PENDAHULUAN
peratama. Pada skrining kedua, proteinuria persisten ditemukan pada 10 pelajar (0.8% dari
cohort original), dengan 0.3% memiliki proteinuria lebih dari 0.5 gram/24 jam. Sebagai alat
skrining, dipstick telah digunakan secara luas, untuk menghemat waktu dan merupakan tes
yang sederhana dan murah. Tes ini menjadi acuan dalam evaluasi fungsi ginjal dan efektif
untuk mendeteks abnormalitas terutama lebih banyak digunakan pada negara berkembang.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Proteinuria adalah protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai
normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari
140mg/m2. Dalam keadaan normal, protein di dalam urin sampai sejumlah tertentu
masih dianggap fungsional. Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin
rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu
bukti adanya penyakit ginjal yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah
penting
dan
memerlukan
penelitian
lebih
lanjut
untuk
menentukan
Derajat dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada
ginjal. Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus, tetapi
tidak memasuki urin. Dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin
dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding
glomerulus.3,5 Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke dalam
urin. Protein yang lebih kecil dari 20 kDal secara bebas di saring tetapi diabsorbsi
kembali oleh tubulus proksimal. Pada individu normal ekskresi protein kurang dari
150mg/hari dan albumin hanya 30mg/hari, sisa protein pada urin akan diekskresi
oleh tubulus (Tamn Horsfall, Imunoglobulin, dan Urokinase).
Membran basalis glomerulus mampu menangkap protein besar (>100kDal),
sementara foot processes dari epitel /podosit akan memungkinkan lewatnya air dan
zat terlarut kecil untuk transport melalui saluran yang sempit. Saluran ini ditutupi
oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamate, aspartate dan asam silat yang
bermuatan negative pada pH fisiologis. Muatan negative akan menghalangi
transport molekul anion seperti albumin.
Mekansime lain dari terbentuknya proteinuria yaitu ketika terjadi produksi
berlebihan dari protein abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus. Ini
biasa dijumpai pada diskrasia sel plasma ( myeloma multipel dan limfoma) yang
dihubungkan dengan produksi monoclonal rantai pendek.Bila ekskresi protein urin
total melebihi 3.5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminuria,
hyperlipidemia, dan edema (sindrom nefrotik). Ekskresi yang melebihi 3.5 gram
dapat timbu;l tanpa gambaran atau gejala lain dari sindrom nefrotik pada beberapa
penyakit ginjal lain.3
2.3 Etiologi
2.3.1. Proteinuria fisiologis
Proteinuria tidak selalu menunjukkan kelainan atau penyakit ginjal. Pada
keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang
dari 200mg/hari dan bersifat sementara. Hal ini dapat terjadi keadaan demam
3
tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang berat, 4,7 transfusi darah/plasma, atau pasien
yang kedinginan, serta pasien hematuria yang ditemukan proteinuria massif yang
disebabkan banyaknya eritrosit yang pecah dalam urin (positif palsu proteinuria
massif). Prpteinuria fisilogis juga dapat terjadi pada masa remaja dan juga pada
pasien yang lordotik.4
2.3.2. Proteinuria patologis
Tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya penyakit
ginjal polikistik, penyakit ginjal obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obat
analgetik dan kelainan kongenital. Walaupun demikian, proteinuria adalah
manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi
ginjal. Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun non diabetes, proteinuria
dianggap sebagai factor prognostic yang bermakna dan paling akurat. Resiko
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular juga meningkat secara bermakna dengan
adanya proteinuria.
Proteinuria yangberat seringkali disebut massif, terutama keadaan nefrotik,
yaitu protein dalam urin lebih dari 3-3.5 gram /24 jam pada dewasa atau
40mg/m2/jam pada anak-anak., biasanya berhubungan secara bermakna dengan
lesi/kebocoran glomerulus.4
Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal di mana
albumin adalah jenis protein yang paling dominan (60-90%) pada urin, sedangkan
sisanya protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma
meningkat:
1). Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang mempengaruhi glomerulus.
Protein plasma, terutama albumin, dapat melalui glomerulus. Pada penyakit
glomerulus dikenal penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan
4
kegagalan selularitas yang berubah. Pada penyakit ginjal yang lain sebagaimana
GN proliferatif dan nefropati membranosa, terjadi defek pada ukuran;
2).
