Anda di halaman 1dari 50

BAB III

PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA (Head Work)


3.1. Bangunan Utama
3.1.1. Definisi Bangunan Utama
Bangunan penyadap air sungai untuk memenuhi kebutuhan irigasi, air
baku dan lain- lain.
3.1.2. Macam Bangunan Utama
a.

Pengambilan Bebas

b.

Bendung

c.

Bendungan

3.1.3. Kriteria Pemilihan Bangunan Utama


1. Pengambilan Bebas (Free Intake), jika tinggi muka air (h) cukup dan debit
(Q) cukup
2. Bendung, jika tinggi muka air (h) tidak cukup dan debit (Q) cukup
3. Bendungan, jika tinggi muka air (h) kecil dan debit (Q) kecil
3.1.4. Bagian-Bagian Bangunan Utama
1. Bangunan Pengelak
2. Bangunan Pengambilan
3. Bangunan Pembilas (penguras)
4. Kantong Lumpur
5. Pekerjaan Sungai
6. Bangunan- Bangunan Pelengkap

3.2. Perhitungan Kemiringan dan Kedalaman Sungai

3.2.1. Kemiringan Dasar Sungai Rerata


Perhitungan kemiringan dasar sungai rerata perlu dilakukan,
karena pada setiap penampang sungai mempunyai kemiringan yang berbeda.
Adapun cara yang dilakukan untuk mencari kemiringan rerata
tersebut yaitu :

P1

P2

L1

P3

L2

P4

L3

Gambar 3.1. Sketsa potongan memanjang sungai


Rumus yang digunakan dalam perhitungan :
1. Menghitung beda tinggi
H Elevasi ( n) Elevasi terendah

2. Menghitung kemiringan sungai (slope)


S

BedaTinggi ( H )
Jarak ( s)

3. Menghitung jarak total


S total jarak (s )

4. Menghitung kemiringan sungai (slope) rerata


S

slope ( s)
n

Tabel 3.1 Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai Asli


No

Patok

Jarak
(m)

Elevasi

Beda tinggi
(m)

Slope

P1

0.0

841.460

0.00

0.000

P2

17.50

840.280

1.18

0.067

P3

35.50

838.640

1.64

0.046

P4

28.90

836.590

2.05

0.071

P5

30.300

834.450

2.14

0.071

Rerata Slope

0.051

Jumlah

112.2

Sumber : Hasil Perhitungan


Keterangan :
Jarak merupakan jarak dari satu patok ke patok yang lain. Yang diukur di peta.
Contoh Perhitungan :
Mencari Beda Tinggi
1. Beda tinggi P1 ke P2

= Elevasi P1 Elevasi P2
= 841,46 840,280
= 1,18 m

2. Beda tinggi P2 ke P3

= Elevasi P2 Elevasi P3
= 840,280 838,640
= 1,64 m

3. Beda tinggi P3 ke P4

= Elevasi P3 Elevasi P4
= 838,640 836,590
= 2,05 m

4. Beda tinggi P4 ke P5

= Elevasi P4 Elevasi P5
= 836,590 834,450
= 2,14 m

Mencari Slope
1. Slope patok P1

= Beda tinggi / Jarak


=

0
0

=0

2. Slope patok P2

= Beda tinggi / Jarak

1,18

= 17,50
=0,067
3. Slope patok P3

= Beda tinggi / Jarak


1,64

= 35,50
= 0,046
4. Slope patok P4

= Beda tinggi / Jarak


2,05

= 28,90
= 0,071
5. Slope patok P5

= Beda tinggi / Jarak


2,14

= 30,300
= 0,071
Menghitung jarak total
S total jarak (s )
0 17,50 35,50 28,90 30,300
112,2 m

Menghitung kemiringan sungai rerata


S

slope ( s)
n
0,000 0,067 0,046 0,071 0,071
5

0,051

3.2.2. Kedalaman Sungai Maksimum

Debit sungai yang diperhitungkan untuk dimensi bendung adalah Q 25th.


Untuk menghitung kedalaman sungai maksimum, rumus yang digunakan
adalah :
Q =A. V
2

1
. R 3 .s 2
n

Dimana :
Q = debit aliran (m3/dt)
A = luas penampang basah saluran (m3)
V = kecepatan aliran (m/dt)
n = angka kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis (m)
s = kemiringan saluran / slope
Untuk penentuan lebar bendung diambil lebar rata-rata dari bagian sungai yang
stabil. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan lebar bendung ini,
yaitu :
1. Menentukan besar debit rencana, dalam hal ini dipakai Q50 = 46 m3/dt (ditentukan
oleh asisten ).
2. Mencoba-coba tinggi muka air (h) dengan Q50, sehingga didapat luas penampang
basah melalui pengukuran secara langsung pada potongan melintang penampang
sungai per pias.
3. Penentuan keliling basah (P), dengan mengukur secara langsung pada potongan
melintang penampang sungai ( disini pada P2).
4. Penentuan jari-jari hidrolis ( R ), serta kecepatan aliran (V) dan debit (Q).
5. Setelah nilai h dan Q diketahui, maka dibuat lengkung debitnya. Dari sini akan
diketahui nilai h pada Q50 = 46 m3/dt, dimana keadaan sungai di sini masih dalam
keadaan asli. Dengan h yang diketahui tersebut akan kita dapatkan lebar muka air
sungai (T). Lebar muka air inilah yang akan dijadikan sebagai lebar bendung.
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan :

Tabel 3.2. Perhitungan Tampungan Sungai Patok 2 pada Kondisi Asli

No

Elevasi
(Dr
Gambar)

H (m)
(Elev nElev n-1)

A (m2)
(Dr
Gambar)

P
(Dr
Gambar)

0
I
II
III
IV
V
VI

840.28
841.280
842.280
843.280
843.780
844.780
845.780

0.000
1.000
2.000
3.000
3.500
4.500
5.000

0.0000
6.5203
20.9833
41.7211
53.8567
80.7902
95.6738

0.0000
22.9525
35.0006
48.2810
51.8419
59.5219
63.8902

R
(A/P)
0.0000
0.2841
0.5995
0.8641
1.0389
1.3573
1.4975

T
(Dr
Gambar)

0.000
11.361
17.186
23.590
25.225
28.806
30.879

0.000
0.574
1.221
1.769
2.135
2.805
3.098

Sumber: Hasil Perhitungan


Keterangan:
Slope yang digunakan

= 0,051 (dari tabel 3.1)

Jadi untuk Q25 = 48 m3/dt


Contoh perhitungan :
Misal pada pias I
1. Mencari H

= Elevasi n Elevasi n-1


= 840,280 841,280
= 1,0 m

2. Mencari luas (A)

= Luas area pada gambar + luas pada section 0


= 6,5203 + 0
= 6,5203 m2

3. Mencari P

= 22,9525 m (di dapat dari gambar)

4. Mencari R

= A /P
= 6,5203 / 22,9525
= 0,2841 m

5. Mencari T

= lebar pias, didapat dari gambar.


