Machinning process
(oleh PT. AHM)
Assembling Engine
(oleh PT. AHM)
Gambar 4.1
dapat
di
47
Machining 1
ROUGH TURNING
TONGTAI
Machining 2
FINE TURNING
TONGTAI
Inspection
LEAK TESTER
COSMO
Machining 7
ROUGH & FINE BORING NISSIN
Machining 3
TAP & DRILL
TOYOSK
Machining 8
FINE HONING
NISSIN
Machining 4
MULTI REAMING
TOYOSK
Cleaning
WASHING
Machining 5
MULTI DRILL
TOYOSK
VISUAL CHECK
Machining 6
MULTI TAPPING
TOYOSK
DELIVERY
Sedangkan
posisi
penempatan
mesin-mesin
produksi
secara
garis besar
St. 4St. 5
St. 9
St. 10
LINE 3 MACHINNING
St. 1
St. 2
Gambar 4.3 Lay out mesin pada proses machining Cylinder Comp
Nama proses
Rough Turning
Fine Turning
Drilling Tapping
Center
Multi Reaming
Multi Drilling
Multi Tapping
Leak Tester
Rough & Fine
Boring
Fine Honing
Washing
Spec.
mesin
Tongtai
Tongtai
Toyosk
Toyosk
Toyosk
Toyosk
Cosmo
Nissin
Nissin
-
Tools
Insert
Insert
Straigh Drill, Mill Cuter
Step Reamer, End Mill
Spot Milling Cutter, Step
Drill
Cutting Tap
Insert (R&F)
Diamond Ledge Nissin F
Spray Gun
1. Rough Turning
Proses pertama adalah Rough Turning. Bagian utama yang diproses adalah
pemakanan permukaan (item 2), pemakanan ketinggian Cylinder (item 3),
pembuatan Chamfer (item 5), pembuatan groove (item 6).
2
3
Item
Diamet
er
Height
Height
Roughne
ss
Chamfe
r
Groov
e
5
6
Standard
+
54.5
0.0
0
70
+0
95.1
0.0
Alat Ukur
Snap Gauge
Metod
e
1/25
Micrometer
1/100
Micrometer
1/100
1/100
terproses
Roughness
tester
Visual
terproses
Visual
2/Shift
25 S
1/100
50
2. Fine Turning
Proses ini adalah pemakanan pada kedua permukaan secara bersamaan (item
2 dan 3).
Item
Standard
Height
95
Height
69
Roughne
ss
63 S
0
0.1
0
0
Alat Ukur
Block Gauge
& Test
Dial
Indikator
Block Gauge
& Test
Dial
Indikator
RoughnessTest
Metod
e
1/25
1/100
2/Shift
51
S102
S103
S105
S101
S104
S112
S204
S201
S206
S203
S202
S105
Item
Diameter
Depth
Diameter
Diameter
Diameter
Depth
Diameter
Diameter
Depth
Diameter
Diameter
S112
Panjang B
Kedalaman
Standa
rd
8
Alat Ukur
+
0.2
0
Tembus
+
0.2
7.5
0
+
6.5
0.2
0
Tembus
+
5.1
0.2
0
Tembus
+
19
0.5
+
Min 350.2
1
0
0.2
Through
Gauge
Visual
Through
Gauge
Plug Gauge
Metod
e
'1/25
'1/25
'1/25
Visual
Plug Gauge
'1/25
Visual
Vernier
Caliper
Vernier
Caliper
Dial test
Indikator
'1/25
Tabel 4.4.b Kontrol kualitas pada proses drilling tapping center (lanjutan)
Nomor
Item
Diameter
Reamer
S102, S104
Depth
Reamer
Chamfer
Diameter
Reamer
Depth
Reamer
Chamfer
S203, S204
Diameter
S111
Depth
Standard
0.0
8H8
220
+
7
0.0
Terproses
0.0
8H8
220
+
7
0.0
Terproses
+
9
0.0
+
5
0.0
Alat Ukur
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
Visual
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
Visual
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
Metod
e
'1/25
'1/25
Semu
a
'1/25
'1/25
Semu
a
'1/25
'1/25
4. Multi Reaming
Pada intinya proses ini adalah menghaluskan beberapa permukaan
lubang drilling awal yaitu untuk dudukan pin dowel pada saat Cylinder
Comp dipasang pada Crank Case dan Cylinder Head
S102, S104
S203, S204
Item
Diameter
Reamer
Depth
Reamer
Chamfer
Diameter
Reamer
Depth
Reamer
Chamfer
Diameter
S111
Depth
Standard
0.0
8H8
220
+
7
0.0
Terproses
0.0
8H8
220
+
7
0.0
Terproses
+
9
0.0
+
5
0.0
Alat Ukur
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
Visual
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
Visual
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
Metod
e
'1/25
'1/25
Semu
a
'1/25
'1/25
Semu
a
'1/25
'1/25
5. Multi Drilling
Pada proses ini intinya yaitu pembuatan lubang awal untuk lubang ulir
pada sisi samping Cylinder Comp sebagai tempat baut pengikat Leg Shield (sayap
samping) motor.
