Anda di halaman 1dari 8

Hamba Baca, Hamba Syetan dan Hamba Tuhan

Di dunia ini banyak orang merasa menjadi hamba Tuhan, kalau kita ke mesjid, bias
anya ada papan pengumuman yang menampilkan nama-nama orang yang memberikan sumba
ngan untuk mesjid, kalau sumbangan dalam jumlah besar ditulis nama penyumbangnya
, misalnya, dari Haji Polan , atau dari Kiayi Anu , akan tetapi kalau sumbangannya dib
awah Rp. 50.000,- biasanya cukup menulis inisial, dari Hamba Allah . Karena malu su
mbangannya kecil lantas dia bersembunyi dibalik nama Hamba Allah , rasanya gampang
sekali orang mengaku jadi hamba Allah, apa benar seorang yang memberikan sumbang
an dalam jumlah tertentu bisa secara otomatis menjadi hamba Allah? Atau Cuma pen
gakuan kita aja sementara Allah tidak mengakui kita sebagai hambanya? Pertanyaan
ini perlu menjadi bahan renungan untuk kita semua, sesuatu yang terkadang tidak
lagi menjadi perhatian karena sudah menjadi suatu kelaziman, lebih jauh saya co
ba memberikan pertanyaan yang lebih spesifik, Sudahkah kita menjadi hamba Allah? ,
apa kriteria seseorang itu bisa digolongkan sebagai Hamba Allah?.
Judul tulisan ini tentunya akan menggugah selera kita untuk mengajukan banyak pe
rtanyaan, diantaranya apa itu Hamba Baca, trus bagaimana dengan hamba Syetan, ap
a beda Hamba Tuhan dengan Hamba Syetan?
Saya berharap pembaca sufimuda punya cukup kesabaran membacanya, karena masalah
ini tidak bisa dijelaskan secara definisi, misalnya hamba syetan adalah ., hamba T
uhan adalah , saya lebih tertarik membahas ketiganya dalam bentuk cerita, permisal
an dan contoh, selanjutnya terserah kepada pembaca untuk memberikan definisi men
urut selera masing-masing.
Hamba Baca
Terkadang saya jadi tidak sabar menghadapi orang-orang baru pandai membaca, hapa
l sekian hadist, hapal sekian ayat Al-Qur an, menjalankan ibadah menurut pengetahu
annya, memperpanjang jenggot sebagai bagian dari sunnah Nabi (padahal masih bany
ak sunnah lain yang lebih pokok), dan bangga dengan jidat hitam sebagai tanda or
ang sering shalat, sebagai tanda bekas sujud katanya, tentang ini saya masih pen
asaran, kok bisa jidatnya hitam, padahal saya juga melaksanakan shalat wajib dan
sunnat mulai dari umur 6 tahun tidak pernah tinggal sampai sekarang jidat saya
kok gak hitam-hitam juga, apa saya belum beriman? Atau saudara-saudara kita yang
hitam jidatnya kalau sujud digosok-gosok jidatnya ke lantai biar hitam, kecurig
aan ini timbul karena ada teman baru 3 bulan masuk golongan berjubah-jubah langs
ung jidatnya jadi hitam, saya sebenarnya pengen nanya, pake obat apa?
Orang-orang yang beragama pada tataran membaca ini biasanya punya semangat tingg
i, kalau ada orang melakukan ibadah tidak sesuai dengan apa yang dia baca langsu
ng di cap bid ah, syirik, kafir, istilah kerennya TBC (Tahayul Bid ah Chufarat) yang
benar cuma dirinya aja, dengan menyandang gelar Ustad tentu dihormati dan gampa
ng sekali mengeluarkan fatwa lagaknya seorang ulama besar. Saya pernah ikut sebu
ah pengajian, sebenarnya bukan niat ikut, dulu waktu saya kuliah setelah shalat A
shar di kampus, saya duduk di mushala, disitulah komunitas orang-orang alim ini me
mbahas masalah hukum merayakan maulid. Peserta pengajian bertanya, Ustaz, apa bol
eh kita merayakan maulid? tanpa menunggu pertanyaannya selesai sang Ustaz dengan
spontan menjawab, Haram hukumnya melaksanakan maulid, lebih besar dosanya melaksa
nakan maulid daripada berzina atau mencuri, kalau mencuri dan berzina bisa berta
ubat tapi kalau merayakan maulid adalah bid ah yang mengarah kepada pengkultusan m
anusia, ini tergolong menyekutukan Allah, kekal dalam neraka, ulama salafus shal
ih tidak saya langsung angkat kaki mendengar ocehan sang Ustaz. Hebatnya, dia bisa
menetapkan hukum hanya bermodalkan beberapa buah hadist. Padahal ulama dulu san
gat hati-hati dalam mengeluarkan fatwa. Prof Abu Khaled Al Fadh ahli fiqh yang t
elah membaca lebih 50.000 judul kitab klasik dan modern termasuk karya-karya yan
g masih dalam bentuk manuskrip mengatakan bahwa seseorang boleh disebut sebagai
Fuqaha (ahli hukum Islam) dan boleh mengeluarkan fatwa apabila telah mempelajari
minimal 20 tahun tentang hukum Islam dari berbagai mazhab. Kalau sekarang cukup
ikut kajian di kampus 3 bulan sudah langsung bisa mengeluarkan fatwa. Dan fatwa
-fatwa kelas teri ini sangat berbahaya karena biasanya keluar atas ketololan dia
dalam memahami agama. Inilah yang seharusnya diberi gelar SESAT DAN MENYESATKAN .
Orang-orang yang terfokus kepada bacaan, dalil-dalil ini saya golongkan kepada H
amba Baca dengan segala ciri-ciri yang telah saya uraikan di atas. Menghadapi or

