Anda di halaman 1dari 104

DIKTAT KULIAH

STANDAR INDUSTRI
DISUSUN
DRS PHILIPPUS H. SIREGAR MSi

D3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

KATA PENGANTAR

Diktat ini diperbuat untuk melengkapi bahan perkuliahan yang dpat


membangun pembendaharaan mahasiswa terhadap bahan kuliah yang mana
menunjang perkuliahan pada semester ini.
Dalam bentuk bahan kuliah akan didapat kemajuan dan kekurangan dimana
standar dan industri merupakan saling terkait antara produsen dan konsumen
dimana dilihat dari MUTU .
Produksi atau hasil industri banyak terjual yang disuka konsumen sehingga
berkembang perusahaan dari industri menghasilkan barang , dimana dieksport
kenegara lain yang mempunyai mutu barang yang lebih baik yang dengan standar
untuk diproduksi yang dapat diterima konsumen didaerah tersebut maka disetiap
Negara mempunyai standar masing-masing.
Standar tiap Negara dalam bentuk gabungan disebut ISO (International
Standard Organization ) dan dinegara Indonesia disebut SNI (Standar Nasional
Indonesia) dengan Baar kode dari tiap barang sehingga dianalisa dilaboratorium
dalam pengujian serta kalibrasi .
Maka didalam laboratorium dituntun kesiapan management pekerja serta
beberapa analisa yang diinginkan dalam standar yang terdapat dalam diktat ini
yang mana masih kekurangan untuk direvisi dalam pengembangan tentang standar.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada teman yang bergerak
dalam bidang standar demi terlaksana diktat ini .

Hormat saya
Penyusun

(Drs Philippus H Siregar MSi )

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

DAFTAR ISI
1 Kata Pengantar.. i
2 Daftar Isi ii
3 Bab 1 Pedoman laboratorium pada sistim mutu 1
4 Bab 2 Detil Standar ... 29
5 Bab 3 Pedoman Penyusunan Panduan Mutu untuk
Laboratorium Penguji .. 35
6 Bab 4 Cara Uji Mi Instan 56
7 Bab 5 Cara Uji Mutu Susu 61
8 Bab 6 Cara Uji Gula Pasir 73
9 Bab 7 Penentuan Baar Kode .. 81
10 Bab 8 Pedoman DSN 01/ISO Guide 25 Persyaratan Umum
Kemampuan Laboratorium Kalibrasi dan Penguji . 84
11 Tinjauan Pustaka ... 103

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

BAB 1
PEDOMAN LABORATORIUM
PADA SISTIM MUTU
PENDAHULUAN
Sejak ISO/IEC Guide 25 direvisi pada tahun 1982, penggunaan sistim mutu
dalam laboratorium berkembang pesat, banyak negara memakai ISO/IEC
Guide 25 sebagai dasar untuk membentuk system mutu di laboratorium dan
untuk pengakuan kemampuan-nya, misalnya dengan akreditasi. Dalam
beberapa tahun terakhir ini telah banyak perkembangan dalam bidang
jaminan mutu karena itu perlu disusun pedoman dan standar baru yang
telah disempurnakan.
Pedoman yang merupakan revisi dari ISO/IEC Guide 25 tahun 1982 ini,
difokuskan pada kegiatan laboratorium kalibrasi dan laboratorium penguji
dengan

memperhatikan

tercantum

dalam

persyaratan

OECE

kemampuan

(Organization

for

laboratorium

Economic

yang

Cooperation

Development) Code of Good Laboratory Practice (GLP) dan ISO seri 9000
tentang standar jaminan mutu.
Pedoman ini bertujuan untuk :
a. meningkatkan kemampuan dan kepercayaan laboratorium kalibrasi
dan laboratorium penguji dengan menerapkan persyaratan yang
tertera pada pedoman ini.
b. Memudahkan penghapusan hambatan non-pajak di perdagangkan
melalui penerimaan hasil kalibrasi dan hasil uji antar Negara.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

c. Memudahkan kerjasama antar laboratorium dan antar instansi dalam


tukar menukar informasi, pengalaman dan harmonisasi standar serta
prosedurnya.
Pedoman ini ditujukan khusus untuk laboratorium kalibrasi dan laboratorium
penguji. Laboratorium yang memenuhi persyaratan yang sesuai dalam
pedoman ini, sudah sesuai dengan persyaratan standar ISO seri 9000,
termasuk

didalamnya

laboratorium

yang

model

yang

bersangkutan

diuraikan

bertindak

dalam

sebagai

ISO

9002

jika

pengkalibrasi

dan

penguji.
Untuk laboratorim yang terlibat dalam pengujian bidang tertentu seperti
bidang kimia (lihat misalnya OECD Code of Good Labortory Practice), atau
bidang teknologi informasi, persyaratan dalam pedoman ini memerlukan
penjabaran

dan

interpretasi

Pedoman DSB 03-1991.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

sebagaimana

tercantumdalam

butir

4.2

PERSYARATAN UMUM KEMAMPUAN


LABORATORIUM KALIBRASI DAN LABORATORIUM
PENGUJI
1. RUANG LINGKUP
1.1

Pedoman ini memuat persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh

suatu

laboratorium

dalam

melaksanakan

kegiatannya,

jika

laboratorium yang bersangkutan akan diakui sebagai laboratorium


yang mampu melakukan kalibrasi atau pengujian tertentu.
1.2

Tambahan persyaratan dan informasi yang harus diikutsertakan

dalam menilai kemampuan untuk menentukan kesesuaiannya dalam


criteria lain, dapat ditentukan oleh organisasi atau pihak yang
berwenang memberikan pengakuan (atau persetujuan) tergantung
pada sifat khusus dari tugas laboratorium tersebut.
1.3

Pedoman ini dipakai oleh laboratorium kalibrasi dan laboratorium

penguji untuk mengembangkan dan menerapkan system mutunya.


Pedoman

ini

sertifikasi

dan

dapat

juga dipakai

badan

laboratorium.

2. ACUAN

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

lain

yang

oleh

Badan

berkaitan

akreditasi,badan

dengan

kewenangan

ISO 8042 : 1986, Mutu daftar istilah.


ISO 9000 : 1987, Standar manajemen mutu dan jaminan mutu
Pedoman untuk pemilihan dan penggunaan.
ISO

9001

1987,

Sistim

mutu

Model

Jaminan

mutu

dalam

desain/pengembangan, produksi, pemasangan, dan pelayanan.


ISO 9002 : 1987, Sistim mutu Model Jaminan mutu dalam produksi dan
pemasangan.
ISO 9003 : 1987, Sistim mutu Model Jaminan mutu dalam inspeksi dan
pengujian akhir.
ISO 9004 : 1987, Petunjuk manajemen mutu dan elemen system mutu.
ISO/IEC Guide 2 : 1986 Istilah umum dan definisi tentang standarisasi
dan kegiatan yang berkaitan.
Daftar istilah internasional tentang istilah dasar dan istilah umum dalam
bidang metrology (VIM) 1984, diterbitkan oleh BIPM, IEC, ISO dan OIML.
3. DEFINISI
Definisi yang berkaitan yang terdapat dalam ISO/IEC Guide 2, ISO 8402
dan daftar istilah internasional tentang istilah-istilah dasar dan istilah
umum bidang meterologi (VIM) dapat dipakai; istilah yang paling terkait
yang tertera di bawah ini lengkap dengan definisinya, selanjutnya
digunakan dalam pedoman ini.
3.1 Laboratorium

: Instansi/lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan


atau pengujian.
Catatan :
1. Jika laboratorium merupakan bagian unit dari
suatu organisasi yang melaksanakan kegiatan lain

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

di

luar

kalibrasi

laboratorium

dan

hanya

pengujian,

digunakan

istilah

untuk

unit

tersebut yang terlibat dalam proses kalibrasi dan


pengujian.
2. Istilah

laboratorium

instansi/lembaga
atau

pengujian

yang
pada

digunakan

untuk

melaksanakan

kalibrasi

atau

dari

suatu

lokasi

permanent, sementaea, atau berpindah-pindah.


3.2 Laboratorium Penguji

: Laboratorium yang melaksanakan pengujian

(ISO/IEC Guide 2 12.4).


3.3 Laboratorium Kalibrasi
3.4 Kalibrasi

: Laboratorium yang melaksanakan kalibrasi.

: serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan


antara

nilai

yang

dirujukan

oleh

instrument

pengukur atau system pengukuran, atau nilai yang


diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang
sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang
diukur dalam kondisi tertentu.
Dengan kata lain Kalibrasi adalah kegiatan untuk
menentukan

kebenaran

konvensional

nilai

penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara


membandingkan terhadap standar ukurnya yang
mampu telusur (tracable) ke standar nasional
untuk satuan dan / atau internasional.
Catatan :
1. Dari

hasil

penunjukkan

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

kalibrasi

diketahui

instrument

ukur,

kesalahan
system

pengukuran atau bahan ukur,

atau pemberian

nilai pada tanda skala tertentu.


2. Suatu kalibrasi dapat juga menentukan sifat-sifat
metrology lain.
3. Hasil kalibrasi dapat dicatat dalam suatu dokumen
disebut sebagai sertifikat kalibrasi atau laporan
kalibrasi.
4. Hasil kalibrasi dapat dinyatakan sebagai suatu
factor kalibrasi atau sebagai suatu deret factor
kalibrasi dalam bentuk kurva kalibrasi.
3.5 Pengujian

: ialah suatu kegiatan teknis yang terdiri atas


penetapan, penentuan satu atau lebih sifat atau
karakteristik dari suatu produk, bahan, peralatan,
organisme, fenomena, fisik, proses, atau jasa,
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Catatan:
Hasil uji umumnya dicatat dalam suatu dokumen
yang

disebut

dengan

laporan

pengujian

atau

sertifikat pengujian.
3.6 Metoda Kalibrasi

: ialah prosedur teknis tertentu untuk melaksanakan


kalibrasi.

3.7 Metoda Pengujian

: ialah prosedur teknis tertentu untuk melaksanakan


pengujian.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

3.8 Verifikasi

: ialah konfirmasi melalui pengujian atau penyajian


bukti bahwa persyaratan yang telah ditetapkan
telah dipenuhi.
Catatan :
Dalam

pengelolaan

peralatan

ukur,

verifikasi

merupakan sarana/alat untuk mengetahui apakah


penyimpangan antara nilai yang ditunjukkan oleh
instrumen pengukur dan nilai yang telah diketahui
dari besaran yang telah diukur, selalu lebih kecil dari
kesalahan

maksimum

yang

diperbolehkan

oleh

standar, peraturan atau spesifikasi khusus dalam


mengelola peralatan ukur. Hasil verifikasi dipakai
sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan alat
ukur tetap tetapi dapat dipakai, perlu disket, perlu
diperbaiki, diturunkan tingkatnua, atau tidak dapat
dipakai lagi. Dalam segala hal diperlukan pernyataan
tertulis tentang hasil verifikasi dan harus disimpan
pada arsip masing-masing instrumen ukur
3.9 Sistem mutu

ialah

struktur

organisasi,

tanggung

jawab,

prosedur, proses dan sumber untuk menetapkan


menajemen/pengelolaan

mutu.

(ISO

8402

-3.8,

tanpa catatan)
3.10 Buku Panduan Mutu

: ialah suatu dokumen yang berisi kebijakan

mutu, system mutu dan pelaksanaan mutu dalam


suatu organisasi.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Catatan :
Buku panduan mutu dapat juga memuat dokumen
lain yang berhubungan dengan pengaturan mutu
dari laboratorium.
3.11 Standar acuan

ialah

standar

yang

umumnya

memiliki

mutu

metrology tertinggi pada suatu lokasi tertentu, yang


pengukurannya dilakukan pada lokasi tersebut (VIM
6.08).
3.12 Bahan Pembanding

: ialah suatu bahan atau zat yang salah satu

atau lebih sifat telah diketahui, digunakan untuk


kalibrasi peralatan, penilaian metode pengukuran,
atau untuk penetapan nilai pada bahan. (ISO Guide
30 - 2.1)
3.13 Bahan acuan/
Pembanding bersertifikat
: ialah suatu bahan acuan/pembanding yang satu
atau lebih sifat-sifatnya, diberi serifikat dengan
prosedur teknis yang baku, disertai dengan atau
dapat ditelusuri ke suatu sertifikat atau dokumen
lain yang diterbitkan oleh baan sertifikasi. (ISO
Guide 30 2.2)
3.14 Mampu telusur

: ialah sifat dari suatu pengukuran yang dapat


dikaitkan
umumnya

dengan
standar

standar

tertentu

nasional

atau

yang

tepat,

internasional,

melalui rantai pembandingan yang tidak terputus.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Didefinisikan juga sebagai : kemampuan dari suatu


hasil ukur secara individual untuk dihubungkan ke
standar-standar nasional/internasional untuk satuan
ukuran dan atau system pengukuran yang disahkan
secara nasional maupun internasional melalui rantai
perbandingan yang tidak terputus-putus.
3.15 Uji Profesiensi

: adalah salah satu cara untuk mengetahui unjuk


kerja laboratorium kalibrasi dan laboratorium penguji
dengan cara pembandingan antar laboratorium.

3.16 Persyaratan

: ialah kumpulan spesifikasi yang masing-masing


dapat diukur atau uraian spesifikasi dari sifat, suatu
kesatuan agar dapat direalisasikan dan diuji.

4. ORGANISASI AN MANAJEMEN (PENGELOLAAN)


4.1

Laboratorium mempunyai dasar hokum yang dapat diidentifikasi.

Laboratorium harus diorganisasikan dan harus berfungsi sedemikian rupa


sehingga fasilitas yang permanent, sementara dan yang bergerak memenuhi
persyaratan pedoman ini.
4.2

Laboratorium wajib :

a. Mempunyai staf manajerial yang mempunyai wewenang dan sumber


untuk melaksanakan tugasnya.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

b. Memiliki ketentuan untuk menjamin agar personilnya bebas dari


pengaruh tekanan komersial, keuangan dan tekanan lainnya yang
dapat mempengaruhi mutu kerja mereka.
c. Diorganisasikan

sedemikian

rupa

sehingga

mampu

mengambil

keputusan, secara mandiri dan integritasnya selalu terperlihara.


d. Merinci dan mendokumentasikan aturan kerja tentang tanggung
jawab, wewenang dan hubungan kerja antr personil yang mengelola,
melaksanakan atau memeriksa pekerjaan yang mempengaruhi mutu
kalibrasi dan pengujian.
e. Mempunyai petugas penyelia yang paham tentang kalibrasi atau
prosedur dan metode pengujian, tujuan kalibrasi atau pengujian dan
dapat mengkaji hasil-hasilnya.
Perbandingan jumlah penyelia dan staf yang bukan penyelia harus
sedemikian rupa sehingga menjamin pengawasan yang efektif.
f. Mempunyai seorang manajer teknis (atau apapun namanya) yang
mempunyai tanggung jawab menyeluruh untuk kegiatan teknis.
g. Mempunyai seorang manajer mutu (atau apapun namanya) yang
bertanggung jawab atas sistem mutu dan penerapannya.
Manajer mutu harus dapat berhubungan langsung dengan manajer
tertinggi pengambil keputusan tentang kebijaksanaan atau sumber
dan juga dengan manajer teknis. Dalam beberapa laboratorium
tertentu, manajer mutu dapat juga bertindak sebagai manajer teknik
atau sebagai deputi manajer teknik.
h. Mengangkat deputi manajer mutu atau deputi manajer teknik bila
mereka berhalangan.
i. Mempunyai kebijakan dan prosedur yang terdokumentasikan untuk
menjamin adanya perlindungan atas kerahasiaan informasi dan hak
berdasarkan peraturan.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

j. Berpartisipasi dalam program uji profisiensi dan uji banding antar


laboratorium.
5. SISTIM MUTU, AUDIT DAN KAJI ULANG
5.1

Laboratorium harus mengadakan dan memelihara system mutu yang

cocok/sesuai dengan jenis, ruang lingkup dan volume kegiatan kalibrasi


dan pengujian yang dilaksanakannya. Unsur system mutu tersebut harus
didokumentasikan. Dokumen mutu harus tersedia dan dapat digunakan
oleh

personil

laboratorium.

