Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Refarat
KURKUMIN : REMPAH AJAIB UNTUK KELAINAN YANG
BERPOTENSI GANAS PADA RONGGA MULUT

Nama

: Suci Angriani

NIM

: J111 11 003

Pembimbing

: drg. Israyani

Hari/Tanggal Baca

: Kamis/ 25 Juni 2015

Tempat

: RSGMP Hj. Halimah Dg. Sikati

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak


terkendali, terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati). Sel kanker
dapat menyusup ke jaringan sekitar dan dapat membentuk jaringan kanker baru.1
Data Global action against cancer pada tahun 2005 dari WHO (World
Health Organization) menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai
angka 45% dari tahun 2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi 11,5
juta jiwa kematian. Menurut laporan Riskesdas 2013, di Indonesia, prevalensi
kanker mencapai 1,4 per 1000 penduduk usia produktif dan menjadi prevalensi
penyakit tertinggi keenam setelah hipertensi (9.4), stroke (7.0), Asma
(4.5), Penyakit paru obstruksi kronis (3.7), dan Hipertiroid (1.5).1
Kanker pada rongga mulut adalah kanker dengan urutan keenam yang
paling sering terjadi, kebanyakan disebabkan oleh kebiasaan mengunyah dan
merokok.2 Insidensi kanker mulut dan kanker orofaring di Amerika mendekati
30.000 kasus per tahun, terhitung 2-4% keseluruhan kanker yang terdiagnosa.
Kanker mulut yang paling sering terjadi adalah squamous cell carcinoma (SCCA).
Sayangnya, hanya 50% dari pasien suspek kanker yang bertahan hidup, yang
sama sekali tidak berkembang secara signifikan walaupun dengan penggunaan
teknologi terbaru.3
Diantara semua lesi kanker, kanker pada rongga mulut adalah satu-satunya
lesi yang menunjukkan tanda dan gejala sebelum terjadi perkembangan dari
kanker itu sendiri yang juga dikenal sebagai lesi pre-kanker pada rongga mulut.

Oral Submucous fibrosis, oral leukoplakia, dan oral lichen planus adalah tiga
kelainan utama yang berpotensi ganas (PMDs) pada rongga mulut. Delapan
sampai sepuluh persen dari lesi ini sebenarnya perubahan yang berpotensi ganas.2
Deteksi dini lesi dan perawatan yang tepat merupakan penatalaksanaan
yang terbaik. Banyak tata cara medis dan bedah yang dapat digunakan untuk
menangani lesi ini dan telah dipelajari serta dilakukan secara meluas. Sebagai
tambahan, bahan herbal dengan tambahan obat kedokteran dapat digunakan secara
efektif untuk menangani lesi ini. Penelitian lengkap pada setengah abad yang lalu
telah menunjukkan kurkumin sebagai antioksidan dan antikanker serta
diindikasikan sebagai ukuran phytotherapeutic untuk perawatan lesi pra-kanker.2
India menghasilkan hampir semua batang kunyit di seluruh dunia dan
mengonsumsi 80% dari kunyit itu. Kunyit (Curcuma longa) adalah tanaman hijau
yang masuk dalam famili jahe. Ekstrak kunyit mengandung tiga elemen yaitu
kurkumin, demethoxycurcumin, dan bisdemethoxycurcumin. Kurkumin (1, 7-bis
[4-hydroxy-3-methoxyphenyl]-1,

6-heptadiene-3,

5-dione),

bubuk

kristal

berwarna kuning oranye adalah komposisi aktif pada kunyit.2


Kurkumin, kunyit kuning dari India telah dianjurkan untuk kelainan dan
penyakit dengan cakupan luas selama berabad-abad pada literatur lampau dari
Ayurveda, Unani, Siddha, dan obat-obatan Cina serta sains moderen mewadahi
dasar ilmiah untuk penggunaan seperti itu. Itu memiliki efek anti-inflamasi,
antiseptik, analgesik, antioksidan, dan atikarsinogenik. Sebagai produk alami,
kurkumin bersifat non-toksik dan tidak memiliki efek samping.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4