ang seperti ini kalau anda bawa sekarung dalil kalau tidak sesuai dengan apa yan
g dia baca pasti dia bantah. Kalau kita bertanya secara kritis, apa hubungan mem
baca dengan Tuhan? Apa setelah kita baca sekian ayat, kita hapal ribuan hadist l
angsung bisa menjadi hamba Allah?
Hapalan tetaplah hapalan, itu akan disimpan didalam otak, tahukah anda beda tuka
ng becak/pengemis dijalanan dengan profesor? Kalau mereka sama-sama tidur tidak
ada bedanya, coba ajukan satu pertanyaan kepada mereka (Pengemis dan Profesor),
pasti keduanya sama-sama tolol tidak bisa menjawab pertanyaan.
Siapa yang bisa menjawab pertanyaan kalau lagi tidur? Yang bisa menjawab pertany
aan adalah Para Rasul, Para Nabi dan Guru Mursyid yang Kamil Mukamil, bagi merek
a antara tidur dan jaga tidak ada bedanya.
Hamba Syetan
Orang yang hanya pandai membaca ini, coba kita tanya, kalau anda shalat apa yang
anda ingat? jawabnya Allah , apa benar anda ingat Allah, apa anda sudah kenal dengan
Allah? Sudah pernah anda jumpa dengan Allah? Bagaimana anda bisa mengingat sesu
atu yang belum pernah anda jumpai?
Pertanyaan kritis (mungkin juga dianggap gila) sudah selayaknya kita tanyakan, s
elama ini kita merasa menyembah Allah, padahal kita cuma menyembah dinding, cuma
menyembang tikar sembahyang. Selama ini kita merasa mengingat Allah padahal yan
g kita ingat Cuma masalah kita, derita kita, pacar, kawan, dan beribu-ribu kenan
gan datang saat kita beribadah? Apa ini yang dinamakan khusuk?
Dan lebih parah lagi orang-orang seperti ini biasanya sok khusuk, mengosongkan d
iri katanya, padahal di dunia ini tidak ada yang kosong.
Yang harus kita ketahui bahwa syetan itu tamatan universitas langit, umurnya rib
uan tahun, bisa masuk kemana saja, bisa menyerupai wajah apa saja kecuali wajah
Rasulullah SAW dan ulama pewaris nabi.
Artinya ketika kita shalat terbayang wajah istri, anak, kampus, pohon dan lain-l
ain hakikatnya kita membayang wajah syetan (ingat seluruh wajah bisa ditiru syet
an), kalau kita shalat maksud hati menyembah Allah eh rupanya yang disembah adal
ah syetan, inilah yang saya maksud dengan Hamba Syetan.
Mas sufimuda, bukankah syetan itu takut dengan ayat-ayat Al-Qur an? Benar, ayat Al
-Qur an yang diucapkan oleh orang yang beserta Allah, coba kalau ayat Al-Qur an itu
dibaca oleh orang yang tidak beriman, misalnya orang yahudi, apa syetan lari?
Bukan bacaan Al-Qur an produksi kita yang membuat syetan lari terbirit-birit, tapi
bacaan Al-Qur an yang tersalur dari dada Rasulullah SAW terus kepada para Khalifa
hnya sampai kepada kita.
Pernah kita meriset ayat-ayat Al-Qur an? Misal A uzubillaahi minasy syaithaanir rajii
m apa pernah syetan lari kalau kita membacanya?
Waktu saya kecil kira-kira umur 14 tahun, dikampung kan biasa ada pengajian Al-Q
ur an (Tadarus) dibulan Ramadhan, jarak antara rumah saya dengan Mesjid lebih kura
ng 200 meter, jalannya gelap. Sepulang ngaji, jam 2 malam, karena takut saya bac
a ayat Kursi yang katanya bisa mengusir syetan, tiba di Wahuwal aliyul azim eh bukan
syetan yang lari tapi malah saya yang lari..
Sudah saatnya kita meng Upgrade diri kita dari hamba baca/hamba syetan beralih k
epada hamba Tuhan, kalau pengetahuan kita tidak di Upgrade, sangat disayangkan,
shalat masuk neraka wail, puasa hanya lapar dan dahaga, pergi ke Haji hanya jump
a dengan sebongkah batu bernama Ka bah, benar sekali Hamzah Fanshuri menyindir dal
am syairnya, pergi ke Mekkah mencari Allah pulang kerumah bertemu Dia.
Coba renungkan, seorang melaksanakan tata cara shalat seperti yang pernah dipela
jari umur 7 tahun, paling kalau sudah dewasa ditambah dengan mengetahui makna ba
caan, dia melaksanakan shalat sampai lanjut usia dengan ilmu shalat yang diperol
eh ketika umur 7 tahun, tidak maju-majunya.
Ia tidak pernah diajar bagaimana cara pelaksanaan teknis memusnahkan IBLIS dalam
hati sanubari, yang sebenarnya adalah POKOK/PANGKAL dari shalat yang khusuk.
Ia hanya diajarkan menyebut A uzubillaahi minasy syaithaanir rajiim yang dproduksi
nya sendiri secara awam, ia sebenarnya baru diajarkan meniru bunyi, tanpa pernah
diajarkan cara pelaksanaan teknisnya menyalurkan Ayat tersebut dari Sumbernya y
ang Maha Dasyat, yang diarahkan pada sasarannya, sehingga musnah sama sekali, wa
laupun kepada kita dipesankan untuk melaksanakan shalat khusuk, tapi bagaimana s
halat bisa khusuk dari dalam masih ada unsur Iblis yang mengganggu, seperti yang