= 11,361 m

6. Mencari D

=A/ T
= 6,5203 / 11,361
= 0,574 m

Tabel 3.3. Perhitungan Debit Penampang Hidrolis dan Kondisi Aliran Sungai
No

A (m2)

Fr

Keterangan

0
I
II
III
IV
V
VI

(Dr Gambar)

1
. R 3 .s 2
n

(V*A)

0.0000
6.5203
20.9833
41.7211
53.8567
80.7902
95.6738

0.0000
3.0508
5.0195
6.4049
7.2416
8.6546
9.2406

0.0000
19.8924
105.3255
267.2205
390.0078
699.2100
884.0834

Aliran
0.000
0.974
1.133
1.181
1.236
1.303
1.319

0
sub kritis
super kritis
super kritis
super kritis
super kritis
super kritis

Sumber : Hasil Perhitungan


Nilai slope

= 0,051

Nilai n

= 0,032

Contoh perhitungan
Misal pada pias I
1. Mencari luas (A)

= luas area pada gambar + luas pada section 0


= 6,5203 + 0
= 6,5203 m2
2

2. Mencari V

1
. R 3 .s 2
n

= 1/0.032 x (0,2841) 2/3 x (0.051)


= 3,0508 m2/dt
3. Mencari Q

=VxA
= 3,0508 x 6,5203
= 19,8924m3/dt

4. Mencari Fr

=
=

v
9.81 h
3.0508
9,811

= 0,974 < 1

Kondisi Aliran Sub kritis

Gambar 3.2. Lengkung Debit (Sungai Asli)


Dari perhitungan di atas dengan Q =48 m3/dt, diperoleh h = 1,329 m
Keterangan tabel :
1) Daerah piasan pada penampang sungai
2) Kedalaman sungai
3) Luasan sungai dengan menghitung pias-pias sungai,dengan cara :
-.Membagi tiap pias menjadi persegi dan sisanya adalah bagian yang tidak simetris.
- Tiap satu sentimeter persegi luasannya 1 m2 (untuk skala 1 : 100)
- Sisa dari pias yang berbentuk asimetri luasannya dihitung dengan menghitung
banyaknya kotak-kotak kecil dalam kertas grafik tersebut..
4) Keliling basah (P), pengukuran langsung pada potongan melintang saluran (dengan
menggunakan benang, lalu diukur panjang benang tersebut )
5) Jari-jari hidrolis (R), didapat : R = A/P
6) Kecepatan aliran (V), dipakai rumus Manning :
V = 1/n . R2/3 . S1/2
Dimana : n = 0,032 (jenis batuan Coarse Sand)
S = Slope asli sungai = 0,051

7) Debit yang lewat, digunakan rumus :


Q = Ax V
3.3. Penentuan Denah Bendung
Pemilihan Lokasi Denah Bendung

Gambar 3.3. Lokasi Denah Bendung


Keterangan Gambar :
Pemilihan lokasi yang tepat untuk dibangunnya sebuah bendung adalah
pada bagian sungai yang lurus. Dimana pada bagian tersebut tidak terjadi adanya
endapan maupun gerusan.
Faktor faktor yang mempengaruhi penetuan denah bendung adalah :
Data Geologi, meliputi :
1. Kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan
2. Kondisi geologi lapangan
3. Kedalaman lapisan keras
4. Permeabilitas tanah
Data Mekanika Tanah, meliputi :
1. Bahan pondasi
2. Bahan konstruksi
3. Sumber bahan timbunan
4. Parameter tanah yang harus digunakan
Data Topografi, meliputi :
1. Peta daerah aliran sungai
2. Peta situasi untuk letak bangunan utama

3. Gambar potongan memanjang dan melintang sungai


Data morfologi, meliputi :
1. Kandungan sedimen
2. Distribusi ukuran butiran
3. Perubahan perubahan yang terjadi pada dasar sungai
3.4. Saluran Pengelak
3.4.1. Definisi Saluran Pengelak
Saluran pengelak yaitu bagian dari bangunan utama yang
dibangun di sungai yang berfungsi untuk membelokkan air sungai yang
menuju lokasi bending yang akan dibangun. Saluran pengelak juga bisa
diartikan sebagai saluran yang dibuat untuk mengalihkan aliran air
selama pelaksanaan konstruksi bangunan (bendung). Biasanya terletak
di bagian hulu turap baja. Kapasitas saluran pengelak direncanakan
berdasar debit dengan kala ulang 10 - 20 tahun.
3.4.2. Tipe Saluran Pengelak
Tipe Bangunan Pengelak :
a). Bendung Pelimpah
b). Bendung gerak (Barrage)
3.4.3. Desain Kriteria Saluran Pengelak

Gambar 3.4. Desain Saluran Pengelak Sementara

3.4.4. Perencanaan Saluran Pengelak


3.4.4.1. Data Teknis

Urutan perencanaan :
Data yang diperlukan :
Q10tahun
n

= 4 m3/dt

(Rencana)

= 0,025

b/h

=3

(Tabel De Voss)

= 1,5 (Tabel De Voss)

= 0,65 m/dt (Tabel De Voss)

Gambar 3.5. Tabel De Vos

Perhitungan :

A = (b + mh) h = (3 h +1,5h)h = 4,5 h2

P = b + 2h (m2 + 1)0.5 = 3 h + 2 h

R = A / P = 4,5h2 / 6,6056 h = 0,6812 h

Q =V.A
4 = 0,650 x 4,5 h2
h = 1,1694 m
Maka :

b = 3 h = 3,058 m

A = 4,5h2 = 4,5x (1,1694 2)


= 6,1538 m2

P = 6,6056 h = 6,6056 x 1,1694


= 7,7246 m

R = 0,6812 h
= 0,6812 x 1,1694
= 0,7967 m

w = 1/3 x h
= 1/3 x 1,1694 = 0,3898 m

H =h+w
= 1,1694 + 0,3898
= 1,5592 m

= b + 2.m.h
= 3,058 + 2.1,5.1,1694
= 7,0165 m

D = A/T
= 6,1538/ 7,0165
= 0,8771 m
2

1
V = xR 3 xS 0.5
n

2,5

= 6,6056 h

0,65

1
x 0,7967 3 xS 0.5
0,025

maka S = 0,00036
Cek Aliran :
Fr

V
gxh

0,65

9,81.1,694

= 0.2216 < 1

aliran sub kritis

Tabel 3.6. Perhitungan saluran pengelak sementara


3

Q10(m /dt)

b/h

V(m/dt)

A(m2)

h(m)

b(m)

P(m)

4.0

3.0

1.5

0.6500

0.0250

6.1538

1.1694

3.5082

7.7246

Sumber : Hasil Perhitungan


R(m)

T(m)

D(m)

Fr

Aliran

0.797

0.00036

7.016

0.877

0.222

Sub
kritis

Sumber : Hasil Perhitungan


3.5. Perencanaan Bendung
3.5.1. Definisi Bendung
meninggikan muka air sungai untuk keperluan irigasi, pemenuhan
air bakum dan lain lain .
3.5.2. Macam Bendung
a. Bendung Tetap
Jika pembendungan dilakukan dengan puncak pelimpah yang permanen.
b. Bendung Gerak (Barrage)
Jika pembendungan dilakukan oleh pintu ( pintu dapat dioperasikan)
3.5.3. Fungsi Bendung
a. Menaikkan elevasi muka air sungai
b. Mengalirkan air sungai ke saluran irigasi melalui intake
c. Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran irigasi ( melalui kantong
lumpur).
d. Menstabilkan muka air sungai
e. Menyimpan air dalam waktu singkat.

