BAB III
STATUS PASIEN
3.1.
Identitas Pasien
Jariyanto yang berusia 34 tahun. Pasien beralamat di Plosorejo RT3 RW1 Blitar.
Pasien beragama Islam, sudah menikah dan bekerja sebagai seorang pegawai di
sebuah perusahaan swasta.
13
minum dan salep mata yang digunakan untuk 5 hari sehingga gejala yang pasien
sebutkan sebelumnya menghilang. Akan tetapi, 3 hari sejak obat habis pasien
mengaku gejala yang sama muncul kembali. Riwayat alergi, diabetes mellitus dan
penyakit sistemik lain disangkal oleh pasien.
Pasien sehari-hari makan tiga kali sehari dengan jumlah cukup dan lauk
bervariasi. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi kopi dan alkohol.
Pemeriksaan
Visus
Tekanan intraokular
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Oculli Dextra
0.1 f
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Jernih
Oculli Sinistra
0,2f
merah
Injeksi konjungtiva
Dalam batas normal
Infiltrat interstitial dan marginal,
Sedang
Bundar
putih keabu-abuan.
Sedang
Bundar
Sentral
Sentral
2-3 mm
Coklat
Dalam batas normal
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
2-3 mm
Coklat
Dalam batas normal
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Iris
Lensa
Corpus vitreum
Fundus Oculli
Gambaran klinis pasien dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan Gambar 3.2.
14
3.4. Diagnosis
Diagnosis pasien adalah Keratitis Interstitial dan Marginal Okuli Sinistra.
15
oral. Sedangkan antibiotik topikal juga diperlukan agar fokus infeksi pada kornea
dapat tereradikasi lebih optimal, yaitu Gentamisin. Karena pasien mengalami nyeri
yang cukup mengganggu, maka dapat diberikan analgesik untuk meringankan gejala
nyeri pada pasien. Analgesik yang dapat digunakan adalah Asam Mefenamat atau
Natrium diclofenac. Spasme siliar pada keratitis dapat meningkatkan resiko
terjadinya sinekia posterior. Pencegahan sinekia posterior dapat dilakukan dengan
memberikan obat Atropin topikal yang dapat melebarkan pupil (mydriasis) dan
berefek sikloplegik (melumpuhkan badan siliar).
3.6. Prognosis
Prognosis Keratitis interstitial dan marginal pada pasien ini secara ad vitam
baik, ad sanam baik dengan kontrol rutin apabila obat telah habis dan patuh terhadap
pengobatan. Sementara secara ad visam ragu-ragu, karena infiltrat yang terdapat pada
stroma (interstitial) sangat mungkin meninggalkan jaringan parut pada proses
penyembuhannya dan ad cosmeticam baik.