difirmankan Allah dalam surat An-Nash, syetan berbisik-bisik dalam dada manusia
sejak lahir, dan tentu bisikan itu akan terus ada sampai akhir hayat kalau tida
k tahu cara/teknis mengusirnya. Dari dunia beserta Iblis sampai ke akhirat kelak
dalam diri masih bersemayam sang Iblis beserta bala tentaranya, sudah pasti tid
ak akan pernah mencium bau syurga.
Kenapa ustaz tidak pernah bisa menjelaskan bagaimana shalat menjadi khusuk? Baga
imana kita bisa berjumpa dengan Allah? Ya karena itu bukan ilmu yang dipelajarin
ya, bagaimana mungkin seorang ahli hukum misalnya bisa menciptakan mobil, apa bi
sa dengan mengalun-alunkan ayat-ayat buku teknis membuat mobil lantas bisa mobil
itu terwujud? Mustahil, harus kita serahkan kepada yang ahlinya, yang mengerti
tentang teknologi mobil, yang pernah mendapat pelatihan oleh yang ahli pula, dan
tentunya punya bengkel untuk mempraktekkan segala yang tercantum dalam buku pet
unjuk membuat mobil.
Tentang Haji, saya pernah bertanya kepada orang yang baru pulang haji, dia denga
n sombongnya merasa telah menjadi tamu Allah. Saya bertanya, Kalau kita diundang
oleh Pak Camat, yang nulis surat pak camat apa bisa kita jumpa dengan Pak Camat?
dia jawab bisa . Kemudian saya tanya lagi, Kalau kita diundang oleh Gubernur, apa bi
sa kita jumpa dengan Gubernur?
tentu bisa jawabnya, dan kemudian saya tanya, Kalau kita diundang oleh Allah ke Bai
tullah, apa bisa kita berjumpa dengan Allah . Dia diam, pertanyaan ini tidak bisa
dijawab.
Jawabannya, tentu bisa, kalau anda bisa berjumpa dengan Allah di Jakarta, sudah
pasti di Mekkah akan jumpa juga karena Allah itu Maha Esa dan ada dimana-mana, K
alau di Jakata anda tidak kenal Allah sudah pasti di Mekkah juga tidak pernah an
da jumpai dan di akhirat apalagi
Hamba Tuhan..
Seorang hamba Allah sudah pasti kenal dengan Allah, sudah pasti pernah berjumpa,
sudah pasti yang dia ingat dan yang dia sembah adalah sesuatu yang Maha Nyata,
sehingga tidak mengherankan kalau orang-orang yang telah sampai tahap makrifat b
egitu yakin ketika berbicara tentang Allah.
Bagaimana kita kenal dengan mertua? Pernah kita bersalaman, pernah duduk berdial
og, kenal dengan orang tua juga demikian, lantas bagaimana kenal dengan presiden
? Kebanyakan orang cuma tahu presiden jarang sekali sampai ke tahap berkenalan.
Sangat disayangkan, kebanyakan orang merasa kenal dengan Allah, merasa menjadi h
amba Allah,
padahal
ya
padahal .

