Perkembangan revolusi hijau yang semakin bertambah pesat, juga berpengaruh terhadap
masyarakat Indonesia. Sebagian besar kondisi social ekonomi masyarakat Indonesia berciri
agraris. Oleh karena itu pertanian menjadi sector yang sangat penting dalam upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini didasari oleh:
a.
Kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat.
b. Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah.
c.
Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk.
Maka, berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan
produksi pertanian dengan melakukan berbagai cara diantaranya dikenal dengan sebutan sebagai
berikut:
a. Intensifikasi pertanian
Intensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan
pancausaha tani, panca usaha tani ini meliputi
b.
c.
d.
a.
b.
Ekstensifikasi pertanian
Ekstensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan
baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.
Diversifikasi pertanian
Diversifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman
usaha tani.
Rehabilitasi pertanian
Rehabilitasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan
kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Dalam pelaksanaannya Revolusi Hijau dilakukan dalam bermacam bentuk dan cara. Di
Indonesia misalnya Revolusi Hijau dilakukan melalui komando dan subsidi. Program BIMAS
atau Bimbingan Massal tahun 1970 adalah salah satu bentuk pelaksanaan Revolusi Hijau. Bimas
adalah suatu paket program pemerintah yang berupa teknologi pertanian, benih hibrida, pupuk
kimia, pestisida, dan bantuan kredit. Ketika jumlah peserta BIMAS menurun, pemerintah
melontarkan program baru INMAS (intensifikasi massal) yakni suatu program kredit sebagai
lanjutan bagi peserta Bimas. Pada tahun 1979 sekali lagi sebuah program baru bernama INSUS
(intensifikasi khusus) diluncurkan. Tujuannya adalah untuk mendorong petani menanam tanaman
sambil mengontrol hama padi.
Program-program yang diluncurkan pemerintah ini dibarengi dengan beberapa subsidi. Bentukbentuk subsidi tersebut adalah
bantuan dan subsidi besar besaran terhadap harga pupuk kimia
subsidi terhadap kredit pertanian
c.
d.
a.
b.
c.
d.
pembayaran gabah oleh negara melalui operasi pembelian dengan harga dasar dan
pembangunan stok persediaan
meningkatkan kuantitas irigasi serta pinjaman modal melalui utang luar negeri.
Hasil kuantitatif Revolusi Hijau di Indonesia memang menakjubkan. Di satu pihak
pertanian di Jawa mampu memproduksi dua kali lipat padi dari hasil pertanian di Pulau Jawa
tahun 1960-an. Jawa menyumbangkan lebih dari rata rata kontribusi pangan nasional, dalam arti
hasil dibanding daerah lain di Indonesia, dan karena itu memainkan peran utama dalam
perubahan status Indonesia dari pengimpor beras terbesar menjadi mandiri pada tahun 1985.
Namun demikian jika dilihat secara kwalitatif dan kritis, terdapat berbagai persoalan yang
berdampak terhadap meningkatnya kemiskinan di pedesaan, urbanisasi, serta represi politik
terhadap kaum tani. (Banyak study telah dilakukan diantaranya oleh Gunawan Riyadi).
Dalam rangka untuk mencegah terjadinya penolakan penyebab marginalisasi akibat dari
program terebut pemerintah telah menerapkan suatu mekanisme konrol politik dengan
memperkenalkan floating mass policy, yakni melarang organisasi massa dan politik
berkembang di tingkat desa. Pemilihan kepala desa diganti dengan sistim penunjukan, dan sering
kali dengan seorang militer untuk melengkapi Komando rayon militer di tingkat kecamatan.
Pembentukan KUD sebagai satu-satuya koperasi di tingkat kecamatan, serta kebijaksanaan
tentang pemerintahan desa yang berlaku sejak tahun 1979 untuk menggantikan model rembug
desa, adalah juga proses pembatasan politik petani melalui penciptaan lembaga yang bisa
kontrol.
Revolusi Hijau dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga
memberikan dampak negatif bagi kehidupan umat manusia. Keuntungan Revolusi Hijau bagi
umat manusia, antara lain sebagai berikut.
Revolusi Hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur
pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali menjadi dua
kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak.
Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit akan menambah
kebutuhan tenaga kerja
Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya
produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan
sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian tradisional.
Revolusi Hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan
pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung pandangan atau harapan bahwa dengan
masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada
umumnya akan menjadi sejahtera.
Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan
melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat. Hal ini sudah terjadi di
beberapa negara, misalnya di Indonesia.
Namun, bukan hanya danpak positif saja yang diberikan akibat adanya revolusi hijau ini,
ada juga dampak negative yang muncul akibat revolusi hijau ini. Dampak negatif munculnya
Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a.
Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen secara bersamasama pada masa
sebelumnya mulai digeser oleh sistem upah. Pembeli memborong seluruh hasil dan biasanya
menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya, kesempatan kerja di pedesaan menjadi berkurang.
b. Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah pedesaan makin kuat.
c.
Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga
berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.d. Peningkatan produksi
pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan karena penggunaan teknologi
modern hanya dirasakan oleh petani kaya.
PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
Perkembangan industi yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas dari proses
perjalanan panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industry . dimana selain penemuanpenemuan baru di bidang industry masih ada lagi factor yang menyebabkan terjadi
industrialisasi, diantaranya yaitu pengaruh dari perkembangan revolusi hijau. Dimana revolusi
hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada
perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional.
Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan
proses budaya dimana dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris
tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri. Perkembangan
industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi yang
mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat. Industrialisasi ini juga berhasil menjerat
Indonesia untuk masuk didalamnya, dimana Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.
Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru yang
bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi.
Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan
industri.
Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan,
sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya.
Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulain tertarik akan perkembangan industrialisasi
di Indonesia. Untuk itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan industrialisasi di Indoensia,
upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya yaitu:
Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk
memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara.
Mengembangkan industri pertanian
Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami
kemajuan pesat.
Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang dikelola
olrh PT.PAL Indonesia.
Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi
PT. Dirgantara Indonesia.
Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam.
Dengan adanya tekhnologi baru dan revolusi industry, masyarakat dunia sekarang ikut
menikmati segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya pun semakin meningkat.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut menikmati kemajuan dari perkembangan
industry.
Industry pertanian.
Industry pertanian merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati dengan
bantuan tekhnologi industry. Tekhnologi industry itu dapat menghasilkan berbagai macam hasil
yang mempunyai nilai lebih tinggi. Bentuk bentuk industry pertanian meliputi hal-hal sebagai
berikut:
Industry pengolahan hasil perkebunan seperti industry minyak kelapa, industry barang-barang
karet dan sebagainya.
Industry pengolahan hasil perikanan seperti industry pengolahan udang, rumput laut, uburubur dan lain sebagainya.
Industry pengolahan hasil hutan seperti pengolahan kayu, pengolahan pulp, kertas dan ranyon,
serta industry pengolahan rotan.
Industry pupuk, yaitu dengn memanfaatkan gas alam, serta eksploitsi sumber-sumber yang
baru.
Industry pestisida yang dikembangkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor.
Contohnya adalah:
industri tambang batu bara di Sawahlunto;
industri tambang emas di Irian Jaya;
industri tambang minyak bumi di Balikpapan, Palembang;
industri tambang timah di Belitung;
industri semen di Gresik, Padang, Cibinong, Ujung Pandang
IndustriElektronika. Perkembangan elektronika di Indonesia semakin maju seiring
bermunculan perusahaan elektronika Maspion, Polytron, LG, Panasonic (sekarang National dan
Panasonic bergabung menjadi Panasonic).
Industri Pariwisata
Indonesia (Pulau Bali) termasuk peringkat 5 setelah Hawai pada pariwisata
internasional. Wilayah Indonesia termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi. Adapun
keuntungan industri wisata adalah:
mendatangkan devisa Negara
memperluas lapangan kerja
memacu pembangunan daerah
meningkatkan rasa cinta tanah air
mengembangkan kerajinan rakyat.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984, Departemen Perindustrian secara nasional
membagi industri menjadi 4 kelompok,yaitu:
industri mesin dan logam dasar (industri hulu);
industri kimia dasar (industri hulu);
kelompok aneka industri (industri hilir);
industri kecil termasuk industri rumah tangga.
