Oleh :
Hedi Paramita
150510100157
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
DESEMBER, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas akhir dari mata kuliah Industri
Benih yang berjudul Prospek Pengembangan Industri Benih Kacang Hijau /
Jeruk.
Prospek pengembangan industri benih merupakan hal yang penting untuk
dipelajari mengingat Indonesia sebagai negara agraris berpotensi baik untuk
pengembangan benih, akan tetapi perlu untuk memulai prospek tersebut perlu
mempelajari segala aspek-aspek didalamnya baik peluang, permasalahan, dan
tahapan pengembangan komoditas tersebut.
Sebelumnya saya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Ibu Erni
Suminar, SP., MSi, dan Bapak Eddy Renaldi, SP.,ME. selaku dosen mata kuliah
Industri Benih, serta berbagai pihak yang membantu. Semoga dengan tersusunnya
makalah ini, dapat membantu mahasiswa dalam memahami lebih lanjut mengenai
pengembangan benih komoditas kacang hijau/jeruk.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga makalah ini selain dapat
menambah informasi juga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1
2.2
2.3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
dilakukan impor sebesar 57.350 ton. Perkembangan produksi dan impor dapat
dilihat pada Tabel 1.
kacang hijau. Berdasarkan Tabel 2, wilayah yang merupakan daerah sentra utama
untuk budidaya kacang hijau seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Utara.
Secara rinci daerah sentra utama kacang hijau terlihat pada tabel berikut:
Tabel
2
Tabel 3
Sumber : UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Jatim.
Benih kacang hijau masih memiliki potensi industri produksi yang tinggi
melihat perkembagan produksi benih masih banyak dikuasai oleh pihak swasta
dengan status jumlah produksi yang tidak menentu (Tabel 4). Hal ini disebabkan
oleh kendala benih bermutu yang masih sedikit dan permintaan yang banyak.
2.7 Lokasi Alternatif Pengembangan Benih dengan Pertimbangan
Kesesuaian Lahan
Jika dilihat dari aspek lahan, kacang hijau tidak terlalu sulit
dibudidayakan. Pada lahan kering atau sawah kacang hijau dapat dibudidayakan,
bisa juga ditanam setelah panen komoditas utama. Hampir sebagian besar wilayah
pertanian merupakan lahan yang cocok untuk pengembangan kacang hijau.
Potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan kacang hijau dapat
diarahkan pada daerah-daerah yang telah berhasil membudidayakan kacang hijau.
pengembangan areal kacang hijau dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang
Indeks Pertanamannya (IP) masih dibawah 200, lahan Perhutani, lahan
perkebunan, lahan tidur, lahan kering, lahan rawa lebak dan pelaksanaan budidaya
tumpang sari dengan ubikayu maupun jagung (Direktorat Budidaya Aneka
Kacang Dan Umbi, 2013)
2.8 Tahapan Pengembangan Industri Benih
Tahap pertama dalam pengembangan industri benih adalah penentuan
benih unggul, dan menggunakan benih bersertifikasi atau bermutu yang telah
agar dapat menjamin keaslian genetik dari benih yang akan dihasilkan.
Pemeriksaan benih sumber harus dilakukan sebelum benih ditanam, yang
mencakup sertifikat/label yang berisi informasi: asal benih, nama
produsen, varietas, tanggal selesai uji dan tanggal kadaluarsa, dan mutu
benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik).
2. Proses Produksi
2.1 Penyiapan Lahan
Lahan bekasi tanaman padi tidak perlu diolah (TOT). Jika
menggunakan lahan bekas tanaman palawija lainnya atau lahan
kegal perlu pengolahan tanah yakni dua kali bajak, kemudian
diratakan.
Membuat saluran setiap 3-4 m sedalam 25-30 cm dan lebar 30 cm,
2.10.4 Pengeringan
Benih yang sudah bersih selanjutnya segera dikeringkan lagi hingga
mencapai kadar air 9-10%. Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari dengan
menggunakan alas terpal dengan ketebalan benih sekitar 2-3 lapis benih, yang
dilakukan pembalikan setiap 2-3 jam agar benih kering secara merata. Waktu yang
baik yaitu dimulai pukul 8.00-12.00 (sekitar 4 jam sehari) selama 2-3 hari
berturut-turut. Hindari pengeringan pada sekitar pukul 12.00, pengeringan yang
terlalu panas menyebabkan benih menjadi rusak.
2.10.5 Pengemasan
Benih dikemas menggunakan bahan kedap udara untuk menghambat
masuknya uap air dari luar. Kantong plastik yang digunakan yaitu dengan
kapasitas 2 atau 5 kg dengan ketebalan 0,008 satu lapis atau 0,05 dua lapis cukup
untuk digunakan. Kemasan ditutup rapat dengan cara diikat atau dilaminating
untuk menjaga kondisi dari luar. Penggunaaan kaleng/blek bertutup rapat dengan
kapasitas 10-15 kg juga dapat digunakan.
2.10.6 Penyimpanan
Dalam penyimpan benih sebaiknya dilakukan pada ruangan tersendiri, dan
menghindari menyimpan benih dalam ruangan bersama bahan-bahan lain yang
menyebabkan ruangan menjadi lembab. Benih dalam kemasan disimpan di dalam
ruangan beralas kayu, atau pada rak-rak kayu agar kemasan tidak langsung
bersinggungan dengan lantai.
2.10.7 Pemasaran
Pemasaran benih kacang hijau dapat dijual di kios-kios pertanian, koperasi
oleh penangkar benih kacang hijau. Benih yang dijual atau benih sebar harus
disertifikasi terlebih dahulu oleh Badna Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Petani
dalam membeli benih kacang hijau memperhatikan mutu genetis benih, sehingga
diperlukan syarat pelabelan yang jelas dalam kemasan benih dalam pasaran.
Petani yang menjual benih pada pedagang-pedagang benih yang lebih bersertifikat
terkadang pedagang hanya tau harga benih tetapi tidak mengetahui kualitas benih.
Petani penangkar menjual benih kacang hijau kelas Extension Seed kepada
kelompok penangkar benih yang juga menjual kelas benih sebar (ES) ke mitra
usaha dan pasar. Kelompok penangkar benih menjual satu kelas diatas benih sebar
yaitu Stock Seed
penangkar yang dibeli dari Balai Benih Induk (BBI) (Gambar 4).
1) Kemurnian varietas
2) Tingkat serangan hama dan penyakit
3) Kondisi fisik tanaman
2. Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan terhadap benih dari hasil kebun sumber
benih yang telah lulus pemeriksaan lapangan yang dinyatakan dengan terbitnya
Sertifikat Mutu Sumber Benih. Prosedur pengujian laboratorium meliputi tahapan
sebagai berikut :
Pelabelan
dilakukan
terhadap
benih
yang
telah
lulus
uji
laboratorium.pemohon dapat segera membuat label dengan isi sesuai dengan hasil
uji laboratorium, dalam pemasangan label harus diawasi oleh Pengawas Benih
Tanaman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, 2013. Prosedur Sertifikasi dan Sinerginya Dalam Pengawasan Peredaran
Benih
Tanaman.
Balai
Besar
Perbenihan
dan
Proteksi
tanaman.
https://bpsbtphbanten.wordpress.com/sertifikasi/
Benih
Kacang
Hijau.
(diakses
tanggal
22
Desember 2014).
Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Lahan Menurut Penggunaan. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Tanaman Pangan. Angka Tetap Tahun 2012
dan Angka Ramalan I Tahun 2013. Jakarta.