Hamba Baca, Hamba Syetan dan Hamba Tuhan (Bag-2)


Coba anda iseng bertanya kepada anak kelas 1 SD, berapa 3-5? Pasti dia balas nany
a, apa pertanyaannya gak salah tuch? Maksudnya 5-3 ya? Dan anda kembali mengajuka
n pertanyaan yang sama, pertanyaannya sudah benar, tiga kurang lima , dengan bingun
g anak SD itu mengamati jari nya, kemudian dia mengatakan kepada anda : Mana mung
kin bilangan kecil bisa mengurangi bilangan besar? kemudian karena anda sudah SMP
dan tahu perhitungan seperti itu dimana hasilnya adalah (-2) negatif 2 kemudian a
nda memaksakan ilmu anda kepada anak SD, apa yang terjadi? Pasti sang anak SD te
rsebut akan menyalahkan anda, dan menuduh anda sebagai orang yang suka mengada-n
gada, yang kalau dalam ilmu agama anda disebut sebagai pembuat pembuat bid ah J
Siapa yang salah?

Kemudian coba amati anak SD membaca, dengan suara yang keras dan berirama dia me
mbaca kata perkata, kalimat per kalimat dengan sangat hati-hati, setiap tanda ba
ca diperhatikan dengan baik, kalau ketemu dengan tanda tanya (?) maka dialunkan
suaranya dengan merdu sebagai tanda itu kalimat bertanya,
Perhatikan kemudian anak SMP membaca, tidak terdengar lagi suara, Cuma mulutnya
komat-kamit seperti mbah dukun baca mantera, kepalanya menggelang dari kiri ke k
anan, kemudian diulang lagi, terus dan terus seperti itu sampai dia selesai memb
aca.
Bagaimana anak SMA membaca? Wah lebih keren lagi, dengan menopangkan dagu di ked
ua telapak tangan, kepalanya menatap buku dengan serius, sekali-kali matanya ber
kedip, yang bergerak cuma mata sedangkan kepalanya diam, dan mulutnya terkunci r
apat, sekali-kali dia menyeka keringat di jidat tanda dia sedang memikirkan masa
lah yang rumit.
Ketiga cara membaca di atas yang mana yang benar? Jawabannya semuanya benar, cum
a tergantung tingkatan masing-masing, bisakah metode membaca anak SMA dipaksakan
kepada anak SD?
Jawabannya tentu TIDAK, kalau dia memaksakan pastilah anak SD menuduh anak SMA s
ebagai pembuat bid ah, karena ilmu seperti itu tidak pernah diterima di bangku SD,
guru-guru di SD pun sangat melarang murid-murid nya membaca tanpa membuka mulut
.
Ilustrasi di atas sepertinya cukup untuk menggambarkan bahwa ilmu apapun yang ki
ta pelajari mempunyai tingkatan atau level, terkadang antara level terendah deng
an level tertinggi seolah-olah bertolak belakang, tidak berhubungan sama sekali,
padahal sangat berhubungan cuma karena ada beberapa tingkatan yang belum dipela
jari maka tingkatan tertinggi itu terkesan aneh dan kadangkala menakutkan.