2.1 Kurkumin
2.1.1 Defenisi
Kurkumin (diferuloylmethane) adalah komponen utama dari rempah
kunyit dan diperoleh dari tanaman Curcuma longa yang berasal dari India timur.
Curcuma longa adalah bagian dari famili Zingiberacae (jahe) dan merupakan
tanaman hijau asli dari bagian tenggara Asia. Kunyit mengandung suatu kelomok
campuran yang dikenal sebagai curcuminoids, terdiri atas kurkumin, demethoxycurcumin dan bisdemethoxycurcumin.4
Kurkumin adalah curcuminoid terbesar dan meliputi kira-kira 2-5% dari
kunyit itu sendiri, dan bertanggung jawab untuk warna kekuningan dari rempah
yang dikenal memiliki efek pengobatan. Kecuali jika digunakan sebagai perasa
dan pewarna makanan. Kunyit juga telah digunakan secara meluas pada medikasi
Ayurvedic

sebagai

anti-oksidan,

antiseptik,

analgesik,

antimalaria

dan

antiinflamasi. Kurkumin juga dikonsumsi sebagai suplemen diet selama berabadabad dan telah ditegaskan sebagai farmakologi yang aman.4
Selagi digunakan sebagai obat tradisional India dan Cina, dan dikonsumsi
secara meluas sebagai obat diet di Asia, penelitian klinis terbaru telah
menunjukkan beberapa manfaat dalam bidang kesehatan termasuk kanker,
defisiensi imun, penyakit kardiovaskular, Alzheimers, diabetes, arthritis dan
penyakit Crohns. Sebagai antioksidan, kurkumin mempunyai proteksi saraf dan
kemampuan antiinflamasi. Secara komersial, kurkumin alami memiliki tiga

campuran kurkuminoid: kurkumin (ca. 75%), demethoxycurcumin (ca. 15%), dan


bisdemethoxycurcumin (ca. 5%).5

Gambar 2.1. Struktur kimia kurkumin curcuminoids, demethoxycurcumin, dan


bisdemethoxycurcumin
Sumber: Ralf Jager, Ryan Lowery, Allison Calvanese, Jordan Joy, Martin Purpura,
Jacob Wilson. Comparative absorption of curcumin formulations. Int J Nutrition.
2014
2.1.2 Manfaat Biologis
2.1.2.1 Agen Anti Inflamasi
Kurkumin memiliki aktifitas anti inflamasi yang manjur dan telah banyak
uji klinis yang membuktikannya. Ada dua cara terjadinya inflamasi: cara
cyclogenase dimana prostaglandin terbentuk dari asam arachidonic dan cara
lipoxygenase dimana leukotrine pro-inflamasi terbentuk dengan cara yang sama.
Kurkumin meregulasi mekanisme dan transkripsi keduanya seperti halnya inhibisi

enzim post-translasi. Selain itu, kurkumin, molekul pleitropik memiliki


kemampuan berinteraksi, dan mengendalikan molekul yang berhubungan dengan
inflamasi. Kurkumin juga mampu menghalangi terjadinya inflamasi cytokin
misalnya tumor nekrosis faktor-alpha (TNF-), interleukin (IL) -1, -2, -6, -8, dan
-12, monocyte chemoattractant protein (MCP) dan protein inhibisi melalui
beragam mekanisme.2
Selain itu, kurkumin memainkan peranan penting sebagai anti inflamasi
dengan menginhibisi nuclear factor kappa B (NF-B), faktor yang mempengaruhi
transkripsi. NF-B bertanggung jawab untuk meningkatkan transkripsi COX 2
gen dan gen pro-inflamasi lainnya misalnya inducible nitric oxide synthase
(iNOS). COX -2 dan iNOS merupakan mediator inflamasi penting dan regulasi
yang tidak tepat yang terlibat dalam patogenesis dari banyak penyakit inflamasi
misalnya kanker. Dengan demikian, inhibisi NF-B memainkan peran kunci pada
tindakan anti inflamasi dari kurkumin.2
Sebagai tambahan untuk menghambat aktivasi NF-B, kurkumin juga
memiliki efek menekan proses inflamasi yang terlibat. Proses asam arachadonic
untuk biosintesis eicosanoid adalah faktor penting untuk respon inflamasi,
meningkatkan

produk

lipid

reaktif

termasuk

leukotrine,

prostasiklin, dan tromboksan. Kurkumin telah menunjukkan

prostaglandin,
kemampuannya

dalam menurunkan metabolisme asam arachadonic dengan menurunkan regulasi


aktifitas LOX dan COX-2, keduanya pada tahap transkripsional seperti halnya
melalui inhibisi enzim post-translasi. Hal yang terbaru menunjukkan bahwa
kurkumin menghambat biosintesis E2 prostaglandin melalui inhibisi langsung dari
7

