TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir
terhadap iskemia miokard yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati
setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,
kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobik lenyap dan sel tidak
dapat memenuhi kebutuhan energinya. (Corwin, 2009, hal: 495)
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard yang disebabkan oleh
tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut arteri koroner.
Sumbatan ini sebagian besar disebabkan rupture plak ateroma pada arteri
koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya thrombisis, vasokonstriksi,
reaksi inflamasi dan mikroembolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan ini
dapat juga disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli atau vaskulitis.
Infark miokard akut adalah oklusi koroner akut yang disertai iskemia
berkepanjangan yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian
(infark) miokard. Iskemia sendiri merupakan suatu keadaan transisi dan
reversible pada miokard akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan
kebutuhan miokard yang menyebabkan hipoksia miokard.
B. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari infark miokard yaitu rupturnya plak
arterosklerosis pada arteri coronaria yang disebabkan spasme arteri atau
terbentuknya trombus. Infark miokard akut terjadi jika suplai oksigen yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga
menyebabkan kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang dapat
menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berhubungan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu
mampu
bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus
disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari
pepompaan yang tidak efektive.
3. Gejala-gejala
a. Nyeri yang sangat hebat, terutama ditengah-tengah dada yang
b.
c.
d.
e.
f.
paroksimal)
g. Pada auskultasi suara jantung yang lemah dan jauh, kadang-kadang
terdengar suara berderap, sebagai tanda telah terjadi gagal jantung
kiri.
Acut myokard infark juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi
a. Usia, biasanya diatas 40 ahun
b. Jenis kelamin (pria:wanita 3:1)
c. Hipertensi
d. Diabetes melitus
e. Hiperkolestrolemia
f. Merokok
2. Faktor pencetus
a. Berkurangnya aliran darah koroner misalnya karen:
1) Aritmia
2) Gagal jantung
3) Hipoksia
4) Udara dingin
b. Kerja jantung yang meningkat karena:
1) Kerja fisik yang berlebihan
2) Ketegangan jiwa (stress)
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan EKG 12 sandapan Infark miokard akut diklasifikasikan
menjadi:
1. Infark miokard akut ST-elevasi (STEMI)
Oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih
luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya
elevasi segmen ST pada EKG.
2. Infark miokard akut non ST-elevasi (NSTEMI)
10
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki kembali aliran pembuluh
koroner sehingga reperfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut,
serta mencegah kematian mendadak dengan memantau dan mengobati aritmia
maligna. Meskipun penderita tidak meninggal akibat serangan infark akut,
tetapi bila infarknya luas penderita akhirnya bisa jatuh ke dalam gagal jantung.
Karena itulah pendekatan tatalaksana infark akur mengalami perubahan dalam
dekade terakhir ini dengan adanya obat-obat trombolisis. Trombolisis bahkan
11
dapat diberikan sebelum di bawa ke rumah sakit bila ada tenaga yang terlatih.
Dengan trombolisis kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
1. Penatalaksanaan pra rumah sakit
a. Bagi orang awam mengenali gejala serangan jantung dan segera
mengantarkan pasien mencari pertolongan ke rumah sakit atau
menelpon rumah sakit terdekat meminta dikirimkan ambulan beserta
petugas kesehatan terlatih
b. Petugas kesehatan/dokter umum di klinik
1) Mengenali gejala dan pemeriksaan EKG bila ada
2) Tirah baring dan pemberian oksigen 2-4 L/menit, berikan aspirin
60-325 mg tablet kunyah bila tidak ada riwayat alergi aspirin
3) Berikan preparat nitrat sublingual misalnya isosorbid dinitrat 5 mg
diulang setiap 5-5 menit sampai 3 kali
4) Bila memungkinkan pasang jalur infus
5) Segera kirim ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas ICCU
(Intensive
Coronary
Care
Unit)
yang
memadai
dengan
12
dan 30% pada hipertensi, tetapi tekanan darah sistolik harus >
90mmHg
e. Penyekat beta atau Beta Blocker bila tidak ada kontraindikasi
terutama pada pasien dengan hipertensi dan takiaritmia yaitu
bisoprolol mulai 2,5-5 mg atau metoprolol 25-50 mg atau atenolol 2550 mg
f. Pemberian Angiotensisn Receptor Blocker (ARB) bila pasien
intoleran dengan ACE inhibitor
g. Mengatasi nyeri. Pemberian morfin sulfat intravena 2-4 mg dengan
mengatasi interval 5-15 menit bila nyeri belum teratasi
h. Pemberian laksatif untuk memperlancar defekasi
i. Pemberian antiasietas sesuai evaluasi selama perawatan. Dapat
diberikan diazepam 2x5 mg atau alprazolam 2x0,25 mg.