S1 13
S114
S115
Item
Diameter
Reamer
Depth
S114
Diameter
Step
Depth
Diameter
Depth
S115
Diameter
Step
Depth
Diameter
Depth
Standard
+
6,8
0.0
Tembus
+
5.1
0.0
+
22
0.1
0
+
6.6
0.0
+
8
0.0
+
5.1
0.0
+
22
0.1
0
+
6.6
0.0
+
8
0.0
Alat Ukur
Metod
e
1/25
Plug Gauge
Visual
'1/25
Depth Plug
Gauge
'1/25
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
'1/25
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
'1/25
Depth Plug
Gauge
'1/25
Depth Plug
Gauge
Depth Plug
Gauge
'1/25
'1/25
'1/25
'1/25
6. Multi Tapping
Pada proses ini yang utama yaitu proses pembuatan ulir pada
lubang proses sebelumya sebagai tempat baut pengikat
(Sayap samping) motor.
Leg
Shield
S115
S113
S105
S114
Item
Diameter Tap
Depth
S114
Diameter Tap
Depth
S115
Diameter Tap
Depth
S105
Diameter Tap
Depth
Standard
M8xP1.25
Tembus
M6xP1.0
18
+
0.0
Ulir M6xP1.0
20
Ulir
M8xP1.25
Tembus
+
0.0
Alat Ukur
Tread Plug
Gauge
Visual
Depth Tread
Plug Gauge
Depth Tread
Plug Gauge
read Plug
Gauge
Depth Tread
Plug Gauge
Tread Plug
Gauge
Visual
Metod
eSemu
a
Semu
a
Semu
a
Semu
a
Semu
a
Semu
a
Semu
a
Semu
a
7. Leak tester
Benda kerja hasil proses seluruhnya dicek terhadap kebocoran pada
daerah lubang saluran oli, dan beberapa lubang seperti lubang bolt stud dan
S201
S112
S204
S204
Item
Lubang Bolt
Stud& Oli Naik
Standard
Alat Ukur
Tidak bocor
Cosmo
Metod
e
Semu
a
S112
Lubang Oli
Turun
Tidak bocor
Cosmo
Semu
a
S207
Ruang Cam
Chain
Tidak bocor
Cosmo
Semu
a
S204
Lubang Bolt
Stud
Tidak bocor
Cosmo
Semu
a
adalah proses roughing dan proses berikutnya adalah proses finishing sampai
didapat diameter ruang bakar sebesar 50 dengan toleransi 0,030 sampai dengan
0,001. Untuk pengecekan kualitas distandarkan 1 kali pengecekan setiap 25 hasil
proses dengan bore gauge.
Item
Standard
50
0.0
0.0
Alat Ukur
Bore Gauge
&Ring Gauge
Metod
e
1/25
2/Shift
Diameter
Kekasaran
Kesilindrisan
0.01
Roughtness
Test
Bore Gauge
&Ring Gauge
Kebulatan
0.01
Bore Gauge
&Ring Gauge
<12.5 S
1/25
1/25
diameter yang lebih teliti yaitu diameter 50 dengan toleransi + 0,015 dan +
0,005 serta kebulatan max 0,01.
Item
Diameter
(Finish)
Standard
+0.0
50
15
+0.
05
Alat Ukur
Air Jet &
Ring Gauge
Roughness
Max 1.6
Kesilindrisan
Max 0.01
Kebulatan
Max 0.01
0.03/100
Taper Gauge
Ketegak
lurusan
Roughtness
Test
Metod
e
Semu
a
2/Shift
Semu
a
Semu
a
1/100
10.Washing
Pada proses ini
machining dicuci dengan air dan oli untuk menghilangkan scrap maupun cairan
coolant.
