Anda di halaman 1dari 18

I.

Definisi
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh

dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau
permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.
II. Klasifikasi
Klasifikasi tumor ovarium dibagi menjadi :
1. Tumor ovarium jinak
a. Tumor ovarium non neoplastik :
1) Kista folikel
Merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling banyak dijumpai, ukuran
bervariasi antara 3-8 cm. kista ini disebabkan karena kegagalan ovulasi oleh
karena gangguan pelepasan gonadotropin hipofise. Cairan yang terdapat didalam
folikel yang seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga menyebabkan
pembesaran dari kista folikuler. Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun
ketidakteraturan haid, perdarahan diluar haid, bahkan torsi dapat terjadi. Bila
ukuran membesar maka dapat menyebabkan nyeri panggul, dyspareunia. Ukuran
kista < 6 cm dilakukan observasi selama 3 siklus haid tanpa pengobatan untuk
melihat regresi dari kista tersebut. Bila setelah observasi tidak didapatinya adanya
regresi dari kista tersebut dilakukan terapi operatif.
2)

Kista korpus luteum

Kista korpus luteum berbentuk unilokuler dengan ukuran bervariasi antara 3-11
cm. kista ini disebabkan karena terjadinya penumpukan cairan hasil resopsi darah
yang berasal dari perubahan korpus hemoragikum menjadi korpus luteum. Pada
ovulasi yang normal, sel-sel granulose yang melapisi folikel mengalami
lutenisasi. Pada tahap vaskularisasi, darah akan terkumpul di bagian sentral
membentuk korpus hemoragikum. Darah tersebut akan diresopsi dan terbentuk
korpus luteum, bila ukuran korpus luteum lebih dari 3 cm disebut dengan kista.
Kista korpus luteum yang dapat menyebabkan nyeri lokal dan amenorea sehingga
klinis kadang sulit dibedakan dengan kehamilan ektopik. Kista ini dapat

menyebabkan torsi maupun rupture sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
Seperti kista folikuler, kista korpus luteum dapat regresi setelah 2 atau 3 bulan
observasi.
3)

Kista inklusi germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada
wanita yang lanjut usia, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.
4)

Kista teka lutein

Disebabkan karena meningkatnya kadar gonadotropin korionik. Kista ini terjadi


pada pasien dengan penyakit mola hidatidosa, koriokarsinoma maupun pada
pasien yang mendapat terapi gnadotropin korionik dan klomifen sitrat. Kista ini
biasanya bilateral dan berisi cairan berwarna jernih. Keluhan abdomen tidak
terlalu nyata, meskipun kadang dijumpai keluhan nyeri panggul. Ruptur kista
sering terjadi sehingga menyebabkan perdarahan intraperitoneal. Kista ini dapat
sembuh secara spontan setelah terapi kehamilan mola ataupun setelah
penghentian pengobatan yang menyebabkan terjadinya kista ini. Prosedur
pembedahan dilakukan pada kista yang mengalami komplikasi seperti torsi
maupun rupture.
5)

Kista endometrium

Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.


6)

Kista stein leventhal

Kelainan yang menyebabkan ovarium menjadi pucat, mebesar 2-3 kali, polikistik
dan permukaannya licin, serta kapsul ovarium membesar. Kelainan ini disebabkan
oleh gangguan hormonal. Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi;
oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hyperplasia
endometrii sering ditemukan.

b. Tumor ovarium neoplastik


2

1). Kistoma ovarii simpleks


Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista
jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel
kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
2). Kistadenoma musinosum
Asal tumor ini belum diketahui pasti namun diperkirakan berasal dari suatu
teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemenelemen lain.
3). Kistadenoma serosum
Para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal epitelium).
4). Kista endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
5). Kista dermoid
Sebenarnya kista dermoid adalah satu teratoma kistik yang jinak dimana strukturstruktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut,
gigi, dan produk glandula sebasea.
2. Tumor ovarium ganas
a. Kistik
Kistadenokarsinoma musinosum, kistadenokarsinoma serosum,
epidermoidkarsinoma.
b. Solid
Karsinoma endometroid dan mesonefroma.
III. Faktor risiko
Faktor risiko berkembangnya kista ovarium adalah wanita yang biasanya
memiliki:
1. Riwayat kista ovarium terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur
3. Perut buncit
4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. Sulit hamil
6. Penderita hipotiroid
7. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi.

IV. Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap
gonadotropin.
1. Gestasional trofoblastik neoplasma (mola hidatidosa dan khoriokarsinoma).
2. Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel
permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik.
3. Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon
polikistik.
4. Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi
induksi ovulasi melalui manipulasi hormonal.
V.