Dalam sebuah email yang dikirim ke saya, seorang mahasiswa penggemar berat webbl
og sufimuda, tiap hari dia baca artikel-artikel di sufimuda, kadang di ulang-ula
ng, suatu hari dia mengajak kawannya membaca sufimuda, dan apa yang terjadi, kaw
an-kawan dia semua pada takut membacanya, saya tanya kepada dia, apa sufimuda ta
mpilannya sangat mengerikan? Atau seperti penggambaran di atas, ketika anak SD m
elihat mahasiswa membaca sebuah buku humor sambil senyum-senyum, anak SD khawati
r kelak kalau jadi mahasiswa bisa gila karena membaca sambil senyum-senyum send
iri
Saya juga terkadang bertanya dalam hati, apa hakikat-hakikat yang dikemukakan da
lam sufimuda sedemikian mengerikan sehingga orang-orang yang belum mendalami tha
riqat jadi takut membacanya?
Akan tetapi saya menyakini bahwa masih banyak orang-orang yang memahami dan bisa
mengikuti apa yang selama ini ditampilkan di Sufimuda, yang bisa mengambil hikm
ah serta ilmu dan bisa menjadi obat dalam proses mencari kebenaran.
Siapa Sesungguhnya Hamba Allah?
Sebelum kita membahas tentang bagaimana menjadi Hamba Allah terlebih dahulu kita
harus tahu siapa hamba Allah. Tentu pembahasan ini tidak terlepas dari dalil-da
lil naqli yang terdapat dalam Al-Qur an dan Hadist sebagai pedoman umat Islam.
Allah berfirman dalam hadist Qudsi :
Apabila hamba-Ku menghampiri diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang lebih Aku c
intai dari pada sekedar mengamalkan apa-apa yang telah Ku wajibkan atasnya, dan
terus menerus menghampiri Ku dengan malan-amalan yang baik, hingga Aku mencintai
nya, maka apabila aku telah mencintainya, adalah Aku pendengarannya bila ia mend
engar, Akulah penglihatannya bila ia melihat, dan Aku lah tangannya apabia ia me
ngambil (melakukan sesuatu), Akulah kakinya bila ia berjalan, jika ia bermohon n
iscaya Aku perkenankan permohonannya dan jika meminta perlindungan kepada-Ku pas
tilah Aku lindungi dia. (H.R. BUKHARI).
Berdasarkan hadist di atas, seorang hamba Allah itu mempunyai kedudukan sangat i
stimewa, dimana penglihatan, pendengaran, tangan dan kakinya telah dipenuhi Nur
Allah, sehingga seluruh tubuhnya telah bermandikan nur, seluruh tubuhnya sudah m
encapai kullu jasad. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Saidina Umar Bin Kha
ttab apabila jin bersentuhan dengannya langsung mati, jangankan menggoda mendeka
ti pun tidak bisa.
Siapa orang yang do anya dikabulkan Tuhan?
Dizaman Nabi seseorang telah berbuat dosa kemudian meminta ampun kepada Allah, t

