2.2
KARDIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
34
Kardiologi
BRADIARITMIA
Bradiaritmia adalah perlambatan denyut jantung di bawah 50 kali menit yang dapat
disebabkan oleh disfungsi sinus node, hipersensitivitas/ kelainan sistem persarafan
dengan dan atau adanya gangguan konduksi atrioventrikular. Dua keadaan yang
sering ditemukan :
1.
Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)
2.
Gangguan konduksi atrioventrikular/ blokA V (AV block) : blok AV derajat satu,
blok AV derajat dua, blok AV total.
DIAGNOSIS
Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)
Keluhan :
Bila disertai takikardia disebut braditakiaritmia ; terdapat palpitasi, kadangkadang disertai angina pektoris atau sinkop (pingsan)
35
Mobitz tipe II, Irama atrium teratur dengan gelombang P normal. Setiap
gelombang P diikuti gelombang QRS kecuali yang tidak dihantarkan dan
bisa lebih dan I gelombang P berturut-turut yang tidak dihantarkan. Irama
QRS bisa teratur atau tidak teratur tergantung pada denyut yang tidak
dihantarkan. Kompleks QRS bisa sempit bila hambatan terjadi pada
berkas his, namun bisa lebar seperti pada blok cabang berkas bila
hambatan ini pada cabang berkas
Kardiologi
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG 12 sadapan, Rekaman EKG 24 jam (Holter ECG Monitor), Ekokardiografi,
Angiografi koroner, Pemeriksaan elektrofisiologi (Electrophysiology Study)
TERAPI
Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)
Pada keadaan gawat darurat berikan sulfas atropin (SA) 0,5-1 mg IV (total (0,04 /
mgI kgBB) jika tidak ada respons berikan drip isoproterenol mulai dengan dosis 1
ug/menit sampai 10 ug/cg/menit secara bertahap. Kemudian lanjutkan dengan
pemasangan pacu jantung, sesuai dengan sarana yang tersedia (transcutaneus
temporary pace maker dan transvenous temporary pace maker). Pada penata
laksanaan selanjutnya dilakukan pemasangan pacu jantung permanen.
Blok AV
Pengobatan hanya diberikan pada penderita yang simtomatik. Walaupun demikian
etiologi penyakit dan riwayat alamiah penyakit ikut menentukan tindakan
selanjutnya. Bila penyebabnya obat-obatan maka harus dihentikan. Demikian pula
bila penyebabnya oleh karena faktor metabolik yang reversibel maka faktor-faktor
tersebut juga harus hilangkan (seperti hipotiroidisme, asidosis, gangguan elektrolit
dan sebagainya). Bila penyebab yang mendasarinya diketahui dan bila hal itu
bersifat sementara, maka mungkin hanya perlu diberikan pengobatan sementara
(pacu jantung sementara) seperti halnya pada infark miokard akut inferior. Pada
penderita yang simptomatik , perlu dipasang pacu jantung permanen.
Blok AV total
Pada keadaan gawat darurat (simptomatik/asimptomatik) berikan sulfas atropin
(SA) 0,5-I mg IV (total 0,04 mg/kgBB), atau isoproterenol. Bila obat tidak
menolong, pasang alat pacu jantung sementara, selanjutnya dilakukan
pemasangan pacu jantung permanen.
KOMPLIKASI
Sinkop, tromboemboli bila disertai takikardia, gagal jantung.
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, berat gejala dan respons terapi
WEWENANG
Kardiologi
37
Kardiologi
Sianosis sentral
Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibnilasi atrium,
tergantung penyebab gagal jantung
Analisi gas darah p02 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnia
Kardiologi
TERAPI.