Laboratorium

wajib

merinci

dan

mendokumentasikan kebijaksanaan dan tujuannya serta keterikatannya


pada praktek laboratorium
pengujian.

Manajemen

yang baik (GLP), mutu kalibrasi atau jasa

laboratorium

harus

menjamin

agar

semua

kebijakan dan tujuan tersebut didokumentasikan dalam panduan mutu,


dikomunikasikan, dapat dimengerti serta diterapkan oleh semua petugas
laboratorium yang bersangkutan. Buku panduan mutu haru selalu
diusahakan untuk tetap mutakhir di bawah tanggung jawab manajer
mutu.
5.2

Buku panduan mutu dan dokumen lain yang terkait dengan mutu

harus mencantumkan semua kebijakan laboratorium dan prosedur


operational yang ditetapkan agar dapat memenuhi persyaratan pedoman
ini : Buku panduan mutu dan dokumen lain yang terkait dengan mutu
harus berisi :
a. Kebijakan mutu, termasuk tujuan dan keterikatannya yang ditetapkan
oleh manajer.
b. Struktur organisasi dan manajemen laboratorium, dicantumkan dalam
diagram organisasi induknya dan diagram organisasi yang terkait .

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

c. Hubungan antara menajemen pelaksanaan teknis, jasa penunjang dan


system mutu.
d. Prosedur pengendalian dan pemeliharaan dokumen.
e. Uraian kerja dari staf inti dan disesuaikan dengan uraian kerja dari
staf lainnya.
f. Identifikasi pendandatangan yang berwenang di laboratorium (apabila
diperlukan).
g. Semua prosedur yang diperlukan dalam laboratorium untuk mencapai
mampu telusur pengukuran.
h. Ruang lingkup kalibrasi dan / atau pengujian
i. Ketentuan untuk menjamin adanya kaji ulang semua pekerjaan yang
baru untuk menjamin bahwa laboratorium tersebut memiliki fasilitas
dan sumber yang tepat sebelum pekerjaannya dilaksanakan.
j. Acuan yang dipakai untuk kalibrasi, verifikasi dan/atau prosedur uji
yang dipakai.
k. Prosedur penanganan kalibrasi dan barang-barang yang diuji.
l. Acuan untuk peralatan utama dan standar ukur banding yang dipakai
m. Acuan prosedur kalibrasi, verifikasi dan pemeliharaan alat.
n. Acuan untuk pelaksanaan verifikasi termasuk uji banding antar
laboratorium, program uji profisiensi penggunaan bahan pembanding
yang dipakai dan system pengendalian mutu intern.
o. Prosedur yang harus diikuti untuk memberikan umpan balik dan
koreksi bilamana terjadi ketidakcocokan dalam pengujian atau adanya
penyimpangan dari kebijakan dan prosedur yang tercantum dalam
dokumen.
p. Ketentuan manajemen laboratorium untuk penyimpangan khusu yang
masih dapat diterima terhadap kebijakan dan prosedur tertulis atau
terhadap standar.
q. Prosedur dalam menangani kehuhan/pengaduan

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

r. Prosedur untuk melindungi kerahasiaan dan hak berdasarkan hokum.


s. Prosedur-prosedur untuk audit dan kaji ulang.
5.3

Laboratorium wajib mengatur kegiatan audit secara berkala untuk


memverifikasi kegiatan agar selalu sesuai dengan persyaratan system
mutu. Audit ini harus dilaksanakan oleh petugas yang telah mampu
dan dididik yang bila memungkinkan tidak berkaitan dengan kegiatan
yang diaudit. Jika dalam audit menemukan keraguan atas keabsahan
hasil kalibrasi atau hasil uji laboratorium harus segera melaksanakan
korelasi dan memberitahu secara tertulis kepada tiap pelanggan yang
kegiatannya terkena.

5.4

Sistem mutu yang digunakan untuk memenuhi persyaratan pedoman

ini harus ditinjau kembali paling tidak sekali setahun oleh manajer untuk
menjamin kesesuaian dan keefektifannya secara berkesinambungan dan
melakukan perubahan atau penyempurnaan jika diperlukan.
5.5

Semua

temuan

audit,

kaji

ulang

dan

tindakan

koreksi

harus

didokumentasikan. Petugas penangggung jawab mutu wajib menjamin


bahwa tindakan tersebut dilaksanakan dalam jangka waktu yang telah
disepakati.
5.6

Selain audit secara berkala laboratorium wajib menjamin mutu hasil

yang diberikan kepada pelanggan setelah diperiksa terlebih dahulu.


Pemeriksaan

ini

wajib

mencakup :

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

dikaji

kembali

dan

setidak-tidaknya

harus

a. system

pengendalian

mutu

intern

dengan

menggunakan

metode

stastistik;
b. Partisipasi dalam uji profisiensi atau uji banding antar laboratorium;
c. Penggunaan bahan pembanding secara teratur dan/atau pengendalian
mutu melekat (inhouse quality control) dengan menggunakan bhan
pembanding sekunder;
d. Pengujian ulang menggunakan metoe yang sama atau berbeda.
e. Pengujian kembali dari arsip contoh;
f. Keterkaitan hasil uji untuk sifat yang berbeda dari satu barang;
6. PERSONALIA
6.1

Laboratorium penguji harus memiliki personil dalam jumlah yang

memadai dan pendidikan, pelatihan, pengetahuan teknis yang cukup


serta memiliki pengalaman yang sesuai dengan tugasnya.
6.2

Laboratorium

penguji

harus

selalu

memberikan

pelatihan,

pengetahuan dan keterampilan yang mutakhir bagi pegawainya.


6.3

Rekaman data kualifikasi, pelatihan, keterampilan dan pengalaman

tiap pegawai teknis harus selalu dipelihara.


7. SARANA DAN LINGKUNGAN
7.1

Sarana laboratorium, ruang kalibrasi dan pengujian, sumber energi

penerangan, pemanasan dan ventilasi udara harus memungkinkan untuk


dapat mengkalibrasi/melakukan pengujian yang benar.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

7.2

Lingkungan tempat kegiatan ini diselenggarakan tidak menyebabkan

hasil uji/kalibrasi menjadi tidak abash atau mempengaruhi ketelitian


pengukuran. Perlakuan khusus perlu dilakukan jika kegiatan dilaksanakan
di tempat yang bukan gedung laboratorium permanent.
7.3

Laboratorium

harus

mempunyai

fasilitas

untuk

melaksanakan

pemantauan. Pengendalian dan pencatatan kondisi lingkungan yang


efektif dan
terhadap

memadai. Perhatian khusus yang perlu diberikan, misalnya


kesterilan

biologis,

debu,

interferensi

elektromagnetik,

kelembaban, tegangan jaringan, suhu dan arus bunyi dan getaran agar
sesuai dengan persyaratan kalibrsi atau pengujian yang dilakukan.
7.4

Harus ada pemisah yang efektif antar ruangan yang berdampingan bila

ada kegiatan yagn saling tidak sesuai.


7.5

Jalan masuk dan penggunaan ruangan yang mempengaruhi mutu

kegiatan harus ditetapkan dan diawasi.


7.6

Pengelolaan yang tepat dilakukan untuk menjamin pengaturan rumah

tangga laboratorium yang baik.


Catatan :
Adalah merupakan tanggung jawab laboratoriuma untuk memenuhi
persyaratan kesehatan dan keselamatan yang sesuai. Aspek tersebut di
luar ruang lingkup pedoman ini.
8. PERALATAN DAN BAHAN PEMBANDING

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

8.1

Laboratorium

harus

dilengkapi

dengan

semua

jenis

peralatan

(termasuk bahan pembanding) yang dibutuhkan untuk kalibrasi dan


pengujian yang benar. Dalam hal tersebut, jika suatu laboratorium
memerlukan peralatan yang di luar pengawasannya yang tetap, maka
Laboratorium harus menjamin bahwa persyaratannya telah sesuai dengan
pedoman ini.
8.2

Semua

peralatan

harus

dipelihara

dengan

baik

dan

prosedur

pemeliharaannya harus didokumentasikan. Tiap jenis peralatan yang


sudah seharusnya diservis, salah pemakaian, hasilnya mencurigakan,
memperlihatkan kerusakan waktu dilakukan verifikasi, alat tersebut
memang rusak, tidak boleh digunakan, diberi tanda dengan jelas, serta
bila mungkin ditempatkan pada ruang tertentu sampai alat tersebut
selesai diperbaiki sehingga kalibrasi verifikasi, pengujian memberikan
hasil yang memuaskan. Laboratorium harus menguji pengaruh kerusakan
ini terhadap kalibrasi atau pengujian sebelumnya.
8.3

Tiap jenis peralatan termasuk bahan pembanding diberi label tanda

atau identitas yang menunjukkan status kalibrasinya.


8.4

Rekaman tiap jenis peralatan dan seluruh bahan pembanding yang

penting untuk kalibrasi atau pengujian harus disimpan. Rekaman harus


mencakup :
a. nama peralatan
b. pabrik, identitas jenis dan nomor seri atau identitas khusus lainnya;
c. tanggal penerimaan dan tanggal mulai digunakan
d. letaknya pada saat ini

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

e. kondisi

saat

diterima

(baru,

sudah

dipakai,

dalam

keadaan

dikondisikan)
f. buku instruksi dari perusahaan pembuat alat
g. tanggal dan hasil kalibrasi dan/atau verifikasi dan tanggal kalibrasi
berikutnya dan/atau verifikasi
h. pemeliharaan secara rinci tanggal dan rencana pemeliharaan yagn
akan dating
i. sejarah tentang kerusakan, malfungsi, modifikasi dan reparasi
9. MAMPU TELUSUR PENGUKURAN DAN KALIBRASI
9.1

Semua peralatan ukur dan uji yang mempengaruhi ketelitian atau

keabsahan kalibrasi atau pengujian harus dikalibrasi dan/atau diverifikasi


sebelum dipakai. Laboratorium harus mempunyai program kalibrasi dan
verifikasi peralatan ukur dan peralatan ujinya.
9.2

Keseluruhan program kalibrasi dan/atau verifikasi dan keabsahan

peralatan

harus

didesain

dan

dilaksanakan

sebagaimana

mestinya

sehingga menjamin pengukuran yang dilakukan oleh laboratorium dapat


ditelusur

ke

standar

nasional.

Sertifikasi

kalibrasi

wajib

memuat

pernyataan mempu telusur ke standar nasional dengan memberikan hasil


pengukurannya

dan

kaitannya

dengan

ketidakpastian

pengukuran

dan/atau pernyataan kesesuaian dengan spesifikasi metrology yang telah


ditetapkan.
9.3

Jika

mampu

telusur

terhadap

standar

nasional

tidak

dapat

dilaksanakan Laboratorium wajib memberikan bukti yang memuaskan


dari korelasi hasil, misalnya dengan berpartisipasi dalam program uji
banding antar laboratorium atau program uji profisiensi yang sesuai.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

9.4

Standar pembanding pengukuran yang dimiliki Laboratorium harus

dipakai untuk kalibrasi saja dan tidak untuk lainnya, kecuali jika dapat
dibuktikan bahwa standar pembanding tersebut tetap absah.
9.5

Standar pembanding pengukuran wajib dikalibrasi oleh instansi yang

berwenang dan menjamin mampu telusur ke standar nasional. Harus ada


program kalibrasi dan verifikasi dari standar pembanding.
9.6

Jika sesuai, standar pembanding alat ukur, dan peralatan uji wajib

diperiksa antara kalibrasi-kalibrasi dan verifikasi-verifikasi.


9.7

Bahan pembanding wajib dapat ditelusur terhadap standar pengukuran

nasional atau internasional atau terhadap standar bahan pembanding


nasional atau internasional.
10.

METODE KALIBRASI DAN PENGUJIAN

10.1 Laboratorium wajib memiliki dokumen tentang petunjuk penggunaan


dan pengoperasian dari semua alat, penanganan serta persiapan alat-alat
untuk kalibrasi dan/atau pengujian; ketiadaan petunjuk tersebut akan
merusaka kalibrasi atau pengujian. Semua petunjuk, standar, pedoman
dan data acuan yang berkaitan dengan kegiatan Laboratorium harus
dipelihara supaya selalu mutakhir dan selalu tersedia bagi tenaga
Laboratorium yang memerlukannya.
10.2 Laboratorium wajib memakai metode dan prosedur tepat untuk
kalibrasi dan pengujian serta kegiatan yang berkaitan yang termasuk
dalam tanggung jawabnya (termasuk pengambilan contoh, penanganan,

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

pengangkutan

dan

penyimpanan,

penyiapan

barang,

taksiran

ketidakpastian dan pengukuran dan analisis data kalibrasi dan/atau data


pengujian). Metode dan prosedur tersebut harus selalu konsisten dengan
ketelitian yang diperlukan dan dengan tiap spesifikasi standar yang
sesuai untuk kalibrasi dan pengujian yang bersangkutan.
10.3 Jika metodenya tidak ditetapkan sedapat mungkin Laboratorium harus
memilih metode yang telah dipublikasikan dalam tingkat standar nasional
atau internasional oleh organisasi teknis yang mempunyai nama baik,
atau dalam buku teks atau majalah ilmiah yang sesuai.
10.4 Jika

diperlukan

diberlakukan

sebagai

dpat

mempergunakan

standar

dengan

metode

mendapat

yang

belum

persetujuan

dari

pelangan kemuian didokumentasikan dengan baik dan disahkan kepada


pelanggan dan pihak lain yang bersangkutan.
10.5 Jika pengambil contoh merupakan bagian dari metode pengujian,
laboratorium wajib memakai prosedur yang telah didokumentasikan dan
teknik stastistik yang sesuai untuk memilih contoh.
10.6 Perhitungan dan pemindahan data wajib diperiksa dengan betul.
10.7 Jika computer dan peralatan otomatis

digunakan untuk memproses,

menghitung merekam, melaporkan, menyimpan atau mencari kembali


data kalibrasi /pengujian laboratorium wajib menjamin bahwa :
a. persyaratan dalam buku pedoman ini dipenuhi;
b. perangkat lunak computer didokumentasikan dan memadai untuk
digunakan;

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

c. prosedur disusun dan diterapkan untuk melindungi keutuhan data;


prosedur

tersebut

harus

mencakup

setidak-tidaknya

keutuhan

pemasukan atau pengambilan data, penyimpanan data, pengiriman


data dan proses data.
d. Computer dan peralatan otomatis dipelihara sehingga menjamin
fungsinya yang tepat dengan menyediakan kondisi lingkungan dan
kondisi operasi yang tepat untuk memelihara keutuhan data kalibrasi/
data pengujian.
e. Laboratorium menyusun dan menerapkan prosedur yang tepat untuk
menjaga keamanan data termasuk pencegahan pemasukan data tak
resmi dan perubahan yang tidak resmi dari rekaman computer.
10.8 Prosedur yang didokumentasikan untuk pembelian, penerimaan dan
penyimpanan bahan habis pakai harus ada.
11.

PENANGANAN BARANG YANG DIKALIBRASI DAN DIUJI

11.1 Laboratorium wajib memiliki sistem yang didokumentasikan untuk


mengidentifikasi khususnya untuk barang-barang yang dikalibrasi atau
diuji, untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi kerancuan identitas
barang-barang tersebut pada setiap saat.
11.2 Pada penerimaan, kondisi barang yang dikalibrasi atau diuji termasuk
tiap

abnormalitas

atau

penyimpangan

dari

kondisi

standar

yang

ditetapkan dalam metode kalibrasi atau pengujian terkait, wajib direkam.