j. Hindari segala obat golongan antinyeri non inflamasi (NSAID)
kecuali aspirin.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita AMI
yaitu:
1. Elektrokardiografi (EKG)
Adanya gelmbang patologik disertai peninggian segmen ST yang konveks
dan diikuti gelombang T yang negatif dan simetrik. Yang terpenting ialah
kelainan Q yaitu menjadi lebar (lebih dari 0,4 sec) dan dalam (Q/R lebih
dari 1/4)
2. Laboratorium
Creatinin fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi
karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran
darah. Normal 0-1 mU/ml. Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama
(kurang lebih 6 jam sesudah serangan) dan kembali ke nilai normal pada
hari ketiga.
3. SGOT ( Serum Glutamic Oxalotransaminase Test)
Normalnya kurang dari 12 mU/ml. Kadar enzim ini biasanya baru naik
pada 12-48 jam sesudah serangan dan akan kembali kenilai normal pada
hari ke 4 sampai 7. LDH (Lactic De-hydroginase), normalnya kurang dari
13
195 mU/ml. Kadar enzim baru naik biasanya sesudah 48 jam, akan
kembali kenilai normal antara hari ke 7 sampai 12.
4. Pemeriksaan lainnya adalah ditemukannya peninggian LED, leukositosis
ringan dan kadang-kadang hiperglikemia ringan.
5. Kateterisasi
Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi. Radiologi,
hasilnya tidak menunjukan secara spesifik adanya infark miokardium,
hanya menunjukan adanya pembesaran jantung.
6. HBDH merupakan enzim non spesifik. Untuk diagnostik miokard infark
pemeriksaan ini berujuan untuk membedakan LDH 1,2 dan LDH 3,4,
peningkatan HBDH biasanya juga menandai adanya miokard infark da
juga diikuti peningkatan LDH.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita miokard
infark akut:
1. Nyeri akut b.d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan tubuh
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama
dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan
vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktural seperti
aneurisma dan kerusakan septum.
J. NTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
INTERVENSI
RASIONAL
verbal,
perubahan
hemodinamik
2. Menurunkan rangsang eksternal yang
2. Berikan lingkungan yang tenang dan
dapat memperburuk keadaan nyeri
tunjukan perhatian yang tulus kepada
yang terjadi
klien
3. Membantu menemukan persesi-respon
3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas
nyeri dengan memanipulasi adaptasi
dalam perlahan, distraksi, visualisasi
fisiologis tubuh terhadap nyeri
bimbingan imajinasi)
4. Obat-obat antalgetik seperti morfin
14
pemberian
obat
sesuai
indikasi:
Antiangina seperti nitogliserin
Beta Bloker seperti atenolol, pindolol
dan propanolol
Analgetik seperti morfin, meperidin
Penyekat saluran kalsium seperti
verapamil, diltiazem
RASIONAL
dan
batasi
terhadap
aktivitas
2. Menentukan kerja miokard/konsumsi
oksigen, dapat menurunkan komplikasi
3. Manuver
valsava seperti menahan
aktivitas
3. Anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abdominal
dapat
mengakibatkan
kemudian
disusul
dengan
pengunjung
sesuai
dengan
keadaan klien
program
15
RASIONAL
(bila memungkinkan)
miokard
dan
rangsang
vegal.
dan
atau
sebelumnya.
berhubungan
masalah
Hipotensi
dengan
mungkin berhubungan
16
iskemia
5. Jalur IV yang paten penting untuk
pemberian obat darurat bila terjadi
disritmia atau nyeri dada berulang
6. Pacu jantung mungkin merupakan
tindakan dukungan sementara selama
permanen
pada
infark