Perkembangan industri pertanian dan nonpertanian telah membawa hasil yang cukup
menggembirakan. Hasil-hasilnya telah dapat dirasakan dan dinikmati saat itu oleh masyarakat
Indonesia, antara lain sebagai berikut.
Swasembada Beras
Kesejahteraan Penduduk
Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan Struktur Lapangan Kerja
Perkembangan Investasi
Padang misalnya muncul terbit pertama kalinya Pelita Kecil tahun 1882 dan Partja Barat tahun
1892. Kaum pribumi kemudian mulai banyak menerbitkan media sendiri pada abad ke-20.
Setelah kemerdekaan, kehidupan pers ikut menikmati kemerdekaan dengan bebas dari
berbagai tekanan. Media pun bermunculan seperti cendawan di musim hujan. Seperti di Jakarta
terbit Merdeka pada 1 Oktober 1945, di Yogyakarta terbit Kedaulatan Rakya tahun 1945, di
Surabaya terbit Jawa Pos tahun 1949 dan Surabaya Pos tahun 1953. Tetapi suasan bebas ini
hanya berlangsung selama masa Demokrasi Liberal (1945-1959). Setelah itu muncul Demokrasi
terpimpin (1959-1965), pada masa ini banyak pembatasan terhadap kehidupan pers, kerenanya
pers Indonesia pada masa itu boleh disebut sebagai pers otoriter. Kemudian pers di Indonesia
kembali sedikit menerima udara bebas pada masa Orde Baru lahir tahun 1966 dan keadaan ini
berlangsung hingga tahun 1974. Hal ini terlihat dengan terbitnya kembali sejumlah surat kabar
yang pada masa Demokrasi Terpimpin pernah di berdel, yaitu Merdeka (Juni 1966), Berita
Indonesia (Mei 1966), Indonesia Observer (September 1966), Nusantara (Maret 1967), Indonesia
Raya (Oktober 1968), Pedoman (November 1968) dan Abadi (Desember 1968).
Pada masa Orde Baru pers Indonesia disebut sebagai pers pancasila, cirinya adalah bebas
dan bertanggungjawab. Di mana selanjutnya mendapat penegasan dari Tap MPR No.IV/1973 dan
Tap MPR No.III/1983 agar pers di Indonesia dijadikan sebagai pers sehat, yaitu pers yang
menjalankan fungsinya sebagai penyebar infomasi yang objektif, menyalukan aspirasi rakyat
serta memperluas komunikasi dan partisipasi rakyat.
Aturan yang menindas pers itu terus dilestarikan pada era Soeharto, represi sudah
dijalankan bahkan sejak pada awal era Orde Baru yang menjanjikan keterbukaan. Sejumlah
Koran menjadi korban, antara lain majalah Sendi terjerat delik pers, pada 1972, karena memuat
tulisan yang dianggap menghina Kepala Negara dan keluarga. Surat ijin terbit Sendi dicabut,
pemimpin redaksi-nya dituntut di pengadilan. Setahun kemudian, 1973, Sinar Harapan, dilarang
terbit seminggu karena dianggap membocorkan rahasia negara akibat menyiarkan Rencana
Anggaran Belanja yang belum dibicarakan di parlemen.
Pengekangan terhadap pers kembali terjadi pada 1978, berkaitan dengan maraknya aksi
mahasiswa menentang pencalonan Soeharto sebagai presiden. Sebanyak tujuh surat kabar di
Jakarta (Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos
Sore) dibekukan penerbitannya untuk sementara waktu hanya melalui telepon, dan diijinkan
terbit kembali setelah masing-masing pemilik Koran tersebut meminta maaf kepada pemimpin
nasional (Soeharto).
Pada era Soeharto terdapat tiga faktor utama penghambat kebebasan pers dan arus
informasi: adanya sistem perizinan terhadap pers (SIUPP), adanya wadah tunggal organisasi pers
dan wartawan, serta praktek intimidasi dan sensor terhadap pers. Faktor-faktor itulah yang telah
berhasil menghambat arus informasi dan memandulkan potensi pers untuk menjadi lembaga
kontrol.