1. Posisi 1/2 duduk
2. Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika
memburuk : Pasien makin sesak, takipnu, ronki bertambah, Pa02 tidak bisa
dipertahankan > 60 mmHg dangan 02 konsentrasi dan aliran tinggi , retensi
C02, hipoventilasi,atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara
adekuat: dilakukan intubasi Endotrakeal, suction dan ventilator/bipep
3. Infus emergensi
4. Monitor tekanan darah, monitor EKG oksimetri bila ada
5. Nitroglisenin sublingual atau intravena. Nitrogliserin per oral 0,4-0,6mg tiap 510 menit. Jika tekanan darah sistolik>95 mmHg bisa diberikan nitroglisenin
intravena mulai dosis 3-5 ug/kgBB. Jika tidak memberi hasil memuaskan
maka dapat diberikan nitroprusid. Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1
ug/kgBB/menit bila tidak membebani respons dengan nitrat, dosis dinaikkan
sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik 85-90
mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan darah normal atau
selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital
6. Morfin sulfat: 3-5mg iv, dapat diulangi tiap 25 menit sampai total dosis 15mg
7. Diuretik : furosemid 40-80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis ditingkatkan
tiap 4 jam atau dilanjutkan drip kontinu sampai dicapai produksi urin 1
ml/kgBB/jam
8. Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hipoperfusi): Dopamin 2-5
ug/kgBB/menit atau dobutamin 2-10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan
hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respons klinis atau keduanya.
9. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard
10. Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis atau tidak
11. Berhasil dengan terapi oksigen Atasi anitmia atau gangguan konduksi
12. Operasi pada komplikasi akut infark jantung akut, seperti regurgitasi, VSD,
dan ruptur dinding ventrikel atau korda tendinae.
KOMPLIKASI
Gagal napas
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala, dan respons terapi
WEWENANG
Kardiologi
UNIT TERKAIT
40
Kardiologi
ENDOKARDITIS INFEKTIF
PENGERTIAN
Endokarditis infektif adalah Inflamasi pada endokard yang biasanya melibatkan
katup dan jaringan sekitarnya yang terkait dengan agen penyebab infeksi
DIAGNOSIS
Kriteria Klinis Duke untuk Endokarditis Infektif (EI) :
EI definite :
Kriteria Patologis
Mikroorganisme : ditemukan dengan kultur atau histologi dalam vegetasi yang
mengalami emboli atau dalam suatu abses intrakardiak
Lesi patologis : vegetasi atau terdapat abses intrakardiak yang dikonfirmasi
dengan histologis yang menunjukkan endokarditis aktif
Kriteria klinis
menggunakan definisi spesifik , yaitu : Dua kriteria mayor atau satu mayor
dan tiga kriteria minor atau lima kriteria minor
Kriteria Mayor:
1
Kultur darah positif untuk endokarditis Infektif (EI)
A. Mikroorganisme khas konsisten untuk El dan 2 kultur darah terpisah
seperti tertulis di bawah ini :
Streptococci viridans, streptococcus bovis atau grup HACEK atau
Community acquired Staphylococcus aureus atau enterococci tanpa
ada fokus primer atau
B. Mikroorganisme konsisten dengan El dan kultur darah positifpersisten
didefinisikan sebagai:
2 kultur dan sampel darah yang diambil terpisah > 12 jam atau
Abses, atau
Kardiologi
Kriteria Minor :
1. Predisposisi : predisposisi kondisi jantung atau pengguna obat intravena
2. Demam: suhu > 38C
3.
4.
5.
6.
El possible
Temuan konsisten dengan El turun dan kriteria definite tetapi tidak memenuhi
kriteria rejected
El Rejected
Diagnosis alternatif tidak memenuhi manifestasi endokarditis atau resolusi
manifestasi endokarditis dengan terapi antibiotik selama < 4 hari atau Tidak
ditemukan bukti patologis El pada saat operasi atau autopsi setelah terapi
antibiotik > 4 hari
DIAGNOSIS BANDING
Demam rematik akut dengan karditis, sepsis tuberkulosis milier, lupus
eritematosus, sistemik glomerulonefritis pasca streptokokus,poliarteritis nodosa,
reaksi obat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin, EKG foto toraks, ekokardiografi, transesofageae ekokardiografi, kultur
darah
TERAPI
Prinsip terapi adalah oksigenasi, cairan intravena yang cukup, antipiretik,
antibiotika Regimen yang dianjurkan (AHA)
1. Endokarditis katup ash karena Streptococcus viridans dan Sir Bovis:
Penisilin G kristal 1 2-28 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi
selama minggu atau seftriakson 2 g 1kali/hari iv atau im selama 4 minggu
Penisilin G kristal 12-28 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi
selama minggu dengan gentamicin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam
selama 2 minggu
Vankomisin hidrokiorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2 dosis terbagi,
tidak>2g/24 jam kecuali kadar serum dipantau selama 4 minggu
42
Kardiologi
2.