ernyata Allah tidak mengampuninya, kemudian dia memohon kepada Rasulullah SAW da
n atas permohonan Rasulullah SAW kepada Allah maka dosa orang tersebut diampuni
Tuhan.
Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur an Surat An-Nisa ayat 64)
Jikalau mereka telah menganiaya dirinya (berbuat dosa) lantas datang kepada-Mu (h
ai Rasulullah) lalu mereka memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan a
mpun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Mah
a Penyayang
Seorang Hamba Allah karena telah diliputi oleh Nur ala Nurin, dari seluruh tubuh
nya memancarkan cahaya Allah, sebagaimana firman Allah : Telah Aku ciptakan rupa
nur-Ku sebagaimana rupa hamba-Ku .
Kalaulah demikian kriteria seorang disebut sebagai hamba Allah, Marilah kita den
gan jujur bertanya dalam hati, apakah kita sudah menjadi hamba Allah? Apakah dir
i kita sudah diliputi nur-Nya sehingga syetan mana pun tidak akan berani meniru
apalagi menggoda?. Apakah kita ini sudah tergolong orang yang apabila bermohon k
epada Allah langsung dikabulkan? Kalau saya pribadi menjawab bahwa saya masih ja
uh panggang dari api. Dalam diri saya masih banyak hantu dari pada Tuhan. Terkad
ang orang tidak bisa membedakan yang mana hantu dan yang mana pula Tuhan. Bagai
mana mau membedakan sedangkan Tuhan yang disembah juga masih X, alias gaib.
Dan yang lebih konyol lagi, ada sekelompok orang yang masih memperdebatkan Tuhan
dimana, ada yang mengatakan Tuhan di langit dan ada yang mengatakan Tuhan itu a
da dimana-mana. Yang berpendapat Tuhan di mana-mana di cap sesat oleh kelompok y
ang berkeyakinan Tuhan hanya ada di langit. Inilah contoh orang yang sama-sama b
elum jumpa Tuhan.
Kenapa mesti sibuk-sibuk mencari Tuhan? Kenapa anda tidak mencari kekasih-Nya sa
ja, mencari hamba-Nya saja, pasti hamba dan kekasih-Nya tahu dimana Tuhan berada
. Mengutip ucapan Gusdur Itu aja kok repot
Tapi yang parahnya kaum wahabi mengingkari adanya wasilah dan menggolongkan or
ang-orang yang bertawasul itu sebagai pembuat bid ah dan berani menuduh sebagai sy
irik dan kufur, padahal rahasia agar bisa berjumpa Allah adalah dengan menemukan
channel-Nya, melalui frekwensi-Nya dalam Al-Qur an disebut sebagai NURUN ALA NURI
, itulah wasilah-Nya
Kalau kita merasa diri belum menjadi hamba-Nya, lalu bagaimana agar kita bisa me
njadi hamba-Nya?
Cara terbaik dan paling aman adalah mencari seseorang yang telah menjadi hamba-N
ya, kemudian dari Beliau kita belajar bagaimana cara menjadi hamba Allah. Bukank
ah cara itu lebih masuk akal ketimbang hanya sekedar membaca?

SI TOLOL, SI BIJAK, DAN KENDI


Seorang tolol merupakan panggilan bagi orang biasa, yang
senantiasa salah menafsirkan apa yang terjadi atasnya, apa
yang dikerjakannya, atau apa yang dilakukan orang lain. Ia
melakukan semuanya itu begitu meyakinkan sehingga bagi
dirinya dan orang-orang semacamnya segi kehidupan dan

pemikiran yang luas tampak masuk akal dan benar.


Seorang tolol semacam itu pada suatu hari disuruh membawa
kendi menemui seorang bijaksana untuk meminta anggur. Di
tengah jalan, karena kecerobohannya Si Tolol itu
membenturkan kendinya ke batu, dan pecah.
Ketika ia sampai dirumah orang bijaksana itu, ia memberikan
pegangan kendinya, katanya,
Tuan Anu menyuruh saya
memberikan kendi ini kepada Tuan, tetapi di tengah jalan ia
dicuri batu.
Karena terhibur dan ingin mendengar seluruh ceritanya, orang
bijaksana itu bertanya.
Karena kendi itu telah di curi, kenapa kau berikan kepadaku
pegangannya?
Saya tidak setolol yang disangka orang, kata Si Tolol itu,
oleh karena saya membawa pegangan kendi ini untuk
membuktikan kebenaran ceritaku.
Catatan
Suatu pokok pembicaraan yang banyak beredar di kalangan guru
darwis adalah bahwa kemanusiaan umumnya tidak bisa
membedakan suatu kecenderungan tersembunyi di balik
peristiwa-peristiwa,
yang
mestinya
memungkinkannya
memanfaatkannya sepenuh-penuhnya. Mereka yang mampu melihat
kecenderungan itu disebut Sang Bijaksana, sementara orang
kebanyakan disebut tidur, atau di panggil Si Tolol.
Kisah ini, yang dalam Bahasa Inggris dikutip oleh Kolonel
Wilberforce Clarke (Diwan-i-Hafiz) merupakan salah satu
contoh khas. Dengan menyerap ajaran itu lewat tokoh dan
kisah yang dilebih-lebihkan, orang-orang tertentu mampu
benar-benar memekakan
diri untuk menangkap kecenderungan
tersembunyi itu.
Kutipan ini berasal dari kumpulan kisah Sufi yang dikerjakan
oleh Pir-i-do-Sara,
Yang mengenakan Jubah Bertambal yang
meninggal tahun 1790 dan dimakamkan di Mazar-i-Sharif,
Turkestan.