Manifestasi klinik
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit

nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar dan
menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak biasa dilihat dari gejalagejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (diluar rahim) atau kanker
ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Gejala-gejala kista ovarium yang muncul sebagai berikut:
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).
3. Haid tidak teratur.
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
panggul bawah dan paha.
5. Nyeri senggama
6. Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil.
VI. Diagnosis
1. Anamnesa
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa
sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur.
Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi

penekanan terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih


2.

menjadi sering.
Pemeriksaan fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premenopaus yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopaus. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan

3.

ascites yang pasif.


Pemeriksaan penunjang
a. USG
Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan kista ovarium. Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid dan dapat
dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak.
Dapat membantu mengidentifikasi karakteristik kista ovarium.
b. Foto roentgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Pemeriksaan pielogram intravena dan pemasukan bubur barium pada kolon
dapat untuk menentukan apakah tumor brasal dari ovarium atau tidak,
misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah pelvis seperti
tumor kolon sigmoid.
c. Pengukuran serum CA-125
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA125 diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan ini apakah massa ini
jinak atau ganas.
d. Laparoskopi
Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan
laparoskop. Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi mengambil sedikit
hormon kista untuk pemeriksaan PA.

VII.

Penatalaksanaan
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi

dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak
melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang
tidak ganas adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba.
Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi
untuk diperiksa. Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan
terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista yang
berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak
dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan
untuk wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk
tidak dilakukan terapi. Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten
yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada
pasien dengna kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan
keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan risiko keganasan dan pada
pasien dengan kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparoskopi.
Eksisi kista dengan konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang
menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.
Pengangkatan ovarium seelhanya harus dipertimbangkan pada wanit post menopause,
perimenopause, dan wanita premenopause yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak
mengnginkan ganak lagi serta yang berisiko menyebabkan karsinoma ovarium.
Diperlukan konsultasid engan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk
endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi
ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA 125 leibh dari
35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga. Jika
keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang

dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat
kepastian tumor ganas atau tidak.
Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.
Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo-ooforektomi dan
appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja (ooforektomi
atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika stadiumnya masih muda, belum
mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti pada fow potential
malignancy (borderline). Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka
terhadap radiasi, disgermioma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan
obat sitstatika seperti agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan
antimetabolit (adriamycin). Follow up tumor gans sampai 1 tahun setelah penanganan
setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan
seterusma setiap tahun sekali.
VIII. Diagnosa banding
1. Kehamilan
2. Mioma uteri
3. Tumor kolon sigmoid
4. Ginjal ektopik
5. Limpa bertangkai
6. Ascites
IX.

Komplikasi
1. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga
berangsur-angsur

menyebabkan

pembesaran

kista,

dan

hanya

menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika


perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
2. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter
5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi
meskipun gangguan ini jarang bersifat total.

3. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
perut

dan

dapat

menekan

vesica

urinaria

sehingga

terjadi

ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna.


4. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga
besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
X.

Prognosis
Prognosis untuk kista jinak baik. Walaupun penganganan dan pengobatan
kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil
pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk
pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun.
Angka kelangsungan hidup 5 tahun (5 years survival rate) penderita kanker
ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%. Sedangkan sebagian besar
penderita 60-70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga
penyakit ini disebut juga dengan silent killer.

STATUS PASIEN
STATUS GINEKOLOGI
Tanggal Pemeriksaan : 23 November 2014
IDENTITAS
Nama

: Ny. Katima

Umur

: 69 Tahun

Alamat

: Jl. Bayaraya

Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRT

Pendidikan

: SD

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Sakit perut dan perut membuncit

Riwayat Penyakit Sekarang :


Perut membuncit dialami sejak 8 bulan lalu. pasien merasa perutnya semakin lama
semakin membesar membuat pasien susah untuk duduk. Namun pasien tetap bisa
berjalan dan berbaring. Pasien sudah merasakan sering sakit perut sebelah kanan
sejak 2 tahun lalu namun perut belum membesar seperti saat ini. Sejak 2 bulan
terakhir pasien hanya bisa makan sedikit-sedikit karena merasa penuh di perut jika
makan terlalu banyak. Pasien juga sering buang air kecil namun hanya keluar sedikitsedikit. Pasien telah berhenti haid kurang lebih 15 tahun. Saat masih haid tidak
9

pernah merasakan nyeri haid. Riwayat merokok (+) sejak usia kurang lebih 20 tahun
namun sejak 8 tahun yang lalu telah berhenti merokok. Riwayat minum kopi (+).
Riwayat penyakit terdahulu :
Sejak 2 tahun lalu pasien mengeluh sering sakit perut sebelah kanan namun tidak
pernah periksa ke dokter. Dismenorea (-), keputihan (-). Hipertensi (-), Diabetes
Melitus (-), Peny. Jantung (-), Asma (-), Alergi (-)
Riwayat penyakit keluarga :
-

Suami pertama pasien meninggal karena serangan jantung.