enzim microsomal E2 synthase-1 prostaglandin. Sebagai tambahan, aktifitas


kurkumin sebagai penangkap radikal bebas juga berkontribusi dengan
menurunkan tekanan oksidatif yang menjadi pemicu terjadinya inflamasi.
Kemampuan anti inflamasi dari kurkumin telah diteliti dalam berbagai penyakit
misalnya penyakit Alzheimer, penyakit kardiovaskuler, diabetes, asma, penyakit
inflamasi bowel, arthritis, radang pankreas dan penyakit ginjal.4
2.1.2.2 Agen Anti Oksidan
Kurkumin adalah anti oksidan yang kuat, baik itu secara in vitro dan in
vivo. Beragam penelitian telah membuktikan keefektifannya dalam menurunkan
tekanan oksidatif dan menghilangkan radikal bebas. Kehadiran methylene dan
hidrogen fenol serta struktur konjugasi yang unik membuatnya mampu untuk
membentuk rantai struktural yang dapat menangkap radikal bebas. Kinerja
kurkumin adalah dengan mencari oksigen reaktif dan nitrogen reaktif,
menghambat oksigen reaktif, enzim oksidatif, dan oksigen inaktif sehingga
membuatnya sulit didapat dalam reaksi oksidatif.2
Berbeda dengan kinerja anti oksidan langsung, kurkumin juga
menunjukkan aktivitas anti oksidan tidak langsung dengan meningkatkan potensi
sistem anti oksidan dari tubuh. Kurkumin menghambat peroksidasi lipid
menggunakan linoleate. Hal itu meningkatkan aktivitas GSH S-transferase,
superoxide dismutase, dan katalase untuk melindungi sistem tubuh melawan
bahaya oksidatif. Hal itu meningkatkan regulasi aktivitas anti oksidan seluler

dengan menginisiasi cytoprotective Nrf2-target. Kurkumin juga meningkatkan


glutathione, anti oksidan yang signifikan.2
2.1.2.3 Agen Anti Kanker
Kurkumin adalah agen anti kanker yang penting dan kemampuan anti
kankernya telah dipelajari di berbagai karsinoma pada manusia termasuk
melanoma, kanker pada kepala dan leher, dada, usus, pankreas, prostat, dan
kanker ovarium. Kurkumin menstimulasi apoptosis pada sel kanker. Apoptosis
merupakan program bunuh diri dari sebuah sel. Program ini memiliki peranan
penting untuk menjaga homeostasis perkembangbiakan sel. Salah satu peran
pentingnya adalah untuk membatasi proliferasi sel yang tidak diperlukan yang
sekiranya dapat menyebabkan kanker. Pada sel-sel kanker program apoptosis ini
telah mengalami gangguan sehingga sel akan mengalami metastasis lebih lanjut
tanpa terkendali.6
Inisiasi kanker diwadahi dengan dua cara: inflamasi dan meningkatkan
tekanan oksidatif dengan meningkatkan ornithine decarboxylase, gluthatione,
enzim anti oksidan dan dengan mengeluarkan Heme oxygenase-1 (HO-1). Selain
itu, kurkumin tampil sebagai anti kanker yang unggul dan menghambat berbagai
media inflamasi. Aktivitas pemicu NF-B memiliki peran penting dalam inisiasi,
perkembangan dan pertumbuhan kanker. Kurkumin memiliki efek penghambat
pada NF-B, yang juga menghambat proses perkembangan kanker. Inhibisi NFB juga menghambat proliferasi sel dan produksi sitokin. Invasi sel kanker pada
jaringan normal difasilitasi oleh enzim bernama matrix metalloproteinase yang
juga dapat dihambat oleh kurkumin. Tambahan, hal itu menyebabkan penekanan
9

sel tumor, mengurangi kerusakan kromosom dan menghambat kemunculan tumor,


menghambat aktivitas tyrosine kinase c, dan menghambat biotransformasi dari
karsinogenesis.2
2.1.3 Kurkumin pada Kelainan Berpotensi Ganas pada Rongga Mulut
Kelainan berpotensi ganas pada rongga mulut adalah salah satu penyakit
yang sering terjadi. Kemampuan sebagai anti oksidan, antikanker, dan anti
inflamasi, kurkumin memainkan peran penting dalam perawatan berbagai
penyakit.2
2.2 Oral Submucous Fibrosis (OSMF)
2.2.1 Defenisi
Oral Submucous Fibrosis adalah penyakit kronis yang mengenai mukosa
rongga mulut serta faring dan bagian atas esofagus dua-tiga. Ada bukti substansial
yang mendukung peranan buah pinang dibalik penyebab oral submucous fibrosis.7
2.2.2.2 Gejala dan Etiologi
Oral Submucous fibrosis diawali dengan sensasi terbakar dan tidak tahan
dengan makanan yang pedas. Palpasi positif pada daerah yang mengalami
submucosal fibrotik disebabkan oleh fibrosis pada jaringan yang menebal di
sekitar raphae pterygomandibular. Ulserasi dan rasa kering pada mulut diikuti
dengan fibrosis pada mukosa mulut disertai kekakuan pada bibir, lidah, palatum,
dan trismus.8