Jika ada keraguan tentang kesesuaian/kecocokan barang untuk kalibrasi
atau pengujian, sehingga barang tidak memenuhi uraian yang telah
ditetapkan

atau

kalibrasi

atau

pengujian

yang

dibutuhkan

tidak

diterangkan secara jelas, Laboratorium harus berkonsultasi dengan

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

pelanggan yang bersangkutan untuk memperoleh petunjuk lebih lanjut


sebelum pekerjaan dilaksanakan. Laboratorium wajib menetapkan hal-hal
yang berkaitan dengan persiapan barang yang diperlukan, permintaan
pelanggan kepada laboratorium untuk melakukan dan mengaturnya.
11.3 Laboratorium wajib mempunyai prosedur yang didokumentasikan dan
fasilitas yang sesuai untuk mencegah kerusakan atau kemerosotan mutu
barang-barang

yang

dikalibrasi

atau

diuji,

selama

penyimpanan,

penanganan, persiapan dan kalibrasi atau pengujian; tiap petunjuk yang


berkaitan dengan barang tersebut wajib diikuti. Jika barang-barang
tersebut disimpan atau dikondisikan pada kondisi lingkungan tertentu,
kondisi tersebut harus dipelihara, dipantau dan direkam. Jika barang diuji
atau dikalibrasi atau sebagian dari barang harus aman (Misalnya untuk
alas an perekaman, keselamatan atau nilai atau untuk memungkinkan
pemeriksaan

kalibrasi

atau

pengujian

dilaksanakan

kemudian),

laboratorium wajib mempunyai gudang dan pengaturan keamanan untuk


melindungi

kondisi

dan

keutuhan

barang

atau

bagiannya

yang

bersangkutan.
11.4 Laboratorium wajib mempunyai prosedur yang didokumentsi tentang
penerimaan, penyimpanan atau pengamanan untuk barang-barang yagn
dikalibrasi atau diuji termasuk semua kebutuhan yang diperlukan untuk
melindungi integritas Laboratorium.
12.

REKAMAN

12.1 Laboratorium harus memelihara system rekaman sesuai dengan


kebutuhan

laboratorium

dan

memenuhi

perundang-undangan

yang

berlaku. Laboratorium harus menyimpan dan memelihara catatan semua

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

hasil pengamatan orisinil perhitungan dan data yang diperoleh,catatan


kalibrasi dan salinan seritfikat kalibrasi, sertifikat pengujian atau laporan
pengujian untuk suatu jangka waktu tertentu. Rekaman untuk tiap
kalibrasi dan pengujian harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan

pengulangan.

Rekaman

harus

mencakup

identitas

personil yang terlibat dalam pengambilan contoh, penyiapan kalibrasi


atau pengujian.
12.2 Semua rekaman (termasuk yang terdaftar dalam butir 8.4 tentang
peralatan kelibrasi dan pengujian), sertifikat dan laporan harus disimpan
dengan baik; aman dan sangat rahasia terhadapa pelanggan.

13.

SERTIFIKAT DAN LAPORAN

13.1 Hasil

tiap

kalibrasi,

pengujian

atau

serangkaian

kalibrasi

atau

pengujian yang dilaksanakan oleh laboratorium harus dilaporkan secara


teliti, jelas, tidak samara-samar dan obyektif, sesuai dengan petunjuk
dalam metode kalibrasi atau pengujian. Hasil tersebut harus dilaporkan
dalam sertifikat kalibrasi, laporan pengujian atau sertifikat pengujian dan
harus

mencakup

semua

informasi

yang

diperlukan

untuk

menginterpretasikan hasil kalibrasi atau pengujian dan semua informasi


yang dipersyaratkan oleh metode yang digunakan.
13.2 Tiap serifikat atau laporan setidak-tidaknya mencakup informasi
berikut :

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

a. Judul (misalnya Sertifikat kalibrasi, Laporan Pengujian atau Sertifikat


Pengujian);
b. Nama

dan

alamat

laboratorium,

lokasi

kalibrasi

atau

pengujian

dilaksanakan jika berbeda dari alamat laboratorium;


c. Identifikasi khusus dari sertifikat atau laporan (seperti nomor seri) dan
dari tiap halaman, serta jumlah keseluruhan halaman;
d. Nama dan alamat pelanggan
e. Uraian dan identitas yagn jelas dari barang yang kalibrasi atau diuji;
f. Sifat dan kondisi barang yang di kalibrasi atau diuji
g. Tanggal penerimaan barang yang di kalibrasi atau diuji dan tanggal
pelaksanaan kalibrasi atau pengujian.
h. Identitas metode kalibrasi atau pengujian yang digunakan atau uraian
yang jelas dari tiap metode yang belum baku yang digunakan;
i. Acuan prosedur pengambilan contoh;
j. Adanya penyimpangan, penambahan atau pengecualian dari metode
kalibrasi atau pengujian dan tiap informasi lainnya yang terkait kalibrasi
atau pengujian tertentu seperti kondisi lingkungan.
k. Hasil pengukuran, pemeriksaan dan hasil yang diperoleh yang ditunjang
oleh table grafik,sketsa, foto, dan tiap kegagalan yang terjadi;
l. Pernyataan ketidakpastian yang diperkirakan dari hasil kalibrasi atau
pengujian
m. Tanda tangan dan jabatan atau identitas yang ekuivalen dari orang yang
menerima tanggung jawab atas isi sertifikat atau laporan (apapun yang
dihasilkan) dan tanggal penerbitannya;
n. Pernyataan yagn hanya berkaitan dengan barang yang di kalibrasi atau
diuji.
o. Pernyataan bahwa sertifikat atau laporan tidak boleh digandakan tanpa
persetujuan tertulis dari laboratorium kecuali secara lengkap.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

13.3 Jika sertifikat atau laporan berisi hasil kalibrasi atau pengujian yagn
dilaksanakan oleh subkontraktor, hasil tersebut harus dapat diketahui
dengan jelas.
13.4

Penanganan

dan

perhatian

khusus

wajib

dilakukan

terhadap

pengaturan sertifikat atau laporan terutama yang berkaitan dengan


penyajian data kalibrasi atau pengujian utnuk mempermudah pembaca.
Format harus direncanakan dengan hati-hati dan didesain secara spesifik
untuk tiap jenis kalibrasi atau pengujian tetapi judulnya sedapat mungkin
dibakukan.
13.5 Perubahan dalam sertifikat kalibrasi laporan pengujian atau sertifikata
pengujian

sesudah

diterbitkan

hanya

dapat

dibuat

dalam

bentuk

dokumen lainnya, atau pemindahan data termasuk penyataan Suplemen


sertifikat kalibrasi (atau laporan pengujian), nomor seri (atau lainnya
yang merupakan identitas), atau bentuk susunan kata yang ekuivalen.
Perubahan seperti ini harus sesuai dengan persyaratan butir 12 pedoman
ini.
13.6 Laboratorium wajib memberitahukan segera kepada pelanggan secara
tertulis tentang tiap kejadian seperti dijumpainya alat ukur atau alat uji
yang rusak yagn dapat menyebabkan keraguan atas keabsahan hasil
yang tertera dalam tiap sertifikat kalibrasi laporan pengujian atau
sertifikat pengujian; serta amendemen terhadap laporan atau sertifikat.
13.7 Laboratorium wajib menjamin bahwa jika pelanggan memerlukan hasil
kalibrasi atau pengujian melalui telepon, telex, facsimile atau alat
elektronik

atau

elektromagnit

lainnya.

Petugas

laboratorium

yang

bersangkutan akan mengikuti prosedur yang terdokumentasikan dan

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

memenuhi

persyaratan

dalam

pedoman

ini

serta

terjamin

kerahasiaannya.
14.

SUBKONTRAK KALIBRASI ATAU PENGUJIAN

14.1 Jika

laboratorium

men-subkontrakkan

sebagian

kalibrasi

atau

pengujian, pekerjaan ini harus diberikan kepada laboratorium yang


memenuhi persyaratan pedoman ini. Laboratorium tersebut diatas wajib
menjamin dan dapat menunjukkan bahwa sub-kontraktor itu mampu
melaksanakan kegiatan tersebut dan memenuhi criteria kemampuan
yagn sama dengan laboratorium pemberi kontrak. Laboratorium pemberi
kontrak wajib memberitahu pelanggan secara tertulis tentang mensubkontrakkan sebagian pengujian ke pihak lain.
14.2 Laboratorium wajib merekam dan menyimpan rincian penyelidikannya
tentang

kemampuan

dan

pemenuhanan

persyaratan

sebagai

subkontraktor serta menyimpan daftar semua pekerjaan yagn di sub


kontrakkan.
15.

JASA PENUNJANG DAN PERBEKALAN DARI LUAR

15.1 jika laboratorium meminta jasa dan perbekalan dari luar, selain
yang tertera dalam pedoman ini, untuk menunjang kalibrasi atau
pengujian, laboratorium wajib hanya memakai jasa penunjang dan
perbekalan dengan mutu yang memadai untuk mempertahankan
kepercayaan

atas

pekerjaan

dilaksanakan oleh laboratorium itu.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

kalibrasi

atau

pengujian

yang

15.2 Jika tidak ada pihak independent yang menjamin mutu jasa
penunjang atau perbekalan dari luar, laboratorium wajib mempunyai
prosedur untuk menjamin bahwa peralatan, bahan dan jasa yagn
dibeli

memenuhi

persyaratan

yang

telah

ditetapkan.

Bila

memungkinkan laboratorium wajib menjamin bahwa peralatan yang


dibeli dan bahan yang dipakai tidak akan dipergunakan sampai barang
tersebut selesai diperiksa, di kalibrasi atau diverifikasi sehingga
memenuhi spesifikasi standar yang berkaitan dengan kalibrasi atau
pengujian yang bersangkutan.
15.3 Laboratorium

wajib

memelihara

arsip

semua

pemasok

yang

memberikan jasa penunjang atau perbekalan yagn dibutuhkan untuk


kalibrasi atau pengujian.
16.

PENGADUAN/KELUHAN

16.1 Laboratorium
didokumentasikan

wajib
untuk

mempunyai

kebijakan

penyelesaian

dan

prosedur

yang

pengaduan

/keluhan

yang

diterima dari pelanggan atau pihak lain tentang kegiatan laboratorium.


Semua pengaduan dan langkah-langkah yang ambil oleh laboratorium
wajib direkam.
16.2 Jika suatu pengaduan/sejenisnya timbul karena adanya keraguan
tentang

pemenuhan

Laboratorium

akan

kebijakan,

prosedur

Laboratorium, terhadap persyaratan dalam pedoman ini, atau tentang


mutu pekerjaan kalibrasi atau pengujian dari Laboratorium, maka
Laboratorium wajib menjamin bahwa bidang kegiatan tersebut dan
tanggung jawab yang terkait diaudit secara tepat sesuai dengan pedoman
ini butir 5.3.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

BAB 2
DETIL STANDAR
3.1 UMUM
Standar ISO dipublikasikan dalam enam dokumen terpisah
dengan nomor ISO 8402, 9000, 9002, 9004 dan 9004. Masing-masing
mengkin mempunyai tiga halaman judul terpisah. Yang pertama
menjadi milik organisasi standar nasional dari satu di antara Negara
berikut ini : Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman,
Yunani, Irlandia, Italia, Belanda, Norwegia, Portugal, Spayol, Swedia,
Switzerland atau Inggris. Standar dapat juga menjadi dokumen yang
sah

dilindungi

oleh

Undang-Undang

Parlemen,

tergantung

organisasinya.
Yang kedua disebut Standar Eropa EN 29000 atau nomor
29000 lainnya yang sesuai. Ini menunjukkan kepada kita bahwa
standar telah diterima oleh CEN, Komite Standarisasi Eropa, yang
anggotanya terdiri dari organisasi standar nasional seperti tertera di
atas, dan juga memperjelaskan bahwa semua anggota terikat dalam
mengimplementasikan standar Eropa ini dan semua referensi ISO
dibaca sebagai EN.
Yang ketig akan berkaitan dengan ISO, Organisasi Stanarisasi
Internasional dan menggunakan nomor ISO 9000 sampai ISO 9004
dan judul yang sesuai untuk setiap standar.
Semuanya
memfotocopynya.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

ada

hak

ciptanya

dan

tidak

diizinkan

3.2 SEPINTAS MENGENAI SERI ISO 9000


Pembaca sebaiknya mempunyai standar actual yang dipakai
karena kecil kemungkinannya menerapkan ISO 9000 kecuali telah
membaca sepenuhnya. Untuk mengulang isinya disini tentu tidak
perlu. Keenam dokumen tersebut terdiri dari sebuah perbendaharaan
istilah dan lima standar seperti terlihat pada gambar berikut :

ISO
9001

Model untuk
Desain
pengembangan
produksi
instalasi dan
pelayanan

ISO
8402

Pembendaharaan Istilah

ISO
9004

Manajemen mutu dan Unsur


Sistem Mutu

ISO
9000

Pedoman seleksi dan penggunaan


standar

ISO
9002

Model untuk
produksi dan
instalasi

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

ISO
9003

Model untuk
akhir dan tes

ISO 9004
Bagian 2

Standar
pelayanan

3.3 ISO 8402 MUTU PERBENDAHARAAN ISTILAH


Merupakan dokumen dengan 12 halaman dalam tiga bahasa dan
merupakan
digunakan

standar
di

internasional

seluruh

seri,

yang

untuk

mendefenisikan

dipahami

istilah

bersama

yang

komunikasi

internasional. Istilah pertama adalah mutu, yang idefenisikan sebagai


:keseluruhan cirri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya
dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun
tersamar.

Catatan

selanjutnya

menyatakan

bahwa

kebutuhan

sesungguhnya ditetapkan melalui kondisi kontrak, karena bisa terjadi di lain


tempat kurang dijelaskan sehingga perlu dibuat spesifik. Juga dijelaskan
bahwa

istilah

mutu

tidak

digunakan

untuk

mendefenisikan

atau

menunjukkan keunggulan yang dapat diperbandingkan dan juga tidak dalam


hal evaluasi kuantitatif di mana derajat (degrees) atau tungkat (level) bisa
dicari.
Meskipun standar mengenai istilah mutu sebagai cocok dengan
maksud dan sesuai dengan syarat, penjelasan lengkap masih diperlukan.
Dari sudut pandang penulis, cocok dengan maksud dan sesuai dengan syarat
secara tepat menjelaskan bentuk mutu yang kita bicarakan, yang berbeda
dari keunggulan. Contohnya kalau seorang pelanggan meminta kepada
pabrik makanan spesifikasi yang tepat, tanggapan yang benar, seperti
dinyatakan dalam spesifikasi, akan menjadi suatu respon mutu.
Perbendaharan juga mendefenisikan istilah seperti kelas, mutu,
kebijakan, manajemen, jaminan, pengendalian, system, rencana, audit dan
pentingnya konsep pelacakan (iraceability). Juga mendefenisikan apa yagn
dimaksud dengan tidak sesuai (non conformity) dan spesifikasi.

3.4 ISO 9000 STANDAR MANAJEMEN MUTU DAN JAMINAN


MUTU PEDOMAN SELEKSI DAN PENGGUNAAN
Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008
USU e-Repository 2008

3.4.1 Umum
ISO 9000 dan 9004 akan membantu kita dalam menjabarkan system
manajemen mutu internal dan dalam menyeleksikan model spesifik
dari 9001, 9002, 9003 dan mungkin mulai sekarang 9004 bagian 2
(jasa).
Perbedaan antara 9000 dan 9004 adalah bahwa 9000 membantu kita
memahami pemikiran tentang mutu dan menyeleksi model yang cocok
(9001,2,3)sementara 9004 adalah perluasan dari 9000. Berikut ini
cara lain untuk mempelajarinya.
Dua

ISO 9000
ISO 9004

standar

untuk

membantu

mendesain

system

internal dan memilih model dari 1,2 atau 3 kalau anda


memerlukannya.
Tiga model system yang berbeda keketataanya untuk

ISO 9001
ISO 9002
ISO 9003

Memang

presentasi eksternal dalam hubungan kontraktual dan


non-kontraktual.
banyak

membingungkan

di

sini

karena

orang

yang

membutuhkan jaminan internal saja bisa menggunakan 9000 dan


9004 yang tujuannya adalah manajemen mutu internal dan 9001,
9002, 9003 ditujukan untuk kepentingan jaminan mutu eksternal.