3.5.4. Komponen- Komponen Bendung


Komponen bendung tetap terdiri atas lima bagian utama :
a. Tubuh Bendung
b. Intake
c. Bangunan pembilas
d. Bangunan Perlengkapan
e. Penangkapan Sedimen
3.5.5. Pemilihan lokasi dan Penentuan Jenis bendung
a. Untuk daerah dengan kemiringan sedang sesuai untuk dibangun
bendung tetap
b. Untuk daerah yang mempunyai kemiringan landai (dibagian hilir)
sesuai untuk dibangun bendung gerak.
3.6. Penentuan Elevasi Puncak Mercu Bendung
3.6.1. Kriteria Elevasi Puncak Mercu
Elevasi puncak mercu bendung ditentukan berdasarkan elevasi
sawah tertinggi yang akan diairi, ditambah dengan total kehilangan
tinggi tekan pada bangunan-bangunan dan saluran-saluran yang ada pada
jaringan tersebut.
3.6.2.

Data teknis
Diketahui :
Elevasi dasar sungai

= + 840,280

Elevasi sawah tertinggi = + 843,780.............(ditentukan asisten)

a). Elevasi Mercu Bendung


Maka perhitungan elevasi mercu bendung :
1. Elevasi sawah tertinggi

= + 843,780

2. Tinggi air di sawah

= 0,100

3. Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah

= 0,100

4. Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier = 0,100


5. Kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder = 0,100
6. Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran

= 0,150

7. Kehilangan tekanan pada alat ukur

= 0,400

8. Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer

= 0,200

9. Persediaan untuk eksploitasi

= 0,100

10. Persediaan untuk lain-lain

= 0,250 +

Elevasi Mercu Bendung

= + 845,280

b). Tinggi Bendung


Tinggi bendung = Elevasi mercu bendung Elevasi dasar sungai
= 845,280 840,280
= 5,0 m
c). Lebar Bendung

Definisi lebar bendung


Lebar bendung adalah jarak antara pangkal bendung (abutment),

sebaiknya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.
Dalam menentukan lebar bendung, faktor utama yang dapat dipakai
adalah pertimbangan lebar sungai yang ada.
Ketentuan untuk lebar maksimum bendung adalah 1.2 kali
lebar rerata sungai pada ruas yang stabil. Hal ini mempunyai tujuan agar
setelah bendung dibangun, tidak terlalu banyak mengganggu aliran
sungai.

3.7. Penentuan Lebar Efektif Bendung


3.7.1. Definisi Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung dikurangi tebal pilar
dan tebal pintu. Lebar efektif bendung (Be) dihubungkan dengan lebar
bendung yang sebenarnya / lebar mercu bendung (B) dengan persamaan :
3.7.2. Perencanaan Lebar Bendung Efektif
Be = B 2.(n.Kp + Ka). H1
Dimana :
Be = lebar efektif bendung
B

= lebar mercu bendung

= jumlah pilar

Kp = koefisien kontraksi pilar


Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi (m)
Nilai Ka dan Kp dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.7 Harga Koefisien Kontraksi
Bentuk Pilar
Kp
Pilar berujung segi empat dengan sudut sudut yang dibulatkan pada jari 0,02
jari yang hamper sama dengan 0.1 dari tebal pilar.
Pilar berujung bulat
0,01
Pilar berujung runcing
0
Bentuk tembok hulu
Ka
Pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 90 ke arah aliran
0,20
Pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 ke arah aliran dengan 0,10
0,5 H1 > r > 0,15 H1
Pangkal tembok bulat dimana r > 0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih dari 0
45 ke arah aliran
Sumber : Diktat Kuliah Bangunan Irigasi 2012
3.7.3. Data Teknis
Data perencanaan lebar bendung :

Lebar sungai asli

= 30,879 m

Lebar sungai rencana (b)

= 1,2 x 30,879 = 37,055 m

Jumlah pilar (n)

=2

Tebal pilar utama

= 2,0 m

Tebal pilar penguras

= 1,85 m

Lebar pintu penguras (p)

1
1
xb
x 37,055 3,71 m
10
10

Direncanakan 2 buah pintu penguras, masing-masing dengan lebar 1,85 m dan 2


buah pilar (1 pilar utama dan 1 pilar kecil) dengan lebar pilar kecil = 1,00 m dan
lebar pilar utama = 2,00 m
Pilar direncanakan (dari tabel 4.3 KP-02 Bangunan Utama, hal.40)
Kp = 0,01 (pilar berujung bulat)
Ka = 0,1 (pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 ke arah aliran
dengan 0,5 . H1 > F > 0,15 H1 )

Lebar dinding penahan ( l )

=1m

Direncanakan di kanan kiri sungai masing-masing selebar 0,5 m.


Lebar mercu bendung :
B

= b(pembilas+pilar) pilar utama dinding penahan


= 37,055 (3,71) (1+2) 1
= 29,350 m

Lebar efektif bendung :


Be

= B 2.(n.Kp + Ka). He
= 29,350 2.( 2.0,01 + 0,1). He
= 29,35 0,24 He

3.7.4. Tinggi Energi


3.7.4.1.

Perhitungan He

Cd = 1,28 (asumsi)
Rumus :
Q = Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5
48 = 1,28. 2/3. (2/3. 9,81)0.5. (29,15 - 0,24.He). He1.5
48 = 2,18227 . (29,15 0,24.He). He1.5
21,2227 = (29,15 0,24.He). He1.5
Dengan cara coba-coba didapat He = 0,829 m

Be = 29,35 0,24 He
= 29,35 0,24 (0,829)
= 29,15 m

A = Be ( P + He )

= 29,15 ( 5,0 + 0,83)


= 169,912 m2
V =

Q
A
30,879

= 169,912
= 0,282 m/dt
2

Hd = He ( V2 g )

= 0,83 (0,2822 / 2 . 9,81)


= 0,82 m
3.7.4.2.

Perhitungan Penentuan Nilai Cd

1. Asumsi Cd.
Menghitung Hd
V =

Q
Q
=
Be P He
A

Hd =

He

V2
2g

2.

Co = 1.3 (konstanta)

3.

Menghitung P / Hd

4.

Menghitung He / Hd

5.

Mencari C1 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.10 hal.49)

6.

Menghitung P/He

7.

Mencari C2 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.7 hal 45)

8.

Menghitung Cd = Co . C1 . C2

9.

Apabila Cd asumsi = Cd hitung

10.

Apabila Qhitung Qdesign

Perhitungan penentuan nilai Cd

asumsi benar.
asumsi benar.

1.

Cd asumsi = 1,28

2.

Be = 29,150 m

3.

He = 0,829 m

4.

V = 0,28 m/dt

5.

Hd = He (V2/2g)
= 0,829 (0,28 2/2.9,981)
= 0,825 m

6.

Co = 1,3 (konstanta)

Gambar 3.8. Harga-harga Koefisien Co


Gambar 3.9. Harga-harga koefisien Co untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi perbandingan H1/r
7.

P / Hd = 5,0 / 0,82 = 6,06

8.

He / Hd= 0,829 / 0,82 = 1,005

9.

Dari grafik didapatkan C1 = 0,995

10.

P / He = 5,0 / 0,82 = 6,03

11.

Dari grafik didapat C2 = 0,998

Gambar 3.10. Harga-harga Koefisien C2

12.