Pertanyaan Malaikat.

tanya2Sewaktu saya kecil ketika umur 6 tahun saat mengaji saya banyak dapat pela
jaran tentang Agama dan yang paling menarik adalah tentang pertanyaan malaikat m
unkar nankir sang penjaga kubur. Malaikat menanyakan kepada kita, barangsiapa yan
g bisa jawab maka dia dapat nikmat dan barangsiapa tidak bisa jawab akan dicambu
k oleh malaikat demikian guru mengaji saya mengingatkan dan membuat kami semua ke
takutan. Saya sangat serius menghapal pertanyaan yang bakal ditanyakan malaikat
kelak kalau sudah meninggal dan kunci jawabannya. Saya masih ingat pertanyaan da
n jawaban yang diajarkan ketika saya mengaji waktu kecil :
Tanya : Man Rabbuka? Jawab : Allahu Rabbi. Allah Tuhanku.
Tanya : Man Nabiyyuka? Jawab : Muhammadun Nabiyyi. Muhammad Nabiku
Tanya : Ma Dinuka? Jawab : Al-Islamu dini.
Tanya : Man Imamuka? Jawab : Al-Qur an Imami.
Tanya : Aina Qiblatuka? Jawab : Al-Ka batu Qiblati.
Tanya : Man Ikhwanuka? Jawab : Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani.
Saya sangat serius menghapalnya, pertanyaan dan jawaban dalam bahasa Arab karena
saya diajarkan bahwa malaikat nanti bertanya dalam bahasa Arab. Setelah hapal,
saya benar-benar senang, akhirnya saya bisa jawab pertanyaan-pertanyaan malaikat
nanti, Alhamdulillah.
Waktu berlalu, sejak kelas 4 SD, saya selalu shalat berjamaah di mesjid, saya ma
sih ingat, di mesjid tersebut tiap selesai shalat magrib selalu ada ceramah samp
ai shalat Isya. Mulai senin sampai minggu, dengan materi yang berbeda-beda. Mala
m favorit saya adalah sabtu, karena malam itu ada kisah para Nabi, sahabat dan o
rang-orang shaleh. Dari ceramah yang saya dengar, ternyata untuk menjawab pertan
yaan malaikat tidak cukup dengan menghapal karena nanti di alam kubur, mulut tid
ak lagi bisa berbicara, yang menjawabnya adalah amal perbuatan kita. Setelah men
dengar penjelasan dari penceramah tersebut, saya tambah rajin beribadah sampai d
engan remaja.
Saya berkesimpulan kalau memang yang menjawab nanti adalah amal perbuatan, berar
ti kita tidak perlu menghapal seperti yang saya lakukan ketika umur 6 tahun, fok
us kepada menjaga shalat, puasa dan berbhakti kepada orang tua, berbuat baik kep
ada sesama pasti nanti kita bisa jawab pertanyaan malaikat.
Saya yakin anda juga mengalami pengalaman yang serupa dengan saya, awalnya kita
menghapal sampai kemudian timbul kesadaran lain kerena informasi yang kita terim
a berbeda. Ketika saya menekuni tarekat maka pemahaman saya pun berubah, barulah
saya bisa menemukan ilmiah nya, bagaimana amal perbuatan bisa menjawab pertanya
an malaikat. Guru saya cerita begini, Yang kembali kepada Allah itu bukan jasmani
tapi rohani makanya rohani manusia harus diajarkan cara menyebut nama Allah sel
agi masih hidup di dunia .
Kecerdasan akal fikiran tidak bisa diandalkan ketika berada di alam kubur, jangan
kan di alam kubur, ketika tidur saja manusia tidak sadar sama sekali, anak SD de
ngan professor ketika tidur sama-sama bodoh, kalau kita tanyakan sebuah pertanya
an pasti tidak bisa dijawab, konon lagi sesudah mati Begitu Guru saya menjelaskan
. Penjelasan itu menjadi bahan renungan saya, bahwa antara jasmani dan rohani it
u benar-benar beda, pelajaran agama yang begitu banyak saya dapatkan sejak umur
6 tahun ternyata hanya menyentuh jasmana saja, tidak kepada rohani.
Guru saya melanjutkan, Jasmani diajarkan oleh jamasni, diajarkan oleh Guru jasman
i, itulah fungsi Guru agama atau ustad, mereka mengajarkan ummat tentang Islam k
epada jasmani manusia, sedangkan untuk mengajarkan rohani kita tidak bisa dengan