11.Visual check
Sebelum dikirim ke bagian assembling engine, Cylinder Comp dicheck
secara visual.
pembakaran terhadap goresan atau keretakan selain itu juga adanya kemungkinan
adanya porosity.
60
12.Delivery
Setelah dinyatakan lolos kualitas, Cylinder Comp dikirim ke bagian
assembling. Untuk mengatasi karat, terutama di permukaan ruang bakar, Cylinder
Comp dicelupkan ke cairan anti karat.
61
Jenis cacat
Tinggi 95 ( - )
Tebal 69 ( - )
Sirip gompal
M0
1
Dia 54.5 blong
Groving besar
Tinggi 95 ( - )
Tebal 69 ( - )
M0
Face gelombang
2
Lubang collar
Lubang collar
M0
geser
Drill patah
3
Lub tak tembus /
Reamer kedalaman
Reamer geser
M0
Reamer blong
4
Milling dalam
Posisi lub PGR
M0
geser
Drill patah
5
Dimensi ulir " NG
M0
Tap M6 patah
6
Dimensi FB blong
Black surface FB
M0
Berulir
7
Oval
Dimensi honing
Gores
MO
Kasar
8
Oval
Total Reject Machinning
Total Produksi
Persen Reject Machinning
Ja
n
F
e
M
ar
2
3
3
1
2
1
5
Bulan
M
Ju
ei6
ni 2
1
12
1
2
5
5
2
A
pr4
2
6
4
1
1
3
2
1
0
1
2
2
2
6
6
4
1
3
5
3
1
4
2
7
6
1
3
9
7
11
1
7
1
1
3
6
1
1
1
1
4
2
1
6
2
5
1
4
2
2
0
6
1
8
347
89
362
46
344
14
619
04
419
23
0.
3
0.
6
2
2
2
0
4
2
6
2
7
9
6
5
4
6
2
1
7
11
3
0
0.
5
2
2
9
1.
0
2.
6
J
ul 1
3
8
2
2
0
1
1
8
2
5
3
9
3
2
2
21
4
5
4
3
3
6
4
1
46
2
2
1
5
1
0
2
8
5
6
2
4
6
3
57
1
4
1
1
4
3
7
2
7
5
2
66
2
3
3
2
4
2
1
1
5
3
3
3
2
9
1
3
3
2
8
1
5
1
1
3
1
1
13
455
21
3.
0
1
5
3
446
90
2.
2
2
34
1
1
4
1
7
2
5
3
9
37
6
1
4
S
Se ub
pt 3
1
2
2
13
5
5
1
5
A
gt1
1
1
329
90
2.
5
1
3
4
1
7
1
4
2
1
5
7
3
1
2
1
3
2
1
5
10
367
53
2.
8
6
9
6
5
1
19
1
3
9
16
6
7
2
99
0
4
0
1
2
71
8
1
26
7
2
2
1
2
42
903
0
3
2
1
2
2
1
4
7
0
65
3692
30
1.7
83
% Jenis
0.
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
1.
1
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0
1.78289
diagram
prosentase
kontribusi
cacat
diperlukan
untuk
paling dominan dari 5 besar jenis cacat. Dalam diagram pareto ini dapat diurutkan
5 besar jenis cacat berdasarkan prosentase frekwensi kejadian dari yang terbesar
sampai yang terkecil.
Tabel 4.12 Lembar Data untuk Pembuatan Diagram Pareto
Urut
an
Je
Black Surface FB
Lubang Collar geser
Tap M6 patah
Dimensi Fine Boring
Dimensi Honing
Total
Frekwen
si
4290
298
214
210
181
5193
Frekwen
si
Kumula
4290
4588
4802
5012
5193
Persentas
e dari
total (%)
82.61
5.74
4.12
4.04
3.49
100
Persentas
e
kumulatif
82.6
88.3
92.5
96.5
100.0
Dari Diagram Pareto di atas terlihat jelas bahwa Cacat Black Surface
menempati peringkat pertama berdasarkan frekwensi kejadiannya, dan hal ini
yang mendasari penulis untuk mengetahui
apa penyebabnya
dan
sekaligus
Jumlah Produksi
34789
36246
34414
61904
41923
44690
45521
32990
36753
Jumlah Produk
Cacat Black
Surace
71
130
148
516
799
624
914
513
575
71
= 0.00205
34789
Proporsi Produk
Cacat Black
Surface 0.0020
0.0036
0.0043
0.0083
0.0191
0.0140
0.0201
0.0156
0.0156
Max
Dari diagram untuk cacat Black Surface di atas terlihat bahwa proporsi cacat
Black Surface berurutan dari bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September tahun
2004 berada di atas standard pabrik yaitu max 1%.