Cd = Co . C1 . C2

= 1,3 x 0,995 x 0,998 = 1,290


13.
14.

Cd hitung (=1,2909) sama dengan Cd asumsi (=1,28) .. OK !!


Q

= Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5


= 1,290.2/3. (2/3. 9,81)0.5. (29,15). 0,829 1.5
= 48,41 m3/dt

Q hitung Q rencana
48,41 m3/dt 48 m3/dt

OK !!

3.8. Mercu Bendung


3.8.1. Macam Mercu Bendung
Ada 2 tipe mercu bendung yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu :

Tipe Bulat

Tipe Ogee, ada 4 macam :

1.

Ogee I

3. Ogee III

2.

Ogee II

4. Ogee IV

Gambar 3.11. Bentuk-bentuk Bendung Mercu Ogee


3.8.2. Perencanaan Mercu Bendung
3.8.2.1. Perencanaan Mercu OGEE bagian Hulu

Keterangan :

Rumus Pengaliran

Q=

2
3

x Cd x ( 3 .g)0,5 x Be x He1,5

Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit (Cd = Co.C1.C2)
g = percepatan gravitasi (m2/dt)
Be (B) = Panjang mercu (m)
He (H1) = tinggi Energi di atas mercu (m)
Dalam perencanaan ini digunakan mercu bendung tipe Ogee II
Data-data teknis yang diketahui :
Lebar mercu bendung (B)

= 29,35 m

Lebar bendung efektif (Be) = 29,15 m


Debit rencana (Q)

= 48 m3/dt

Elevasi dasar sungai

= + 845,280

Elevasi puncak bendung

= + 843,780

Tinggi bendung (P)

= 5,0 m

He (H1)

= 0,829 m

Hd

= 0,82 m
3.8.2.2. Perencanaan Mercu OGEE bagian Hilir
Persamaan Bentuk Pelimpah Ogee II
X1,810 = 1,939 . Hd0,836 .Y
X1,810 = 1,939 . (0,82)0,836. Y
Y

= 0,603 . X1,836

Misal :
Y

= 0,603 x 1,810. X0,836

= 1,091 . X0,810

Titik awal melalui gradien


Misal : Y

=1

= 1,091 . X1,836

X1,836

= 0,916

= 0,901

= 0,603. (0,783) 1,836


= 0,498

Perhitungan selanjutnya ditabelkan :

Tabel 3.8. Persamaan Bentuk Pelimpah Ogee III


X

0.050

0.002

0.100

0.009

0.200

0.031

0.300

0.066

0.400

0.112

0.500

0.169

0.600

0.236

0.700

0.313

0.800

0.400

0.901

0.498

Titik Potong Mercu (0,901 ; 0,498)


Untuk Mercu Type Ogee II :
R1 = 0,68 x Hd

Jarak R1 = 0,139 x Hd

= 0,21 x 0,82

= 0,139 x 0,82

= 0,561

= 0,115

R2 = 0,21 x Hd

Jarak R2 = 0,237 x Hd

= 0,21 x 0,82

= 0,2379 x 0,82

= 0,173

= 0,195

3.8.3. Penentuan Profil muka air di atas Mercu Bendung


3.8.1.1.

Definisi Profil muka Air


Pengukuran tinggi muka air di atas mercu bendung

dilakukan sedikit agak ke hulu, yaitu sebelum air berubah bentuk


permukaannya mengikuti kelengkungan mercu.
Loncatan hidrolis yaitu naiknya air secara tiba-tiba dari
air yang mengalir dengan kecepatan tinggi berkedalaman rendah
bergabung dengan air yang mengalir dengan kecepatan rendah
dan berkedalaman tinggi.
Tinggi loncatan hidrolis tergantung dari kecepatan dan
banyaknya air yang meloncat. Untuk loncatan hidrolis harus
diperhitungkan agar kedalaman air di hilir tidak kurang dari

kedalaman konjugasi, karena loncatan akan bergerak ke hilir


sehingga loncatan akan menghempas bagian sungai yang tidak
terlindungi yang umumnya menyebabkan penggerusan yang luas.
3.7.1 Perhitungan Profil muka Air
Langkah perhitungan :
1. Tentukan harga Z
2. Dengan coba-coba didapat nilai Yz (Y1)
3. Hitung Vz (V2) dan Fz (Fr)
4. Elevasi lereng bendung = elevasi mercu bendung z
5. Elevasi muka air = elevasi lereng bendung + Yz (Y2)
Perhitungan Yz (Y2)

1
2

2 g ( z He Yz)

(Dengan cara trial & error didapat nilai Yz )

Perhitungan Vz
Vz

Q
B.Yz

Q
Be.Yz

Perhitungan Fr (Froude) di titik Z


Fr

Vz
9,81.Yz

Elevasi lereng bendung = 110,796 Z

Elevasi muka air = Elevasi lereng bendung + Yz

Perhitungan Profil Aliran


Mencari Y1
1
2

2.g ( z He Yz)

Q
=0
( Be.Yz )

2 9.,1 ( 5,5 0,829 - Yz)

48
0
(29,15 Yz)

Dengan cara trial & error diperoleh nilai yz = 0,3821


Y1 = Yz
Z = tinggi bendung = 5,5 m

Vz =

48
Q
=
0,3821 29,15
Yz Be

= 4,31 m/dt

Vz
g Yz

Fr =

4,31

= 2,23

9,81 0,3821

Perhitungan selanjutnya ditabelkan :


Tabel 3.9. Perhitungan Profil Aliran
Z

Yz

Vz

Fr

Elevasi
lereng
bendung

0.500

0.3821

4.31

2.23

844.780

845.162

1.000

0.3007

5.48

3.19

844.280

844.581

1.500

0.2584

6.37

4.00

843.780

844.038

2.000

0.2306

7.14

4.75

843.280

843.511

2.500

0.2105

7.82

5.44

842.780

842.991

3.000

0.1950

8.44

6.10

842.280

842.475

3.500

0.1826

9.02

6.74

841.780

841.963

4.000

0.1723

9.56

7.35

841.280

841.452

4.500

0.1636

10.07

7.95

840.780

840.944

5.000

0.1561

10.55

8.53

840.280

840.436

5.500

0.1495

11.01

9.09

839.780

839.930

Sumber: Data Perhitungan


3.9. Perhitungan Loncatan hidraulik pada bendung
3.9.1.

Kecepatan di bagian awal loncatan


1
2 g . ( .H 1 z )
2

V1

Keterangan:
V1

Kecepatan awal loncatan (m/dt)

= percepatan gravitasi (m/dt2)

H1

= tinggi energi di atas mercu (m)

= tinggi jatuh (m)

Data Teknis:
Elevasi Dasar Kolam Olakan = + 839,780
Elevasi Mercu Bendung

= + 845,280

He (H1)