3.4.2 ISO 9000


Isi dari ISO 9000 agak kurang jelas. Mungkin kesalahannya adalah
bahwa 9000 dan 9004 seharusnya digabung menjadi satu dokumen.
Informasi yang sangat bermanfaat didalam standar terdapat table

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

dalam halaman tambahan mengacu padan unsure system mutu


(disebut pengendalian produksi) dari masing-masing tiga model
tersebut. Pembaca perlu diingatkan bahwa stanar tidak sejelas seperti
yang terlihat. Juga dalam bab yang kompleks, dimana suatu usaha
telah dilakukan guna menyimpulkan dalam modul yang bisa berkaitan
dengan perusahaan tertentu.
Dalam bagian 5.3.2 dari stanar dinyatakan secara tidak mencolok
suatu bentuk khas dari dokumen utama, yang artinya sebagai
dokumen pengendalian induk, sebenarnya adalah Manual Mutu.
Berarti menyatakan dokumen induk yang popular dengan cara yang
merendah. Dokumen ini merupakan system pencatatan, filing dan
pengendalian dari system ISO 9000 dan merupakan dasar penerapan
sertifikasi, seperti yang akan dibahas kemudian. Suatu contoh manual
mutu dapat dilihat paa Lampiran 3.

3.5 ISO 9004 UNSUR MANAJEMEN MUTU DAN SISTEM


PEDOMAN MUTU
3.5.1 Umum
Di sini sekali lagi akan membicarakan mengenai ISO dan bertanya
mengapa timbul kebingungan dalam stanar yagn telah dinomori
dengan baik ? ISO 9000, 9002, 9003, dan 9004 mempunyai
pengertian yang lua. Untuk menambah 9004 (yang akan kita sebut
sebagai bagian 1) pada 9000 sebagai pedoman dan untuk memiliki
9004, bagian 2 (jasa), penomorannya sesudah 9003 sebagai standar
berikutnya untuk membaurkan system penomoran. Ini menimbulkan
kebingungan di dalam standar mutu dunia.
ISO 9004, merupakan tulang punggung system dan menu dari
persyaratan sepertu yang bisa dicek pada ISO 9000.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

3.5.2 ISO 9004


ISO 9004 adalah pernyataan yagn paling menyeluruh mengenai isi
standar. Seseorang bisa mengatakan bahwa bila ada suatu system
dasar

sesuai

dengan

pedoman

dari

9004,

dia

bisa

membuat

penyesuaian dengan memperluas ke dalam 9001, 9002, atau 9003.


Di bawah ini unsure dasar system dan kebijakan seperti
disarankan dalam ISO 9004 :

Kebijakan dan sasaran

Organisasi dan tanggung jawab

Pemasaran dan uraian singkat produk

Desain

Pembelian

Produksi

Pengendalian peralatan

Dokumentasi

verifikasi

BAB 3
PEDOMAN
PENYUSUNAN PANDUAN MUTU UNTUK
LABORATORIUM PENGUJI
Bagian Pertama : Umum

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

0.

PENDAHULUAN

0.1

Dokumen ini merupakan panuan bagi suatu laboratorium yang


bermaksud mulai menerapkan system mutunya secara sistematik dan
wajar. Dokumen ini dimaksudkan sebagai panduan bagi laboratorium
dalam mengembangkan system mutunya dan dalam penyusunan
Panduan Mutu yang menguraikan unsure dan fungsi system tersebut.

0.2

Diharapkan dalam system mutu yang dilaksanakan apa adanya oleh


laboratorium diuraikan dalam Panduan Mutu Laboratorium. Dokumen
ini tidak dimaksudkan untuk menguraikan metode bagi laboratorium
dalam mencapai tingkat mutu yang diinginkan.

0.3

Panduan mutu dapat bermanfaat jika langkah yang diuraikan diikuti


dengan benar oleh laboratorium dari hari ke hari. Adanya Panduan
Mutu penting tetapi lebih penting adalah penerapan system mutu yang
berhasil. Panduan Mutu hanya menguraikan unsure system dan
dokumen cara penerapan system dalam laboratorium penguji.

0.4

Langkah yang diambil utnuk mencapai tingkat mutu yang diinginkan


dapat

berbeda

antar

laboratorium

tergantung

kepada

ukuran

laboratorium (beban kerja), bidang kegiatan, sifat pekerjaan, dan


sebagainya.
0.5

Sifat informasi diuraikan di bawah masing-masing judul atau subjudul


dari Panduan Mutu merupakan gambaran yang benar dan teliti tentang
cara system mutu bekerja, menetapkan cara informasi diperoleh bagi
yang memerlukannya merupakan bagian yang perlu dari bekerjanya
system.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

0.6

Pengalaman menunjukkan bahwa penyajian urutan materi yagn


dicakup dalam Paduan Mutu untuk laboratorium penguji mungkin
berbeda antar laboratorium tergantung pada berbagai factor seperti
kebutuhan,

kebiasaan,

bidang

kewenangan

laboratorium

dan

sebagainya.
0.7

Mungkin tidak praktis jika semua materi yang disajikan dimasukkan


dalam suatu dokumen tunggal. Oleh karena itu pembuatan beberapa
dokumen

terpisah

dapat

diterima.

Sekalipun

demikian

semua

dokumen ini saling merujuk kepada dokumen tunggal, yang disebut


Panduan Mutu yang menetapkan lokasi dan prosedur pemutahkhiran
dan pengawasan
0.8

Panduan ini merupakan pelengkap dan pengembangan atas hal-hal


yagn berkaitan dengan system mutu seperti yang dimaksud dalam
Panduan DSN 01-1991

1.

RUANG LINGKUP DAN RUANG PENERAPAN


Dokumen ini memuat panduan untuk penyusunan prosedur dan
metode yang digunakan oleh laboratorium penguji untuk menetapkan
langkah dalam mencapai tujuan mutu dan mendapat kepercayaan atas
pekerjaannya.

2.

RUJUKAN
ISO/IEC

Guide

2,

General

terms

standardization and related activities.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

and

definitions

concerning

Pedoman DSN 01-1991, persyaratan umum kemampuan laboratorium


kalibrasi dan laboratorium penguji.
ISO/IEC

Guide

43,

Development

and

operation

of

laboratory

proficiency testing.
Pedoman DSN 04-1992, Pedoman untuk penyajian hasil uji.
SNI 19-8402, Mutu Kosa kata
SNI 19-9004-1992, Unsur-unsur menajemen mutu dan system mutuPedoman.
Bagian Kedua : Isi Minimal Panduan Mutu
3.

Umum
3.1 Panduan Mutu harus mencakup tiga materi utama :
a.

Pernyataan kebijakan mutu


Suatu pernyatan dari kepala laboratorium yang menyatakan
keterikatannya untuk menerapkan dan memelihara standar
mutu yang tinggi dalam laboratorium.

b.

Prosedur pengorganisasian dan administrasi


Materi yang menguraikan tanggung jawab dan wewenang
organisasi administrasi petugas penanggung jawab dan prosedur
organisasi yang terkait.

c.

Instruksi Kerja
Materi yang memberikan metode pengujian khusu dan petunjuk
administrasi merupakan teknis rinci dalam penugasan dan
pelaksanaan pengujian.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

3.2 Judul dan subjudul yang disajikan dalam bagian ini didasarkan
pada

kebutuhan

dengan

mempertimbangkan

pemasukan

semua

unsure seperti yang ditabilasi dalam lampiran B ke dalam Panduan


Mutu. Pemasukan atau tidak dimasukkannya unsure tersebut kedalam
buku panduan khusus harus mempertimbangkan butir 0.4 dan 0.6
pada pendahuluan dari dokumen ini, tetapi dalam semua kasus daftar
unsure yang tercantum dalam lampiran B harus dianggap sebagai
daftar minimum.
3.3 Untuk mengadakan buku panduan dan rekaman system
mutu yang permanent dengan biaya yang wajar dan mudah direvisi
disarankan untuk memakai system penjilidan lepas. Semua halaman
baru dan revsi harus diberi nomor dan tanggal untuk memudahkan
pengendalian atas setiap halaman.
4.

DAFTAR ISI
Buku Panduan Mutu harus memuat daftar isi. Untuk memudahkan
pemakaian Buku Panduan Mutu sebaiknya dimasukkan unsure-unsur
yang tercantum dalam lampiran B, yang sebenarnya sudah diuraikan
dalam buku mutu.

5.

KEBIJAKAN MUTU

5.1

Tujuan
Penyajian pernyataan sasaran yang akan dicapai dengan penerapan
system mutu yang telah ditetapkan. Sasaran ini biasanya diberikan
dalam pernyataan kebijakan pimpinan.

5.2

Sumber daya yang digunakan

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Menyebutkan

sumber

daya

yang

digunakan

untuk

menerapkan

kebijakan ini, seperti sumber daya manusia, teknik,organisasi dan


fisik.
5.3

Manajemen jaminan mutu


Menetapkan

staf

organisasi

yang

bertanggung

jawab

untuk

menyelenggarakan ketentuan jaminan mutu.


6.

TERMINOLOGI
Menyajikan defenisi dari istilah yagn digunakan dalam Panduan Mutu

dan jika ada menggunakan defenisi secara internasional yang telah diakui
(lihat butir 2 dan lampiran A).
7.

PENJELASAN TENTANG LABORATORIUM

7.1

Identitas
Menyebutkan nama dan alamat, status (badan hokum) dan hubungan
dengan organisasi yang lebih besar bila ada serta informasi yang
diperlukan untuk mengenali laboratorium.

7.2

Bidang kegiatan
Menyebutkan cirri atau kegiatan laboratorium yang diperlukan untuk
memberikan gambaran yang benar tentang organisasi laboratorium
tersebut, seperti lokasi, ukuran (beban kerja) semua laboratorium
cabang, jenis jasa yang diberikan , bidang kegiatan utama dan
sebagainya.

7.3

Struktur organisasi
Menyajikan bagan organisasi atau diagram yang menunjukkan garis
wewenang dan penetapan fungsi, termasuk Sistem Mutu.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

7.4

Tanggung jawab Jaminan Mutu


Menguraikan garis tanggung jawab untuk pengembangan, penerapan
dan pemutakhiran Sistem Mutu. Menguraikan hubungan antara staf
Jaminan Mutu dengan staf laboratorium lainnya yang berkaitan.

7.5

Personel manajemen teknis


Menyebutkan

persojnel

yang

mempunyai

wewenang

manajemen

teknis dalam bidang pengujian yang tercakup dalam Panduan Mutu


dan garis wewenang serta garis komunikasi dengan pimpinan, atau
personel yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan system mutu.
7.6

Dokumentasi tanggung jawab personel


Memasukkan petunjuk dan informasi tertulis bagi setiap staf untuk
penjamin bahwa personel yang bersangkutan mengetahui ruang
lingkup tanggung jawabnya.

7.7

Pendelegasian wewenang
Memberikan pengarahan dari pimpinan yang menetapkan tanggung
jawab untuk pelaksanaan fungsi manajemen bagi staf teknik senior
dan staf senior system mutu apabila staf yang ditunjuk secarat tetap
tidak hadir.

7.8

Pencegahan pengaruh buruk


Mengemukakan kebijakan pimpinan yang dirancang untuk menjamin
mutu pengujian laboratorium terhadap pengaruh yang buruk yang
mungkin dapat merugikan tindakan personel laboratorium.

7.9

Hak pemilikan dan kerahasiaan informasi

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Menetapkan langkah yang dilakukan laboratorium untuk melindungi


hak pemilikan kerahasiaan informasi.
8.

STAF

8.1

Manajemen Panduan Mutu


Menyebutkan

petugas

mengembangkan,
menyebarkan

yang

menerpakan,

mendistribusikan

bertanggung

jawab

untuk

memutakhirkan,

merevisi

Panduan

serta

Mutu

dan
proses

penyelesaiannya.
8.2

Uraian tugas
Memberikan uraian tugas bagi anggota staf teknik senior.

8.3

Rekaman data personel


Menunjukkan

cara

memelihara

rekaman

data

yang

memuat

pendidikan dan pengalaman teknik dari staf laboratorium penguji dan


system mutu. Jika seorang petugas menerima pelatihan khusus untuk
melakukan tugas atau pendidikan formal, maka informasi ini harus
dicatat dalam arsip rekaman data pribadi petugas yang bersangkutan.
8.4

Pengawasan Personel
Melengkapi informasi untuk setiap unit teknik dengan menyebutkan
jumlah tenaga pengawas dan non pengawas serta langkah yagn
dilakukan untuk menjamin pengawasan yang memadai.

8.5

Lain-lain
Menguraikan hal-hal bagi staf laboratorium ygn ditujukan untuk
mempertinggi mutu kerja laboratorium seperti pelatihan internal.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

9.

PERALATAN, PENGUJIAN DAN PENGUKURAN

9.1

Perlengkapan

9.1.1 Peralatan milik sendiri


Membuat daftar peralatan utamakan laboratorium dan instrument
pengukuran yang diperlukan untuk melakukan pengujian yang termuat
dalam Panduan Mutu.
9.1.2 Rekaman data peralatan
Menyajikan informasi dari setiap peralatan pengujian dan pengukuran
utama dibuat rekaman berikut :
a. nama dan uraian bagian peralatan
b. nama pabrik pembuat peralatan]
c. identifikasi jenis/mode dan nomor seri
d. tanggal peralatan diterima dan tanggal mulai dipakai
e. tempat penempatan peralatan tetap dalam laboratorium dan tempat
peralatan yang mudah diangkat dan dipindahkan (peralatan randah)
f. rincian cara pemelliharaan jika dimungkinkan
g. rincian cara kalibrasi jika dimungkinkan
9.2

Pemeliharaan
Menyajkan informasi yang menunjukkan langkah yang perlu diambil
untuk melaksanakan pemeliharaan yang diperlukan secara periodic
atau menyediakan acuan untuk mengetahui petunjuk semacam itu
tersedia di laboratorium.

9.3

Peralatan berbeban lewat batas lebih atau salah panangan


Menyediakan pengarahan pimpinan yang berisi petunjuk kepada staf
tentang prosedur yang tepat yang harus diikuti jika peralatan telah
berbeban lewat batas atau salah penanganan

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

9.4

Petunjuk peralatan yang sudah saatnya dikalibrasi


Menguraikan metode yang digunakan untuk mengetahui paralatan
yang harus dikalibrasi. Menulis tanggal pengkajian terakhir kalibrasi
berikutnya. Menguraikan system yang digunakan untuk mengingatkan
petugas tentang saat kalibrasi ulang.

9.5

Kalibrasi dan Pengecekan

9.5.1 Kalibrasi sebelum penggunaan


Menyatakan bahwa Panduan peralatan pengukuran dan pengujian
yang digunakan dalam pengujian yang tercakup dalam panduan mutu
harus dikalibrasi sebelum digunakan.
9.5.2 Rencana Kalibrasi
Mengutarakan tentang keseluruhan rencana kalibrasi. Ditunujukkan
institusi kalibrasi eksternal yang mampu, yang mampu telusur
terhadap standar nasional untuk satuan ukuran. Jadi dilakukan
rencana kalibrasi sendiri maka harus dapat menunjukkan kemampuan
telusuran standar rujukan terhadap standar nasional untuk satuan
ukuran.
CATATAN
1.

Jika standar nasional untuk satuan ukuran tidak tersedia maka standar
nasional untuk satuan ukuran yang ada di Negara lain dapat menjadi
rujukan dan digunakan.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

2.