Endokarditis katup asli karena Str. Viridans dan Str. Bovis relatif resisten
terhadap Penisilin G
Penisilin G kristal 18 juta unit/24 jam iv kontinu atau dalam 6 dos is terbagi
selama 4 minggu dengan gentamicin sulfat 1 mglkgBB im atau iv tiap 8
jam selama 2 minggu
Vankomisin hidrokiorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2 dosis terbagi,
tidak> 2g/24 jam kecuali kadar serum dipantau selama 4 minggu
3.
4.
Kardiologi
UNIT TERKAIT
44
Kardiologi
FIBRILASI ATRIAL
PENGERTIAN
FIBRILASI ATRIAL (FA) adalah Adanya irregulanitas kompleks QRS dan gambaran
gelombang P dengan frekuensi antara 3 50-650 per menit.
DIAGNOSIS
Gambaran EKG berupa adanya irregularitas kompleks QRS dan gambaran
gelombangP dengan frekuensi antara 3 50-650 per menit
Klasifikasi FA Berdasarkan ada tidaknya penyakit jantung yang mendasari:
1. Primer : bila tidak ditemukan kelainan struktur jantung dan kelainan sistemik
yang menimbulkan aritmia.
2. Sekunder : bila tidak ditemukan kelainan struktur jantung tetapi ada kelainan
yang dapat menimbulkan aritmia.
Klasifikasi FA berdasarkan waktu timbulnya Fibrilasi atrial (FA) serta kemungkinan
keberhasilan usaha konversi ke irama sinus :
1. Paroksismal, bila FA berlangsung kurang dari 7 hari, berhenti dengan
sendirinya intervensi pengobatan atau tindakan apapun
2. Persisten, bila FA menetap lebih dari 48 jam, hanya dapat berhenti dengan
intervensi pengobatan atau tindakan.
3. Permanen bila FA berlangsung lebih dan 7 hari, dengan intervensi
pengobatan AF tetap tidak berubah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kardiologi
Kardiologi
REFERENSI
1. Ismail D. Fibrilasi Atrial : Aspek Pencegahan Terjadinya Strok. In:
Setiati S, Sudoyo AW Alwi I . Bawazier LA, Kasjmir Y Mansjoer A,
editors. Naskah Lengkap Pertemuan ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit
Dalam 2001. Jakarta; Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2000. p.97-114
2. Karo KS. Disritmia. Dalam : Rilantono LI, Baraas F Karo KS,
Roebiono PS, editors.Buku ardiologi. Jakarta, Balai Penerbit FKUI;
1999. p. 2 75-88.
3. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. In:
Sjaifoellah N,Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D,
Isbagio H, et al, editors. Buku Ajar penyakit Dalam Jilid edisi ketiga.
Jakarta; Balai Penerbit FKUI ;1996. p. 1005-14
4. Makmun LH. Gangguan Irama Jantung. In : Simadibrata M Setiati S,
Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman Diagnosis
dan Terapi di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Jakarta ; Pusat Informasi
dan Penerbitan Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI ;p. 155-60.
47
Kardiologi
Ronki
Kardiomegali
Kriteria minor
Edema ekstremitas
Batuk malam
Hepatomegali
Efusi pleura
Penyakit paru : pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi paru berat
misalnya ARDS, emboli paru
Kardiologi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
Anjuran umum :
a. Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
b. Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan seperti
biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang masih bisa
dilakukan
c. Gagal jantung berat harus menghindani penerbangan panjang
d. Vaksinasi terhadap infeksi influensa dan pneumokokus bila mampu
e. Kontrasepsi dengan IUD pada gagal jantung sedang dan berat,
penggunaan hormon dosis rendah masih dapat dianjurkan.