Jatuhnya Soeharto ternyata tidak dengan sendirinya mengakhiri berbagai persoalan.
Periode transisi, di era Presiden Habibie berlanjut ke Presiden Abdurrahman Wahid, suasana
keterbukaan justru memunculkan berbagai persoalan baru yang lebih kompleks, tidak sekadar
hitam-putih.
Rezim Habibie, tidak punya pilihan lain, selain harus melakukan liberalisasi dan itu pun
bukan tanpa ancaman. Era Abdurrahman Wahid memperlihatkan kesungguhan untuk mengadopsi
kebebasan pers, namun masih harus ditunggu sejauh mana keseriusan rezim Gus Dur-Megawati
menegakkan kebebasan pers, mengingat basis pendukung dua pemimpin ini (Banser NU dan
Satgas PDI Perjuangan) kini terbukti cenderung merongrong kebebasan pers melalui aksi-aksi
intimidasi terhadap pers. Ancaman terhadap kebebasan pers yang semula datang dari pemerintah
melalui berbagai aturan represif, beralih wujud melalui tekanan massa serta ancaman internal:
tumbuhnya penerbitan pers yang sensational dan tidak mengindahkan etika.
Departemen Penerangan, lembaga kontrol yang dua dasawarsa lebih menjadi hantu
pencabut nyawa bagi Pers, dibubarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, pada Oktober 1999.
Presiden Wahid yang baru terpilih itu menegaskan, informasi adalah urusan masyarakat, bukan
lagi menjadi urusan pemerintah. Pembubaran Departemen Penerangan menandai hilangnya
kontrol negara, selanjutnya siapa mengontrol pers? Babak baru perkembangan pers Indonesia
sedang berlangsung, belum ketahuan ke mana arahnya, banyak catatan sejarah pers di Indonesia
berada pada titik rekaman tekanan dan intimidasi. Pers Indonesia terperangkap dalam ranjauranjau peraturan dan sensor yang dipasang pemerintah. Pengalaman di Indonesia, kebebasan itu
seakan-akan merupakan berkah atau hadiah dari penguasa baru yang muncul menggantikan
penguasa otoriter sebelumnya. Kebebasan pers setelah masa reformasi membawa peluang besar
bagi kelompok pengusaha.
Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesia untuk mengekplorasi
kebebasan. Dampak yang kemudian terlihat, kebebasan itu untuk sebagian media, bukannya
diekplorasi melainkan dieksploitasi. Sejumlah kebingungan dan kejengkelan terhadap kebebasan
pers di era reformasi ini bisa dipahami. Kini media bebas untuk mengumbar sensasi, informasi
yang diedarkan adalah yang bernilai jual tinggi, dikemas dengan gaya sensasi. Akibat ketiadaan
otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindak pers, maka publik
kemudian menjalankan aksi menghukum pers sesuai tolok ukur mereka sendiri.
Era reformasi kini telah memproduksi media massa berorientasi populis, mengangkat
soal-soal yang digunjingkan masyarakat. Akibatnya seringkali media massa menyebarkan
informasi yang sebenarnya berkualifikasi isu, rumor bahkan dugaan-dugaan (hingga cacian dan
hujatan). Pada ekstrim yang lain terdapat pula pers yang diterbitkan untuk tujuan politis:
mempengaruhi dan membujuk pembacanya agar sepakat dan ikut dengan ideologi dan tujuan
politisnya, atau bahkan menyerang dan membungkam pihak lawan.
Media massa sebagai penyalur informasi mengemas apapun yang bisa diinformasikan,
asalkan itu menyenangkan dan sedang menjadi gunjingan publik. Gaya media semacam ini
kemudian mendapat reaksi sepadan dari kelompok masyarakat tertentu yang cenderung radikal
dan tertutup, atau kelompok-kelompok yang mengklaim kebenaran sebagai milik mereka. Jika
pemberitaan media tidak menyenangkan pihaknya atau kelompoknya, maka jalan pintasnya
adalah melabrak dan mengancam yang ternyata memang terbukti sangat efektif bahkan sampai
pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono kondisi komunikasi massa di
Indonesia tampak jauh lebih baik dari sisi penyajiannya, namun sampai saat ini banyak materimateri yang disajikan, menyimpang dari apa yang dicita-citakan. Hal ini ditandai dengan
semakin banyaknya media cetak maupun elektronik hadir dikalangan masyarakat, yang
orientasinya lebih kepada meraut keuntungan dunia usaha
c.