jasmani tapi harus dengan rohani, dalam hal ini rohani sekalian manusia diajark
an oleh arwahul muqadasah Rasulullah SAW yang berada dalam diri Guru Mursyid yan
g Kamil Mukamil Khalis Muhklisin .
Setelah manusia diajarkan tentang pelajaran Agama Islam, maka menjadi Islam lah
manusia tersebut akan tetapi rohani nya masih belum karena rohani dan jasmani it
u berbeda. Pelajaran agama di sekolah, pasantren atau universitas Islam hanya bi
sa menyentuh jasmani manusia, ilmu agamanya tersimpan di otak dan ketika manusia
meninggal dunia segala hapalan itu hilang, lenyap tanpa bekas sedikitpun.
Satu-satu nya sekolah dimuka bumi yang mengajarkan rohani manusia agar bisa berk
omunikasi dengan Allah hanya Tarekat! Dibawah bimbingan Guru Mursyid yang sudah
mendapat ijzah dari Rasulullah lewat jalur keguruan (silsilah), maka para murid
di tarekat benar-benar bisa mencapai tahap makrifatullah.
Ketika rohani telah diajarkan tentang Islam, maka segala hal yang dianggap gaib
oleh jasmani akan menjadi nyata bagi rohani kita. Allah, Malaikat, Nabi/Rasul me
rupakan gaib bagi jasmani akan tetapi akan menjadi nyata bagi rohani ketika roha
ni tersebut berada pada dimensi yang sama dengan sosok yang mau dijumpai.
Bagi orang yang masih hidup di dunia ini, siksa kubur adalah gaib atau abstrak,
sedangkan bagi orang yang sudah meninggal dunia hal itu menjadi nyata atau konkr
it. Bagi orang di alam kubur, dunia menjadi gaib atau abstrak bagi mereka sement
ara bagi kita yang masih hidup di dunia ini akan menjadi nyata atau konkrit. All
ah pun sama, bagi orang yang belum diajarkan rohaninya, matahati nya masih buta
maka Allah menjadi gaib, akan tetapi bagi yang sudah diajarkan rohani nya maka A
lla menjadi nyata.
Banyak orang meyakini bahwa manusia hanya bisa berjumpa dengan Allah ketika manu
sia telah meninggal dunia dan berada di akhirat maka tidak heran kalau kita bica
rakan tentang jumpa dengan Allah kebanyakan yang terbayang adalah kehidupan sesu
dah mati. Orang lupa akan pesan Rasulullah, Mutu Qabla Anta Mutu matikanlah dirimu
sebelum engkau mati. Kapan kita mengalami kematian sebelum kematian, apanya yan
g mati? Bararti setelah kita mengalami Mati sebelum Mati di dunia ini maka kita ak
an berjumpa dengan Yang Maha Hidup.
Kembali kepada judul tulisan tentang pertanyaan malaikat, lebih menarik lagi unt
uk dibahas apakah semua orang ditanyakan oleh malaikat? Ataukah orang yang terind
ikasi berbahaya dan ada tanda-tanda tertentu saja yang ditanyakan. Seperti orang ma
suk kedalam Bandara, yang diperiksa oleh petugas bandara adalah orang yang ketik
a melewati pintu x-ray, alarm berbunyi, menandakan ada yang aneh dari orang yang
lewat patut diperiksa. Dalam pandangan saya, malaikat itu jauh lebih cerdas dan
lebih canggih dari petugas bandara.
Tulisan ini hanya sebuah pemikiran sebagai bahan bacaan menjelang berbuka puasa.
Saya ucapkan selamat berbuka puasa dan saya berdoa semoga seluruh yang membaca
tulisan ini menjadi orang yang dekat dengan Allah mencapai tahap Makrifatullah,
mengenal Allah sebagaimana Dia ingin dikenal, Aamiin Ya Rabbal Alamiin!

Anda mungkin juga menyukai