49
Tindakan umum:
a. Diet ( hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung ningan
dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung
berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
b. Hentikan rokok
c. Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-3 0 g/hari pada yang
lainnya
Kardiologi
d. Aktivitas fisik ( latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-3 0 menit
atau seperti statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80%
denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang)
e. Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut
50
Farmakologi
a. Diuretik. Kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling
sedikit diuretik regular dosis rendah tujuan untuk mencapai tekanan vena
jugularis normal dan menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan
loop diuretik atau tiazid. Bila respons tidak cukup baik dosis diuretik dapat
dinaikkan, berikan diuretik intravena, atau kombinasi loop diuretik dan
tiazid Diuretik hemat kalium, spironolakton, dengan dosis 25-50 mg/hari
dapat mengurangi mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sedang
sampai berat (kelas fungsional IV) yang disebabkan gagal jantung sistolik.
b. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi neurohormonal dan
pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik Ventrikel kiri.
Pemberian dimulai dengan dosis rendah, dititrasi selama beberapa
minggu sampai dosis yang efektif.
c. Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE. Pemberian
mulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama beberapa minggu dengan
kontrol ketat sindrom gagal jantung. Biasanya diberikan bila keadaan
sudah stabil. Pada gagal jantung kelas fungsional II dan III. Penyekat Beta
yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau metoprolol. Biasa digunakan
bersama-sama dengan penghambat ACE dan diuretik.
d. Angiotensin II antagonis reseptor dapat digunakan bila ada kontraindikasi
penggunaan penghambat ACE
e. Kombinasi hidralazin dengan isosorbide dinitrat Memberi hasil yang baik
pada pasien yang intoleran dengan penghambat ACE dapat
dipertimbangkan
f. Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung
disfungsi sistolik ventrikel kiri dan terutama yang dengan fibnilasi atrial,
digunakan bersama-sama diuretik, penghambat ACE, penyekat beta.
g. Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan untuk pencegahan
emboli serebral pada penderita dengan fibnilasi atnial dengan fungsi
ventnikel yang buruk. Antikoagulan perlu diberikan path fibnilasi atnial
kronis maupun dengan riwayat emboli, trombosis dan transient ischemic
attacks, trombus intrakardiak dan aneurisma ventrilcel.
h. Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk pasien yang asimptomatik atau
aritmia ventrikel yang tidak menetap. Antiaritmia kelas I harus dihindari
kecuali pada aritmia yang mengancam nyawa. Antiaritmia kelas III
terutama amiodaron dapat digunakan untuk terapi aritmia atnial dan tidak
digunakan untuk mencegah kematian mendadak.
i. Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakan kalsium antagonis untuk
mengobati angina atau hipertensi pada gagal jantung.
Kardiologi
KOMPLIKASI
Syok kardiogenik, infeksi paru, gangguan keseimbangan elektrolit
PROGNOSIS
Tergantung klas fungsionalnya
WEWENANG
51
Kardiologi
EKG 12 sandapan
Pemeriksaan Elektrofisiologi
Ekokardiografi
Angiografi koroner
Kardiologi
53
Kardiologi
PERIKARDITIS
PENGERTIAN
Perikarditis peradangan pada perikard parietalis, viseralis atau kedua-duanya,
yang dapat bermanifestasi sebagai : perikarditis akut, efusi perikard tanpa
tamponade efusi perikard dengan tamponade, perikarditis konstriktif
DIAGNOSIS
Tergantung manifestasi klinis perikarditis :
Perikarditis akut
Sakit dada tiba-tiba substemal atau prekordial, yang berkurang bila duduk dan
bertambah sakit bila menarik napas (sehingga perlu dibedakan dengan
pIeuritis).Pada pemeriksaan fisik ditemukan friction rub. EKG menunjukkan ST
elevasi cekung (bedakan dengan infark jantung akut dan repolarisasi dini). Foto
jantung normal atau membesar
Tamponade
Pada fase awal terjadi peninggian tekanan vena jugularis dengan cekungan x
prominen dan hilangnya cekungan y (juga terlihat pada kateter vena sentral). Pada
fase selanjutnya timbul tanda Kusmaull (peninggian tekanan vena jugularis pada
saat inspirasi), pulsus paradoksus (penurunan tekanan darah> 12-15 mmHg pada
inspirasi, terlihat pada arterial line atau tensimeter). Penurunan tekanan darah.