Jika tidak ada standar nasional untuk satuan ukuran, maka perlu
diuraikan

prosedur

yang

digunakan

oleh

laboratorium

untuk

memelihara kemantapan pengukuran.


9.5.3 Pembatasan penggunaan standar rujukan
Menguraikan pengaruhan pimpinan dan tindakan yagn perlu untuk
menjamin bahwa standar untuk satuan ukuran rujukan hanya dipakai
untuk kalibrasi.

9.5.4 Pengecekan peralatan pengujian yang sedang digunakan


Menguraikan pengarahan pimpinan dan tindakan yang menentukkan
kondisi dan frekwensi pengecekan untuk peralatatn yagn sedang
digunakan.
9.6

Prosedur pembelian dan penerimaan peralatan pengujian dan


produk habis pakai
Menguraikan

tindakan

pengamanan

yagn

perlu

diambil

dalam

pembelian dan pengecekan peralatan serta produk habis pakai.


Tindakan

pengamanan

seperti

itu

termasuk

penilaian

pemasok,

kelengkapan pesanan, pembelian,persyaratan, penerimaan (criteria


dan metode pengendalian), dokumentasi yang diperlukan (petunjuk
penggunaan dan pemeliharaan serta laporan kalibrasi), dan identifikasi
dan lain-lain.
10.

LINGKUNGAN

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Menyajikan uraian singkat tentang cara kondisi lingkungan yagn


dipersyaratkan

dalam

daerah

pengujian

yang

diharapkan

dicapai.

Menyajikan uraian singkat tentang system pengendalian yang diterapkan


untuk metode pengujian yang memerlukan pemantauan kondisi lingkungan
tertentu. Menguraikan praktek yang berkaitan dengan pengendalian jalan
masuk untuk askes ke daerah pengujian, dan jika perlu praktek yang
berkaitan dengan urusan rumah tangga yagn baik. Menyajikan informasi
yang menunjukkan langkah yang diambil untuk melindungi peralatan dan
bahan dari pengaruh korosi dna pengaruh atmosfir udara yang buruk
lainnya.

11.

METODE DAN PROSEDUR PENGUJIAN

11.1 Indeks dokumen pengujian


Membuat standar, petunjuk panuan pemakaian peralatan dan data
rujukan yang diperlukan untuk melakukan pengujian tertentu atau
suatu seri pengujian, yang dicakup dalam Panduan Mutu, serta
penempatannya dalam laboratorium penguji.
11.2 Penggunaan metode pengujian khusus
Menyajikan uraian lengkap dari tiap metode pengujian yang digunakan
pada umumnya tidak ada di masyarakat. Informasi seperti ini pada
umumnya akan dimasukkan dalam salah satu dokumen pelengkap
yang dirujuk dalam panduan mutu.
11.3 Pemilihan metode pengujian dan urutan pengujian
Menyajikan

prosedur

tertentu

yang berkaitan

dnegna

pemilihan

pengujian tertentu atau seri pengujian yang dicakup dalam Panduan Mutu.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

12.

PEMUTAKHIRAN

DAN

PENGENDALIAN

DOKUMEN

YANG

MEMPENGARUHI MUTU
Menguraikan system (prosedur) yang dipakai untuk menjamin bahwa
semua petunjuk,standar, panduan pemakaian, dan data rujukan
dibuat selalu mutakhir dan ditetapkan lokasinya dalam laboratorium
agar staf mudah memperolehnya.

13.

PENANGANAN CONTOH UNTUK DIUJI


13.1 Penerimaan dan pemusnahan
Menguraikan system yang digunakan untuk menerima, kemudian
mengidentifikasi

dan

memusnahkan

contoh

yang

dipakai

dalam

pengujian.
13.2 Perlindungan terhadap kerusakan
Menguraikan praktek laboratorium yang berkaitan dengan penanganan
contoh untuk menghindarkan kontaminasi, korosi atau kerusakan
mekanis dan jenis kerusakan lain.
13.3 Penyimpanan
Menguraikan prosedur penyimpanan contoh bila tidak dipakai.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Menguraikan

setiap

kegiatan

khusus

yang

berkaitan

dengan

penggunaan gudang arsip contoh atau teknik penyimpanan yang aman


lainnya.
14.

PEMBUKTIAN DATA

14.1 Menguraikan teknik yang digunakan oleh laboratorium penguji untuk


melakukan pengecekan dan pembuktian,perhitungan dan pemindahan
data.
14.2 Uji profisiensi dan uji banding antar laboratorium
Membuat rekaman tindakan yang diambil berkaitan dengan peran
serta laboratorium dalam program uji profisiensi dan uji banding antar
laboratorium sejenis.
14.3 Data dan komputerisasi
Bila digunakan suatu pengolahan data elektronik, uraikan prosedur
yang dipakai untuk menjamin keandaian hasil pengujian. Memberikan uraian
singkat tentang cara mengolah data elektronik utnuk melindunginya
terhadap ketidaktelitian karena kegagalan fungsi.
15.

LAPORAN PENGUJI

15.1 Bentuk dan susunan Laporan


menyajikan contoh : (a) laporan pengujian yang khas (b) untuk
menggambarkan bentuk dan sifat pengujian hasil pengujian dokumen
pendukung bila perlu.
15.2 Revisi laporan

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Menyajikan

pengarahan

pimpinan

atau

pernyataan

kebijakan

mengenai penanganan perbaikan dan tambahan terhadap laporan


yang telah diterbitkan.
16.

TINDAKAN DIAGNOSA DAN PERBAIKAN

16.1 Umpan balik dan tindakan perbaikan


Menguraikan peosedur atau sarana yang digunakan oleh laboratorium
untuk

mendapatkan

umpan

balik

terhadap

pelaksanaan

dan

pertimbangan yang diberikan pada informasi umpan balik tersebut dan


cara tinakan perbaikan dilakukan bila perlu.
16.2 pemakaian bahan pembanding
Menyajikan informasi mengenai penggunaan bahan pembanding
16.3 Keluhan teknis
Menguraikan

metode

yang

digunakan

oleh

laboratorium

untuk

menanggapi keluhan teknis.


16.4 Audit Sistem Mutu Internal
Menentukkan frekwensi kaji ulang berkala dari seluruh system mutu
laboratorium, menentukkan personel yang melakukan kaji ulang,
personel pimpinan yang menerima laporan kaji ulang na menguraikan
metode yang dipakai untuk melakukan tindakan yang diperlukan.
17.

REKAMAN

17.1 Pemeliharaan rakaman


Menguraikan cara laboratorium penguji memelihara rekaman metode
pengujian, pengamatan asli, perhitungan dan perolehan data, kalibrasi
dan rekaman pemeliharaan peralatan dan laporan pengujian akhir.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Uraian ini harus menetapkan tempat rekaman disimpan dan jangka


waktu penyimpanan. Rekaman seperti itu dipelihara sebagai rekaman
yang dapat ditelusuri.
17.2 Keamanan dan kerahasiaan
Menyajikan pengarahan atau kebijaksanaan pimpinan yang berkaitan
dengan keamanan dan kerahasiaan laporan pengujan dan rekaman
lainnya.

18.

SUB KONTRAK

18.1 Peralatan eksternal


Menginventarisasi peralatan yang tidak dimiliki oleh laboratorium itu
sendiri untuk melaksanakan pengujian yagn dipersyaratkan. Mencatat
nama dan alamat dari pihak yang menyediakan peralatan tersebut
untuk membuktikan bahwa peralatan tersebut memenuhi persyaratan
laboratorium yang memberi kontrak.
18.2 Penggunaan fasilitas eksternal
Menguraikan cara yang digunakan oleh laboratorium penguji untuk
menjamin bahwa dalam hal pengujian tersebut dilakukan berdasarkan
sub kontrak atau pengujian dilakukan oleh personel laboratorium
pemberi kontrak di tempat lain, maka tanggung jawab dan kewajiban
laboratorium pemberi kontrak yang berkaitan dengan pengujian itu
harus dipenuhi.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

19.

KERJASAMA ANTAR LABORATORIUM


Bila dua atau lebih laboratorium bekerja sama dalam melakukan
pengujan khusus maka uraian tentang tanggung jawab, fungsi
pembagian

kegiatan

danpengelolaan

tugas

harus

secara

jelas

ditetapkan di antara laboratorium peserta.


LAMPIRAN A
DEFENISI
A.1

Defenisi yang diakui secara internasional


Memasukkan defenisi yang diakui secara internal dari istilah ini :
a) dari ISO IEC 2 :
-

pengujian

laboratorium penguji

laporan penguji

b) dari SNI 19-8402-1991 : Mutu kosa kata

A.2

Defenisi lain

A.2.1 Memasukkan definisi berikut ini :


Panduan mutu (dari laboratorium penguji) dokumen atau sekumpulan
dokumen yang menguraikan metode dan prosedur khusus dari
laboratorium

dalam

mencapai

tujuan

mutu

dan

memberikan

kepercayaan dalam pekerjaannya.


Catatan:
Panduan Mutu dapat memuat informasi lain dan prosedur pelaksanaan
dari laboratorium untuk memenuhi kebutuhannya.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

A2.2 Memasukkan defenisi dari istilah tambahan yang digunakan


dalam Panduan Mutu bila istilah semacam itu kurang jelas.
Lampiran B :
UNSUR-UNSUR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM
PENYUSUNAN PANDUAN MUTU UNTUK LABORATORIUM PENGUJI
UNSUR
B.1

Isi..........................................................................

Isi Panduan Mutu ..................................................... Lamp C


Daftar isi ................................................................
B.2

Defenisi .................................................................. Lamp A


Terminologi.............................................................

Tindakan Diagnosa dan perbaikan ..............................

16

Umpan balik dan tindakan perbaikan ..........................

16.1

B.4

Lingkungan pengendalian..........................................

10

B.5

Peralatan, pengujian dan pengukuran .........................

Kalibrasi ................................................................

9.5

Identifikasi..........................................................

9.4

Sebelum Penggunaan ...........................................

9.5

B.3

Penggunaan peralatan penguji


yang sedang digunakan ........................................

9.5

Standar rujukan ..................................................

9.5

peralatan utnuk laboratorium sendiri ..........................

9.4

pemeliharaan ..........................................................

9.4

Berbeban lewat batas atau salah penanganan ..............

9.3

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

B.6

B.7

Prosedur pembelian dan penerimaan ..........................

9.5

Rekaman ................................................................

9.4

Penjelasan tentang ..................................................

Kerahasiaan informasi ..............................................

7.9

Tanggung jawab personel .........................................

7.6

Bidang kegiatan.......................................................

7.2

Identitas.................................................................

7.1

Pencegahan pengaruh buruk .....................................

7.8

Struktur organisasi...................................................

7.3

Hak pemilikan .........................................................

7.9

Personel manajemen teknik.......................................

7.5

Sistem Mutu
Tujuan ..................................................................

5.1

Ujian profisiensi dan uji banding antar laboratorium......

14.2

Manajemen jaminan mutu.........................................

5.3

Manajemen panduan mutu ........................................

8.1

Kebijakan mutu .......................................................

Audit system mutu internal .......................................

16.4

Tanggung jawab jaminan mutu ..................................

7.4

Bahan pembanding ..................................................

16.2

Keluhan teknis.........................................................

16.3

Pemutakhiran dan pengendalian dokumen

B.8

Yang mempengaruhi mutu ........................................

12

Rekaman ................................................................

17

Keamanan dan kerahasiaan.......................................

17.2

Pemeliharaan ..........................................................

17.1

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

B.9

Penanganan contoh untuk diuji ..................................

13

Perlindungan terhadap kerusakan ..............................

13.2

Penerimaan dan pemusnahan ....................................

13.1

Penyimpanan ..........................................................

13.3

B.10 Staf .......................................................................

Pendelegasian wewenang..........................................

7.7

Uraian tuga.............................................................

8.2

Rekaman data personel ............................................

8.3

Pengawasan personel ...............................................

8.4

Lain-lain .................................................................

8.5

B.11 Subkontrak .............................................................

18

Peralatan Eksternal ..................................................

18.1

Penggunaan peralatan eksternal ................................

18.2

B.12 Metode dan prosedur pengujian .................................

11

Indeks dokumen pengujian .......................................

11.1

Pemilihan metode pengujian dan urutan pengujian .......

11.3

Penggunaan metode pengujian khusus .......................

11.2

B.13 Laporan pengujian ...................................................

15

Bentuk dan susunan laporan .....................................

14.1

Revisi pelaporan ......................................................

15.2

B.14 Pembuktian Hasil .....................................................

14

Pembuktian data......................................................

14.1

Data yang dikomputerisasi ........................................

14.3

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

LAMPIRAN : C
CONTOH BAGIAN YAGN KHAS DARI
PANDUAN MUTU UNTUK LABORATORIUM

Panduan Mutu laboratorium penguji

Bagian 1

(nama Laboratorium)

Lembar 1
Terbitan No. 3
Menggantikan ..

Judul Bagian

Tanggal terbit April 1986


Diterbitkan oleh ..

KEBIJAKAN MUTU
1.1 Pernyataan kebijakan mutu
(Pernyataan ini harus menetapkan bahwa kebijakan laboratorium
adalah untuk mencapai dan menegakkan standar mutu yang tinggi
salam semua aspek kegiatan laboratorium.
Nama dan jabatan harus disebut dari orang yang bertanggung
jawab
untuk
Philippus
H.Siregar
: Standarmenerapkan
Industri, 2008
USU e-Repository 2008

kebijakan ini dalam pekerjaan sehari-

hari laboratorium (Biasanya adalah kepala laboratorium, apapun


namanya)

BAB 4
CARA UJI MI INSTAN
1.

PENDAHULUAN

SNI 01 3554 1994


Standar ini merupakan Revisi SII 0716 83, Mi Instan. Revisi
diutamakan pada persyaratan mutu dengan alasan sebagai berikut :
-

Menunjang Instruksi Menteri Perindustrian No. 04 M Ins 10 1989

Melindungi konsumen

Mendukung perkembangan industri agro-base

Menunjang ekspor non migas


Standar ini disusun merupakan hasil pembahasan rapat-rapat teknis,

prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam Rapat Konsensus Nasional


pada tanggal 21 Maret 1990.
Hadir dalam rapat-rapat tersebut wakil-wakil dari produsen, konsumen
dan instansi yang terkait.
Sebagai acuan diambil dari :
-

Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 Men.Kes Per IX 88 tentang


Bahan Tambahan Makanan.

Standard dan peraturan Codex Alimentarius Commision.

II. MI INSTAN
1.

RUANG LINGKUP
Standar ini meliputi defenisi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,

cara uni, syarat penandaan dan cara pengemasan mi instant.


2.

DEFENISI
Mi instant adalah produk makanan kering yang dibuat dari tepung

terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

tambahan makanan yang diijinkan, berbentuk khas ini dan siap dihidangkan
setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit.
3.
No.

1.

SYARAT MUTU
Uraian
Keadaan
1.1 Bau
1.2 Rasa
1.3 Warna

Satuan

Persyaratan
Normal
Normal
Normal

2.

Benda-benda asing

Tidak boleh ada

3.

Keutuhan, %

Min. 85

4.

Uji kematangan
(mi :qir=1:5).b b

5.

Air, %

Maks. 8

6.

Protein,%

Min. 8

7.

Derajat asam

8.

Bahan tambahan makanan

9.

Camaran Logam :
9.1 Timbal (Pb), mg kg
9.2 Tembaga (Cu), mg kg
9.3 Raksa (Hg), mg kg
9.4 Seng (Zn), mg kg

10.

Menit

mlN NaOH
100g contoh

Maks. 4

Maks. 3
Sesuai SNI.0222-M dan
Peraturan Men.Kes No.
722 Men.Kes Per IX 88
Maks.
Maks.
Maks.
Maks.

