung
4. Napas buatan dengan alat :
- Periksa nadi besar
- Bila ada syok --> posisi kaki lebih tinggi
dari kepala
Mati
1. Fungsi spontan napas dan jantung telah
berhenti secara pasti atau irreversibel
2. Telah terbukti terjadi mati batang otak
Otak yang tidak mendapat darah (oksigen) akan
rusak dalam 4 - 6 menit. Keberhasilan RJP
ditentukan oleh cepatnya tindakan
21
Risdiansyah, S.ked
4. Penolong terlalu capai
5. Korban dinyatakan mati
6. Setelah
dimulai
resusitasi,
kemudian
diketahui:
- Stadium terminal penyakit
- 1/2 - 1 jam terbukti tidak ada dnadi pada
normotermia tanpa RJP
Mati normal
Mati karena penyakit akut / kronik yang sudah
sedemikian rupa sehingga yang mati bukan cuma
jantungnya saja tetapi organ-organ lain juga.
Oleh karena itu RJP tidak perlu dilakukan
Pukulan precordial :
+- 30 cm jarak
Hanya dianjurkan pada :
1. Henti jantung yang disaksikan
2. Pasien yang dimonitor
3. Pasien AV block dengan pace maker
Aturan-aturan
- Beri pukulan tunggal tajam dan cepat di atas
pertengahan sternum dengan dasar kepalan
tangan bagian yang lunak dari jarak 20 - 30
cm di atas dada
- Berikan pukulan ini dalam menit pertama
sesudah henti jantung
- Bila tidak ada respon yang cepat, mulai
dengan langkah-langkah ABC yang biasa
Sirkulasi buatan
- Pijat dada tertutup :
- Manual
- Mekanis
- Pijat dada terbuka --> manual
- Mesin jantung paru (heart lung machines)
Indikasi kompresi jantung dalam
- Dada atau abdomen atas telah terbuka
- Bedah toraks yang baru dikerjakan
- Deformitas dinding dada seperti skoirosis ......
- Trauma dada / patah iga jamak dengan henti
jantung
- Tamponade jantung
Sirkulasi buatan
Curah jantung :
- 25% normal (pada kompresi jantung luar)
- 50% normal (pada kompresi jantung dalam)
Perfusi serebral :
Komplikasi resusitasi
- Insuflasi lambung --> regurgitasi dan aspirasi
- Ruptura paru-paru --> pneumotoraks,
emfisema subcutis
- Usaha intubasi yang lama --> asfiksia dan
henti jantung
- Patah
iga
-->
pneumothoraks
atau
hematothoraks
- Patah sternum
- Ruptur hepar
- Kontusio paru-paru
- Emboli sumsum tulang dan emboli lemak
- Tamponade jantung
22
Risdiansyah, S.ked
- Gangguan refleks
- Pupil dilatasi
--> selama 15 - 30 menit --> mati otak
atau
2. Bila terdapat tanda-tanda mati jantung
ABC RJP :
1. Sadar kembali
2. Mati
3. Belum mati dan belum timbul denyut jantung
spontan --> DEF BHL
4. Denyut jantung timbul
Kesadaran (-)
Nafas spontan (+-)
dan
semi
23
Risdiansyah, S.ked
KAPITA SELEKTA
Kepala Bagian Anestesi
24