Umumnya tamponade disertai : pekak hati yang meluas, bunyi jantung melemah,
friction rub, takikardia.Foto toraks menunjukkan :
54
Kardiologi
DIAGNOSIS BANDING
Perikardiosentesis perkutan
Bila belum bisa dilakukan penikardiosentesis perkutan, infus normal salin 500
ml dalam 30-60 menit disertai dobutamin 2-10 ug/kgBB/menit atau
isoproterenol 2-20 ug/menit
Kardiologi
Perikarditis Konstrikitiva
Efusi perikard / tamponade : henti jantung, aritmia : fibrilasi atrial atau flutter,
perikarditis konstriktiva.
PROGNOSIS
56
Kardiologi
Angina pektoris tidak stabil : depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi
gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu ada nyeri, tidak
,dijumpai gelombang Q
Kardiologi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Ekokardiografi
TERAPI
Diet: puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair. Selanjutnya diet jantung
Morfln 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5 menit sampai dosis
total 20 mg atau petidin 25-50mg intravena atau tramadol 25-50mg intravena.
Antitrombotik
58
Kardiologi
Heparin diberikan dengan target aPTT 1,52 kali kontrol. Pada angina pektoris
tak stabil heparin 5000 unit bolus intravena, dilanjutkan dengan drip 1000 unit / jam
sampai angina terkontrol dengan menyesuaikan aPTT 1,5-2 kali nilai kontrol.
Pada infark miokard akut yang ST elevasi> 12 jam diberikan heparin bolus
intravena 5000 unit dilanjutkan dengan irifus selama rata-rata 5 hari dengan
menyesuaikan aPU 1,5-2 kali nilai kontrol.
Pada infark miokard anterior transmural luas antikoagulan diberikan sampai saat
pulang rawat. Pada penderita dengan trombus ventrikular atau dengan diskinesi
yang luas di daerah apeks ventrikel kiri antikoagulan oral diberikan secara
tumpang tindh dengan heparin sejak beberapa hari sebelum heparin dihentikan.
Antikoagulan oral diberikan sekurang-kurangnya 3 bulan dengan menyesuaikan
nilai INR (2-3)
Atasi komplikasi :
1. Fibrilasi atrium
Kardioversi elektrik untuk pasien dengan gangguan hemodinamik berat
atau iskemia intraktabel
Digitalisasi cepat
Penyekat Beta
Diltiazem atau verapamil bila penyekat beta dikontraindikasikan
Heparinisasi
2. Fibrilasi ventrikel
DC Shock unsynchronized dengan energi awal 200 J, jika tak berhasil
harus diberikan shock kedua 200-300 J dan jika perlu shock ketiga 360 J.
3. Takikardia ventrikel
VT polimorfik menetap (>30detik) atau menyebabkan gangguan
hemodinamik DC Shock unsynchronized dengan energi awal 200 J, jika
gagal harus diberikan shock kedua 200-300 J dan jika perlu shock ketiga
360 J
59
Kardiologi
4.
5.
6.
7.
KOMPLIKASI
1. Angina pektoris tak stabil : payah jantung, syok kardiogenik, aritmia, infark
miokard akut
2. Infark miokard akut (dengan atau tanpa ST elevasi) : gagal jantung, syok
kardiogenik, ruptur korda, ruptur septum, ruptur dinding bebas, aritmia
gangguan hantaran, aritmia gangguan pembentukan rangsang, perikarditis,
sindrom dresler, emboli paru.
PROGNOSIS
Tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada tidaknya komplikasi
WEWENANG
Kardiologi
REFERENSI
1. Harun S. Mansjoer H. Diagnosis dan Penata laksanaan Sindrom Koroner
Akut. In:Bawazie rLA, Alwi I Syam AF Gustaviani R, Mansjoer A, editors.
Prosiding Simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular
Jakarta:Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian iImu Penyakit Dalam FKUI
2001. p. 32-42.
2.
3.
61
Kardiologi
RENJATAN KARDIOGENIK
PENGERTIAN
Renjatan kardiogenik adalah kegagalan sirkulasi akut karena ketidakmampuan
daya jantung.
DIAGNOSIS
Trias renjatan : tekanan darah <90 mn/Hg, takikardia, dan oligunia
Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda gagal jantung
2. Kemungkinan komplikasi : infarkmiokard akut seperti ruptur septum
interventrikel atau muskulus papilartas. Infark ventrikel kanan pada infark
inferior dimana denyut jantung rendah karena blok AV, tanda gagal jantung
kanan Dengan paru yang tidak kongestif.Murmur : regurgitasi akut aorta,
mitral, stenosis aorta berat, atau trombosis katup prostetik
Elektrokardiografi
1. Tanda iskemia, infark, hipertrofi, low voltage
2. Aritmia : AV blok, bradiaritmia, takiaritmia
Foto toraks
Opsifikasi hilus dan bagian basal paru, kemudian makin ke arah apeks parukadang-Kadang efusi pleura
Ekokardiografi
Kontraktilitas ventrikel kiri atau ventrikel kanan yang buruk, dilatasi ventrikel kiri
atau atrium kiri atau arteri pulmonalis, Regurgitasi katup, Miksoma atrium, Efusi
Perikard dengan tamponade, Kardiomiopati hipertrofik, Perikarditis konstriktiva
62
Kardiologi
DAIGNOSIS BANDING
Syok hipovolemik
TERAPI
1. Posisi 1/2 duduk bila ada edema paru kecuali hipotensi berat
2. Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika
memburuk pasien makin sesak, takipnu, ronki bertambah, Pa02 tidak bisa
dipertahankan > 60 mmHg dangan 02 konsentrasi dan aliran tinggi , retensi
C02, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara
adekuat : dilakukan intubasi endotrakeal, suction dan ventilator
3. Infus emergensi
4. Bila ada tension pneumotoraks segera diidentifikasi dan ditatalaksana untuk
dekompresi dengan chest tube torakotomi
5. Atasi segera aritmia dengan obat atau DC
6. Jika ada defisit volume yang ikut berperan berikan normal salin 250-500 ml
kecuali ada edema paru akut. Jika terapi cairan gagal pasang kateter Swan
Ganz.
7. EKG prekordial kanan untuk deteksi gagal jantung kanan bila ada infark akut
inferior
8. Penilaian cukup tidaknya volume paling baik dengan kateter Swan Ganz
untuk mendapatkan PAWP. Jika pemberian cairan kontraindikasi atau tidak
efektjf berikan vasopressor untuk mempertahankan tekanan darah sistolik
100 mmgHg. Dopamin dimulai dengan 5 ug/kgBB/menit dititrasi sampai
tercapai target mempertahankan tekanan darah atau sampai 15
ug/kgBB/menit. Tambahkan norepinefrmn bila tekanan darah < 80 mmgHg
dengan dosis 0,1 30 ug/kgBB/ menit. Jika tidak respons dengan dopamm
dapat juga ditambahkan dobutamin dengan dosis titrasi 2,5 20
ug/kgBB/menit. Atau milrininon/amrinon
9. IABP (Intra Aortic Ballon Pump) bila tidak responsif dengan terapi adekuat
sambil menunggu tindakan intervensi bedah.
10. Jika tekanan darah sudah stabil dapat diberikan vasodilator untuk
mengurangi afterload dan memperbaiki fungsi pompa terutama berguna pada
63
Kardiologi
11.
12.
13.
14.
15.
16.
KOMPLIKASI
Gagal napas
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi
WEWENANG
pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam non
pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MENANGANI
64
Kardiologi
3.
FIBRILASI VENTRIKULAR
PENGERTIAN
Fibrilasi ventrikular adalah kelainan irama jantung dengan tidak di temukan
depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu
berkontraksi sebagai suatu kesatuan dengan irama yang sangat kacau serta tidak
terlihat gelombang P, QRS maupun T
DIAGNOSIS
EKG: kompleks QRS sudah berubah sama sekali, amplitudo R sudah mengecil
sekali.
PEMERIKSAAN PENUNJANQ
EKG 12 sandapan, rekaman EKG 24 jam, ekardiografi, angiografi koroner
TERAPI
1. DC shock dengan evaluasi dan shock sampai 3 kali jika perlu dimulai dengan
200 Joule, kemudian 200-300 Joule dan 360 Joule.
2. Resusitasi jantung paru selama tidak ada irama jantung yang efektif (pulsasi
di pembuluh nadi besar tidak teraba).
3. Bila teratasi penatalaksanaan seperti takikardia ventrikular
KOMPLIKASI
Emboli paru emboli otak, henti jantung
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan repons terapi
65
Kardiologi
WEWENANG
REFERENSI
1. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesfik. In:
Sjafoellah N,Waspadji S. Rachman AL Lesmana LA, dodo D, Isbagio H, et al,
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta: Balal
Penerbit FKUI ;1996. p. 1005-14.
2.
66
Kardiologi
TAKIKARDIA VENTRIKULAR
PENGERTIAN
Takikardia ventrikular adalah kelainan irama jantung berupa tiga atau lebih
kompleks yang berasal dan ventrikel secara berurutan dengan laju lebih dan 100
per menit.
DIAGNOSIS
EKG frekuensi kompleks QRS meningkat 150-200 kali/menit, kompleks QRS
melebar hubungan gelombang P dan kompleks QRS tidak tetap
DIAGNOSIS BANDING
Supraventrikular takikardia dengan konduksi aberans
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG 12 sandapan, Rekaman EKG 24 jam, Ekokardiografi, Angiografi koroner,
Pemeriksaan elektrofisiologi
TERAPI
67
Kardiologi
DC Shock diberikan dan dievaluasi sampai 3 kali (200 Joule, 200-300 Joule, 360
Joule atau bifasik ekuivalen) jika perlu. Antiaritmia yang diberikan : lidokain atau
amiodaron. Lidokain diberikan mulai dengan bolus dosis 1 mg/kgBB (50-75 mg
dilanjutkan dengan rumatan 2-4 mg/kgBB). Bila masih timbul bisa diulangi bolus 50
mg/kgBB. Untuk amiodaron dapat diberikan 15 mg/kg BB bolus 1 jam dilanjutkan 5
mg/kg BB bolus/drip dalam 24 jam sampai dengan 1000 mg/24 jam.
Untuk jangka panjang.
Bila selama takikardia tidak terjadi gangguan hemodinamik maka dapat dilakukan
tindakan ablasi kateter dan ventrikel kiri maupun ventrikel kanan. Hal ini terutama
untuk ventrikular takikardia reentran cabang berkas. Bila selama takikardia terjadi
gangguan hemodinamik perlu dilakukan tindakan konversi dengan defibrilator,
kalau perlu pemasangan defibrilator jantung otomatik.
KOMPLIKASI
Emboli paru, emboli otak, kematian
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi
WEWENANG
68
Kardiologi
EKSTRASISTOL VENTRIKULAR
PENGERTIAN
Ekstrasistol ventrikular adalah suatu kompleks ventrikel prematur timbul secara
dini disalah satu ventrikel akibat cetusan dini dan suatu fokus yang otomatis atau
melalui mekanisme reentri.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
Tidak perlu diobati jika jarang, timbul pada pasien tanpa/tidak dicurigai
kelainan jantung organik
Perlu pengobatan bila terjadi pada keadaan iskemia miokard akut, bigemini,
trigemini, atau multifokal, alvo ventrikel.
69
Kardiologi
KOMPLIKASI
VT/VF, kematian mendadak
PROGNOSIS
Tergantung penyebab, bratnya gejala dan respons terap
WEWENANG
UNIT TERKAIT
70
Kardiologi
71