= 0,829 m

Elevasi
muka air

Be

= 29,150 m

Z= P+Z

= 5,0 + 0,5= 5,5 m

V1

1
2.9,81. ( .0,829 5,5 )
2

V1

10,772 m/dt

3.9.2. Kedalaman air setelah loncatan


y2
1
( (( 1 8.Fr 2 ) 1)
y1
2
v1
g .y1

Fr

Keterangan:
y2 = kedalaman air setelah loncatan air (m)
y1 = kedalaman air di awal loncat air (m)
Fr = bilangan froude
V1 = kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = Percepatan gravitasi
Mencari Y2

y2 (

1
(( 1 8.(9,09 2 ) ) 1).0,1495
2

Y2 = 1,849 m
3.9.3. Panjang Loncatan Hidraulik pada bendung
Lj = 6,9 (y2 y1)
Keterangan :
Lj = panjang loncatan (m)
Y2 = tinggi loncatan di atas ambang (m)
Yu = kedalaman air sebelum loncatan (m)
Lj = 6,9 (1,849-0,149) = 11,730 m
3.10. Perencanaan Peredam Energi
3.10.1 Panjang Peredam Energi
Lj = 5 (n+y2)
Keterangan :
Lj = panjang kolam (m)
n = tinggi ambang ujung (m)

y2 = kedalaman air di atas ambang (m)


Lj = 5 (0,225 + 1,849)
= 10,87779 10,9 m
3.10.2 Tipe Peredam Energi

USBR Tipe I
Syarat : Bilangan Froude (Fr) < 4,5

USBR Tipe II
Syarat :
Debit persatuan lebar (q) >45 m3/dt/m
Bilangan Froude (Fr) > 4,5

USBR Tipe III


Syarat :
Debit persatuan lebar (q) < 18,5 m3/dt/m
Bilangan Froude (Fr) > 4,5

USBR Tipe IV
Syarat : Bilangan Froude (Fr) 2,5 4,5

Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam


Syarat :
Kedalaman hilir sangat besar dibanding kedalaman
normal hilir

Peredam Energi Tipe Vlughter


Syarat :
hc 3

q2
g

Keterangan:
Hc = kedalaman air kritis (m)
q

= debit per lebar satuan (m

/dt2)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

3.10.2.1. Perencanaan Tipe Peredam Energi


3.10.3. Elevasi Dasar Kolam Olakan
Aliran yang melalui mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang sangat
tinggi, dengan kondis aliran superkritis dapat menimbulkan kerusakan berupa
penggerusan pada bagian pelimpah

(belakang),

sehingga akan dapat

menyebabkan terganggunya stabilitas bendung tersebut. Untuk menghindari hal


tersebut, perlu upaya untuk mengubah kondisi aliran superkritis, yaitu dengan
meredam energi aliran tersebut. Untuk itu ada beberapa tipe peredam energi,
antar lain :
- Type loncatan (Water jump Type)
- Type Kolam Olakan (stilling Bazin Type)
- Type Bak Pusaran (Roller Bucker type)
Pada percobaan bendung ini, untuk peredam energi dipilih type kolam
olakan, dalam hal ini kolam olakan datar. Kolam olakan datar mempunyai empat
tipe yang dibedakan menurut hidrolika alirannya dan konstruksi (kondisi).

Dari perhitungan sebelumnya diketahui :


Elevasi mercu bendung

= + 845,280

P + z

= 5,50 m

Maka :
Elevasi dasar kolam olak

= elevasi mercu bendung (P +z)


= + 845,280 5,5
= + 839,780 m

3.10.3. Dimensi Kolam Olakan


Data teknis : Fr

= 9,09

= 11,011 m/dt

Untuk Fr > 4,5 dan V < 18 m/dt, maka digunakan Kolam Olakan USBR Tipe III

Kedalaman air di kolam olakan


Yb

1
Yj
2

1
(0,1495) 1 8(9,09) 2 1
2

1 8 Fr 2 1

= 1,849 m

Panjang kolam olakan (Lb)


Lb

= 2.7 x Yb
= 2.7 x 1,849
= 4,993 m

Maka direncanakan panjang kolam olakan = 4,993 m


(yang dipakai panjang peredam energi = 4,993)

Jarak antara buffle block dengan chute block ( La ) :


La 0,82 Y2
0.82 1,849
1,516 m

Tinggi (qc), panjang (Pc), dan lebar (bc) chute block :


Qc = Pc = bc = Yj = 0,14955 m

Jarak antara chute block (Sc):


Sc = Yj = 0,14955 m

Jarak antara dinding dengan chute block ( dc ) :

dc 0.5 Yz
0.5 0,150
0,075 m

Tinggi block halang (n3) :


n3 =
=

Yj( 4 Fr )
6
0,1495( 4 9,09)
6

= 0,326 m

Tebal ujung atas buffle block ( tb ) :


tb 0,2 n3
0,2 0,326
0,065 m

Lebar dan jarak antara block halang (n) :


n = 075 . n3
= 0,75 . 0,326
= 0,2445 m

Jarak antara dinding dengan buffle block ( db ) :


db 0,675 n3
0,675 0,326
0,220 m

Tinggi end sill (ambang ujung )


As =
=

Yj(18 Fr )
18
0,1495(18 9,09)
= 0,225 m
18

Tabel 3.10. Rekapitulasi Perencanaan Desain Bendung


Elevasi Muka
No
Keterangan Bangunan
Elevasi Bangunan
Air
Lengkung Harold
110,796
111,279
koordinat X = 0 ; Y = 0
111,234
koordinat X = 0,1 ; Y = 0,012
110,784
111,178
koordinat X = 0,2 ; Y = 0,043
110,753
1 koordinat X = 0,3 ; Y = 0,090
111,110
110,706
111,039
koordinat X = 0,4 ; Y = 0,151
110,645
110,949
koordinat X = 0,5 ; Y = 0,227
110,569
110,850
koordinat X = 0,6 ; Y = 0,315
110,481
110,817
koordinat X = 0,638 ; Y = 0,353
110,443
2 Peluncur

z= 0.5 m
z= 1 m
z= 1.5 m
z= 2 m
z= 2.5 m
z= 3 m
z= 3.5 m
z= 3.926 m
Peredam Energi
Blok muka
3
Blok haling
Ambang ujung
3.13. Desain Dinding Penahan

110,296
109,796
109,296

110,536
109,983
109,455

108,796
108,296
107,796
107,296
106,870

108,937
108,424
107,915
107,407
107,032

106,975
107,101
107,043

107,032
107,302
108,354

3.13.1. Definisi Dinding Penahan


Dinding penahan dibangun di bagian kanan dan kiri bendung
yang berfungsi untuk menahan tanah yang ada di samping kiri dan kanan
bendung supaya tidak longsor.
Perhitungan terhadap stabilitas dinding penahan pada tubuh
bendung

dipilih

pada

bagian

tertinggi.