1,0
10,0
0,05
40,0

Arsen (As)

11.

Cemaran mikroba :
Kolom g
11.1 Angka lempeng total
APM g
11.2 E. Coli
Kolom g
11.3 Kapang
4. CARA PENGAMBILAN CONTOH

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Maks. 1,0 x 106


<3
Maks. 1,0 x 104

Cara pengambilan contoh sesuai dengan SNI. 19-0428-1989. Petunjuk


Pengambilan Contoh Padatan.
5.
5.1

CARA UJI
Persiapan Contoh untuk Uji Kimia
Hancurkan mi bersama bumbu-bumbu yang ada dengan blender,
sampai berbentung tepung kasar utnuk analisis.
Untuk analisis cemaran mikroba, persiapan contoh harus dilakukan
secara aseptic menggunakan blender steril.

5.2

Keadaan
Cara uji keadaan sesuai dengan SNI.01-2891-1992. Cara Uji
Makanan dan Minuman, butir 1.2

5.3

Benda-benda Asing
Cara uji benda-benda asing sesuai dengan SNI.01-2891-1992, butir
1.3

5.4

Keutuhan
a. Buka bungkusan mi dan timbang berat keseluruhan mi (W gram)
b. Pisahkan mi yang hancur dan timbang (W gram)
c. Keutuhan mi=

5.5

W W1
x 100%
W

Uji Kematangan Mi
a. Timbang 25 gr mi
b. Masak asi sebanyak 125 ml sampai mendidih, lalu masukkan mi
yang telah ditimbang
c. Tunggu paling lama 3 menit sambil diaduk sampai untaian mi
terurai
d. Angkat mi dari airnya dan amati kematangan mi
e. Mi matang jika : tekstur kenyal, bagian mi menyerap air mi
terasa licin di mulut.

5.6

Air

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Cara uji air sesuai dengan SNI.01-2891-1992, butir 5


5.7

Protein
Cara uji protein sesuai dengan SNI.01-2891-1992, butir 7.1

5.8

Derajat Asam
Cara uji derajat asam sesuai dengan SNI.01-3555-1994, Cara Uji
Minyak dan Lemak, butir 5.

5.9

Bahan Tambahan Makanan

5.9.1 Cara uji pengawet makanan sesuai dengan SNI.01-2891-1992,


Cara Uji Bahan Makanan Bahan Pengawet
5.9.2 Cara uji pewarna makanan sesuai dengan SNI.01-2895-1992, Cara
Uji Pewarna Tambah Makanan.
5.10 Cemaran Logam
Cara uji cemaran logam sesuai dengan SNI.01-2896-1992, Cara Uji
Cemaran Logam.
5.11 Arsen
Cara uji arsen sesuai dengan SNI.01-2897-1992
5.12 Cemaran Mikroba
Cara uji cemaran mikroba sesuai dengan SNI.01-2897-1992, Cara
Uji Cemaran Mikroba.
6.

SYARAT PENANDAAN
Sesuai dengan peraturan Departemen Kesehatan yang berlaku
tentang label yang periklanan untuk makanan

7.

SYARAT PENGEMASAN

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Mi

Instan

dikemas

dalam

wadah

yang

tertutup

rapat,

tidak

mempengaruhi atau dipengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan


pengangkutan.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

BAB 5
CARA UJI MUTU SUSU
A.

PENDAHULUAN

SNI 01-2782-1992
Rancangan Standar Industri Indonesia untuk Cara Uji Makanan Minuman,
Bahan Tambahan Makanan, Cemaran Logam dan Cemaran Mikroba disusun
berdasarkan hasil rapat pengurus TTSI Makanan Minuman beserta instansi
Departemen Kesehatan c.q Pusat Pengawasan Obat & Makanan beserta
Departemen Perindustrian c.q Balai desa Industri Hasil Pertanian.
Pembuatan rancangan SII Cara Uji ini selain dimaksudkan untuk
menyempurnakan standar juga dimaksudkan untuk lebih menyederhanakan
dan penghematan di segala bidang, mengingat ada 51 buah SII Makanan
Minuman yang direvisi disusun pada saat yang sama.
Konsep SII Cara Uji ini disusun berdasarkan :
1. A.O.A.C, Official Methods of Analysis (1984)
2. Pearsons Chemical analysis of Foods (1981)
3. Cara Uji Standar Industri Indonesia untuk komoditi yang bersangkutan
4. Laporan

Sidang

Pleno

IX

Panitia

Kodex

Indonesia,

Dep.

Kesehatan,1983
5. I.C.M.S.F (International Commission Microbiological Spesication for
Foods) of The International Association of Microbiological Cosieties,
1980
6. Compendium of Methods for the Microbiological Examination of Food,
1976
7. Standar Methods for Examination of Waternad Wastewater 14th
ed,1975 APHA ANWA WPCF
8. Hasil-hasil penelitian pengujian.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

CARA UJI
SUSU SEGAR
1. KEADAAN
1.1

WARNA

1.1.1

Peralatan
-

Tabung reaksi

Kertas putih sebagai latar belakang

1.1.2

Cara Kerja
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan kurang lebih 5 ml contoh
susu, kemudian dilihat dengan latar belakang putih. Amati
terjadinya kelainan pada warna susu.

1.2

BAU

1.2.1

1.2.2

Peralatan
-

Tabung reaksi

Kertas putih sebagai latar belakang


Cara Kerja
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan kurang lebih 5 ml contoh
susu atau dapat pula dipakai susu yang ditaruh ditabung warna
tersebut diatas kemudian dicium baunya. Setelah itu dipanaskan
sampai mendidih, kemudian dicium baunya lagi.

1.3
1.3.1

Rasa
Peralatan
- Tabung reaksi
- Kertas putih sebagai latar belakang

1.3.2

Cara Kerja
Untuk pertimbangan kesehatan pemeriksa, susu harus didihkan
dahulu sebelum dilakukan uji susu. Tuangkan sejumlah susu di
telapak

tangan

perubahan.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

kemudian

dicicipi

dan

dirasakan

adanya

1.4
1.4.1

Konsistensi
Peralatan
- Tabung reaksi
- Kertas putih sebagai latar belakang
- Gelas ukur
- Termometer

5.2

Cara Kerja

5.2.1

Tuangkan kira-kira 500 ml contoh susu ke dalam gelas piala.


Simpan gelas piala tersebut di dalam penangas air 800 C dan
panaskan contoh sampai 400 C aduk dengan alat pengaduk

5.2.2

Dinginkan samapi 200 C kemudian tuangkan ke dalam gelas ukur


tanpa menimbulkan buih.

5.2.3

Masukkan laktodensimeter ke dalam gelas ukur, putar-putar


sepanjang dinding gelas ukur supaya suhunya merata. Jatuhkan
laktodensimeter perlahan-lahan, dorong ked lam kira-kira 1 cm
kemudian lepaskan

5.2.4

Hasil pengukuran dibaca dengan segera atau tidak lebih dari 15


detik. Jika temperature tidak tepat 200 C ditambahkan dikurangi
0,0002 kepada bobot jenisnya.

6. TITIK BEKU
6.1 Peralatan
- kyroskop yang dilengkapi thermometer, Backmann dengan pembagian
skala hingga 0,0010C
- Tabung gelas yang kedua ujungnya terbuka

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

- Tabung reaksi berdiameter 2,5 cm


- Tabung reaksi berdiameter 5 cm
- Bak cairan pendingin.
6.2 Pereaksi
Cairan pendingin yang terbuat dari 2 g NaCl di dalam 200 cc air dan
dimasukkan ke dalamnya 400 g es yang telah ditumbuk halus dengan
suhu kira-kira -40 C
6.3 Cara kerja
6.3.1

Dalam tabung reaksi berdiameter 25 cm dimasukkan 30 ml air


suling yang telah dimasak dan didinginkan kemudian tabung
disumbat dengan gabus yagn mempunyai dua lubang.

6.3.2

Pada tabung pertama masukkan tanamkan kristal es dan aduk


cairan dengan suatu alat aduk, sedang lubang yang satu lagi
dimasukkan thermometer Backmann dengan ujungnya tepat
berada di pertengahan cairan.

6.3.3

Masukkan tabung ini ke dalam cairan pendingin berisolasi suhu 2 sampai -60 diaduk terus-menerus secara teratur dan perlahanlahan sampai suhu dalamlubang mencapai 10C

di bawah titik

beku air
6.3.4

Masukkan tabung ke dalam tabung reaksi berdiameter 5 cm


sehingga

mantel

pendingin

dan

tabung

pembeku

tidak

bersentuhan. Kemudian masukkan ke dalam cairan pendingin


kembali dimana cairan pendingin harus kira-kira 4 cm lebih
tinggi dari permukaan air di dalam tahun pertama
6.3.5

Ke dalam cairan pendingin dimasukkan kristal es murni kecil


dan

diaduk

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

secara

merata.

Penaikan

tiang

raksa

harus

diperhatikan hingga kira-kira selama 1 menit tiang raksa tidak


bergerak lagi.
6.3.6

Bila hal ini sudah tercapai, keruk thermometer perlahan-lahan


dan tingginya tiang air raksa diperiksa.

7.

UJI ALKOHOL

7.1

Peralatan
- Tabung reaksi
- Gelas Ukur 10 ml

7.2

Pereaksi
Alkohol netral 70% (b b)

7.3

Cara Kerja
Pipet 5 ml dan masukkan ke dalam susu tersebut kemudian
dicampurkan

(tanpa

dikocok).

Adanya

penggumpalan

susu

menunjukkan uji ini positif.


8. UJI DIDIH
8.1

8.2

Peralatan
-

Bunsen burner

Tabung reaksi

Penjepit tabung

Ambil lebuh kurang 5 ml susu, lalu masukkan ke dalam tabung


reaksi. Peganglah tabung, panaskan dengan menggunakan penjepit
tabung dan panaskan tabung tersebut sampai susu menunjukkan
reaksi positif.

9. UJI REDUKTASE
9.1

Uji biru metilen

9.1.1

Peralatan
-

Pipet 0,5 ml steril, 20 ml steril

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Tabung dengan tutup steril

Penangas air

inkubator

9.1.2

Pereaksi
Larutan biru metilen yang dibuat dari 0,0158 g biru metilen
dilarutkan dalam 200 ml air suling steril kemudian 40 ml larutan
tersebut diencerkan hingga 200 ml.

9.1.3

Cara Kerja

9.1.3.1

Pipet 20 ml contoh susu dan masukkan ke dalam tabung


reduktase yang steril.

9.1.3.2

Tambahkan 0,5 ml cairan biru metilen lalu tutup. Bolakbalikkan tabung tersebut perlahan-lahan 2-3 kali sampai susu
itu berwarna biru merata.

9.1.3.3

Tempatkan tabung paa penangas air 380C selam 5 menit,


angkat, keringkan lalu masukkan dalam incubator 400C

9.1.3.4

Amati tiap setengah jam sampai semua warna biru lenyap


dan catat waktunya.

9.1.3.5

Susu dianggap normal bila waktu yagn diperlukan sejak


tabung dimasukkan ke dalam incubator hingga semua warna
biru lenyap berkisar antara 2-5 jam.

9.2

Uji Resazurin

9.2.1

9.2.2

Peralatan
-

Pipet 1 ml dan 10 ml steril

Tabung reaksi steril dengan sumbat karet

Penangas air

Loxibond comperator
Pereaksi
Larutan resazurin 0,005 %

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Tetrazolium khlorida,. Dan 1 bagian (volume) larutan NaOH


1N
Susu murni yang masih segar
10.

KATALASE

10.1 Peralatan
-

Tabung berskala khusus dengan kapasistas 16

Sumbat karet yang dilengkapi dengan pipa kapiler

Pipet 1 ml dan 10 ml

10.2 Pereaksi
Larutan hydrogen peroksida H2O2 3%
10.3 Cara Kerja
-

Pipet 10 ml contoh susu segar, masukkan ke dalam tabung

Tambahkan 1,0 ml larutan H2O2 3% dan air sampai mencapai


permukaan tabung

Tutup tabung dengan sumbat karet, letakkan pada rak tabung


dan bolak-balikkan

Biarkan tabung dalam keadaan terbalik minimal 3 jam paa suhu


kamar

Volume

yagn

ditunjukkan

oleh

skala

merupakan

jumlah

katalase.
11.1.3 Cara Kerja
11.1.3.1

Masukkan ke dalam labu erlemeyer 250 ml masing-masing


50 ml contoh susu dan 150 m susu murni

yang masih

segar. Tambahkan masing-masing 5 ml larutan asetat 10%


dan kocok sampai proteinnya terendapkan.
11.1.3.2

Kemudian

masukkan

erlemeyer

tersebut

ke

dalam

penangas air dengan suhu 400C selama 10 menit dan aduk

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

dengan hati-hati. Kemudian disaring menguungakan gelas


kertas saring.
11.1.3.3

Setelah itu masing-masing endapan dibilas dengan 400 ml


(8x50 ml) air suling. Setiap kali membilas, endapan
diaduk-aduk dengan hati-hati dengan menggunakan gelas
pengaduk. Kemudian endapan ditiriskan

11.1.3.4

Timbang 0,5 g (tepat) endapan dan masukkan ke dalam


tabung reaksi. Tambahkan 5 ml larutan urea jenuh dan 1
ml larutan TCC basa ke dalam masing-masing tabung
reaksi

11.1.3.5

Kemudian kocok dengan kuat selama 10 detik lalu simpan


di dalam penangas air pada suhu 400C selama 3 menit.
Setelah itu tambahkan 1 ml asam asetat 10% dan 5 ml
butanol kocok lalu pusingkan selama 2 menit

11.1.3.6

Bandingkan warna dari susu contoh terhadap warna susumurni

11.1 Uji terhadap Penambahan Sukrosa


11.2.1 Peralatan
-

Tabung reaksi

Pipet tetes

Gelas Ukur

11.2.2 Pereaksi
-

Larutan alpha napthol 20 % dala etanol (95%)

Asam khlorida (HCl) pekat (min. 37%)

Susu murni yang masih segar

Simpan tabung-tabung reaksi tersebut alam penganas air pada


suhu 800C selama 5 menit

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Kemudian dinginkan hingga suhunya mencapai lebih kurang


400C lalu tambahkan 1 ml biakan yogur

Kocoklah dengan cara membalik-balikkan tabung tersebut. Enam


tabung pada suhu 370C selama 5 jam. Setelah dingin tabung
dititrasi dengan larutan NaOH 0,25 N.

Bila contoh susu menunjukkan keasaman yang nilainya 50% dari


blangko maka hasil uji dapat dikatakan positif.

11.5 Uji terhadap Pengawet


11.5.1 Asam benzoate
11.5.1.1

Peralatan

Pipet 5 ml

Pipet 20 ml

Corong pemisah

Pinggan kaca

11.5.1.2

Pereaksi

Larutan asam khloria, HCl 25%

Eter

11.5.1.3
-

Peralatan
Masukkan 20 ml contoh susu ke dalam corong pemisah, tambah
5 ml HCl 25 % lalu kocok dengan 20 ml eter, kemudian pisahkan
lapisan eter dan tampung di dalam pinggan kaca yang kecil.

Uapkan eter secara spontan dan setelah kering kering lihat


apakah

terdapat

kristal-kristal

seperti

bamboo, yang menandakan asam benzoate


11.5.2 Formaldehida (formalin)

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

jarum

atau

miang

11.5.2.1

Peralatan

Gelas ukur 10 ml

Pipet tetes

Tabung reaksi

11.5.2.2

Pereaksi

Asam sulfat Pekat H2SO4

Larutan FeCl3 10 %

11.5.2.3
-

Cara Kerja
Ke dalam 5 menit..pekat tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 10
%.

Atur sumbatnya agari permukaan cairan berada disekitar awal


skala, lalu panaskan selam 5 menit pada suhu 650C ., dalam
keadaan tegak dan terendam seluruhnya. Dalam keadaan panas
ini lemak akan mengalir ke bagian skala.