10

Gambar 2.2 Pasien submucous fibrosis dengan kemampuan membuka mulut yang
terbatas. Mukosa bukal tampak seperti marmer.
Sumber: Martin Greenberg, Michael Glick, Jonathan Ship. Burkets oral medicine.

11th ed. 2008: 88-98


Beragam faktor yang terlibat dalam patogenesis OSMF misalnya defisiensi
nutrisi dan zat besi, candidiasis kronis, saripati pinang, abnormalitas genetika,
tembakau, jeruk nipis, virus herpes simplex (HSV), virus human papilloma
(HPV), autoimun dan lain lain telah dinyatakan sebagai efek langsung yang
menyebabkan OSMF dan gangguan sistem imun sebagai efek tidak langsung yang
juga dapat menyebabkan OSMF.8
2.2.2.3 Keterkaitan Kurkumin dengan Oral Submucous Fibrosis
Perawatan dengan kurkumin membantu dalam megurangi sensasi terbakar
dan meningkatkan kemampuan pasien OSMF dalam membuka mulut.2

11

Agarwal N et al menggunakan kunyit untuk perawatan bagi 30 pasien


yang didiagnosa dengan OSMF dan ditemukan bahwa ada penurunan signifikan
terhadap sensasi terbakar pada rongga mulut namun tidak ada peningkatan
signifikan terhadap kemampuan membuka mulut.2
Pada penelitian banding tentang kemampuan kurkumin dan minyak kunyit
sebagai agen chemopreventive pada OSMF, Deepa Das et al melaporkan
perkembangan signifikan pada tanda dan gejala klinis seperti halnya perubahan
positif histopatologis pada 48 kasus yang didiagnosa dengan oral submucous
fibrosis. Hasilnya hampir sama jika menggunakan kurkumin. Rai B et al
melakukan penelitian pada 25 pasien OSMF yang dilakukan perawatan
menggunakan kurkumin dan menunjukkan penurunan signifikan terhadap sensasi
terbakar dan perkembangan membuka mulut. Juga, ada peningkatan signifikan
level serum vitamin CC dan E dan penurunan level serum malonaldehyde (MDA)
dan 8-hydroxydeoxygunosine (8-OhdG).2
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hastak et al, 58 pasien OSMF
diberikan tiga bentuk kunyit yaitu ekstrak kunyit dengan alkohol, minyak kunyit,
dan oleoresin kunyit dan ditemukan bahwa hal tersebut menurunkan sejumlah sel
mikronukleasi di kedua sel mukosa oral eksfoliatif dan sirkulasi limfosit.2
Pada studi in vitro oleh Zang S et al pada efek antifibrotik dari kurkumin
di TGF 1 distimulasi dari myofibroblast mukosa oral manusia, ditemukan bahwa
kurkumin menghambat proliferasi fibroblast dan myofibroblast dan juga
menunjukkan efek antifibrotik.2

12

2.3 Oral Lichen Planus (OLP)


2.3.1 Defenisi
Lichen planus adalah penyakit autoimun (sel T) kronis yang berdampak
pada mukosa oral, kulit, mukosa genital, kulit kepala dan kuku. OLP, menyerang
0.5-2.0% dari populasi umum dan sering terlihat pada lima sampai enam dekade
terakhir. Lesi ini biasanya terjadi pada wanita. Bagian mulut yang paling sering
terkena adalah mukosa bukal, lidah dan gingiva.9

Gambar 2.3. Oral lichen planus dengan plaque di bagian anterior, Di bagian
posterior, tampak lesi dengan ciri berbentuk retikuler.
Sumber: Martin Greenberg, Michael Glick, Jonathan Ship. Burkets oral medicine.