8 bulan lalu anak ke-3 pasien meninggal karna kanker payudara.

Riwayat pengobatan :
2 bulan lalu pasien memeriksakan penyakitnya ke PKM pantoloan lalu dirujuk ke
RSD Madani dengan kista, tidak di USG, selanjutnya dirujuk ke poli RSUD Undata,
di USG dan diputuskan untuk dirujuk ke Makassar karena terdapat tumor yang besar.
Namun pasien berinisiatif untuk berobat ke poli RSU Anutapura bagian penyakit
dalam lalu di arahkan ke poli KIA. Dari poli KIA pasien dibuatkan pengantar untuk di
rawat dan direncanakan dilakukan tindakan laparotomi dengan indikasi kista
ovarium.
Riwayat Obstetri dan ginekologi

1. Pasien menikah sebanyak 2 kali.


- Suami I : memiliki 3 orang anak, dan telah meninggal dunia karena serangan
jantung.
- Suami II : memiliki 9 orang anak, sekarang masih hidup.
2. Semua anak pasien lahir normal di rumah ditolong oleh dukun. Pasien lupa
3.
4.
5.
6.

umur sekarang dan BBL anaknya. Anak terakhir umur 24 tahun.


Riwayat pemakaian KB (-).
Penyakit pada organ reproduksi sebelumnya (-)
Menarche : umur 10 tahun
Coitarche : 11 tahun

10

PEMERIKSAAN FISIK
KU

: Sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Conjungtiva

: Anemis -/-

Sklera

: Ikterik -/-

Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah: 110/90 mmHg
Nadi

: 70 x/mnt

Respirasi

: 22 x/mnt

Suhu Tubuh

: 37, 2C

Kepala Leher
-

Konjungtiva : anemis -/Sklera


: ikterik -/Pembesaran kelenjar getah bening : -/Pembesaran kelenjar tiroid : -/-

Thorax
Pergerakan dada simetris ki=ka, retraksi -/-. Sonor ki=ka, bunyi paru vesikuler +/+,
wheezing -/-, rhonki -/-. BJ I/BJ II murni reguler. Murmur -/-.
Abdomen
Teraba massa kistik ukuran kurang lebih 20 x10 cm, mobile, permukaan rata, berbatas
tegas.
Genitalia
Pemeriksaan Dalam / vaginal toucher
-

Vulva / vagina
Portio
Uterus
Adnexa

: massa (-), abses (-)


: licin
: massa (-), atrofi (+)
: teraba massa kistik dextra, mobile, permukaan rata,

berbatas tegas, tidak nyeri.


Cavum douglas : dalam batas normal

ANJURAN

11

1.
2.
3.
4.

Cek darah lengkap, GDS, SGOT/SGPT, HbSAg, ureum, kreatinin.


Cek CA 125 dan CEA
Foto thorax
EKG

HASIL PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap :
RBC

: 3,9 x 10/mm3

(4,7-6,1)

WBC : 8,2 x 103 / mm3

(4,8-10,8)

HCT

: 32,6 %

(42-52)

PLT

: 336 x 103 / mm3

(150-450)

HB

: 11,1 g/dL

(14-18)

HCT

: 33,6 %

(42-52)

MCV : 83,9 %

(80-93)

MCH : 27,2 %

(27-31)

MCHC: 32,5%

(32-36)

RDW : 15,9%

(11,5-14,5)

Hitung jenis :
Neutrofil

: 47,1%

(51-67)

Limfosit

: 42,5%

(25-33)

Pemeriksaan kimia darah :


GDS

: 115 mg/dL

(170)

HbsAg : Non Reaktif


Faal hati
SGOT

: 24 /l

(6-30)

SGPT

: 16 /l

(7-32)

Albumin

: 3,82 g/dl

(3,4-4,8)

: 24 mg/dl

(10-50)

Faal ginjal
Ureum

12

Creatinin

: 1,23 mg/dl

(0,5-0,9)

Hasil USG abdomen


-

Tampak massa dominan kistik berseptasi (tebal) berbatas tegas ukuran kurang
lebih 21,6 cm x 11,1 cm. Kesan berasal dari adnexa yang meluas ke rongga

abdomen.
Hepar : ukuran, bentuk, tekstur normal. Bile duct tidak dilatasi.
GB
: echo batu (-)
Lien dan pankreas : echo normal
Ginjal dan buli-buli : echo normal

Kesan : suspek ovarium cyst.