Kemudian butirometer dikeluarkan, dilap dan sentrifuge dalam


posisi yang seimbang. Setelah kecepatan 1100 rpm tercapai
dalam waktu 2 menit makan teruskan pemusingan selama 3
menit lagi. Kemudian masukkan lagi Selama 5 menit dalam 5
menit dalam penangas 65 2o C dengan bagian skala tegak ke
atas.

Baca jumlah 5 lemak dengan mengatur sumbatnya sehingga


perbatasan asam lemak dapat dibaca.

13.

BAHAN KERING TANPA LEMAK


Cara Kerja
Kadar bahan kering tanpa lemak dapat dihitung setelah diperoleh
kadar lemak dan B.J.susu
BTKL = BK L

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

BK 1,231 + 2,71

100( BJ !1)
BJ

KETERANGAN :
BTKL

= Kadar bahan kering tanpa

BK

= Kadar bahan kering

= kadar lemak susu

BJ

= Berat Jenis susu

14.

PROTEIN

14.1

Peralatan
-

Labu kjeldah 750 ml

Corong

Erlemeyer 250 ml

Neraca analitik

Alat destruksi protein

Labu didih 500 ml

14.2

Pereaksi
-

Campurkan

selen

(terdiri

dari

bagian

selen,

bagian

CuSO4.5H2O dan 190 bagian Na2SO4 kering)


-

Asam sulfat H2SO4 pekat

Larutan natrium hidroksida, NaOH 30 %

Larutan asam klorida 0,5 N

14.3

Cara Kerja
-

Pipet 10 ml susu kedalam labu elemeyer dan tambahkan 1 ml


penolptalein. Titar dengan 0,25 N NaOH hingga warnanya sedikit
merah jambu yang dapat bertahan selama 30 detik

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Hasil pembacaan dikalikan 10 dan hasil analisa dinyatakan


dalam satuan derajat Soxhlet Henkel (SH), yaitu NaOH N per
100 ml susu

15.

CEMARAN MIKROBA :
Uji cemaran mikroba susu segar sesuai SNI.19-2897-1992. cara Uji
Cemaran Mikroba.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

BAB 6
CARA UJI
GULA PASIR
A.

PENDAHULUAN
Standar inin merupakan Revisi SH.0722-83. Gula pasir , Revisi

diutamakan pada persyaratan mutu dengan sebagai berikut:


Menunjang Instruksi Mentri Perindustrian No. 04 M Ins 1989
Melindungi konsumen
Mendukung perkembangan insdustri agro base
Menunjang eksport non migas
Standar disusun ini merupakan hasil pembahasan rapat-rapat Teknis,
Prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam Rapat Konsensus Nasional
pada tanggal 21 Maret 1990
Hadir dalam rapat-rapat tersebut wakil-wakil dari produsen, konsumen
dan instansi yang terkait.
Sebagai acuan diambil dari :
Peraturan Mentri Kesehatan No. 7222 Men. Kes Per IX 88 tentang
Bahan Tambahan Makanan
Standard dan peraturan Codex Alimentarius Commission
1.

RUANG LINGKUP
Standar ini meliputi efenisi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan gula pasir.

2.

DEFENISI
Gula pasir aalah sakarosa yang dimurnikan dan hablurkan.

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

3.

SYARAT MUTU

Syarat mutu gula pasir seperti table dibawah ini :


Tabel
Syarat Mutu Gula Pasir
No.
1.

2.

Kriteria Uji

Satuan

Persyaratan
GKP (SHS)

GKM (HS)

Keadaan :
1.1 Baru

Normal

1.2 Rasa

Normal

Warna (nilai remisi , yang


direduksi),%, bb
mm

Min.53

Min.53

0.8-1.2

0.8-1.2

3.

Besar jenis butir

4.

Air, %, b b

Maks 0.1

Maks 0.1

5.

Sakarosa, %, b b

Min 99.3

Min 99.0

6.

Gula perudiksi, %, bb

Maks 0.1

Maks 0.2

7.

Abu, %, b b

Maks 0.1

Maks 0.2

8.

Bahan asing tidak larut

Maks 5

Bahan tambahan makanan :


Maks 20

Maks 20

10.1 Timbal (Pb), mg kg

Maks 20

Maks 20

10.2 Tembaga (Cu), mg kg

Maks 20

Maks 20

10.3 Raksa (Hg),mg kg

Maks 0.03

Maks 0.03

10.4 Seng (Zn),mg kg

Maks 40.0

Maks 40.0

10.5 Timah (Sn),mg kg

Maks 40.0

Maks 40.0

Arsen (As), mg kg

Maks 1.0

Maks 1.0

Belerang dioksida (SO2), mg kg


10.

11.

derajat

Cemaran logam :

Catatan : GKP = Gula Kristal Putih

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

GKM = Gula Kristal Merah


4.

CARA PENGAMBILAN CONTOH


Pengambilan

contoh

sesuai

SNI.019

0428

1989,

Petunjuk

Pengambilan.
Contoh Padatan.
5.

CARA UJI

5.1

Persiapan Contoh untuk Uji Kimia


Cara persiapan contoh sesuai SNI 01-2891-1992, Cara Uji Makanan

dan Minuman untuk contoh Padatan, butir 4


5.2

Keadaan (Bau dan Rasa)


Bau dan rsa diuji secara sensorik

5.3

Warna (nilai remisi yang direduksi)

5.3.1 Peralatan
Refleksi

spektrofotometer

model

KONIGMARTENS

atau

ELREPHOMAT lengkap dengan standar MgO dan porselin


5.3.2 Cara Kerja
a. Masukkan contoh ke dalam kurvei, usahakan agar permukaan gula
dalam kurvei rata.
b. Ukur refleksi pada panjang gelombang 440 dan 560
c. Dapatkan nilai remisi dengan bantuan daftar grafik
Perhitungan :
Nilai remisi reduksi = NR 10 x (1-d)
Dimana :

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

NR = nilai remisi dari pengukuran


D = besar jenis butir
5.4

Besar Jenis Butir

5.4.1 Peralatan
a.

Neraca semi analitik (Top loading balance)

b.

Mesin Pengayak

c.

Satu set ayakan dengan bukaan 10, 14, 20, 28 dan 48 mesh.

5.4.2 Cara Kerja


a. Susun ayakan pada mesin pengayak dengan bukaan terbesar (mesh
terkecil) ada dibagian paling atas.
b. Timbangan 100 g contoh, kemudian masukan pada ayakan paling
atas.
c. Hidupkan mesin ayakan selama 10 menit
d. Timbangan gula yang ada pada setiap fraksi ayakan (ada 6 fraksi),
kemudian hitung prosentasenya.
5.4.3 Perhitungan
1)

Kalikan prosen setiap fraksi dengan :


I

4,8

II x

7,2

III x

10,0 =

IV x

14,3 =

V x

25,0 =

VI x

50,0 =
Jumlah =
=

5.5

Air

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

+
M

1000
mm
M

Cara uji air SII. 2453-90. Cara Uji Makanan dan Minuman, butir 5.1
5.6

Sakarosa

5.6.1 Peralatan
a. Polarimeter khusus untuk gula dengan skala 0S (International Sugar
Scale).
b. Neraca analitik
c. Labu ukur 100 ml
d. Tabung polarimeter 20 cm
5.6.2 Perekasi
Larutan timbal asetat basa : dilengkapi cara pembuatannya.
5.6.3 Cara Kerja
a. Timbang seksama 26 g cuplikan, masukkan dalam labu ukur 100 ml,
larutkan dan sampai tanda garis dengan air suling, kocok dan saring.
b. Masukkan saringan ke dalam tabung polarimeter berukuran 20 cm,
baca

perputarannya

pada

polarimeter.

Angka

yang

diperoleh

menunjukkan kadar sakarosa (%) atau polarisasi (oS)


Catatan :
Pengerjaan harus dilakukan pada ruangan 20o C.
5.7

Gula Pereduksi
Cara uji gula pereduksi sesuai SII. 2454-90. Cara Uji Gula, butir 2.1

5.8

Abu
Cara uji gula pereduksi sesuai SII. 2453-90, butir 6.1

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

5.9

Bahan Asing Tidak Larut

5.9.1 Bahan
Contoh gula pasir
5.9.2 Peralatan
a.

Neraca semi analitik

b.

Alat Wisconsin sedimen tester

5.9.3 Cara Kerja


a. Timbang 100 g contoh, larutkan 5000ml air
b. masukkan

larutan ke dalam alat wisconsin tester kemudian ditekan

dengan udara yang dipompa oleh bola karet.


c. Diatas lapisan dilapisi dengan kain, diameter 3 cm
d. Kain diambil, hati-hati jangan sampai kotoran yang melekat terlepas,
kemudian teteskan lem (arabis gum 1%) diatas lain,lalu panaskan
dalam lemari pengering 1050 C ( 2 jam).
e. Bandingkan kotoran
5.10 Bahan Tambahan Makanan
Cara uji belerang dioksida sesuai SNI.01-2894-1992, Cara Uji Bahan
Tambahan Makanan Bahan Pengawet, butir 2.6
5.11 Cemaran Logam
Cara uji cemaran logam sesuai SNI.01-2896-1992, Cara Uji cemaran
logam
5.12 Arsen
Cara uji cemaran logam sesuai SNI.09-2896-1992, Cara Uji cemaran
logam

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

6.

SYARAT PENANDAAN
Sesuai dengan peraturan Dep. Kes R.I yang berlaku tentang label
dan periklanan makanan.

7.

CARA PENGEMASAN
Produk

dikemas

dipengaruhi

atau

dalam

wadah

mempengaruhi

yang
isi,

tertutup
tahun

penyimpanan dan pengangkutan dan diberi label

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

rapat,

berapa

tidak

terhadap

BAB 7
PENENTUAN BAR KODE
Bar kode adalah suatu data yang terdapat dalam suatu produk industri
yang merupakan suatu lambang identifikasi yang telah standar susunan data
angka

dengan

garis

yang

terdapat

dalam

kemasan

barang

atau

pembungkus. Hasil industri suatu produk yang dikonsumen masyarakat yang


diperoleh dari suatu pasar dengan beberapa tanda lain yaitu terdapat pada
pembungkus atau kemasan, sehingga konsumen dapat memilih apa yang
diinginkannya dari suatu produk industri dari suatu hasil perusahaan yang
memasarkannya, sehingga barang yang diproduksi dapat dipasarkan dalam
negeri serta dapat bersaing diluar negri.
Dalam era globalisasi perdagangan hasil industri dapat diterima negara
lain dalam memenuhi bidang ekspor harus mencantumkan pada kemasan
tanda Bar Kode dimana barang tersebut telah memenuhi standar konsumen,
hal ini penerangan garis dan angka mempunyai pengertian tersendiri yaitu :
1. Garis-garis
Garis-garis dalam bar kode sebagai bahan petunjuk dalam meletakkan
angka-angka dimana panjang garis vertical serta besar kecil tergantung
pada produk industri dari suatu Negara yang telah mendaftarkannya telah
memperoleh dari badan sertifikasi menurut ISO dan garis awal yang lebih
panjang serta letak berbeda maupun jumlahnya dan diakhiri dengan jumlah
yang sama.
Dimana melambangkan angka 0 sampai 9 jarak garis menentukkan setiap
angka menyatakan kode Negara, pemisahan, produksi dan pengecekan
terhadap produk perusahaan.
2. Angka-angka (Digit)

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Angka-angka yang terdapat didalam bar kode merupakan petunjuk


yang digunakan untuk memudahkna dan mempercepat proses pembacaan
identifikasi suatu produk serta bertujuan untuk memudahkan penelusuran
suatu produk yang dilepaskan ke-konsumen agar apabila terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan dapat dengan mudah menariknya kembali dari
pasaran atau yang terdapat konsumen.
Beberapa angka yang tertera pada produk industri seperti bahan
makanan dan minuman umumnya disebut digit dimana jumlahnya sebanyak
13 buah diatur menurut kelompok, aturan pembacaan dari kiri kekanan yang
dibagi dalam beberapa kelomok digit yaitu :
a. Kelompok Pertama : angka awal hingga angka 3 merupakan penunjuk
kepada Negara dimana produk tersebut diproduksi yaitu ketiga angka
(digit) saling terkait menjelaskan bagian sertifikasinya, adanya Negara
mempunyai badan sertifikasi yang mempunyai group yang berhubungan
dengan Negara lainnya seperti Swiss dengan ISO dan SGS-Yarsley
dnegan group IIOC sedangkan SGS dengan EQ-Net, group ini telah
beroperasi di Indonesia, bekerja sama dengan GATT (General Agreement
on Tariffs and Trade). Sedang di Indonesia adanya DSN (Dewan Standar
Indonesia).
Misalnya :899 adalah produksi Negara Indonesia.
b. Kelompok Kedua : angka ke-empat hingga angka ke-tujuh yaitu 4
angka (digit) yaitu perusahaan yang memproduksi barang tersebut atau
perusahan

yang

bergabung

membentuk

grup

dimana

perusahaan

tersebut memudahkan sertifikasi dimana menyalakan nomor perusahan


yang sudah disertifikasi menurut ISO yang sudah dilaksanakannya
menurut pengembangan ISO termasuk lingkungan dan bunganan limbah
yaitu perusahaan yang berwawasan lingkungan, hal ini telah terdaftar di
Badan Standar Nasional (DSN).

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

c. Kelompok Ketiga : angka ke delapan hingga anggkake duabelas


merupakan 5 angka (digit) terdapat didalamnya menggambarkan dari
produk hasil perusahaan tersebut merupakan bagian sistem manajemen
yang diatur dengan mutu dimana barang tersebut dapat diterima
konsumen baik dalam negara yang memproduksi serta Negara lain yang
mengkonsumsinya yang telah memenuhi standar yang ditetapkan.
Dengan banyaknya hasil berupa barang-barang yang dibuat dari satu
perusahaan salah satu bahan baku utama yang terdapat didalamnya, maka
industri tersebut membuat system analisa serta identifikasi yan telah
distandarisasi menurut aturan yang dilaksanakan bekerja sama dengan
lembaga sertifikazsi system manajemen mutu yang telah diakui. Dari
beberapa

orang

yang

dihasilkan

suatu

perusahaan

banyak

mengacu

terhadap SNI (Standar Nasional Indonesia) dimana dengan produk barang


yang terdapat didalam pasaran mencantumkan nomor SNI untuk system
analisa yang digunakan dalam didalam kandungan bahan baku yang
dipergunakan.
d. Kelompok

Keempat

angka

terakhir

angka

ketiga

belas

yang

meletakkan dibelakang garis terakhir dan ada juga pada susunan angka
tersebut yaitu 1 angka(digit) hal itu pemeriksaan terhadap model yang
dipergunakan yaitu bentuk kemasan atau warna yang dicantumkan. Hal
ini perlu dianalisa apa pengaruh kemasan yang dipergunakan terhadap
badan isi atau komponen wadah yang dipergunakan misalnya kaleng
yang dipergunakan tempat susu yang berbentuk silinder hal ini kode
pemeriksaan dilakukan perusahan, hal ini ditetapkan dengan hubungan
tanggal dawarsa barang tersebut dipergunakan terhadap kemasan atau
pengaruh suhu.
Sebagai contoh: 899 2727 00026 0

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

899

= dimana Negara dimana produk tersebut diproduksi yaitu

Negara Indonesia
2727 = menunjuk kepada perusahaan yang memproduksi barang
tersebut yitu : PT KAO Indonesia
00026= Produk yang dihasilkan seperti misalnya Shampoo bentuk
kemasan botol
0

= Pengecekkan terhadap kemasan atau isinya.