Selanjutnya
penulis
mencoba
membuat
peta pengendali
model
harian/individu untuk proposi cacat Black Surface per bulan September untuk
melihat apakah data selama bulan September berada di dalam batas pengendalian
statistik atau tidak.
Tabel 4.14 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol P Model Harian / Individu
Pengamat
an hari
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah
Juml
ah
Produ
1750
1822
1860
1906
1781
1850
1770
1910
1824
1856
1786
1854
1828
1912
1796
1824
1930
1728
1936
1830
36753
Jumlah
Cacat
Black
20
20
22
21
24
19
25
20
20
20
27
19
28
31
18
21
55
50
57
58
575
Proporsi
Cacat
Black 0.01
0.01
10
0.01
18
0.01
10
0.01
35
0.01
03
0.01
41
0.01
05
0.01
10
0.01
08
0.01
51
0.01
02
0.01
53
0.01
62
0.01
00
0.01
15
0.02
85
0.02
89
0.02
94
0.03
17
UCL
LCL
0.0
0.0
23
0.0
23
0.0
23
0.0
24
0.0
23
0.0
24
0.0
23
0.0
23
0.0
23
0.0
24
0.0
23
0.0
24
0.0
24
0.0
23
0.0
23
0.0
27
0.0
28
0.0
27
0.0
28
0.0
0.0
08
0.0
08
0.0
08
0.0
07
0.0
09
0.0
07
0.0
09
0.0
08
0.0
08
0.0
07
0.0
09
0.0
07
0.0
07
0.0
09
0.0
08
0.0
04
0.0
04
0.0
04
0.0
03
20
= 0.00114
1750
575
= 0.016
36753
0.0116(1 0.116)
= 0.008
1822
LCL = 0.0116 - 3
Apabila proporsi dari Cacat Black Surface setiap hari diplotkan ke dalam
grafik, maka akan tampak seperti grafik di bawah ini :
Dari peta kontrol terlihat bahwa selama bulan September ternyata cacat Black
Surface per harinya melampaui standard Pabrik (UCL berada di atas Standar
Pabrik) dan terdapat data di luar kontrol statistik pada hari kerja ke-16, 17, 18, 19
dimana trennya cenderung naik dan melampui UCL, maka dapat diduga bahwa di
dalam proses pasti terdapat masalah. Dan hal ini yang mendasari penulis untuk
manganalisa faktor penyebab cacat dan sekaligus mencari solusi yang tepat untuk
pemecahan masalah tersebut sehingga diharapkan pada bulan selanjutnya proporsi
cacat Black Surface dapat berkurang agar masuk standard pabrik.
4
Black Surface
(Dinding
Silinder tidak
termakan proses
boring)
4.3.2 Analisa Penyebab Cacat Black Surface dengan Diagram Sebab Akibat
Manusia
Mesin
Setting Mesin
Konsentrasi
Metode
Prinsip yang digunakan untuk membuat sebab akibat ini adalah hasil
pengamatan dari penulis, selain itu juga sumbang saran atau brainstorming dari
para operator di lapangan.
Dalam menentukan faktor faktor penyebab utama dari cacat black surface ini,
untuk memudahkan pengamatan dilakukan terhadap faktor faktor utama yang
mempengaruhi berlangsungnya proses produksi yaitu : manusia, mesin, material,
metode, dan lingkungan.
Dari kelima faktor tersebut diatas, hanya ada 3 faktor yang menyebabkan
terjadinya cacat tersebut, yaitu : manusia, mesin, dan metode.
Manusia
Operator yang kurang kontrol, ceroboh dan terburu-buru dalam melakukan
pekerjaan, selain itu biasanya tenaga kerja yang bekerja pada shift 3 merasa
kelelahan karena mengantuk disamping itu kelelahan akibat kerja yang
monoton, sehingga menyebabkan turunnya kinerja operator. dan hal inilah
yang sering mengakibatkan rusaknya suatu produk.