Penanda tumor
CA 125 : 44,8 U/ml

(<= 35)

CEA

(<= 5)

: 2.700

DIAGNOSIS
Kista ovarium neoplasma
PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.

IVFD RL + drips farbion


Injeksi ketorolak 1 ampul/8 jam/IV
Konsul Interna
Rencana USG

Tanggal
17 November 2014

Follow Up
S : nyeri ulu hati (+), sakit perut (+)
O : KU : baik
TD : 110/70 mmHg
N : 78 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,50C

13

BAK : sedikit-sedikit
BAB : lancar
A : kista ovarium neoplasma
P:
-

injeksi ranitidin 1 ap/8 jam/iv


injeksi ketorolac 1 ap/8 jam/iv

jawaban konsul interna :


-

TD: 110/70 mmHg


N: 70x/m
P : 20 x/m
S : 36,5oC

Kepala- leher : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,


pembesaran KGB -/Thorax : whe-/-, Rh-/-,
Abdomen : teraba massa kistik pada abdomen, heparlien tidak dapat teraba.
Edema : -/Lab : dbn
Foto thorax : bronchitis
EKG : HR : 69x/m, irama sinus
A: tidak didapatkan keluhan di bagian penyakit dalam.
P :23 November 2014

S: nyeri berkurang, makan sedikit-sedikit karena perut


terasa penuh.
O : KU : baik
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
P : 24 x/menit

14

S : 360C
BAK : sedikit-sedikit
BAB : (-)
A : kista ovarium neoplasma
P:
25 November 2014

rencana laparotomi tgl 25/11/14


kolon skema hari ini
konsul anestesi
informed consent keluarga pasien
lapor ruang OK

S : nyeri perut (+)


O : KU : baik
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
P : 24 x/menit
S : 360C
BAK : kateter
BAB : (-)
A : kista ovarium neoplasma
P:
-

Dilakukan laparotomi hari ini.


Periksa PA pada jaringan kista

Advis post op:


-

Inj ceftriaxone 1 g/12 jam/IV


Inj. Transamin 1 amp/8 jam/IV
Inf metronidazole 500 mg/12 jam/IV
Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV
Inj. Ondancentron 1 amp/8 jam/IV
Inj. Ranitidin 1 amp/8 jam/IV
Observasi KU, TTV, dan perdarahan
Cek Hb 2 jam post op

15

26 November 2014

S : nyeri bekas jahitan (+), flatus (+), BAB : (-)


O : KU : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 70x/menit
P : 20x/menit
S : 37 0C
BAK : kateter
A : post laparotomi H-1
P:

27 November 2014

- Terapi injeksi lanjut


- Dulcolax supp II
- Mobilisasi bertahap
S : nyeri bekas jahitan op.
O : KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Konjungtiva Anemis : (-/-)
TD : 110/70 mmHg

R : 18 x/mnt

N : 98 x/mnt

S : 37,2C

A : post laparotomi H-2


P:
-

Metronidazol 3 x 500 mg
Cefixim 2 x 1
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Pronalgest supp 1/8 jam/rectal
Dulcolax supp 1
Aff kateter

16

Laporan Operasi
1. Disinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya
2. Pasang duk steril
3. Insisi dinding abdomen lapis demi lapis secara midline tembus secara tajam
dan tumpul
4. Tampak kista ovarium dextra ukuran kurang lebih 23x15 cm.
5. Dilakukan salfingo-ooforektomi dextra, jahit dan kontrol perdarahan.
6. Lakukan histerektomi total + salfingo-ooforektomi sinistra:
a. Jepit ligamentum rotundum sinistra.
b. Gunting dan ikat.
c. Bebaskan plica vesicovaginalis dorong ke atas distal.
d. Jepit/klem ligamentum infundibulum pelvicum sinistra.
e. Jahit dan ikat.
f. Bebaskan ligamentum latum, klem ligamentum sakrouterina dan dorong
plica rectouterina.
g. Klem ligamentum kardinale, jahit dan ikat.
h. Ptong 1/3 proksimal vagina, jahit dan tutup punctum vagina.
i. Gantung puncak vagina dengan ligamentum rotundum dan sakrouterina.
7. Reperitonisasi
8. Eksplorasi cavum abdomen
9. Jahit abdomen lapis demi lapis
10. Tutup luka dengan kasa steril
11. Operasi selesai.

17

DAFTAR PUSTAKA
1.

Benson, RC., Pernoll, ML, 2009, Buku Saku Obstetri & Ginekologi, Edisi 9,

2.
3.

EGC, Jakarta.
Sinclair, C, 2010, Buku Saku Kebidanan, EGC, Jakarta.
Carlson, KJ, et al, 2004, The Harvard Guide to Womens Health, Harvard
University Press.

18

Anda mungkin juga menyukai