Satelit komunikasi mempunyai masa kerja tertentu, satelit yang masa kerjanya sudah
habis harus diganti dengan satelit generasi baru. Generasi pertama dari SKSD Palapa adalah
Palapa A-1 yang diluncurkan pada tanggal 18 juli 1976. Berturut-turut dari generasi satelit yang
diluncurkan adalah
Sekarang ini, kita juga mengenal satelit komunikasi yang lain yakni telkomsel-1 dan garuda-1.
Jangkauan dari satelit palapa C-2 meliputi wilayah dari Irian sampai Vladiwostok (Rusia)
dan dari Australia sampai selandia baru. Melalui SKSD Palapa, hubungan komunikasi antar
daerah dan antarnegara menjadi lebih mudah. System komunikasi tersebut memungkinkan
bangsa Indonesia mengetahui berbagai informasi yang disajikan melalui televise secara cepat.
d.
Radio.
Radio siaran pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie-Hindia Belanda),
ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya
didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda dan berstatus
swasta. Setelah BRV berdiri secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di
kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang paling terbesar dan terlengkap adalah
radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan,
karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda. Sebagai pelopor timbulnya radio
siaran usaha bangsa Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan di kota
Solo pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkuneoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo.
Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya,
radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan
khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di
Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang bernama Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta,
Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya
boleh mendengarkan siaran Hoso Kyosu saja. Namun demikian di kalangan pemuda terdapat
beberapa orang dengan risiko kehilangan jiwa, secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran
luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada 14 Agustus 1945 Jepang telah
menyerah kepada sekutu.
Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai
oleh Jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa
Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk disekitar
Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan
kelluar batas tanah air dengan risiko petugasnya diberondong senjata serdadu Jepang. Tak lama
kemudian dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan
station callRadio Indonesia Merdeka. Dari sinilah Wakil Presiden Mohammad Hatta dan
pimpinan lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat
Indonesia.
Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara para
pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11 September
itu menjadi hari ulang tahun RRI (Radio Republik Indonesia).
Sampe akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai
dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi
sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan
acara pendidikan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah Siaran Pedesaan yang mulai
diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional. Selanjutnya, stasiun RRI
Regional juga membantu menginformasikan program-program pemerintah, seperti Keluarga
Berencana, transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita. Sejalan dengan
perkembangan social budaya serta teknologi, maka bermunculan beberapa radio siaran amatir
yang diusahakan oleh perorangan. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun perlu ditertibkan.
Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1970 tentang Radio
Siaran Non Pemerintah. Karena jumlah radio siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak,
serta fungsi dan kedudukannya penting bagi masyarakat, maka pada tahun 1974 stasiun-stasiun
radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio siaran
Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI).
e.
Televisi.
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962,
bertepatan dengan berlangsungnya pesta olahraga se- Asia IV atau Asean Games di Senayan.
Sejak itu pula Televisi republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun
(station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) Selama tahun
1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.
Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar
diberbagai wilayang agar dapat menerima siaran televise, maka pada tanggal 6 Agustus 1976,
Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran
televisi. Dalam perkembangannya satelit Palapa A selanjutnya Satelit Palapa B, Palapa B-2,
Palapa B2P dan Palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah,
dkk. 1999).
TVRI yang berada di bawah, Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat
menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989
TVRI mendapat saingan televise siaran lainnya, yakni RCTI yang bersifat komersial. Kemudian
secara berturut-turut berdiri stasiun televise swasta lainnya seperti SCTV, TPI, ANTV , dll.
Meskipun lima stasiun televisi sudah beroperasi, televise siaran tidaka akan pernah
menggeser kedududkan radio siaran, karena radio siaran memiliki karakteristik tersendiri.
Televise siaran dan rasio siaran, serta media lainnya berperan salaing mengisi. Televise siaran
menggeser radio siaran mungkin dalam hal porsi iklan