Mesin
Berhubung kapasitas produksi unit yang terus meningkat sehingga memaksa
mesin-mesin produksi untuk berjalan non stop sehingga seringkali pemakaian
tool mesin dipaksakan sampai melebihi standar lifetime yang ditetapkan,
akibatnya banyak bagian mesin yang aus dan tidak terkontrol hingga akhirnya
menyebabkan gerakan - gerakan yang oblak, tidak center, dan lain-lain. Dan
hal ini tentunya juga akan berpengaruh pada produk yang dihasilkan.
Metode
Pada saat penempatan part pada jig, operator kadang-kadang memaksakan
pemasangan part pada jig dengan cara digetok dengan keras sehingga
mengakibatkan jig labil dan menyebabkan hasil proses machining bergeser.
Selain itu juga metode penggantian tool mesin yang sering terlambat dari
jadwal yang sudah ditetapkan. Disamping itu untuk metode pengukuran tidak
adanya pengecheckan jarak antar center pada diameter hasil machinning.
Dari ketiga faktor penyebab di atas, dan dari pengamatan di lapangan serta
brainstorming dari para operator yang sering menjadi penyebab dominan
terjadinya kesalahan adalah mesin produksi karena untuk line machinning tipe
GN5 ini adalah line yang umurnya paling tua karena sejak tahun 1996 mesinmesin produksinya tidak dilakukan peremajaan sehingga banyak bagian
spindle mesin yang sudah aus dan tentunya akan menyebabkan proses tidak
stabil.
Faktor material dan lingkungan tidak dapat dikatakan sebagai faktor penyebab
dengan alasan sebagai berikut :
Material yang digunakan merupakan material
yang
sudah
lolos
pemeriksaan kelaikan pakai pada awal proses machinning. Bila ada material yang
reject, maka akan langsung langsung terdeteksi pada awal proses.
Sedangkan faktor lingkungan dengan alasan sebagai berikut :
Kondisi lay out line machinning yang sudah tertata dengan rapi dan penerangan
yang ideal.
Metode 5 why
Mengapa ?
Reject
black
surface
tinggi
Mengapa ?
Mengapa ?
Mengapa ?
Mengapa ?
Maka :
JIG fine
pemasanga
n setting
digetok
posisi antar
spindel
mesin labil
(aus)
perbaik
an
boring labil
lubang drill
M03 Labil
perlu
(TPM
)
a : 22 0.050
b : 26 0.050.
Gambar 4.20. Posisi koordinat pada pengukuran hasil machining M03 (proses
drilling)
a.
25 26 .... 20
20
= 428 / 20
= 21.4 (sebagai CL pada peta R)
42 50 .... 40
20
= 875.4 / 20
= 43.77 (sebagai CL pada peta Xrata-rata)
UCL = X + A2 . R
= 43.77 + 0.577 x 21.4
= 56.118
LCL = X - A2 . R
= 43.77 - 0.577 x 21.4
= 31.422
UCL = D4 . R
= 2.114 x 21.4
= 45.24
LCL = D3 . R
=0
Apabila data X dan R diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti
grafik di bawah ini :
Gambar 4.21. Grafik Peta Kontrol X rata-rata pada area (a) sebelum perbaikan
Gambar 4.22. Grafik Peta Kontrol R pada area (a) sebelum perbaikan
b.
Tabel 4.16 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol X-R area (b)
34 30 .... 25
20
= 563 / 20
= 28.15 (sebagai CL pada peta R)
49 44 .... 41
20
= 899 / 20
= 44.95 (sebagai CL pada peta Xrata-rata)
UCL = X + A2 . R
= 44.95 + 0.577 x 28.15
= 61.193
LCL = X - A2 . R
= 44.95 - 0.577 x 28.15
= 28.707
UCL = D4 . R
= 2.114 x 28.15
= 59.509
LCL = D3 . R
=0
Apabila data X dan R diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti
grafik di bawah ini :
Gambar 4.23. Grafik Peta Kontrol X rata-rata pada area (b) sebelum perbaikan
Gambar 4.24. Grafik Peta Kontrol R pada area (b) sebelum perbaikan
Dari grafik peta Kontrol X rata-rata dan R baik baik pada area (a) maupun (b)
terlihat seluruh data hasil observasi pengukuran berada dalam batas pengendali
statistik, namun pada peta X rata-rata garis batas pengendali atas (UCL) jatuhnya
berada di atas toleransi atas produk (USL), hal ini mengindikasikan bahwa
dimensi hasil machining M03 tersebut cenderung terkumpul berada di batas atas
toleransi. Hal ini diperkuat dengan beberapa produk hasil pengukuran dimensinya
keluar dari batas atas standard toleransi. Untuk itu permasalahan hasil machining
yang cenderung mendekati batas atas toleransi tersebut harus segera diperbaiki
agar tidak terdapat part yang keluar dari toleransi sehingga diharapkan penyebaran
datanya semuanya mendekati spesifikasi nominal.