Perhitungan

dengan

memperhatikan keadaan air normal dan pada perencanaan ini tidak


diperhitungkan gempa.
Stabilitas terhadap guling
SF = MT / MG

> 1,5

Dimana : SF = angka keamanan


MT = momen tahan
MG = momen guling
Stabilitas terhadap geser
Sf = (f . V) / H
Dimana : f

> 1,5

= koefisien geser (tg )

V = jumlah gaya vertikal


H = jumlah gaya horisontal
e = ( M / V) (L/2) 1/6
maka :
tanah = ( V / L) * [1 (6.e)/ L] < ijin

dimana :
e = eksentrisitas
M = Mz Ma (tanah)
Tekanan tanah
Pa = Ka . t . h2 + . Ka . z . h2
Dimana :
Pa = tekanan tanah (tm)
H = tinggi jatuh (m)
z = berat jenis tanah

Koefisien tanah (Ka)


Ka = ( 1 sin ) / ( 1 + sin )
Dimana = sudut geser tanah
Koefisien tanah pasif (Kp)
Kp = 1 / Ka

3.13.2. Definisi Dinding Penahan


0,26 H
1/3 h

h = P +Hd

0,425 H
Gambar 3.17. Sketsa Perencanaan Dinding Penahan

Data-data tanah di lokasi bendung :


Sudut geser dalam ( )

= 39

Spesific Gravity (Gs)

= 2,3

Void ratio (e)

= 29 %

Koefisien kohesi ( c )

= 1,91

Jenis batuan

= Coarse Sand

Data Teknis :
P

= 5,00 m

Hd

= 0,82 m

1. h

= P + Hd

= 5,00+ 0,82

= 5,82 m

2. W

= 1/3 h

= 1/3 . 5,82

= 1,941 m

3. H

= h + W + 2 = 9,761 m

4. b

= 0,26 . H

= 2,53 m

5. B

= 0,425 H

= 4,148 m

3.10.2. Kontrol Stabilitas Terhadap Guling, Geser, dan Daya Dukung Tanah
Ka = 1 sin = 1 sin 37 = 0,227
1 + sin

1 + sin 37

Kp = 1 / Ka = 1 / 0,2486 = 4,3955
= tg

= tg 37 = 0,80978

t = [( 1 + w ) / ( 1 + e)]. w. Gs
e = (w . Gs) / Sr ; Sr = 1
w = (e . Sr) / Gs = 0,290 / 2,30 = 0,1261
t = [(1 + 0,1261)/ (1 + 0,290)] . 1 . 2,2 = 2,0078 t/m3
sat = [w . (Gs + 1)] / (1+e)
= [1. (2,30 + 1)] / ( 1 + 0,290)
= 2,5581
sub = sat - w
= 2,5581 1 = 1,5581 t/m3
Menentukan rembesan air pada tubuh dinding penahan :
d = 4,255 m (ditentukan Asisten)
Yo = 2,957 m (ditentukan Asisten)

Tabel Perhitungan Gaya Vertikal


Volume per meter (m3)

Notasi

g
(t/m3)

Gaya
(t)

Lengan
(m)

Momen
Tahan (t.m)

w1

0.500

1.941

0.971

2.400

2.329

0.250

0.582

w2

2.539

5.823

14.785

2.400

35.483

1.270

45.063

w3

1.941

2.039

0.5

1.979

2.400

4.749

1.180

5.604

w4

2.000

4.150

8.300

2.400

19.920

2.075

41.334

w5

1.611

5.823

0.5

4.690

2.400

11.257

3.076

34.627

w6

0.788

2.848

0.5

1.122

1.520

1.706

3.887

6.630

w7

0.825

2.975

0.5

1.227

1.945

2.387

3.088

7.371

w8

1.611

1.941

3.127

1.945

6.082

3.345

20.344

w9

0.788

2.975

2.344

1.945

4.560

3.756

17.126

w10

0.971

2.039

0.5

0.990

1.945

1.925

1.859

3.579

w11

0.971

2.039

1.980

1.945

3.851

1.520

5.853

Jumlah

94.249

188.114

Tabel Tekanan Up-Lift


Pvn

Volume per meter (m3)

Gaya per
m (t)

Lengan
(m)

Momen Tahan (tm )

Pv1

4.15

8.300

2.075

17.223

Pv2

3.752

4.15

0.5

7.785

0.992

7.723

Jumlah

16.085

24.946

3.11. Perencanaan Panjang Lantai Muka (Apron)


3.11.1. Tebal Apron
Apron Hulu
Tebal apron di hulu bendung direncana untuk menahan gaya uplift pada
pondasi serta mengurangi penetapan panjang lantai. Apron hulu lebih ditujukan
untuk menjaga stabilitas aliran di hulu bendung.
Apron Hilir
Sama halnya dengan apron hulu, apron hilir juga direncana untuk menahan
gaya uplift pada pondasi serta mencegah terjadinya gerusan di hilir bendung.
Perencanaan panjang apron ditujukan untuk menahan bahaya piping.
Bahaya piping atau erosi bawah tanah disebabkan karena naiknya dasar galian
atau rekahnya pangkal hilir bendung. Karena penambahan tebal apron saat ini
kurang ekonomis, maka alternatif turap cukup baik untuk dilaksanakan karena
menambah trayektori aliran.
Data Perencanaan
1. Up stream

Elevasi dasar

= + 840,280

Elevasi mercu

= + 845,280

Tinggi air di atas mercu (Hd)

= 0,82

Tinggi garis energi (He)

= 0,829

Elevasi Muka Air

= El. Mercu + Hd
= +845,280 + 0,82
= + 846,100

2. Down stream

Elevasi lantai

= + 839,780

Panjang loncatan

= 7,70921 m

Tinggi air sebelum loncatan (Y1) = 0,10527 m

Tinggi air sesudah loncatan (Y2) = 1,31107 m

Elevasi Muka Air

= El. Lantai + Y2
= 106,870 + 1,31107
= + 108,181

Data aliran

Q = 46 m3/dt

= beda muka air hulu dan hilir


= El. Muka Air Hulu El. Muka Air Hilir
= 111,376 108,181
= 3,195m

3. Karakteristik material

Jenis material

= Medium Sand

Koefisien rayapan Lane

=6

Koefisien rayapan Bligh

= - (asumsi=14)

Exit gradien yang diijinkan

= 1/5 1/6

Silt factor (f)

= 0,500

4. Perhitungan Panjang Apron

Panjang apron hulu

= 6,826 m (direncanakan)

Panjang bendung

= 6,655 m

Panjang apron hilir (kolam olak)

= 7,709 m

3.8.2. Perhitungan terhadap rembesan (Metode Lane dan Bligh)


3.8.2.1. Faktor Faktor yang mempengaruhi panjang lantai apron

Macam Bahan Pondasi

Tinggi Tekan Air

Panjang Creep Line (rayapan)

3.8.2.2. Metode untuk menghitung panjang lantai muka


1. Teori Bligh
H

L
C

Keterangan:

= Perbedaan muka air (m)

= Panjang creep line (m)

= creep ratio

Agar konstruksi aman, maka L H.C


2. Teori Lane
H

Lv

1
. LH
3
C

Lv

LH
H .C
3
Tabel 3.10 Creep Ratio

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Material
Pasir amat halus
Pasir Halus
Pasir Sedang
Pasir Kasar
Kerikil halus
kerikil sedang
Kerikil campur pasir
Kerikil kasar termasuk batu batu kecil
Boulder dengan batu batu kecil dan

C Lane
8,5
7
6
5
4
3,5
3
2,5

C Bligh
18
15
12
9
-

10
11
12
13
14

kerikil kasar
Boulder, batu batu kecil dan kerikil
Lempung lunak
Lempung sedang
Lempung keras
Padas

3
1,8
1,8
1,6

46
-

3.8.3. Kontrol Panjang Lantai Muka

Gambar 3.14 Apron (Lantai Bendung)


Garis Vertikal
Titik
A-B
C-D
D-E
F-G
H-I
J-K
L-M
O-N
Q-P
R-S
T-U
V-W
X-Y
Z-A
B'-A'
C'-D'
E'-F'
F'-G
I'-J
J-K
L-M
Jumlah