11th ed. 2008: 88-98


2.3.2 Tampakan Klinis
Oral lichen planus dapat terdiri dari elemen merah dan putih serta tampak
dengan tektur yang berbeda, dasar dari klasifikasi kelainan ini. Komponen merah

13

dan putih dari lesi ini dapat berupa: retikular, papula, plaque, bulla, eritematous,
dan ulserasi. Untuk menegakkan diagnosa dari oral lichen planus, tampakan
retikuler ataupun papulla harus ada. Jika ada tambahan seperti plaque, bulla,
eritematous atau daerah ulserasi yang muncul, maka lesi oral lichen planus
tersusun atas semua itu. OLP pada bagian gingiva berbatas eritematous, tidak ada
papulla dan retikuler yang tampak dan tipe seperti ini harus dikonfirmasi kembali
dengan pemeriksaan histopatologi.7
2.3.3 Keterkaitan Kurkumin dengan Oral Lichen Planus
Kurkumin menunjukkan efek immunomodulatory dan menghilangkan
gejala serta membantu menurunkan ukuran lesi pada kasus oral lichen planus.2
Dua uji kontrol acak dilakukan oleh Chainani Wu et al menyimpulkan
bahwa dosis kurkumin yang lebih tinggi (mencapai 6,000 mg/hari) membantu
sejumlah pasien OLP dalam mengontrol gejala yang timbul secara signifikan.
Sebaliknya dosis kurkumin yang lebih rendah ( <2,000 mg/hari) gagal untuk
memberikan kepuasan pasien.2
Pada studi pilot yang dilakukan oleh Singh V et al, kurkumin dipelajari
sebagai pilihan perawatan untuk oral lichen planus dan menunjukkan hasil positif
seperti menghilangkan gejala dan memperkecil ukuran lesi. Studi Rai B et al juga
menunjukkan hasil yang sama.2

14

2.4 Oral Leukoplakia


2.4.1 Defenisi
Kata leukoplakia berasal dari bahasa Yunani, yang berarti white patch
dan didefinisikan oleh World Health Organization sebagai plaque putih yang tidak
dapat dikerok atau diindetifikasi secara klinis. Oleh karena itu, sulit diindentifikasi
tanpa pemeriksaan histologis. Lesi tersebut harus dibiopsi sehingga dapat
didiagnosis dengan mudah. Banyak bukti kejinakan (biasanya hiperkeratosis atau
inflamasi kronis), bagaimanapun lebih dari 20% menampakkan perubahan
konsisten menjadi displasia atau karsinoma. Leukoplakia sering terjadi pada
bagian ventral atau lateral lidah dan dasar mulut. Tampakan klinisnya bervariasi
sesuai dengan ukuran, bentuk, ketebalan, dan homogenitas warna. Biasanya hadir
tanpa gejala.3

Gambar 2.4. Leukoplakia homogen di bagian mukosa bukal kiri


Sumber: Martin Greenberg, Michael Glick, Jonathan Ship. Burkets oral medicine.

11th ed. 2008: 88-98


15

2.4.2 Etiologi
Etiologi oral leukoplakia adalah multifaktorial namun kebiasaan merokok
adalah faktor yang sering terlibat. Hal itu berdasarkan pasien perokok lebih
banyak dibandingkan non-perokok. Alkohol juga disebutkan sebagai faktor risiko
independen tapi data definitif masih kurang memadai. Ada pula studi

yang

menyebutkan kemungkinan peranan infeksi virus human papilloma. Oral


leukoplakia dapat berubah menjadi berbagai variasi lesi, pada kasus tersebut,
berbagai faktor penyebab dapat terjadi misalnya restorasi gigi atau iritasi
mekanis.10

Gambar 2.5. (a) Leukoplakia nonhomogen pada perokok berat. Di bagian kiri lesi
memiliki tampakan berbintik. (b) Pasien tidak menghadiri kunjungan rutin
perawatan selama 3 tahun dan muncul karsinoma sel squamosa.
Sumber: Martin Greenberg, Michael Glick, Jonathan Ship. Burkets oral medicine.

