Ketika kita memasuki sebuah perpustakaan untuk mencari sebuah
koleksi tentang Mozart misalnya, kemana kita akan menuju?, langsung kepada rak koleksi?, bertanya pada petugas perpustakaan?, atau malah membaca seluruh kartu katalog?. Cara-cara seperti itu sering kali menjadi suatu pemandangan yang biasa di dalam sebuah perpustakaan. Dilihat dari sisi efektivitas dan efesiensi, kadang cara tersebut kurang menguntungkan. Menelusuri langsung ke tempat penyimpanan koleksi mungkin akan menimbulkan kebingungan karena tidak tahu dimana lokasi pasti koleksi tersebut. Bertanya ke petugas perpustakaan mungkin salah satu terbaik (minimal) untuk mengetahui petunjuk lokasi tempat koleksi berada. Cara yang terakhir, adalah cara yang paling membosankan dan menghabiskan banyak waktu. Lagipula, kartu katalog manual sudah tidak lagi diminati karena banyak perpustakaan yang sudah menggunakan katalog elektronik, baik on-line maupun off-line. Untuk mempermudah pengguna dalam menemukan koleksi bahan pustaka di perpustakaan diperlukan adanya suatu pembinaan terhadap pengguna agar mampu secara mandiri memanfaatkan perpustakaan. Hal ini harus dilakukan untuk mengatasi kesenjangan antara petugas perpustakaan dan penggunanya sehingga dengan adanya komunikasi yang baik dan formal diharapkan semua sumber informasi yang ada di perpustakaan dapat dimanfaatkan secara tepat. Sesuai dengan tuntutan tersebut, sudah menjadi tugas perpustakaan untuk memulai hubungan yang harmonis tersebut. Kegiatan seperti ini biasa disebut User Education/Pendidikan Pengguna, Bimbingan Pemakai, atau Reader Advisory Work. Kegiatan pendidikan pengguna adalah semua aktivitas yang dirancang sedemikian rupa untuk mendidik pengguna agar sadar akan sumber-sumber informasi, fasilitas-fasilitas yang ada di perpustakaan, dan melatih pengguna dalam cara menggunakan hal tersebut secara tepat. Berbagai kegiatan tersebut, bisa dikemas dalam bentuk yang beragam. Keragaman ini disebabkan karena kebijakan lembaga; visi, misi, dan tujuan lembaga; hasil yang ingin dicapai lembaga dengan adanya kegiatan tersebut serta pengguna perpustakaan sebagai subjek yang harus dilayani. Sebagai contoh, perpustakaan perguruan tinggi yang memiliki kebijakan yang berbeda dengan perpustakaan umum, akan melakukan kegiatan pendidikan pemakai yang juga berbeda. Hal ini lebih disebabkan karena pengguna perpustakaan tersebut. Perpustakaan perguruan tinggi yang notabene penggunanya sebagian besar adalah mahasiswa dan tenaga pendidik akan lebih baik bila menggunakan pendekatan komunikasi dua arah bagi program pendidikan penggunanya. Untuk lebih memperlancar kegiatan pendidikan pengguna, petugas perpustakaan harus mampu merancang suatu bentuk promosi yang menarik agar pengguna (potential users) mau datang ke perpustakaan. Hal ini tentu saja berhubungan dengan minat baca masyarakat. Anggapan bahwa minat baca di Indonesia masih rendah masih menjadi halangan bagi perpustakaan untuk menjaring konsumennya (pengguna potensial). Anggapan tersebut sering menjadi alasan bagi pengembangan perpustakaan di Indonesia. Kenyataan yang kini sedang berkembang adalah bahwa tingginya minat baca masyarakat Indonesia tidak diimbangi dengan fasilitas untuk menyalurkan minat baca tersebut. Lalu juga, terpaan media yang sangat berpengaruh pada faktor budaya menjadikan masyarakat Indonesia lebih senang menonton televisi daripada sekedar meluangkan waktunya untuk membaca buku, membuat perpustakaan kehilangan perannya di tengah masyarakat sebagai sarana belajar dan pendidikan non-formal bagi masyarakat. Oleh karena itu, merancang suatu promosi yang berhasil diharapkan menjadi fasilitator atau jembatan bagi masyarakat dengan perpustakaan. Untuk jangka panjang diharapkan peran perpustakaan di tengah masyarakat mampu merubah budaya bangsa dari budaya menonton ke budaya baca. Budaya baca tidak berarti membaca, membaca dan hanya membaca buku atau literratur lainnya. Tetapi, dengan membaca diharapkan kita bisa membaca perkembangan zaman, membaca kemajuan ilmu pengetahuan, membaca kejadian dan peristiwa, serta membaca kehidupan. Promosi yang berhasil tidak akan berarti apa-apa tanpa pengetahuan petugas perpustakaan tentang siapa/profil penggunanya. Dengan mengetahui karakter pengguna perpustakaan, seorang petugas perpustakaan harus mampu membimbing penggunanya untuk mendapatkan apa yang mereka mau di perpustakaan. Tentunya kegiatan ini melibatkan proses komunikasi dua arah. Disinilah peran petugas tersebut sangat menentukan kegiatan bimbingan pengguna. Sesuai dengan perkembangan teknologi, beberapa perpustakaan telah melakukan perubahan-perubahan. Beberapa perpustakaan sudah mulai menerapkan sistem otomasi perpustakaan dengan atau tanpa berbasis web untuk lebih mempermudah aktivitas pelayanan. Perubahan yang nampak karena pengaruh kemajuan teknologi adalah berkembangnya perpustakaan digital. Sebut saja Perpustakaan British Council yang sudah menerapkan digitalisasi koleksinya, dan menghibahkan semua koleksi cetaknya ke Perpustakaan Pendidikan Nasional. Dengan maraknya perpustakaan berbasis digital maka terjadi variabilitas dalam layanan bimbingan pengguna. Kegiatan bimbingan pengguna pun disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Dari yang awalnya bertanya pada petugas, kini lebih mudah dengan menggunakan komputer. Namun, tetap saja penelusuran dengan menggunakan sistem otomasi ini memerlukan bimbingan. Salah satu caranya bisa dengan menyebarkan leaflet/buku petunjuk penelusuran, seperti yang dilakukan CISRAL UNPAD. Lalu, kemajuan lainnya adalah berkembangnya online information retrieval. Yang memungkinkan kita mengakses koleksi suatu perpustakaan yang berbasis web. Adanya hal ini juga menyebabkan perlunya bimbingan. Tujuan dari bimbingan ini adalah: pengguna tahu bagaimana menggunakan basis data dan sistem informasi untuk penelusuran informasi dan mengetahui metode penelusuran. Pendidikan pengguna, bimbingan pengguna, apapun namanya, sudah harus menjadi kewajiban bagi setiap perpustakaan agar penggunanya memiliki wawasan pengetahuan yang luas karena didukung informasi mutakhir melalui penelusuran di perpustakaan serta dapat memanfaatkan perpustakaan untuk belajar seumur hidup atau bekal untuk long life education. Daftar Pustaka:
Fjallbrant, Nancy & Ian Malley. 1983. User Education In Libraries. Clive Bingley: London
Prytherch. R. J. 1988. The Basics of Readers Advisory Work. Clive Bingley:
London.
Dibuat sebagai tugas Mata Kuliah User Education, Semester Genap TA