(kapan)?,
Who
(siapa)?,
How
jenis
dapat
yang
selama
ini
menyebabkan
penanggulangan
dapat
dilakukan
untuk
penanggulangan
mengikuti
rencana
professional
dan
berpengalaman
diharapkan
menerus
Adapun hasil dari uji coba tersebut dapat di tabelkan sebagai berikut :
Jenis cacat
Tinggi 95 ( - )
Tebal 69 ( - )
Sirip gompal
M0
1
Dia 54.5 blong
Groving besar
Tinggi 95 ( - )
Tebal 69 ( - )
M0
Face gelombang
2
Lubang collar
Lubang collar
M0
geser patah
Drill
3
Lub tak tembus /
Reamer kedalaman
Reamer geser
M0
Reamer blong
4
Milling dalam
Posisi lub PGR
M0
geser patah
Drill
5
Dimensi ulir " NG
M0
Tap M6 patah
6
Dimensi FB blong
Black surface FB
M0
Berulir
7
Oval
Dimensi honing
Gores
MO
Kasar
8
Oval
Total Reject Machinning
Total Produksi
Persen Reject Machinning
4.5.1
O
kt 1
N
op
4
D
es1
J
a9
1
1
81
1
8
5
1
94
6
1
1
2
2
2
39
1
9
1
10
86
3
1
5
3
6
2
4
4
5
4
2
1
2
4
3
2
1
22
1
1
2
5
2
4
2
2
2
1
6
1
54
2
6
6
6
8
6
1
7
3
3
21
53
4
7
1
0
5
2
3
8
8
26
6
1
2
42
2
6
2
3
1
1
96
1
66
Bulan
F
e2
M
ar2
5
2
2
6
1
5
1
2
3
0
2
A
pr4
1
20
5
7
0
1
1
2
2
0
0
1
32
0
1
3
2
2
0
1
1
00
3
57
1
4
1
1
4
3
7
2
7
5
2
66
6
3
0
1
1
0
2
4
2
1
4
3
5
4
1
6
2
1
7
1
1
4
7
3
14
3
1
4
3
9
0
1
4
2
1
2
3
0
0
2
1
3
4
1
7
1
4
2
1
1
37
1
2
1
3
2
1
5
4
3
7
1
1
1
2
2
1
1
4
8
6
1
8
4
4
0
1
42
6
7
1
23
2
1
2
14
1
1
11
379
58
221
45
342
98
257
35
337
33
351
10
233
75
185
78
0.
9
0.
8
0.
8
0.
7
0.
4
J
u3
6
2
2
2
M
ei0
0.
3
0.
7
0.
5
367
53
1.
3
S
ub
% Jenis
7
3
5
7
7
3
1
6
8
3
1
3
2
4
4
9
13
03
4
3
1
4
1
0
4
9
4
6
2
3
1
5
9
3
02
2
9
6
3
85
2
3
20
0.
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0.
1
0.
0
0.
0
0.
0.
0
0.
0
0.
0
0.74864
2676
85
0.7
49
Melihat dari hasil perbandingan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil
perbaikan yang dilakukan penulis telah membuahkan hasil dimana cacat Black
Surface yang tadinya melampui standard pabrik kini telah berada dalam range
standard yang diitetapkan pabrik..
Selanjutnya penulis membuat peta pengendali P model harian/individu untuk
proposi cacat Black Surface per bulan November 2005 untuk
mengkonfirmasi
apakah data cacat selama bulan November berada di dalam batas pengendalian
atau tidak.