BAB 8
PEDOMAN DSN 01 / ISO GUIDE 25
PERSYARATAN UMUM KEMAMPUAN
Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008
USU e-Repository 2008

LABORATORIUM
KALIBRASI & PENGUJI

RUANG
LINGKUP

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Persyaratan Umum
Laboratorium Kalibrasi
Untuk Mendapatkan
Pengakuan

Persyaratan/Kriteria tambahan
dalam penilaian kemampuan
kesesuaian dapat ditentukan
oleh badan yang berwenang
memberi pengakuan

Digunakan sebagai acuan oleh


- Laboratorium Kalibrasi
- Badan sertifikasi
- Badan akreditasi

2.1

ISO - 8042

2.2

ISO - 9000

2 ACUAN

2.3

ISO - 9001

2.4

ISO - 9002

2.5

ISO - 9003

2.6 ISO - 9004


2.7
3.1

ISOGUIDE-2

LABORATORIUM :
Lembaga yang melaksanakan
kalibrasi dan Pengujian

3.2
Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008
USU e-Repository 2008

3.3

LABORATORIUM PENGUJI :
Laboratorium yang Melakukan
Pengujian

LABORATORIUM KALIBRASI :
Laboratorium yang Melaksanakan
Kalibrasi

KALIBRASI :

3.4

DEFINISI

Suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran


konvensional nilai penunjukan alat ukur dan
bahan ukur dengan cara membandingkannya
dengan standar acuan yang memiliki
kemampuan telusur ke standar nasional
dan/atau internasional

PENGUJIAN :
Kegiatan teknis : menetapkan
menentukan sifat/karakteristik suatu
prosuk, bahan dan sebagainya dengan
prosedur yang telah ditetapkan.

METODA KALIBRASI :
Prosedur teknis untuk
melaksanakan kalibrasi

METODA PENGUJIAN :
Prosedur teknis untuk
melaksanakan pengujian

3.8
3.9

VERIFIKASI :
Konfirmasi melalui pengujian dan
SISTEMbukti
MUTU
:
penyajian
bahwa
persyaratan
Satutelah
set pengaturan-pengaturan
yang
ditetapkan telah
disebagai
penuhi acuan dalam
pengelolaan mutu
MANUAL MUTU :

3.10
Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008
USU e-Repository 2008

3.11

Dokumen yang memuat pengaturanpengaturan umum berisi antara lain


kebijakan mutu, struktur organisasi,
gambaran system mutu dalam suatu
organisasi

STANDAR ACUAN :
Standar yang memiliki mutu
pengukuran yang tertinggi pada
suatu lokasi
BAHAN PEMBANDING :
Bahan/zat yang salah satu/lebih
karakteristiknya telah diketahui dan
digunakan untuk kalibrasi peralatan,
penilaian metoda pengukuran dsb
BAHAN PEMBANDING
BERSERTIFIKAT :
Bahan/zat yang salah satu/lebih sifatnya
telah diketahui diberikan sertifikat dan
dapat ditelusuri ke sertifikat/dokumen
lain yang diterbitkan oleh badan sertifikasi

MAMPU TELUSUR :
Kemampuan suatu hasil pengukuran
secara individu untuk dihubungkan ke
standar-standar nasional/internasional
melalui satu mata rantai pembanding
yang tak terputus

UJI PROFISIENSI :
Salah satu cara untuk mengetahui
untuk kerja laboratorium kalibrasi/
laboratorium penguji dengan cara
membandingkan laboratorium

4.1

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

PERSYARATAN :
Kumpulan spesifikasi yang masingmasing dapat diukur/direalisasikan
dan diuji
DASAR HUKUM &
IDENTIFIKASI :
Diorganisasikan
Fasilitas permanent
Sesuai dengan persyaratan
standar
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN
LABORATORIUM :
Memiliki staff manajerial,
wewenang dan sumber daya
Independensi personil dari

4.2

ORGANISASI
&
PENGELOLAAN

5.1
5.2
Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008
USU e-Repository 2008

GOOD LABORATORY
PRACTICE
Sistem mutu Dokumentasi
Kebijakan Prosedur
Implementasi
Up-dating
MANUAL MUTU &
DOKUMEN MUTU berisi :
Kebijakan objektif mutu
Struktur Organisasi
Pengatur hubungan kerja
Prosedur pengendalian
dokumen

5.3

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

AUDIT BERKALA :
Verifikasi Auditor terlatih
Independen Temuan Audit
Tindakan koreksi
Pemberitahuan kepada
pelanggan bila menyangkut
kepentingan pelanggan

SISTEM MUTU
AUDIT MUTU
KAJI ULANG

5.4

PENINJAUAN SISTEM MUTU


Untuk menjamin
ketidaksesuaian
Minimal 1 kali setahun
Perbaikan & Penyempurnaan

5.5

TEMUAN AUDIT :
Temuan audit, kaji ulang &
tindakan koreksi
didokumentasikan
Periode audit dilakukan secara
konsisten sesuai kesepakatan

5.6

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

VERIFIKASI HASIL
KALIBRASI
Mencakup :
Penggunaan metoda statistic
Ikut dalama uji profisiensi
Menggunakan acuan standar
yang tepat
Pengkajian ulang dengan
metoda yang sama/berbeda
Pengujian kembali dari arsip
contoh

6.1

6.2
PERSONIL

6.3

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

KEKUATAN PERSONIL :
Jumlah mencukupi
Pendidikan Memadai
Pengetahuan teknis cukup
Dukungan pengalaman

PELATIHAN :
Pembekalan pengetahuan
Keterampilan
Up-grading

TRAINING RECORD :
Data setiap personil
Data pelatihan
Data pengalaman
Data simpan/dikelola

7.1

7.2

SARANA
&
LINGKUNGAN

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

FASILITAS :
Sarana Laboratorium
Ruang Kalibrasi
Sumber energi
Penerangan
Pemanasan
Ventilasi udara
ALAT PEMANTAU :
Pencatatan kondisi lingkungan
Pemantauan debu
Interferensi steril
Elektromagnetik
Kelembaban
Tegangan jaringan,suhu, atau
bunyi
Getaran dan lain-lain

7.3

PARTISI :
Pemisahan kegiatan yang bias
menimbulkan ketidaksesuaian

7.4

LAYOUT :
Jalan masuk
Tata ruang
Dimonitor

7.5

HOUSE KEEPING :
Kerapian
Kebersihan
Ketentraman
Penampilan

PERALATAN
& BAHAN
PEMBANDING

8.1

PERALATAN TERSEDIA :
Standar acuan
Bahan pembanding
Jaminan kesesuaian peralatan
yang berasal dari luar

8.2

PEMELIHARAAN :
Prosedur pemeliharaan
Jadual pemeliharaan
Identifikasi/peralatan
Internal servis-perbaikan
Labelisasi

8.3

DAFTAR INDUK :
Daftar nama alat
Labelisasi
Tanda/identitas
Status kalibrasi

8.4

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

REKAMAN DAFTAR
PERALATAN :
Nama alat
Pabrik pembuat
Alamat pembuat
Nomor seri alat
Tanggal diterima
Tanggal mulai digunakan
Tempat alat
Kondisi saat baru diterima
Bulan instruksi alat
Jadual kalibrasinya
Program perawatan
History card-tentang
kerusakan, mal fungsi dll

9.1

KALIBRASI SEBELUM
DIPAKAI :
Program kalibrasi verifikasi
Alat dikalibrasi sebelum
dipakai (meskipun masih
baru)
DESAIN PROGRAM KALIBRASI :

9.2

Kalibrasi dilakukan sesuai desain program


kalibrasi
Semua persyaratan yagn telah ditetapkan
dilaksanakan
Kemampuan telusur

KEMAMPUAN TELUSUR :

9.3

KEMAMPUAN
TELUSUR
KALIBRASI

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Standar nasional
Standar internasional
Pembuktian yang memuaskan bila
kemampuan telusur tidak bias diperagakan
Pembuktian bahwa telah mengikuti
program uji banding

9.4

PENGGUNAAN STANDAR
PEMBANDING :
Standar pembanding sebaiknya
hanya untuk kalibrasi

9.5

KALIBRASI STANDAR
PEMBANDING :
Standar acuan harus dikalibrasi oleh
instansi yang berwenang
Memiliki kemampuan telusur

9.6

PEMERIKSAAN STANDAR
PEMBANDING :
Standar acuan wajib diperiksa
pada interval penggunaan untuk
kalibrasi

9.7

KEMAMPUAN TELUSUR
STANDAR :
Standar harus bias ditelusuri
sampai ke standar nasional /
internasional

10.1

10.2

10

METODE
DIKALIBRASI
DAN
PENGUJIAN

10.3

10.4

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

PETUNJUK KERJA :
Petunjuk penggunaan
pengoperasian alat
penanganan kalibrasi
Petunjuk, standar, pedoman
dan data rekaman dipelihara
dan di up-date
METODE KALIBRASI :
Metode tepat, dan konsisten
dengan ketelitiannya.
Prosedur yang tepat untuk
semua kegiatan kalibrasi
termasuk pengambilan contoh,
penangan dan pengangkutan

METODE RESMI NASIONAL :


Bila tidak ada metode internal,
laboratorium harus memilih
metoda yang telah
dipublikasikan dalam tingkat
standar nasional/internasional

METODE KHUSUS :
Bila menggunakan metoda yang
tidak umum/belum diberlakukan
sebagai standar. Maka harus
mendapat persetujuan dari
pelanggan, didokumentasikan,
disahkan dan diberikan kepada
pelanggan dan pihak lain yang
bersangkutan

10.5

PENGAMBILAN CONTOH :
Prosedur Sampling tersedia
Teknik statistic yang sesuai

10.6

PENGGUNAAN DATA :
Penghitungan data
Pemindahan data wajib
diperiksa dan dipastikan betul

10.7

10

METODE
DIKALIBRASI
DAN
PENGUJIAN

10.8

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

PENGGUNAAN KOMPUTER
Harus dijamin :
Semua persyaratan dalam
panduan ini tetap dipenuhi
Perangkat lunak
didokumentasikan
Prosedur penggunaan
ditetapkan untuk melindungi
keutuhan data
Perawatan perangkat
computer
Menjaga keamanan
penggunaan computer untuk
mencegah pemasukan dan
perubahan data secara tidak
resmi

PROSEDUR PENGADAAN :
Prosedur pengadaan termasuk
penerimaan dan
pengembangan consumables
harus tersedia

11.1

11.2

11

PENANGANAN
BARANG YANG
DIKALIBRASI

11.3

11.4

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

PROSEDUR PENANGANAN :
Prosedur tertulis untuk
mengidentifikasi alat-alat
yagn dikalibrasi
Menjamin tidak tertukar pada
setiap saat
PROSEDUR PENERIMAAN :
Konfirmasi kondisi barang
Konfirmasi abnormalitas
Merekam kondisi alat-alat
Mengkonfirmasi keraguan kondisi
dengan pelanggan (pemilik)

PROSEDUR PENYIMPANAN:
Prosedur tertulis
penyimpanan untuk
menghidari kerusakan
kemerosotan mutu
Wajib memiliki tempat
penyimpanan dan peralatan
penunjang
Menjamin keamanan selama
penyimpanan

INTEGRITAS LABORATORIUM :
Prosedur penerimaan jelas
Prosedur pinyimpanan jelas
Prosedur penanganan jelas
Keamanan terjamin

12.1

12

REKAMAN LEGAL :
Sistem rekaman sesuai dengan
undang-undang yang berlaku
Data orisinil/catatan asli
perhitungan dan sebagainya
disimpan sesuai masa
referensi yang berlaku
Isi rekaman cukup lengkap
untuk penelusuran ulang
Identitas personil tercakup
dalam rekaman data

REKAMAN

12.2

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

PENYIMPANAN :
Semua data yang timbul dan
berkaitan dengan kalibrasi
harus disimpan dengan baik
dan menjaga kerahasiaan
informasi

13.1

13.2

13

SERTIFIKAT
&
LAPORAN

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

PELAPORAN :
Semua hasil kalibrasi
dilaporkan secara benar, jelas,
teliti, objektif
Dituangkan dalam sertifikat
kalibrasi
Kelengkapan informasi untuk
memungkinkan interprestasi
hasil kalibrasi

SERTIFIKAT LAPORAN
berisi :
Judul Sertifikat Kalibrasi
Nama & alamat laboratorium
Identitas sertifikat, nomor seri
dsb.
Nama & alamat pelanggan
Uraian & identitas barang yang
dikalibrasi
Sifat dan kondisi barang
Tanggal penerimaan
Tanggal pelaksanaan kalibrasi
Identitas metoda kalibrasi
Acuan prosedur pengambilan
contoh
Adanya penyimpangan
/penambahan metoda kalibrasi
Hasil pengukuran /
pemeriksaan ditunjang oleh
table,grafik dsb
Pernyataan ketidakpastian
yang diperkirakan dari hasil
kalibrasi
Tanda tangan & jabatan,
identitas pejabat yang
bertanggung jawab
Pernyataan yang hanya
berkaitan dengan barang yang
dikalibrasi
Pernyataan bahwa sertifikat
sudah boleh digandakan.
Tanpa persetujuan tertulis dari
laboratorium

13.3

13.4

13

SERTIFIKAT
&
LAPORAN

13.5

13.6

13.7

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

SERTIFIKAT KALIBRASI
SUB KONTRAKTOR :
Sertifikat laporan harus dapat
diketahui dengan jelas &
memenuhi semua persyaratan
yang berlaku

FORMAT PENYAJIAN HASIL


KALIBRASI :
Jelas mudah dibaca dan
dimengerti
Format dibuat dengan hati-hati
dan spesifik
Judul format dibakukan
PERUBAHAN SERTIFIKAT/
LAPORAN :
Tidak boleh dihapus/dicoret /
ditambahkan pada sertifikat
asli
Perubahan/penambahan
hanya boleh dibuat dalam
dokumen lain pada suplemen
sertifikat
PEMBERITAHUAN KONDISI
BURUK ALAT :
Pemberitahuan kepada pemilik
alat tentang adanya kelainan,
kerusakan atau kondisi yang
dapat menyebabkan keabsahan
hasil kalibrasi yang tertera
pada sertifikat
Pemberitahuan harus secara
tertulis

14.1

SUB KONTRAKTOR :
Pemilihan subkontraktor yang
memenuhi persyaratan

Laboratorium menjamin
bahwa subkontraktor tersebut
memenuhi criteria dan
persyaratan yang sama
dengan laboratorium pemberi
kontrak
Memberitahukan kepada
pelanggan perihal
kemampuan sub kontraktor

14

SUBKONTRAK
TOR
KALIBRASI
PENGUJIAN

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Menyimpan daftar nama


subkontraktor

15.1

15

JASA
PENUNJANG
PERBEKALAN
DARI LUAR

15.2

15.3

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

FASILITAS LUAR :
Wajib memakai jasa
penunjang yang memiliki
mutu yang baik untuk
mempertahankan
kepercayaan

PENJAMIN INDEPENDEN :
Bila mutu jasa penunjang tidak
dijamin oleh lembaga
independent, laboratorium
harus mempunyai prosedur
untuk menjamin supply yang
diterima memenuhi
persyaratan
Bila mungkin, barang yang
dipasok tidak digunakan
sampai selesai diperiksa

ARSIP PEMASOK :
Data / arsip pemasok
disimpan

TINJAUAN PUSTAKA
1.

Chastab Nevizondi, Panduan dan penerapan dan Sertifikasi Sistim


Manajemen Mutu ISO 9000., PT Elexmedia
Kompetindo., (1996).

2.

Brian Rothery, Analisis ISO 9000, PT.Pustaka Binaman Presindo,


(1966).

3.

I Jody Priatna M Sc., Persyaratan Kemampuan Laboratorium +


Kalibrasidan Laboratorium Penguji.

4.

Nugraha S,. Pengenalan IDO 9000 Series,. (1987)

5.

Balai Penelitian Kimia,. SNI dan Pedoman Penyusunan Panduan Mutu


Untuk Laboratorium Penguji. (1999).

Philippus H.Siregar : Standar Industri, 2008


USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai