Anda di halaman 1dari 38

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

2.2
KARDIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN

34

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

BRADIARITMIA
Bradiaritmia adalah perlambatan denyut jantung di bawah 50 kali menit yang dapat
disebabkan oleh disfungsi sinus node, hipersensitivitas/ kelainan sistem persarafan
dengan dan atau adanya gangguan konduksi atrioventrikular. Dua keadaan yang
sering ditemukan :
1.
Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)
2.
Gangguan konduksi atrioventrikular/ blokA V (AV block) : blok AV derajat satu,
blok AV derajat dua, blok AV total.
DIAGNOSIS
Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)
Keluhan :

Penurunan curah jantung yang bermanifestasi dalam bentuk letih, pening,


limbung, pingsan

kongesti pulmonal dalam bentuk sesak napas

Bila disertai takikardia disebut braditakiaritmia ; terdapat palpitasi, kadangkadang disertai angina pektoris atau sinkop (pingsan)

Dapat pula menyebabkan kelainan/perubahan kepribadian, lupa ingatan, dan


emboli sistemik
EKG

monitoring baik selama dirawat inap di RS maupun dalam perawatan jalan


(ambulatory / holter ECG monitoring), dapat menemukan kelainan EKG
berupa bradikardia sinus persisten.
Blok AV

Blok AV Derajat Satu


Irama teratur dengan perpanjangan interval PR melebihi 0,2 detik

Blok AV Derajat dua


- Mobitz tipe I (Wenckebach), Gelombang P bentuk normal dan irama
atrium yang teratur, pemanjangan PR secara progresif lalu terdapat
gelombang P yang tidak dihantarkan, sehingga terlihat interval RR
memendek dan kemudian siklus tersebut berulang kembali
-

35

Mobitz tipe II, Irama atrium teratur dengan gelombang P normal. Setiap
gelombang P diikuti gelombang QRS kecuali yang tidak dihantarkan dan
bisa lebih dan I gelombang P berturut-turut yang tidak dihantarkan. Irama
QRS bisa teratur atau tidak teratur tergantung pada denyut yang tidak
dihantarkan. Kompleks QRS bisa sempit bila hambatan terjadi pada
berkas his, namun bisa lebar seperti pada blok cabang berkas bila
hambatan ini pada cabang berkas

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Blok AV Total (Complete AV Block): terjadi hambatan total konduksi antara


atrium dan ventrikel. Atrium dan ventrikel masing-masing mempunyai
frekuensi sendiri (frekuensi ventrikel < frekuensi atrium) Keluhan : Sinkop,
vertigo, denyut jantung (<50 kali/menit) EKG : Disosisasi atrioventrikular
Denyut atrium biasanya lebih cepat

DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG 12 sadapan, Rekaman EKG 24 jam (Holter ECG Monitor), Ekokardiografi,
Angiografi koroner, Pemeriksaan elektrofisiologi (Electrophysiology Study)
TERAPI
Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)
Pada keadaan gawat darurat berikan sulfas atropin (SA) 0,5-1 mg IV (total (0,04 /
mgI kgBB) jika tidak ada respons berikan drip isoproterenol mulai dengan dosis 1
ug/menit sampai 10 ug/cg/menit secara bertahap. Kemudian lanjutkan dengan
pemasangan pacu jantung, sesuai dengan sarana yang tersedia (transcutaneus
temporary pace maker dan transvenous temporary pace maker). Pada penata
laksanaan selanjutnya dilakukan pemasangan pacu jantung permanen.
Blok AV
Pengobatan hanya diberikan pada penderita yang simtomatik. Walaupun demikian
etiologi penyakit dan riwayat alamiah penyakit ikut menentukan tindakan
selanjutnya. Bila penyebabnya obat-obatan maka harus dihentikan. Demikian pula
bila penyebabnya oleh karena faktor metabolik yang reversibel maka faktor-faktor
tersebut juga harus hilangkan (seperti hipotiroidisme, asidosis, gangguan elektrolit
dan sebagainya). Bila penyebab yang mendasarinya diketahui dan bila hal itu
bersifat sementara, maka mungkin hanya perlu diberikan pengobatan sementara
(pacu jantung sementara) seperti halnya pada infark miokard akut inferior. Pada
penderita yang simptomatik , perlu dipasang pacu jantung permanen.
Blok AV total
Pada keadaan gawat darurat (simptomatik/asimptomatik) berikan sulfas atropin
(SA) 0,5-I mg IV (total 0,04 mg/kgBB), atau isoproterenol. Bila obat tidak
menolong, pasang alat pacu jantung sementara, selanjutnya dilakukan
pemasangan pacu jantung permanen.
KOMPLIKASI
Sinkop, tromboemboli bila disertai takikardia, gagal jantung.
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, berat gejala dan respons terapi
WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam


dengan konsultasi pada konsulen Penyakit Dalam
36

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Departemen ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan : Bagian ilmu Penyakit Dalam


UNIT TERKAIT

RS pendidikan : Departemen Patologi Klinik, Medical High Care / ICCU

RS non pendidikan : Bagian Patologi Klinik, ICCU


REFERENSI
1. Panggabean MM Bradiaritmia. Dalam. In: Simadibrata M Setiati S. Alwi I,
Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A. editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di
Bidang ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian
ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1999. p. 161-5.
2. Karo KS. Disritmia. In : Rilantono LI, Baraas F Karo KS, Roebiono PS,
editors. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUl ; 1999. p. 275-88.
3. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesfik. In:
Sjafoellah N, Wspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et
al, editors. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Jilid, edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI ;1996. p. 1005-14

37

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

EDEMA PARU AKUT (KARDIAK)


PENGERTIAN
Edema paru akut (kardiak) adalah Akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tjba
akibat peninggian tekanan intravaskular
DIAGNOSIS
Riwayat sesak napas yang bertambah hebat dalam waktu singkat (jam atau hari)
disertai gelisah, batuk dengan sputum berbusa kemerahan
Pemeriksaan fisik :

Sianosis sentral

Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih

Ronki basah nyari di basal paru kemudian memenuhi hampir seluruh


lapangan paaru ; kadang-kadang disertai ronki kering dan ekspirasi yang
memanjang akibat bronkospasme sehingga disebut asma kardial

Takikardia dengan gallop S3

Murmur bila ada kelainan katup


Elektrokardiografi

Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibnilasi atrium,
tergantung penyebab gagal jantung

Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan


Laboratorium

Analisi gas darah p02 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnia

Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard


Foto toraks
Opasifikasi hilus dan bagian basal paru kemudian makin ke arah apeks paru
kadang-kadang timbul efusi pleura
Ekokardiografi
Gambaran penyebab gagal jantung : Kelainan katup, hipertrofi ventrikel
(hipertensi), segmental wall motion abnormality (jenyakit jantung koroner), dan
umumnya ditemukan dilatasi ventrikel kiri dan atrium kiri
DIAGNOSIS BANDING
Edema paru akut non kardiak, emboli paru, asma bronkial
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin, ureum, kreatinin, analisis gas darah, elektrolit, urinalisis, foto toraks,
EKG, Enzim jantung (CK-CKMB, Troponin T), ekokardiografi transtorakal,
angiografi koroner
38

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

TERAPI.
1. Posisi 1/2 duduk
2. Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika
memburuk : Pasien makin sesak, takipnu, ronki bertambah, Pa02 tidak bisa
dipertahankan > 60 mmHg dangan 02 konsentrasi dan aliran tinggi , retensi
C02, hipoventilasi,atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara
adekuat: dilakukan intubasi Endotrakeal, suction dan ventilator/bipep
3. Infus emergensi
4. Monitor tekanan darah, monitor EKG oksimetri bila ada
5. Nitroglisenin sublingual atau intravena. Nitrogliserin per oral 0,4-0,6mg tiap 510 menit. Jika tekanan darah sistolik>95 mmHg bisa diberikan nitroglisenin
intravena mulai dosis 3-5 ug/kgBB. Jika tidak memberi hasil memuaskan
maka dapat diberikan nitroprusid. Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1
ug/kgBB/menit bila tidak membebani respons dengan nitrat, dosis dinaikkan
sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik 85-90
mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan darah normal atau
selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital
6. Morfin sulfat: 3-5mg iv, dapat diulangi tiap 25 menit sampai total dosis 15mg
7. Diuretik : furosemid 40-80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis ditingkatkan
tiap 4 jam atau dilanjutkan drip kontinu sampai dicapai produksi urin 1
ml/kgBB/jam
8. Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hipoperfusi): Dopamin 2-5
ug/kgBB/menit atau dobutamin 2-10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan
hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respons klinis atau keduanya.
9. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard
10. Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis atau tidak
11. Berhasil dengan terapi oksigen Atasi anitmia atau gangguan konduksi
12. Operasi pada komplikasi akut infark jantung akut, seperti regurgitasi, VSD,
dan ruptur dinding ventrikel atau korda tendinae.
KOMPLIKASI
Gagal napas
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala, dan respons terapi
WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam


dengan konsultasi pada konsulen Penyakit Dalam

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Depantemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam


39

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

UNIT TERKAIT

RS pendidikan : ICCU, Departemen Anestesi, Bedah toraks

RS non pendidikan : Bagian Anestesi, ICCU/ICU, Bedah


REFERENSI
1.
Panggabean MM Suryadipraja RM Gagal Jantung Akut dan Gagal Jantung
Kronik. In: Simadjbrata M Setiati S. Alwi, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A,
eds. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1999.p.
140-54.

40

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

ENDOKARDITIS INFEKTIF
PENGERTIAN
Endokarditis infektif adalah Inflamasi pada endokard yang biasanya melibatkan
katup dan jaringan sekitarnya yang terkait dengan agen penyebab infeksi
DIAGNOSIS
Kriteria Klinis Duke untuk Endokarditis Infektif (EI) :
EI definite :

Kriteria Patologis
Mikroorganisme : ditemukan dengan kultur atau histologi dalam vegetasi yang
mengalami emboli atau dalam suatu abses intrakardiak
Lesi patologis : vegetasi atau terdapat abses intrakardiak yang dikonfirmasi
dengan histologis yang menunjukkan endokarditis aktif

Kriteria klinis
menggunakan definisi spesifik , yaitu : Dua kriteria mayor atau satu mayor
dan tiga kriteria minor atau lima kriteria minor

Kriteria Mayor:
1
Kultur darah positif untuk endokarditis Infektif (EI)
A. Mikroorganisme khas konsisten untuk El dan 2 kultur darah terpisah
seperti tertulis di bawah ini :
Streptococci viridans, streptococcus bovis atau grup HACEK atau
Community acquired Staphylococcus aureus atau enterococci tanpa
ada fokus primer atau
B. Mikroorganisme konsisten dengan El dan kultur darah positifpersisten
didefinisikan sebagai:

2 kultur dan sampel darah yang diambil terpisah > 12 jam atau

Semua dan 3 atau mayonitas dari 4 kultur darah terpisah (dengan


sample awal dan akhir diambil terpisah > 1 jam)
2
Bukti keterlibatan kardial
.A Ekokardiografi positifuntuk El didefinisikan sebagai:

Massa intrakardiak oscilating pada katup atau struktur yang


menyokong, di jalur aliran jet regurgitasi atau pada material yang
diimplantasikan tanpa ada altenatif anatomi yang dapat
menerangkan, atau

Abses, atau

Tonjolan baru pada katup prostetik atau


.B Regurgitasi valvular yang baru terjadi (memburuk atau berubah dan
murmur yang ada sebelumnya tidak cukup)
41

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Kriteria Minor :
1. Predisposisi : predisposisi kondisi jantung atau pengguna obat intravena
2. Demam: suhu > 38C
3.
4.
5.
6.

Fenomena vaskular: emboli arteri besar, infark pulmonal septik, aneurisma


mikotik, perdarahan intrakranial, perdarahan konjungtiva, dan lesi Janeway.
Fenomena imunologis : glomerulonefritis, Oslers nodes, Roth Spots, dan
faktor reumatoid.
Bukti mikrobiologi : kultur darah positif tetapi tidak memenuhi kriteria mayor
seperti tertulis diatas atau bukti serologis infektif aktif oleh mikroorganisme
konsisten dengan El
Temuan kardiografi : konsisten dengan El tetapi tidak memenuhi kriteria
Seperti tertulis di atas

El possible
Temuan konsisten dengan El turun dan kriteria definite tetapi tidak memenuhi
kriteria rejected
El Rejected
Diagnosis alternatif tidak memenuhi manifestasi endokarditis atau resolusi
manifestasi endokarditis dengan terapi antibiotik selama < 4 hari atau Tidak
ditemukan bukti patologis El pada saat operasi atau autopsi setelah terapi
antibiotik > 4 hari
DIAGNOSIS BANDING
Demam rematik akut dengan karditis, sepsis tuberkulosis milier, lupus
eritematosus, sistemik glomerulonefritis pasca streptokokus,poliarteritis nodosa,
reaksi obat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin, EKG foto toraks, ekokardiografi, transesofageae ekokardiografi, kultur
darah
TERAPI
Prinsip terapi adalah oksigenasi, cairan intravena yang cukup, antipiretik,
antibiotika Regimen yang dianjurkan (AHA)
1. Endokarditis katup ash karena Streptococcus viridans dan Sir Bovis:
Penisilin G kristal 1 2-28 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi
selama minggu atau seftriakson 2 g 1kali/hari iv atau im selama 4 minggu
Penisilin G kristal 12-28 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi
selama minggu dengan gentamicin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam
selama 2 minggu
Vankomisin hidrokiorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2 dosis terbagi,
tidak>2g/24 jam kecuali kadar serum dipantau selama 4 minggu
42

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

2.

Endokarditis katup asli karena Str. Viridans dan Str. Bovis relatif resisten
terhadap Penisilin G
Penisilin G kristal 18 juta unit/24 jam iv kontinu atau dalam 6 dos is terbagi
selama 4 minggu dengan gentamicin sulfat 1 mglkgBB im atau iv tiap 8
jam selama 2 minggu
Vankomisin hidrokiorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2 dosis terbagi,
tidak> 2g/24 jam kecuali kadar serum dipantau selama 4 minggu

3.

Endokarditis karena Enterococci


Penisilin G knistal 18-30juta unit/24 jam iv kontinu atau dalam 6 dosis
terbagi selama 4-6 minggu dengan gentamisin sulfat I mg/kgBB im atau iv
tiap 8 jam selama 4-6 minggu
Ampisilin 12 g/24 jam/24 jam iv kontinu atau dalam 6 dosis terbagi selama
4 6 minggu dengan gentamisin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam
selama 4-6 minggu
Vankomisin hidrokionida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2 dosis terbagi,
tidak > 2g/24 jam selama 4-6 minggu dengan gentamisin sulfat 1 mg/kgBB
im atau iv tiap 8 jam selama 4-6 minggu
Endokarditis karena Stafilokokus tanpa materi prostetik.
a. Regimen untuk Methicilin Succeptible Staphylococci
Nafsilin atau oksasilin 2 g 1V tiap 4 jam selama 4-6 minggu dengan
opsional ditambah gentamisin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam
selama 3-5 hari
b. Regimen untuk pasien alergi beta laktam
Cefazolin (atau sefalosporin generasi I laian dalam dosis setara) 2 g iv
tiap 8 jam selama 4-6 minggu dengan opsional ditambah gentamisin
sulfat 1mg/kgBB im atau ivt iap 8jam selama 35 hari
Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2 dosis terbagi,
tidak > 2g/24 jam kecuali kadar serum dipantau selama 4-6 minggu

4.

Operasi dilakukan bila


Bakteremia yang menetap setelah pemberian terapi medis yang adekuat, gagal
jantung kongestif yang tidak respontif terhadap terapi medis, vegetasi yang
menetap setelah emboli sistemik, dan ekstensi penivalvular
KOMPLIKASI
Gagal jantung, emboli, aneurisma nekrotik, gangguan neurologi, perikanditis
PROGNOSIS
Tergantung beratnya gejala dan komplikasi
WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam


dengan konsultasi pada konsulen Penyakit Dalam

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


UNIT YANG MENANGANI
43

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

RS pendidikan : Departemen Penyakit Dalam Divisi Kardiologi


RS non pendidikan : Bagian Penyakit Dalam

UNIT TERKAIT

RS pendidikan : Departemen Bedah

RS non pendidikan : Bagian Bedah


REFERENSI
Alwi I. Diagnosis dan Penatalaksanaan Endokarditid Infektif pada Penyalah guna
Obat Intravena. In : Setiati S, Sudoyo AW, Alwi I, Bawazier LA, soejono CH, Lydia
A, Etal, editors. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam
2000. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI ; p. 171 86

44

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

FIBRILASI ATRIAL
PENGERTIAN
FIBRILASI ATRIAL (FA) adalah Adanya irregulanitas kompleks QRS dan gambaran
gelombang P dengan frekuensi antara 3 50-650 per menit.
DIAGNOSIS
Gambaran EKG berupa adanya irregularitas kompleks QRS dan gambaran
gelombangP dengan frekuensi antara 3 50-650 per menit
Klasifikasi FA Berdasarkan ada tidaknya penyakit jantung yang mendasari:
1. Primer : bila tidak ditemukan kelainan struktur jantung dan kelainan sistemik
yang menimbulkan aritmia.
2. Sekunder : bila tidak ditemukan kelainan struktur jantung tetapi ada kelainan
yang dapat menimbulkan aritmia.
Klasifikasi FA berdasarkan waktu timbulnya Fibrilasi atrial (FA) serta kemungkinan
keberhasilan usaha konversi ke irama sinus :
1. Paroksismal, bila FA berlangsung kurang dari 7 hari, berhenti dengan
sendirinya intervensi pengobatan atau tindakan apapun
2. Persisten, bila FA menetap lebih dari 48 jam, hanya dapat berhenti dengan
intervensi pengobatan atau tindakan.
3. Permanen bila FA berlangsung lebih dan 7 hari, dengan intervensi
pengobatan AF tetap tidak berubah
PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG bila penlu gunakan loiter Monitoring pada pasien AF paroksismal.

Foto toraks, ekokardiografi untuk mengetahui adanya penyakit primer

Pemeriksaan elektrofisioiogi tidak diperlukan kecuali untuk kepentingan


akademik
TERAPI
Fibrilasi Atrial Paroksismal
1. Bila asimptomatik, tidak diberikan obat antiaritmia, hanya diberi penerangan
saja.
2. Bila menimbulkan keluhan yang memerlukan pengobatan dan tanpa kelainan
Jantung atau disertai kelainan jantung minimal dapat diberi obat penyekat
beta atau obat antiaritmia kelas IC seperti propafenon atau flekainid.
3. Bila obat tersebut tidak berhasil, dapat diberikan amiodaron.
4. Bila dengan obat-obat itu juga tidak berhasil, dipertimbangkan terapi ablasi
atau obat-obat antiaritmia lain.
5. Bila disertai kelainan jantung yang signifikan, amidaron merupakan obat
pilihan.
45

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Fibrilasi atrial persisten


1. Bila FA tidak kembali ke irama sinus secara spontan kurang dari 48 jam, perlu
dilakukan kardioversi ke irama sinus dengan obat-obatan (farmakologis) atau
elektrik tanpa pemberian antikoagulan sebelumnya. Setelah kardioversi
diberikan obat antikoagulan paling sedikit selama 4 minggu. Obat antiaritmia
yang dianjurkan kelas IC (propafenon dan flekainid)
2. Bila FA lebih dan 48 jam atau tidak diketahui lamanya maka pasien diberi
obat antikoagulan secara oral paling sedikit 3 minggu sebelum dilakukan
kardioversi farmakologis atau elektrik. Selama periode tersebut dapat
diberikan obat-obat seperti digoksin,.penyekat beta, atau antagonis kalsium
untuk mengontrol laju irama ventrikel. Alternatif lain path pasien tersebut
dapat diberikan heparin dan dilakukan pemeriksaan TEE untuk menyingkirkan
adanya trombus kardiak sebelum kardioversi.
3
Pada FA persisten episode pertama, setelah dilakukan kardioversi tidak
diberikan obat antiaritmia profilaksis. Bila terjadi relaps dan perlu kardioversi
pada pasien ini dapat diberikan antiaritmia profilaksis dengan penyekat beta,
golongan kelas IC (propafenon, flekainid), sotalol atau amiodaron.
Fibrilasi Anal Permanen
1. Kardioversi tidak efektif
2. Kontrol laju ventrikel dengan digoksin, penyekat beta, atau antagonis kalsium.
3. Bila tidak berhasil thpat dipertimbangkan ablasi nodus AV atau pemasangan
pacu jantung permanen.
4. FA resisten, perlu pemberian antitromboemboli
KOMPLIKASI
Emboli, strok, trombus intrakardiak
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi
WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam


dengan konsultasi pada konsulen Penyakit Dalam

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam


UNIT TERKAIT

RS pendidikan : Departemen Bedah toraks , ICCU, Anestesi

RS non pendidikan : ICCU, Departemen Anestesi, Bedah


46

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

REFERENSI
1. Ismail D. Fibrilasi Atrial : Aspek Pencegahan Terjadinya Strok. In:
Setiati S, Sudoyo AW Alwi I . Bawazier LA, Kasjmir Y Mansjoer A,
editors. Naskah Lengkap Pertemuan ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit
Dalam 2001. Jakarta; Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2000. p.97-114
2. Karo KS. Disritmia. Dalam : Rilantono LI, Baraas F Karo KS,
Roebiono PS, editors.Buku ardiologi. Jakarta, Balai Penerbit FKUI;
1999. p. 2 75-88.
3. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. In:
Sjaifoellah N,Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D,
Isbagio H, et al, editors. Buku Ajar penyakit Dalam Jilid edisi ketiga.
Jakarta; Balai Penerbit FKUI ;1996. p. 1005-14
4. Makmun LH. Gangguan Irama Jantung. In : Simadibrata M Setiati S,
Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman Diagnosis
dan Terapi di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Jakarta ; Pusat Informasi
dan Penerbitan Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI ;p. 155-60.

47

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

GAGAL JANTUNG KRONIK


PENGERTIAN
Gagal jantung kronik merupakan Sindrom klinis yang kompleks akibat kelainan
fungsi atau struktural jantung yang mengganggu kemampuan jantung untuk
berfungsi sebagai pompa
DIAGNOSIS
Anamnesis : Dispnea d effort; orthopnea; paroxysmal nocturnal dispnea; lemas
anokrecsia dan mual; gangguan mental pada usia tua
Pemeriksaan Fisik : Takikardia, gallop bunyi jantung ketiga, peningkatan /ekstensi
vena jugularis, refluks hepatojugular, pulsus alternans, kardiomegali, ronkhi basah
halus di basal paru dan bisa meluas di kedua lapang paru bila gagal jantung berat,
edema pretibial pada pasien yang rawatjalan, edema sakral pada pasien tirah
baring. Efusi pleura, lebih sering pada paru kanan dari pada paru kiri. Asites sering
terjadi pada pasien dengan penyakit katup mitral dan perikarditis konstriktif,
hepatomegali, nyeri tekan, dapat diraba pulsasi hati yang berhubungan dangan
hipertensi vena sistemik, ikterus, berhubungan dengan peningkatan kedua bentuk
bilirubin, ekstremitas dingin, pucat dan berkeringat
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria Framingham : Diagnosis ditegakkan bila terdapat paling sedikit satu kriteria
mayor dan dua kriteria minor
Kriteria Mayor

Paroxysmal nocturnal dispnea

Distensi vena-vena leher

Peningkatan vena jugularis

Ronki

Kardiomegali

Edema paru akut

Gallop bunyi jantung III

Refluks hepatojugular positif

Kriteria minor

Edema ekstremitas

Batuk malam

Sesak pada aktifitas

Hepatomegali

Efusi pleura

Kapasitas berkurang menjadi 1/3


dari normal

Takikardia ( > 120 denyut per menit )

Mayor arau minor


Penurunan berta badan > 4,5 kg dalam 5 hari terapi
DIAGNOSIS BANDING

Penyakit paru : pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi paru berat
misalnya ARDS, emboli paru

Penyakit ginjal : gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik

Penyakit hati : sirosis hepatis


48

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang

Foto rontgen dada : Pembesaran jantung, distensi vena pulmonaris dan


tribusinya ke apeks paru (opasifikasi hilus paru bisa sampai ke apeks),
peningkatan tekanan vaskular pulmonar, kadang-kadang ditemukan efusi
pleura.

Elektrokardiografi : Membantu menunjukkan etiologi gagal jantung (infark,


iskemia, hipertrofi, dan lain-lain) Dapat ditemukan low voltage, T inversi,
QS,Depresi ST, dan lain-lain
Laboratoratorium

Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit), hemoglobin, tes


fungsi tiroid, tes fungsi hati, dan lipid darah

Urinalisa untuk mendeteksi proteinunia atau glukosuria.


Ekokardiografi
Dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang fungsi dan
struktur , katup dan perikard. Dapat ditemukan fraksi ejeksi yang rendah < 35-40%
atau normal, kelainan katup (stenosis mitral , regurgitasi mitral, stenosis trikuspid
urgitasi tnikuspid ), hipertrofi ventnikel kin, dilatasi atrium kin, kadang-kadang
ditemukan dilatasi ventrikel kanan atau atrium kanan, efusi perikard, tamponade,
atau perikarditis
TERAPI
Non farmokologi

Anjuran umum :
a. Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
b. Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan seperti
biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang masih bisa
dilakukan
c. Gagal jantung berat harus menghindani penerbangan panjang
d. Vaksinasi terhadap infeksi influensa dan pneumokokus bila mampu
e. Kontrasepsi dengan IUD pada gagal jantung sedang dan berat,
penggunaan hormon dosis rendah masih dapat dianjurkan.

49

Tindakan umum:
a. Diet ( hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung ningan
dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung
berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
b. Hentikan rokok
c. Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-3 0 g/hari pada yang
lainnya

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

d. Aktivitas fisik ( latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-3 0 menit
atau seperti statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80%
denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang)
e. Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut

50

Farmakologi
a. Diuretik. Kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling
sedikit diuretik regular dosis rendah tujuan untuk mencapai tekanan vena
jugularis normal dan menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan
loop diuretik atau tiazid. Bila respons tidak cukup baik dosis diuretik dapat
dinaikkan, berikan diuretik intravena, atau kombinasi loop diuretik dan
tiazid Diuretik hemat kalium, spironolakton, dengan dosis 25-50 mg/hari
dapat mengurangi mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sedang
sampai berat (kelas fungsional IV) yang disebabkan gagal jantung sistolik.
b. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi neurohormonal dan
pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik Ventrikel kiri.
Pemberian dimulai dengan dosis rendah, dititrasi selama beberapa
minggu sampai dosis yang efektif.
c. Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE. Pemberian
mulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama beberapa minggu dengan
kontrol ketat sindrom gagal jantung. Biasanya diberikan bila keadaan
sudah stabil. Pada gagal jantung kelas fungsional II dan III. Penyekat Beta
yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau metoprolol. Biasa digunakan
bersama-sama dengan penghambat ACE dan diuretik.
d. Angiotensin II antagonis reseptor dapat digunakan bila ada kontraindikasi
penggunaan penghambat ACE
e. Kombinasi hidralazin dengan isosorbide dinitrat Memberi hasil yang baik
pada pasien yang intoleran dengan penghambat ACE dapat
dipertimbangkan
f. Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung
disfungsi sistolik ventrikel kiri dan terutama yang dengan fibnilasi atrial,
digunakan bersama-sama diuretik, penghambat ACE, penyekat beta.
g. Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan untuk pencegahan
emboli serebral pada penderita dengan fibnilasi atnial dengan fungsi
ventnikel yang buruk. Antikoagulan perlu diberikan path fibnilasi atnial
kronis maupun dengan riwayat emboli, trombosis dan transient ischemic
attacks, trombus intrakardiak dan aneurisma ventrilcel.
h. Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk pasien yang asimptomatik atau
aritmia ventrikel yang tidak menetap. Antiaritmia kelas I harus dihindari
kecuali pada aritmia yang mengancam nyawa. Antiaritmia kelas III
terutama amiodaron dapat digunakan untuk terapi aritmia atnial dan tidak
digunakan untuk mencegah kematian mendadak.
i. Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakan kalsium antagonis untuk
mengobati angina atau hipertensi pada gagal jantung.

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

KOMPLIKASI
Syok kardiogenik, infeksi paru, gangguan keseimbangan elektrolit
PROGNOSIS
Tergantung klas fungsionalnya
WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


UNIT YANG MENANGANI

RS pendidilkan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan: Bagian Ilmu Penyakit Dalam


UNIT TERKAIT

RS Pendidikan : ICCU / medical High Care

RS non pendidikan : ICCU / ICU


REFERENSI
1. Panggabean MM Suryadipraja RM Gagal Jantung Akut dan Gagal Jantung
Kronik. In:Simandibrata M Setiati S, Alwi I, Maryantoro , Gani RA, Mansjoer
A, eds. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;
I999.p. 140-54.
2. ACC/AHA. ACC/AHA Guidelines for the Evaluation and Management of
Chronic Heart in Adult : Executive Summary. A Report of The American
College of Cardiologyi American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines (Committee to Revise the 1995 Guidelines for the Evaluation and
Management of Heart Failure). Circulation 2001; 104:2996-3007.