11th ed. 2008: 88-98

16

2.4.3 Tampakan Klinis


Oral leukoplakia dbagi atas dua tipe: tipe homogen dimana tampak sebagai
lesi putih datar dan tipe non homogen yang terdiri atas speckled, noduler, dan
leukoplakia verrukosa. Leukoplakia homogen merupakan satu bentuk tipis dengan
area putih yang dapat merubah atau tidak mukosa normal.Tipe speckle terdiri atas
lesi merah dan putih, dengan didominasi permukaan yang putih. Leukoplakia
verrukosa memiliki tampakan tinggi, berproliferasi atau permukaan yang
bergelombang.Tipe noduler memiliki polipoid kecil yang membesar, dikelilingi
oleh tonjolan putih.10
2.4.4 Keterkaitan Kurkumin dan Oral Leukoplakia
Berdasarkan sifatnya sebagai antikanker dan antiinflamasi, kurkumin
sangat berguna untuk perawatan oral leukoplakia. Pada fase I uji klinis dari pasien
dengan risiko tinggi untuk perkembangan epitel kanker pada beberapa organ,
intake kurkumin mencapai 8g/hari menyebabkan perkembangan histologis dari
oral leukoplakia selama 3 bulan. Pada penelitian oleh Rai B et al, gejala berkurang
secara signifikan dan mereduksi ukuran klinis dari lesi dengan perawatan
menggunakan kurkumin. Perkembangan signifikan terhadap tingkat serum
vitamin C dan E serta mengurangi tingkat serum malonaldehyde (MDA) dan 8hydroxydeoxygunosine (8-OHdG).2
Pada sebuah penelitian in vitro oleh Khafif A et al, efek chemopreventive
dari kurkumin dianalisa di sel epitel normal, sel oral leukoplakia dan karsinoma
sel squamosa. Kurkumin telah ditemukan sebagai penghambat efektif pada

17

proliferasi sel. Studi in vitro lain oleh Chakravarti N et al juga menyimpulkan


bahwa kurkumin memilki peranan penting dalam menghambat proliferasi sel.2

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kurkumin adalah rempah terkenal dari India dan merupakan rempah yang
paling sering digunakan di seluruh bagian India serta menyebar ke seluruh dunia.
Berdasarkan pada kemampuan kurkumin sebagai bahan terapetik, membuat
kurkumin menjadi sangat populer sebagai bahan pengobatan dari berbagai
penyakit oral dan sistemik. Kurkumin yang telah lama digunakan sebagai obat
herbal juga telah diterima oleh ilmu pengetahuan kedokteran moderen. Kurkumin
adalah antioksidan, anti-tumor, anti-inflamasi, antiviral, antibakteri, antijamur,
analgesik, anti-alergi, antioksidan, dan antiseptik yang sangat bagus untuk
digunakan pada perawatan di berbagai penyakit termasuk kelainan berpotensi
ganas pada rongga mulut (PMDs) misalnya oral submucous fibrosis,oral lichen
planus, dan oral leukoplakia.
3.2 Saran
1. Diharapkan dapat dikaji lebih lanjut mengenai kurkumin dan kemampuannya
dalam penyembuhan kelainan pra ganas pada rongga mulut selain yang telah
disebutkan.
2. Diharapkan dapat mengkaji kerugian dan efek samping dari kurkumin jika
digunakan sebagai bahan herbal pengobatan kelainan pra ganas pada rongga
mulut.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013:
85-95.
2. Palak Shah, Rashmi Venkatesh. Curcumin: A magic spice for oral
potentially malignant disorders. Int J Phytotherapy. 2015: 44-7.
3. Jean Bruch, Nathaniel Treister. Clinical oral medicine and pathology.
2010: 121-4.
4. Reason Wilken, Mysore Veena, Marilene Wang, Eri Srivatsan. Curcumin:
A review of anti-cancer properties and therapeutic activity in head and
neck squamous cell carcinoma. 2011: 1-5.
5. Ralf Jager, Ryan Lowery, Allison Calvanese, Jordan Joy, Martin Purpura,
Jacob Wilson. Comparative absorption of curcumin formulations. Int J
Nutrition. 2014:
6. Nurrochmad, Arief. Review: Pandangan baru kurkumin dan aktivitasnya
sebagai antikanker. 2004: 76-7.
7. Martin Greenberg, Michael Glick, Jonathan Ship. Burkets oral medicine.
11th ed. 2008: 85-98.
8. Devesh Tewari, Sunil Dev, Tripathi. Oral submucous fibrosis (OSMF):
premalignant threat to humanity with special reference to India. 2015: 282.
9. Preethy Mary, Renjith George. Oral athropic lichen planus: diagnosis and
management. IJJS Case Reports and Review. 2015: 26-7.
10. Ioanina Parlatescu, Carmen Gheorghe, Elena Coculescu, Serban Tovaru.

Oral Leukoplakia an Update. Medica J Clinical Medicine. 2014:89.

20

Anda mungkin juga menyukai