Faktor-faktor
hemodinamik
seperti
peningkatan
tekanan
kapiler
Mikroalbuminuria
Pada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30 mg/hari. Bila albumin
Proteinuria terisolasi
Proteinuria terisolasi adalah sejumlah protein yang ditemukan dalam urin
tanpa gejala pada pasien sehat yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau
penyakit sistemik. Proteinuria ini hampir selalu ditemukan secara kebetulan dapat
menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang mungkin saja timbul karena
posisi lordotik tubuh pasien. Biasanya sedimen unin normal. Dengan pemeriksaan
pemeriksaan ginjal tidak ditemukan gangguan abnormal ginjal atau saluran kemih
dan tidak ada riwayat gangguan ginjal sebelumnya. Biasanya total ekskresi protein
urin kurang dari 2g/hari. Data insidens dan prevalensi terisolasi isolated
proteinuria ini pada grup usia berapa dan populasi yang mana, belum ada. Yang
jelas pada berbagai populasi prevalensinya bervariasi antara 0,6-10,7%.
Proteinuria terisolasi dibagi dalam 2 kategori: 1). Jinak, termasuk yang
fungsional, idiopatik, transien/tidak menetap, ortostatik, dan intermiten; 2). Yang
lebih serius lagi adalah yang mungkin tidak ortostatik dan timbul secara persisten.
1. Proteinuria terisolasi jinak
a. Proteinuria Fungsional
Ini adalah bentuk umum proteinuria yang sering terlihat pada pasien
yang dirawat di rumah sakit karena berbagai penyakit. Biasanya
berhubungan dengan demam tinggi, latihan sternosus, terpapar dengan
dingin/kedinginan, stres emosi, gagal jantung kongestif, sindrom obstruksi
sleep apnea, dan penyakit akut lainnya. Sebagai contoh ekskresi protein
meningkat 2-3 kali setelah latihan sternosus tetapi hilang kembali setelah
istirahat. Sebenarnya, kunci keadaan ini proteinuria tidak tampak dengan
segera. Proteinuria tersebut adalah jenis/tipe glomerulus yang diyakini
disebabkan oleh perubahan hemodinamik ginjal yang meningkatkan filtrasi
glomerulus protein plasma. Penyakit ginjal yang progresif tidak timbul pada
pasien ini
7
jika tidak ada proteinuria dalam specimen urin berarti kondisi ini hanya
transient atau fungsional. Nilai kembali dan tidak perlu melakukan tes
ulang.
Jika proteinuria ditemukan tiap saat, periksa Blood Urea Nitrogen
(BUN), kreatinin dan klirens kreatinin, ukur ekskresi protein urin 24
jam, USG ginjal dan tes protein ortostatik/postural.
Jika fungsi ginjal/hasil USG tidak normal, kembali ke Ia. Jika fungsi
ginjal dan hasil USG normal dan proteinuria adalah tipe postural, tidak
diperlukan tes berikutnya Follow up pasien tiap 1-2 tahun, kecuali :
10
Proteinuria
(deteksi dengan
11
Bukti penyakit
TIDAK
ADA
Proteinuria
transiens/
fungsional
Fungsi ginjal
dan USG
Fungsi ginjal
dan USG
Proteinuria
ortostatik/post
Proteinuria
non ortostatik
Perbaikan
proteinuri
a/
Proteinuri
Proteinuri
a
Follow
up tiap
1-2 th
diagnosis
Ulang urin
Kwantitatif 2-3x
Proteinuri
a
Proteinuri
a
Proteinuri
a
< 30 thn
> 30 thn
Follow up
tiap 6
bulan
Follow
up tiap
1-2 th
12
Keterangan gambar :
13
BAB III
14
KESIMPULAN
Proteinuria adalah suatu keadaan dimana dideteksinya kadar protein di dalam
urin
DAFTAR PUSTAKA
1. Tayeb ME, Setouhy E, Sayed HE, Elshahawy Y, Sany D, Bichari W, Shaban
A. Screening of proteinuria in young adults: is it worthwhile?. Egypt: Ain
Shams University; 2010.
2. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases.
Proteinuria. USA: NIH Publication; 2014
3. Naderi AS, Reilly RF. Primary Care Approach to Proteinuria. Department of
Internal Medicine-The University of Texas Southwestern Medical Center.
JABFM. Dallas. 2008;21:569-574
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing. Jakarta. 2009;5:956-961
5. Kidney Research UK. Protein in urine (proteinuria). United Kingdom:
Kidney Research UK, Kings Chamber, Priestgate, Peterborough; 2008.
6. Kashif W, Siddiqi N, Dincer HE, Hirsch S. Proteinuria: How to Evaluate an
Important Finding Vol 70. Cleveland Clinic Journal of Medicine.
Chicago.2003;6:535-547
15
16