Horisontal

Panjang
1.100
4.000
4.000
0.350
0.450
1.000
0.800
0.700
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
4.000
4.000
0.374
0.150
0.350
4.000
4.000
1.666
32.9473

Titik
B-C
E-F
G-H
I-J
K-L
M-N
O-P
Q-R
S-T
U-V
W-X
Y-Z
B'-C'
D'-E'
F-G'
H-I
KL
Jumlah

Panjang
0.250
0.250
0.450
5.337
0.839
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
0.750
0.750
6.114
0.150
0.150
0.150
21.190

Teori Bligh
H

L
C

L H x C
(LH + LV)

3,205 x 14

(21,190+ 32,9473)

44,87

54,1373

44,87 (Aman)

Teori Line
Lv

LH
H .C
3

32,9473+

21,190
3

3,205 x 6

32,9473 + 7,0333

19,23

40,01063

19,23

(Aman)

3.9. Perencanaan Sheet Pile


3.9.1 Perencanaan Sheet Pile
Kontrol dengan Teori Kosla
First pile line
d = 107,296 102,196 = 5,1
b = 21,19 ;

b1 = 0,25

= b / d = 21,19 / 5,1 = 4,155 ; b1 / b = 0,25 / 21,19 = 0,012


Untuk = 4,155 dan b1 / b = 0,012 ; (1- b1/b) = 0,99 dari kurva didapat :
C1 = 57 %
D1 = 72 %
E1 = 98 %
Koreksi untuk ketebalan lantai
t = 140,37 138,87
= 1,1 m
Koreksi untuk C1 = [( D1 - C1) / d] * t
= [(72 - 57) / 5,1] * 1.1
= 3,24( + )
Koreksi terhadap pile 2
c = 19

D
D d b
b'

dengan :
b = 13,626 m
b = 21,19 m

d = 107,296 102,196 = 5,10 m


D = 106,870 101,996 = 4,874 m
Maka : c 19

4,874
4,874 5,1 / 21,19
13,622

= 5,349 ( + )

Jadi koreksi tekanan :


C1 = 57 + 3,24+ 5,349 = 65,584 %
D1 = 72 %
E1 = 98 %
Intermediate pile line ( Pile 2)
d = 106,870 101,996 = 4,874 m
b = 21,190 m ;

b2 = 13,876 m

= b / d = 21,190 / 4,874 = 4,348 ; b2 / b = 13,876 / 21,190 = 0,35


Untuk = 3.221 dan b2 / b = 0,691 ; (1-b1/b) = 0,31 dari kurva didapat :
C2 = 29 %
D2 = 59 %
E2 = 65 %
Koreksi untuk ketebalan lantai
t = 106,870 105,996 = 0,874 m
Koreksi untuk C2 = [( D2 - C2) / d] * t
= [(59 29) / 4,874] * 0,874
= 5,38 ( + )
Koreksi untuk E2 = [( E2 - D2) / d] * t
= [(65 59) / 4,874] * 0,874
= 1,0759( + )
Koreksi terhadap pile 1
c = 19

D
D d b
b'

dengan :
b = 13,626 m
b = 21,190 m
d = 107,296 102,196 = 5,1 m

D = 106,870 101,996 = 4,874 m


Maka : c 19

4,874
4,874 5,1 / 21,190
13,626

= 5,349 ( + )

Koreksi terhadap pile 3


c = 19

D
D d b
b'

dengan :
b = 7,164 m
b = 21,19 m
d = 106,870 101,996 = 4,874 m
D = 107,043 101,870 = 5,173 m
Maka : c 19

4
5,173 4,874 / 21,19
7,164

Jadi koreksi tekanan :


E2 = 65 1,0759 7.655 = 58,575 %
C2 = 29 + 5,38 + 7.655 = 42,575 %
Pile 3 di akhir downstream
d = 107,043 101,870 = 5,173
b = 21,19 m
1/ = d / b = 5,173 / 21,19 = 0,244
Untuk 1 / = 0,244 dari kurva didapat :
D3 = 68 %
E3 = 97 %
Koreksi untuk kedalaman
t = 106,870 105,697 = 1,173 m
Koreksi untuk E3 = [( E3 - D3) / d] * t
= [(97 68) / 5,173] * 1,173
= 6,576 ( - )
Koreksi terhadap pile 2
c = 19

D
D d b
b'

= 7.655 ( + )

dengan :
b = 7,164 m
b = 21,19 m
d = 106,870 101,996 = 4,874 m
D = 107,043 101,870 = 5,173 m
Maka : c 19

5,173
4,874 5,173 / 21,19
7,164

= 7,655 ( + )

Jadi koreksi tekanan :


E3 = 97 6,576 7,655 = 82,769 %
Maximum Percolation Head (H = 1,31 m)
Point

% Pressure (f)

Pressure Head

C1
E2
C2
E3

65,584
58,575
42,035
82,769

0,860
0,768
0,551
1,085

Cek untuk Ketebalan Lantai


Titik A
= PC1 [( PC1 PE2) / 5.75 * 5.5]
= 0,860 [((0,86 0,768) / 5.75) * 5,5]
= 0,823
dengan Gs = 2,3 maka ketebalan lantai apron =
PA / (Gs-1) = 0,823 / (2,3 1) = 0,633
Titik B
PC2 [( PC2 PE3)/ 14 * 0.3]
= 0,511 [((0,511 1,085) / 14)* 0.3]
= 0,563
dengan Gs = 2,3 maka ketebalan lantai apron =
PB / (Gs-1) = 0,563 / (2,3 1) = 0,433
Titik C
PC2 [( PC2 PE3)/ 7,164* 0,9]

= 0.551 [((0.551 1,085 ) / 7,164)* 0,9]


= 0,618
dengan Gs = 2,3 maka ketebalan lantai apron =
Pc / (Gs-1) = 0,618 / (2,3 1) 0,476

Titik
A
B
C

Ketebalan
Hitung
0,633
0,433
0,476

Rencana
1,5( aman !!!!)
1 ( aman !!!!)
1 ( aman !!!!)

Exit Gradien
Perbedaan muka air hulu dan muka air hilir = 1.311069 m
d = El. Lantai hulu El. Pile 3
= 107,296 101,870 = 5,426
Sehingga = b / d = 21,19 / 5,426=3,9052
Dari kurva Exit Gradien didapat :
1 / ( ) = 0,27
Jadi GE = (H / d) * [1 / ( )]
= 1,311/ 5,426 * 0,27
= 0,0652
Karena GE terletak pada 0,0652 < 1/6 maka ..... (Aman !! )
3.10. Desain Dinding Penahan
Dinding penahan dibangun di bagian kanan dan kiri bendung yang berfungsi
untuk menahan tanah yang ada di samping kiri dan kanan bendung supaya tidak
longsor.
Perhitungan terhadap stabilitas dinding penahan pada tubuh bendung dipilih
pada bagian tertinggi. Perhitungan dengan memperhatikan keadaan air normal dan pada
perencanaan ini tidak diperhitungkan gempa.