51

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

TAKIKARDIA ATRIAL PAROKSISMAL


PENGERTIAN
Takikardia atrial paroksismal adalah takikardia yang terjadi karena perangsangan
yang berasal dan AV node di mana sebagian rangsangan antegrad ke ventrikel
sebagian ke atrium
DIAGNOSIS
Gelombang P dapat negatif di depan kompleks QRS, terletak di belakang
kompleks QRS atau sama sekali tidak ada karena berada dalam kompleks
QRS.Jarak R-R teratur Kompleks QRS langsing, kecuali pada rate ascendent
aberrant conduction
PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG 12 sandapan

Rekaman EKG24 jam

Pemeriksaan Elektrofisiologi

Ekokardiografi

Angiografi koroner

TEE (Transesofageal Echocardiografi)


TERAPI
1. Manipulasi saraf autonom dengan manuver valsava, eye ball pressure,
pemijitan sinus karotikus dan sebagainya
Pemberian obat yang menyekat node AV
a. Adenosin atau adenosin Tri Phosphate (ATP) IV. Obat mi hams diberikan
secara intrvena dan cepat (flush)
b. Verapamil intravena
c. Obat penyekat beta
d. Digitalisasi
2. Pilihan utama adalah ATP dan verapamil.
3. Bila sering berulang dapat dilakukan ablasi dengan terlebih dahulu EPS untuk
menentukan lokasi bypass tract atau lCD (Defibrillator Intra Cardial)
KOMPLIKASI
Emboli, kematian mendadak
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi
WEWENANG
52

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalani


dengan konsultasi kepada dokter konsulen Penyakit Dalam
RS non pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT YANG MENANGANI


RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT

RS pendidikan: ICCU / medical High Care, Departemen Anestesi

RS non pendidikan: ICCU / ICU, Bagian Anestesi


REFERENSI
1. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. In:
Sjafoellah N, Waspadji S. Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et
al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. edisi ketiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI ;1996. p. 1005-14.
2. Makmun LH. Gangguan Irama Jantung. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I,
Maryantoro, Gani RA, Mansjoe rA, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di
Bidang Ilmu Penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian
ilmu Penyakit Dalam FKUI;1999.p. 155-60.

53

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

PERIKARDITIS
PENGERTIAN
Perikarditis peradangan pada perikard parietalis, viseralis atau kedua-duanya,
yang dapat bermanifestasi sebagai : perikarditis akut, efusi perikard tanpa
tamponade efusi perikard dengan tamponade, perikarditis konstriktif
DIAGNOSIS
Tergantung manifestasi klinis perikarditis :
Perikarditis akut
Sakit dada tiba-tiba substemal atau prekordial, yang berkurang bila duduk dan
bertambah sakit bila menarik napas (sehingga perlu dibedakan dengan
pIeuritis).Pada pemeriksaan fisik ditemukan friction rub. EKG menunjukkan ST
elevasi cekung (bedakan dengan infark jantung akut dan repolarisasi dini). Foto
jantung normal atau membesar
Tamponade
Pada fase awal terjadi peninggian tekanan vena jugularis dengan cekungan x
prominen dan hilangnya cekungan y (juga terlihat pada kateter vena sentral). Pada
fase selanjutnya timbul tanda Kusmaull (peninggian tekanan vena jugularis pada
saat inspirasi), pulsus paradoksus (penurunan tekanan darah> 12-15 mmHg pada
inspirasi, terlihat pada arterial line atau tensimeter). Penurunan tekanan darah.
Umumnya tamponade disertai : pekak hati yang meluas, bunyi jantung melemah,
friction rub, takikardia.Foto toraks menunjukkan :

paru normal kecuali bila sebabnya kelainan paru seperti tumor

Jantung membesar membentuk kendi (bila cairan >250 ml)

EKG low voltage, elektrikal altemans (gelombang QRS saja, atau


P.QRS dan T )

Ekokardiografi : efusi perikard moderat sampai berat, swinging heart dengan


kompresi diastolilc vena kava inferior, atrium kanan dan veritrikel kanan

Kateterisasi : peninggian tekanan atrium kanan dengan gelombang x


prominen serta gelombang yang menurun atau menghilang. Pulsus
paradoksus dan ekualisasi tekanan diastolik di ke-4 ruang jantung (atrium
kanan, ventrikel kanan, ventrikel kiri dan PCW)
Perikarditis Konstriktif

Kelelahan, denyut jantung cepat, dan bengkak.

54

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda gagal jantung seperti peningkatan


tekanan vena jugularis dengan cekungan x dan y yang prominen,
hepatomegali, asites dan edema
Pulsus paradoksus (pada bentuk subakut)
End diastolic sound (knock) (lebih sering pada kronik)
Tanda Kusmaull (peninggian tekanan vena jugularis pada inspirasi) terutama
pada yang kronik.
Foto toraks: kalsifikasi perikard, jantung bisa membesar atau normal.
Echo CT Scan dan MRI bisa mengkonfirmasi foto toraks. Bila CT Scan/MRI
normal maka diagnosis perikarditis konstriktif hampir sudah disingkirkan
Kateterisasi menunjukkan perbedaan tekanan atrium kanan, diastolik
ventrikel kanan, ventrikel kiri, dan rata-rata PCW, < 5 mmHG dip dan plateu

DIAGNOSIS BANDING

Perikarditis akut : infark jantung akut, emboli paru, pleuropneumonia, diseksi


aorta, akut abdomen

Efusi perikard / tamponade : kardiomiopati dilatasi atau gagal jantung, emboli


paru,

Perikarditis konstriktiva : kardiomiopati restriktif


PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG, foto toraks, ekokardiografi, (terutama bila tersangka pericardial efusion ),
Kateteresasi, CT scan, MRI
TERAPI
Perikarditis Akut
Perikarditis Akut pasien harus dirawat inap dan istirahat baring untuk
memastikan diagnosis dan diagnosis banding serta melihat kemungkinan
terjadinya tamponade Simptomatik dengan aspirin 650 mg/4 jam atau OAINS
indometasin 25-50 mg/6 jam. Dapat ditambahkan morfin 2-5 mg/6 jam atau
petidin 2-50mg/4jam,hindarkan steroid karena sering menyebabkan
ketergantungan. Bila tidak membaik dalam 72 jam, maka prednison 60-80
mg/hari dapat dipertimbangkan selama 5-7 hari dan kemudian tapering off.
Cari etiologi/kausal
Efusi Perikard

Sama dengan perikarditis akut, disertai pungsi perikard untuk diagnostik


Tamponode Jantung

Perikardiosentesis perkutan

Bila belum bisa dilakukan penikardiosentesis perkutan, infus normal salin 500
ml dalam 30-60 menit disertai dobutamin 2-10 ug/kgBB/menit atau
isoproterenol 2-20 ug/menit

Kalau perlu membuat jendela penikardial dengan :


a. Dilatasi balon melalui perikardiostomi jarum perkutan
b. Pembedahan (dengan mortalitas sekitar 15%) untuk membuat jendela
perikardial dapat dilakukan bila : tidak ada cairan yang keluar saat
55

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

penikardiosentesis, tidak membaik dengan perikardiosefltesis, kasus


trauma
Pembedahan yang dapat dilakukan:
1. Bedah sub-xyphoid perikardiostomi
2. Reseksi perikard lokal dengan bantuan video
3. Reseksi perikard antero lateral jantung
Pengobatan kausal : bila sebabnya antikoagulan, harus dihentikan; antibiotik,
anti tuberkulosis, atau steroid tergantung etiologi, kemoterapi intraperikard
bila etiologinya tumor.

Perikarditis Konstrikitiva

Bila ringan diberikan diuretika atau dapat dicoba OAINS

Bila progresif, dapat dilakukan perikardiektomi


KOMPLIKASI

Perikarditis akut : chronic relapsing pericarditis, efusi perikard, tamponade,


perikarditis konstriktiva

Efusi perikard / tamponade : henti jantung, aritmia : fibrilasi atrial atau flutter,
perikarditis konstriktiva.
PROGNOSIS

Tergantung beratnya gejala dan komplikasi yang terjadi


WEWENANG

RS pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam


dengan konsultasi kepada dokter konsulen Penyakit Dalam

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam


UNIT TERKAIT

RS pendidikan : ICCU / medical High Care, Departemen Bedah

RS non pendidikan : ICCU / ICU, Bagian Bedah


REFERENSI
1. Ismail D, Panggabean MM Perikarditis. In: Sjafoe!lah N, Waspadji S.
Rachman AL Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, eta!, editors. Buku Ajar ilmu
Penyakit Dalam Jilid I, edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;1996.p.
1077-81.
2.

56

Panggabean MM Mansjoer H. Perikarditis. Dalam . Simadibrata AL Setiati S.


Alwi L Maryantom, Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan
Terapi di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1999. p. 173-77

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

SINDROM KORONER AKUT


PENGERTIAN
Sindrom koroner akut suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi
berupa perasaan tidak enak didada atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskimia
miokard.Sindrom koroner akut mencakup :
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST
Infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST
Angina pektoris tak stabil (unstable angina pectoris)
DIAGNOSIS
Anamnesis
Nyeri pada dada tipikal (angina) berupa nyeri dada substemal, retrosternal, dan
prekordial.seperti ditekan, ditindih benda berat, rasa terbakar, seperti ditusuk, rasa
diperas dipelintir. Nyeri menjalar ke leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/
interkskapula, dan dapat juga ke lengan kanan. Nyeri membaik atau hilang dengan
istirahat atau obat nitrat, atau tidak. Nyeri dicetuskan oleh latihan fisik, stres emosi,
dingin, dan sesudah makan. Dapat disertai gejala mual, muntah, sulit bernapas,
atau dingin, dan lemas
Elektrokardiogram

Angina pektoris tidak stabil : depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi
gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu ada nyeri, tidak
,dijumpai gelombang Q

Infark miokard ST elevasi : hiperakut T, elevasi segmen ST, gelombang Q


inversi gelombang T

Infiuk miokard non ST elevasi : depresi segmen ST, inversi gelombang T


dalam.
Pertanda Biokimia

CK, CKMB, Troponin-T, dil

Enzim meningkat minimal 2 kali nilai batas atas normal


DIAGNOSIS BANDING
57

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Angina pektoris tak stabil : infark miokard akut


Infark miokard akut: diseksi aorta, perikarditis akut, emboli paru akut, penyakit
dinding dada, Sindrom Tietze, gangguan gastrointestinal seperti : hiatus
hernia dan refluks esofagitis, spasme atau ruptur esofagus, kolesistitis akut,
tukak lambung, dan pankreatitis akut.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG

Foto rontgen dada

Petanda biokimia: darah rutin, CK, CKMB, Troponin T, dll

Profil lipid, gula darah, ureum kreatinin

Ekokardiografi

Tes Treadmill (untuk stratifikasi setelah infark miolcard)


Angiografi koroner

TERAPI

Tirah baring di ruang rawat intensif jantung (ICCU)

Pasang infus intravena dengan NacI 0,9% atau dekstrosa 5%

Oksigenisasi dimulai dengan 2 liter/menit 2-3 jam, dilanjutkan bila sarurasi


oksigen arteri rendah (<90%)

Diet: puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair. Selanjutnya diet jantung

Pasang monitor EKG secara kontinu


Atasi nyeri dengan

Nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena titrasi (kontraindikasi bila


TD sistolik <90 mmHg), bradikardia (<50 kali/menit), takikardia. atau

Morfln 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5 menit sampai dosis
total 20 mg atau petidin 25-50mg intravena atau tramadol 25-50mg intravena.

Antitrombotik

Aspirin (160-345mg), bila alergi atau intoleransi/ tidak responsif diganti


dengan tiklopidin atau klopidogrel.
Trombolitik dengan streptokinase 1,5 juta u dalam 1 jam atau aktivator
plasminogen jaringan (t-PA) bolus 15mg, dilanjutkan dengan 0,75 mg/kgBB
(maksimal 50mg) dalam jam pertama dan 0,5 mgfkgBB (maksimal 35mg) dalam 60
menit jika elevasi segmen ST> 0,1 mv pada dua atau lebih sadapan ekstremitas
berdampingan atau> 0,2 mv pada dua atau lebih sadapan prekordial
berdampingan, waktu mulai nyeri dada sampai terapi < 12 jam, usia <75 tahun.
Blok cabang (BBB) dan anamnesis dicurigai infark miokard akut.
Antikoagulan Heparin direkomendasikan untuk pasien yang menjalani
revaskularisasi perkutan atau bedah, pasien dengan risiko tiaggi terjadi emboli
sistemik seperti infark miokard anterior atau luas, fibrilasi atrial, riwayat emboli,
atau diketahui ada trombus ventrikel kiri yang tidak ada kontraindikasi heparin.

58

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Heparin diberikan dengan target aPTT 1,52 kali kontrol. Pada angina pektoris
tak stabil heparin 5000 unit bolus intravena, dilanjutkan dengan drip 1000 unit / jam
sampai angina terkontrol dengan menyesuaikan aPTT 1,5-2 kali nilai kontrol.
Pada infark miokard akut yang ST elevasi> 12 jam diberikan heparin bolus
intravena 5000 unit dilanjutkan dengan irifus selama rata-rata 5 hari dengan
menyesuaikan aPU 1,5-2 kali nilai kontrol.
Pada infark miokard anterior transmural luas antikoagulan diberikan sampai saat
pulang rawat. Pada penderita dengan trombus ventrikular atau dengan diskinesi
yang luas di daerah apeks ventrikel kiri antikoagulan oral diberikan secara
tumpang tindh dengan heparin sejak beberapa hari sebelum heparin dihentikan.
Antikoagulan oral diberikan sekurang-kurangnya 3 bulan dengan menyesuaikan
nilai INR (2-3)

Atasi rasa takut dan cemas


Diazepan 3 x 2-6 mg oral IV
Pelunak tinja
Laktulosa (laksadin) 2 x 15 ml

Penyekat beta diberikan bila tidak ada kontraindikasi


Penghambat ACE diberikan bila keadaan mengizinkan terutama pada infark
miokard akut yang luas, atau interior, gagl jantung tanpa hipotensi, riwayat
infarh miokard,
Antagonis kalsium : verapamil untuk infark miokard non st elevasi atau angina
pektoris tak stabil bila nyeri tidak teratasi

Atasi komplikasi :
1. Fibrilasi atrium
Kardioversi elektrik untuk pasien dengan gangguan hemodinamik berat
atau iskemia intraktabel
Digitalisasi cepat
Penyekat Beta
Diltiazem atau verapamil bila penyekat beta dikontraindikasikan
Heparinisasi
2. Fibrilasi ventrikel
DC Shock unsynchronized dengan energi awal 200 J, jika tak berhasil
harus diberikan shock kedua 200-300 J dan jika perlu shock ketiga 360 J.
3. Takikardia ventrikel
VT polimorfik menetap (>30detik) atau menyebabkan gangguan
hemodinamik DC Shock unsynchronized dengan energi awal 200 J, jika
gagal harus diberikan shock kedua 200-300 J dan jika perlu shock ketiga
360 J

59

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

4.

5.
6.

7.

VT monomorfik yang menetap diikuti anina, edema paru atau hiptensi


harus diterapi dengan DC shock synchronized energi awal 100 J. Energi
dapat ditingkatkan jika dosis awal gagal.
VT monomorfik yang tidak disertai angina, edema paru atau hipotensi
dapat diberikan : Lidokain bolus 1-15 mg/kg BB. Bolus tambahan 0,5- 0,75
mg/kg BB tiap 5-10 menit sampai dosis loading total maksimal 3 mg/kgBB.
Kemudian loading dilanjutkan dengan infus 2-4 mg/menit (30-50
ug/kgBB/menit), atau Disopiramid: bolus 1-2 mg.kgBB dalam 5-10 menit
dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 mg/kg BB/jam ; atau Amiodaron 150mg
infus selama 10-20 menit atau 5 ml/kgBB 20-60 menit dilanjutkan infus
tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan kemudian infus pemeliharaan 0,5
mg/menit; atau Kardioversi elektrik synchronized dimulai dosis 50 J
(anestesi sebelumnya)
Bradia ritmia dan blok
Bradikardia sinus simtomatik (frekuensi jantung < 50 kali menit disertai
hipotensi, iskemia aritmia ventrikel escape)
Asistol ventrikel
Blok AV siratomatik terjadi pada tingkat nodus AV (derajat dua tipe 1 atau
derajat tiga dengan ritme escape kompleks sempit)
Terapi dengan sulfas atropin 0,5-2 mg. Isoproterenol 0,5-4 ug/menit bila
atropin gagal, sementara menunggu pacu jantung sementara
Gagal jantung akut, edema paru, syok kardiogenik diterapi sesuai standar
pelayanan medis mengenai kasus ini
Perikarditis
Aspirin (160-325 mg/hari)
Indometasin,
Ibuprofen
Kortikosteroid
Komplikasi mekanik
Ruptur muskulus papilaris, ruptur septum ventnikel, ruptur dinding
ventrikel ditatalaksana operasi.

KOMPLIKASI
1. Angina pektoris tak stabil : payah jantung, syok kardiogenik, aritmia, infark
miokard akut
2. Infark miokard akut (dengan atau tanpa ST elevasi) : gagal jantung, syok
kardiogenik, ruptur korda, ruptur septum, ruptur dinding bebas, aritmia
gangguan hantaran, aritmia gangguan pembentukan rangsang, perikarditis,
sindrom dresler, emboli paru.
PROGNOSIS
Tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada tidaknya komplikasi
WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


60

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam


UNIT TERKAIT

RS pendidikan : ICCU / medical High Care

RS non pendidikan : ICCU / ICU

REFERENSI
1. Harun S. Mansjoer H. Diagnosis dan Penata laksanaan Sindrom Koroner
Akut. In:Bawazie rLA, Alwi I Syam AF Gustaviani R, Mansjoer A, editors.
Prosiding Simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular
Jakarta:Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian iImu Penyakit Dalam FKUI
2001. p. 32-42.
2.

Harun S, Alwi I, Rasyidi K Infark Miokard Akut. In: Simadibrata M Setiati S,


Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan
Terapi di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1999.p. 165-72

3.

Santoso T. Tatalaksana Infark Miokard Akut. In: Subekti I, Lydia A, Rumende


CM Syan AF Mansjoer A, Suprohaita, editors. Prosiding Simpsosium
Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan iImu Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2000.p.110.

61

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

RENJATAN KARDIOGENIK
PENGERTIAN
Renjatan kardiogenik adalah kegagalan sirkulasi akut karena ketidakmampuan
daya jantung.
DIAGNOSIS
Trias renjatan : tekanan darah <90 mn/Hg, takikardia, dan oligunia
Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda gagal jantung
2. Kemungkinan komplikasi : infarkmiokard akut seperti ruptur septum
interventrikel atau muskulus papilartas. Infark ventrikel kanan pada infark
inferior dimana denyut jantung rendah karena blok AV, tanda gagal jantung
kanan Dengan paru yang tidak kongestif.Murmur : regurgitasi akut aorta,
mitral, stenosis aorta berat, atau trombosis katup prostetik
Elektrokardiografi
1. Tanda iskemia, infark, hipertrofi, low voltage
2. Aritmia : AV blok, bradiaritmia, takiaritmia
Foto toraks
Opsifikasi hilus dan bagian basal paru, kemudian makin ke arah apeks parukadang-Kadang efusi pleura
Ekokardiografi
Kontraktilitas ventrikel kiri atau ventrikel kanan yang buruk, dilatasi ventrikel kiri
atau atrium kiri atau arteri pulmonalis, Regurgitasi katup, Miksoma atrium, Efusi
Perikard dengan tamponade, Kardiomiopati hipertrofik, Perikarditis konstriktiva
62

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

DAIGNOSIS BANDING

Syok hipovolemik

Syok obstruktif (emboli paru, tension pneumotoraks)

Syok distributif (syok anafilaksis, sepsis, toksik, overdosis obat )

Infrak jantung kanan


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin, ureum, kreatinin, AGD, elektrolit, foto toraks, EKG Enzim jantung (CKCKMB, Troponin T), Angiografi koroner

TERAPI
1. Posisi 1/2 duduk bila ada edema paru kecuali hipotensi berat
2. Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika
memburuk pasien makin sesak, takipnu, ronki bertambah, Pa02 tidak bisa
dipertahankan > 60 mmHg dangan 02 konsentrasi dan aliran tinggi , retensi
C02, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara
adekuat : dilakukan intubasi endotrakeal, suction dan ventilator
3. Infus emergensi
4. Bila ada tension pneumotoraks segera diidentifikasi dan ditatalaksana untuk
dekompresi dengan chest tube torakotomi
5. Atasi segera aritmia dengan obat atau DC
6. Jika ada defisit volume yang ikut berperan berikan normal salin 250-500 ml
kecuali ada edema paru akut. Jika terapi cairan gagal pasang kateter Swan
Ganz.
7. EKG prekordial kanan untuk deteksi gagal jantung kanan bila ada infark akut
inferior
8. Penilaian cukup tidaknya volume paling baik dengan kateter Swan Ganz
untuk mendapatkan PAWP. Jika pemberian cairan kontraindikasi atau tidak
efektjf berikan vasopressor untuk mempertahankan tekanan darah sistolik
100 mmgHg. Dopamin dimulai dengan 5 ug/kgBB/menit dititrasi sampai
tercapai target mempertahankan tekanan darah atau sampai 15
ug/kgBB/menit. Tambahkan norepinefrmn bila tekanan darah < 80 mmgHg
dengan dosis 0,1 30 ug/kgBB/ menit. Jika tidak respons dengan dopamm
dapat juga ditambahkan dobutamin dengan dosis titrasi 2,5 20
ug/kgBB/menit. Atau milrininon/amrinon
9. IABP (Intra Aortic Ballon Pump) bila tidak responsif dengan terapi adekuat
sambil menunggu tindakan intervensi bedah.
10. Jika tekanan darah sudah stabil dapat diberikan vasodilator untuk
mengurangi afterload dan memperbaiki fungsi pompa terutama berguna pada
63

Kardiologi

11.

12.
13.
14.
15.
16.

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

: hipertensi berat, edema paru dekompensasi katup. Nitrolgliserin sublingual


atau intravena.
Nitrogliserin peroral 0,4-0,6mg tiap 5-10 menit. Jika tekanan darah sistolik>95
mmHg bisa diberikan nitrogliserin intravena mulai dosis 3-5 uglkgBB. Jika
tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan nitroprusid. Nitroprusid
IV dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/ menit bila tidak memberi respons dengan nitrat,
dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan
darah sistolik 8 5-90 mrnHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan
darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke
organ-organ vital.
Bila perlu : Diberikan Dopamin 2-5 ug/kgBB/menit atau dobutamin 2-10
ug/kgBB/ menit untuk menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan
sesuai respons klinis
Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard
Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis atau tidak
berhasil dengan terapi oksigen
Atasi aritmia atau gangguan konduksi
Operasi pada komplikasi akut infark jantung akut seperti regurgitasi, VSD dan
ruptur dinding ventrikel atau korda tendinae

KOMPLIKASI
Gagal napas
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi
WEWENANG

pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam non
pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Departemen Penyakit Dalam


UNIT TERKAIT

RS pendidikan : ICCU / medical High Care, Departemen Bedah toraks


/Jantung. RS non pendidikan : ICCU / ICU, Bagian Bedah, Anestesi
REFERENSI
1. Panggabean MM, Suryadipraja RM Gagal Jantung Akut dan Gagal Jantung
Kronik. In:,Simadibrata M Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A,
editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;
1999. p. 140-54.
2.

64

Trisnohadi HB. Syok kardiogenik. In: Prosiding Simpsosium Penatalaksanaan


kedarurataan di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat informasi dan
Penerbitan Ilmu Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2000.p. 11-16.

Kardiologi
3.

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Harun S. Mansjoer H. Diagnosis dan Penatalaksanaan Sindrom Koroner


Akut. In,Bawazier LA, Alwi I, Syam AF Gustaviani R, Mansjoer A. editors.
Prosiding Simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular
.Jakarta:Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2001. p. 32-42.

FIBRILASI VENTRIKULAR
PENGERTIAN
Fibrilasi ventrikular adalah kelainan irama jantung dengan tidak di temukan
depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu
berkontraksi sebagai suatu kesatuan dengan irama yang sangat kacau serta tidak
terlihat gelombang P, QRS maupun T
DIAGNOSIS
EKG: kompleks QRS sudah berubah sama sekali, amplitudo R sudah mengecil
sekali.
PEMERIKSAAN PENUNJANQ
EKG 12 sandapan, rekaman EKG 24 jam, ekardiografi, angiografi koroner
TERAPI
1. DC shock dengan evaluasi dan shock sampai 3 kali jika perlu dimulai dengan
200 Joule, kemudian 200-300 Joule dan 360 Joule.
2. Resusitasi jantung paru selama tidak ada irama jantung yang efektif (pulsasi
di pembuluh nadi besar tidak teraba).
3. Bila teratasi penatalaksanaan seperti takikardia ventrikular
KOMPLIKASI
Emboli paru emboli otak, henti jantung
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan repons terapi
65

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam


UNIT TERKAIT

RS pendidikan : ICCU / medical High Care

RS non pendidikan ICCU / ICU

REFERENSI
1. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesfik. In:
Sjafoellah N,Waspadji S. Rachman AL Lesmana LA, dodo D, Isbagio H, et al,
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta: Balal
Penerbit FKUI ;1996. p. 1005-14.
2.

66

Makmun LH. Gangguan irama Jantung. In: Simadibrata M Setiati S, Alwi l,


Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; ,.9. p 155-60.

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

TAKIKARDIA VENTRIKULAR
PENGERTIAN
Takikardia ventrikular adalah kelainan irama jantung berupa tiga atau lebih
kompleks yang berasal dan ventrikel secara berurutan dengan laju lebih dan 100
per menit.
DIAGNOSIS
EKG frekuensi kompleks QRS meningkat 150-200 kali/menit, kompleks QRS
melebar hubungan gelombang P dan kompleks QRS tidak tetap
DIAGNOSIS BANDING
Supraventrikular takikardia dengan konduksi aberans
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG 12 sandapan, Rekaman EKG 24 jam, Ekokardiografi, Angiografi koroner,
Pemeriksaan elektrofisiologi
TERAPI

Atasi penyakit dasar : bila iskemia maka dilakukan revaskularisasi koroner,


bila payah jantung maka diatasi payah jantungnya

Pada keadaan akut:


Bila mengganggu hemodinamik : dilakukan DC shock
Bila tidak mengganggu hemodinamik: dapat diberikan antiaritmia dan bila
tidak berhasil dilakukan DC shock

67

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

DC Shock diberikan dan dievaluasi sampai 3 kali (200 Joule, 200-300 Joule, 360
Joule atau bifasik ekuivalen) jika perlu. Antiaritmia yang diberikan : lidokain atau
amiodaron. Lidokain diberikan mulai dengan bolus dosis 1 mg/kgBB (50-75 mg
dilanjutkan dengan rumatan 2-4 mg/kgBB). Bila masih timbul bisa diulangi bolus 50
mg/kgBB. Untuk amiodaron dapat diberikan 15 mg/kg BB bolus 1 jam dilanjutkan 5
mg/kg BB bolus/drip dalam 24 jam sampai dengan 1000 mg/24 jam.
Untuk jangka panjang.
Bila selama takikardia tidak terjadi gangguan hemodinamik maka dapat dilakukan
tindakan ablasi kateter dan ventrikel kiri maupun ventrikel kanan. Hal ini terutama
untuk ventrikular takikardia reentran cabang berkas. Bila selama takikardia terjadi
gangguan hemodinamik perlu dilakukan tindakan konversi dengan defibrilator,
kalau perlu pemasangan defibrilator jantung otomatik.
KOMPLIKASI
Emboli paru, emboli otak, kematian
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi

WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam

RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam


UNIT TERKAIT

RS pendidikan : ICCU / medical High Care

RS non pendidikan ICCU / ICU


REFERENSI
1. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. In:
Sjafoellah N, Waspadji S. Rachman M Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et
al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUl; 1996. p. 1005-I.
2.

68

Makmun LH. Gangguan Irama jantung. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi l,


Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di
Bidang ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam UI;1999. p 155-60.

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

EKSTRASISTOL VENTRIKULAR
PENGERTIAN
Ekstrasistol ventrikular adalah suatu kompleks ventrikel prematur timbul secara
dini disalah satu ventrikel akibat cetusan dini dan suatu fokus yang otomatis atau
melalui mekanisme reentri.
DIAGNOSIS

P sinus biasanya terbenam dalam kompleks QRS, segmen ST atau


gelombang T, kompleks QRS muncul lebih awal dan seharusnya, QRS
melebar (>0,12 detik), gambaran QRS wide and bizzare, segmen ST dan
gelombang T berlawanan arah dengan kompleks QRS, bila karena
mekanisme reentri maka interval antara kompleks QRS normal yang
mendahuluinya dengan kompleks ekstrasistol ventrikel akan selalu sama. Bila
berbeda maka asalnya dan fokus ventrikel yang berbeda

Pemeriksaan Penunjang

EKG 12 sandapan, rekaman EKG 24 jam, ekokardiografi, angiografi koroner


TERAPI

Tidak perlu diobati jika jarang, timbul pada pasien tanpa/tidak dicurigai
kelainan jantung organik

Perlu pengobatan bila terjadi pada keadaan iskemia miokard akut, bigemini,
trigemini, atau multifokal, alvo ventrikel.

69

Kardiologi

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Koreksi gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan


hipoksia
Obat : xilokain intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB dilanjutkan infus 2-4 mg/
menit. Obat alternatif: prokainamid, disopiramid, amiodaron, meksiletin. Bila
pengobatan tidak perlu segera, obat-obat tersebut dapat diberikan secara
oral.

KOMPLIKASI
VT/VF, kematian mendadak
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, bratnya gejala dan respons terap
WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam

RS noN pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan : Departemen ilmu Penyakit Dalam Divisi Kardiologi

RS non pendidikan : Bagian ilmu Penyakit Dalam

UNIT TERKAIT

RS pendidikan: ICCU / medical High Care

RS non pendidikan ICCU / ICU


REFERENSI
Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama jantung Yang Spesifik. In: Sjaifoellah N,
Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et al, editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;1996. p.
1005-14.

70

Kardiologi

71

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Anda mungkin juga menyukai