Tabel 4.19 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol P Model Harian
/ Individu Setelah Perbaikan
Pengamat
an hari
ke1
Juml
ah
Produ
1067
Jumlah
Cacat
Black
1072
1
3
1056
1152
1022
1006
1022
1125
1125
10
1080
Proporsi
Cacat
Black 0.00
09
0.00
28
0.00
38
0.00
09
0.00
20
0.00
30
0.00
20
0.00
27
0.00
09
0.00
28
0.00
11
1074
12
1128
13
1232
14
1236
15
1058
16
1253
17
1053
18
1104
19
1134
28
0.00
54
0.00
1146
2214
5
2
48
09
0.00
17
20
Jumlah
09
0.00
09
0.00
16
0.00
08
0.00
19
0.00
48
0.00
UCL
0.0
0.0
07
0.0
08
0.0
05
0.0
06
0.0
07
0.0
06
0.0
07
0.0
05
0.0
07
0.0
05
0.0
05
0.0
06
0.0
05
0.0
06
0.0
08
0.0
07
0.0
09
0.0
05
0.0
06
LCL
0.00
0.00
0.00
0.0
-00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.0
-00
0.00
0.00
0.0
-00
0.00
0.0
-00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.0
-00
0.00
= 0.0009
1067
48
22145
= 0.002
0.002(1 0.002)
= - 0.001 (dianggap nol)
1067
LCL = 0.002 - 3
Apabila proporsi dari Cacat Black Surface setiap hari selama bulan November
diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti grafik di bawah ini :
Gambar 4.26. Peta Kontrol P Proporsi Cacat Black Surface setelah perbaikan
Selain itu untuk memperkuat dugaan bahwa mesin produksi yang tadinya
bermasalah dan sekarang telah diperbaiki maka di sini penulis melakukan
konfirmasi lagi dengan data ukur hasil proses mesin M03 setelah mengalami
beberapa item perbaikan yaitu : penggantian bushing spindle yang aus,
memperketat program preventive maintenance serta memperhatikan proses
pemasangan benda kerja pada jig, maka di bawah ini ditampilkan peta kontrol XR untuk mengetahui trend penyebaran datanya apakah masuk dalam kontrol
statistik atau tidak. Adapun area dimensi yang dicek adalah dimensi area (a) dan
(b) dimana ukuran spesifikasi yang distandarkan masing-masing adalah 22 0.050
dan 26 0.050 mm.
Tabel 4.20 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol X-R area (a) setelah
perbaikan
25 26 .... 26
20
= 502 / 20 = 25.1
7 (1) .... 3
20
= 42 / 20
= 2.1
Untuk membuat X Control Chart
UCL = X + A2 . R
= 2.1+ 0.577 x 25.1
= 16.583
LCL = X - A2 . R
= 2.1- 0.577 x 25.1
= -12.383
Untuk membuat R Control Chart
UCL = D4 . R
= 2.114 x 25.1
= 53.061
LCL = D3 . R
=0
Apabila data X dan R diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti
grafik di bawah ini :
Gambar 4.27. Grafik Peta Kontrol X rata-rata pada area (a) setelah perbaikan
Gambar 4.28. Grafik Peta Kontrol R pada area (a) setelah perbaikan
Tabel 4.21 Lembar Data untuk Pembuatan Peta Kontrol X-R area (b) setelah
perbaikan
28 25 .... 24
20
= 498 / 20
= 24.9 (sebagai CL pada peta R)
= 26.6/ 20
= 1.33 (sebagai CL pada peta X rata-rata)
Untuk membuat X Control Chart
UCL = X + A2 . R
= 1.33 + 0.577 x 24.9
= 15.697
LCL = X - A2 . R
= 1.33 - 0.577 x 24.9
= -13.037
Untuk membuat R Control Chart
UCL = D4 . R
= 2.114 x 24.9
= 52.639
LCL = D3 . R
=0
Apabila data X dan R diplotkan ke dalam grafik, maka akan tampak seperti
grafik di bawah ini :
Gambar 4.29. Grafik Peta Kontrol X rata-rata pada area (b) setelah perbaikan
Gambar 4.30. Grafik Peta Kontrol R pada area (b) setelah perbaikan
Dari grafik peta Kontrol X rata-rata dan R baik baik pada area (a) maupun (b)
setelah mesin diperbaiki terlihat bahwa seluruh data hasil observasi pengukuran
berada dalam batas pengendali statistik, dan pada peta X rata-rata garis batas
pengendali atas (UCL) yang tadinya jatuh berada di atas toleransi atas produk
(USL) sekarang sudah berada di bawah USL, hal ini mengindikasikan bahwa
dimensi hasil machining M03 sekarang sudah terdistribusi normal (penyebarannya
mendekati spesifikasi nominal) dan tidak ditemukan produk yang
dimensinya