Stabilitas terhadap guling

SF = MT / MG

> 1,5

Dimana : SF = angka keamanan


MT = momen tahan
MG = momen guling
Stabilitas terhadap geser
Sf = (f . V) / H
Dimana : f

> 1,5

= koefisien geser (tg )

V = jumlah gaya vertikal


H = jumlah gaya horisontal
e = ( M / V) (L/2) 1/6
maka :
tanah = ( V / L) * [1 (6.e)/ L] < ijin
dimana :
e = eksentrisitas
M = Mz Ma (tanah)
Tekanan tanah
Pa = Ka . t . h2 + . Ka . z . h2
Dimana :
Pa = tekanan tanah (tm)
H = tinggi jatuh (m)
z = berat jenis tanah
Koefisien tanah (Ka)
Ka = ( 1 sin ) / ( 1 + sin )
Dimana = sudut geser tanah
Koefisien tanah pasif (Kp)
Kp = 1 / Ka
3.10.1 Dimensi Dinding Penahan
0,26 H
1/3 h

h = P +Hd

0,425 H
Gambar 3.17. Sketsa Perencanaan Dinding Penahan

Data-data tanah di lokasi bendung :


Sudut geser dalam ( )

= 39

Spesific Gravity (Gs)

= 2,3

Void ratio (e)

= 26 %

Jenis batuan

= Medium Sand

Data Teknis :
P

= 3,5 m

Hd

= 0,59 m

1. h

= P + Hd

= 3,5 + 0,59

= 4,082 m

2. W

= 1/3 h

= 1/3 . 4,09

= 1,361 m

3. H

= h + W + 2 = 7,442 m

4. b

= 0,26 . H

= 1,935 m

5. B

= 0,425 H

= 3,163 m

3.10.2. Kontrol Stabilitas Terhadap Guling, Geser, dan Daya Dukung Tanah
1 sin

Ka = 1 sin

1 sin 39
= 0,2275
1 sin 39

Kp = 1 / Ka = 1 / 0,2275 = 4,3955
f

= tg

= tg 39 = 0,80978

t = [( 1 + w ) / ( 1 + e)]. w. Gs
e = (w . Gs) / Sr ; Sr = 1
w = (e . Sr) / Gs = 0,26 / 2,3 = 0,113
t = [(1 + 0,113)/ (1 + 0,26)] . 1 . 2,3 = 2,0317 t/m3
sat = [w . (Gs + 1)] / (1+e)
= [1. (2,3 + 1)] / ( 1 + 0,26)
= 2,619
sub = sat - w
= 2,619 1 = 1,619 t/m3
Menentukan rembesan air pada tubuh dinding penahan :
d

= ((1/3)*H)+1)
= 3,314 m

Yo

= (h2+d2)0,5-d
= 1,5 m

W6

W7
W1

W8

W2

PA 1
W10

W3
Pw

W11

5,426.w.

PA 2

PA 3

P A4

W5

Pp

1,000. sub.Kp

4,913.t.Ka

3,500 .sub.Ka 3,500.w.Ka

P v1

2,000.w.

Pv2

5,426.w.

Tabel 3.11. Perhitungan Gaya Vertikal


Volume per meter (m3)

Notasi

g
(t/m3)

Gaya
(t)

Lengan
(m)

Momen
Tahan
(t.m)

w1

2,951

1,500

4,427

2,400

10,624

1,476

15,680

w2

1,805

4,082

7,368

2,400

17,683

0,903

15,968

w3

0,300

1,360

0,408

2,400

0,979

0,150

0,147

w4

1,505

0,300

0,452

2,032

0,917

1,053

0,966

w5

1,505

1,060

0,5

0,798

2,400

1,914

0,802

1,535

w6

1,505

1,060

0,5

0,798

2,032

1,621

1,303

2,112

w7

1,146

1,360

1,559

2,032

3,167

2,378

7,530

w8

0,584

0,164

0,5

0,048

2,032

0,097

1,914

0,186

w9

0,584

0,982

0,573

2,032

1,165

2,460

2,866

w10

1,146

4,082

0,5

2,339

2,400

5,614

2,187

12,277

w11

3,498

0,982

0,5

1,718

1,619

2,781

2,624

7,297

Jumlah

46,562

66,564

Sumber: Hasil Perhitungan


Tabel 3.12. Perhitungan Gaya Horisontal Pasif
Volume per meter
(m3)

Gaya per
m (t)

Lengan
(m)

Momen Tahan
(tm )

Pw

4,082

4,082

0,5

8,331

1,361

11,339

Pp

3,558

0,500

0,5

0,890

0,167

0,149

Jumlah

14.263

42.577

Sumber: Hasil Perhitungan


Tabel 3.13. Perhitungan Gaya Horisontal Aktif
Pa
n

Volume per meter (m3)

Gaya per
m (t)

Lengan
(m)

Momen
Tahan
(tm )

Pa1

0,889

1,944

0,5

0,864

5,625

4,861

Pa2

4,998

0,889

4,443

2,483

11,033

Pa3

4,998

1,137

0,5

2,841

1,656

4,705

Pa4

4,998

1,489

2,841

4,601

1,656

7,619

Jumlah

12,749

28,217

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 3.14. Tekanan Up-Lift


Pvn

Volume per meter


(m3)

Gaya
per m
(t)

Lengan
(m)

Momen Tahan
(tm )

Pv1

2,951

1,5

4,427

1,476

6,534

Pv2

2,951

4,082

0,5

6,023

0,984

5,927

Jumlah

10,449

Sumber: Hasil Perhitungan


Tabel 3.15. Momen dan Gaya

12,460

Gaya vertikal
10,449

46,562

Gaya Horisontal
12,749

36,112

Momen
Tahan

Momen
Guling

66,564

28,217

11,488

12,460

78,052

40,677

9,221

3,528

37,375

Sumber: Hasil Perhitungan


Kontrol stabilitas terhadap guling
Sf = ( MT / MG ) > 1,5
= ( 78,052 / 40,677 )
= 1,9188 . > 1,5 (Aman !! )
Kontrol stabilitas terhadap geser
Sf = f * ( V / H)

f = koefisien gesek = 0,44522

= 0,44522 * (36,112 / 3,528)


= 4,5567 .> 1,5 (Aman !! )
Kontrol stabilitas terhadap daya dukung tanah
e = ( M / V) ( L / 2 ) .. <

L/6

= (37,375/ 36,112) ( 3,446 / 2 ) < ( 3,446 / 6 )


= - 0,6880 .< 0,57 (Aman !! )
tanah = ( V / L) * [ 1 (6e / L) ] < ijin
= (36,112 / 3,446) * [ 1 (6*-0,6880 / 3,446) ]
max = 10,4795 ( 2,1980 ) = 23,0336 t/m2
min

= 10,4795 ( 0,1980 ) = 2,0747 t/m2

Syarat aman : max < ijin

ijin =

c.Nc sat.D.Nq 0,5.sat.N

dengan :
fk : faktor keamanan (diambil 3)
c

: angka kohesi = 1,91

fk

D : dalam pondasi = 2 m
B : lebar pondasi = 3,446 m
sat = 2,619 t/m3
Untuk = 35, dari tabel didapat :
Nc = 46,124
Nq = 33,296
N = 48,029
Sehingga :
ijin =
=
=

c.Nc sat.D.Nq 0,5.sat.N


fk

1,91 46,124 2,619 2 33,296 0,5 2,619 48,029


3
325,395
= 108,465
3

max = 23,0336 t/m2 < 108,465 t/m2

..... (Aman !! )

min = 2,0747 t/m2 < 108,465 t/m2

..... (Aman !! )

Anda mungkin juga menyukai