Anda di halaman 1dari 3

Cerita dan foto pasien diambil dari Pages-nya dr , ketua divisi bedah

onkologi FKUI-RSCM
*Disclaimer: all views are my own*
Jadi gregetan pengen nulis tentang jaket warsito :D
Hampir sama dengan propaganda kaum antivaksin atau ibu-ibu hamil
yang pakai rumput fatimah (dan berakhir dengan keguguran -_-),
sekarang juga udah banyak (banget) yang jadi korban jaket warsito.
Bedanya, lebih banyak orang tertipu karena

-Nasionalisme
Everyone needs a hero, termasuk orang Indonesia. Coba tebak kapan
terakhir kita punya pahlawan di bidang science? Mungkin terakhir kali
Pak Habibie dengan pesawatnya atau Yohanes Surya dengan tim
olimpiade fisikanya. Nah, kebetulan ada sosok orang Indonesia yang
muncul di TV dan katanya bisa menyembuhkan kanker dengan
jaketnya, jaket warsito.
Berulang kali Warsito bilang penelitiannya udah diakui oleh banyak
negara, termasuk Jepang dan Jerman, tapi tidak diakui di negara
kelahirannya sendiri, Indonesia . Lah, coba liat semua guideline
(konsensus) penanganan kanker di Jerman, Jepang, dan seluruh dunia.
Apa ada guideline yang bilang tatalaksana kanker payudara dengan
pakai jaket warsito atau sejenisnya? Lalu bila kankernya sudah
menyebar (metastasis), apakah ada rumah sakit di jerman yang bilang
pakai saja selimut listrik warsito?
Kalau pemerintah dan semua rumah sakit di Jerman nggak ada yang
pakai jaket warsito, siapa dong yang katanya mengakui pengobatan
kanker pake jaket? Ozil? Miroslav Klose? Atau mungkin Adolf Hitler?

-Sudah terbukti
Sama seperti Klinik Tong Fang, keampuhan jaket warsito masih
berdasarkan pengalaman dan katanya, bukan dari penelitian yang
dipublikasikan di jurnal internasional. Masih inget 2 atau 3 tahun lalu,
pak Warsito yang diundang di TV, bicara bahwa kanker, semakin
menyebar, semakin mudah disembuhkan. Dari teori aja udah salah!
Sebelum uji klinis ke manusia, semua jenis terapi harus dicobakan ke
hewan terlebih dahulu, baru uji klinis ke manusia. Jadi tidak memakan
korban! Ketika diujikan ke manusia, outputnya juga harus jelas, bukan

berdasarkan badan lebih enakan atau klaim bahwa tumor telah


berubah jadi jinak, yang juga diukur dengan alat ajaibnnya

-Kemoterapi, dan obat-obatan lainnya adalah


bahan kimia
Dan banyak banget pasien kanker yang takut kemoterapi atau minum
obat karena mengandung bahan kimia, dan lebih suka dengan bahan
alami, bahan herbal.
Sebenernya bahan-bahan herbal pun juga bahan kimia. Mana ada di
dunia ini yg bukan bahan kimia? Air juga bahan kimia rumusnya H2O,
oksigen juga bahan kimia, dengan rumus 02.
Biasanya pendapatnya akan diteruskan, obat herbal kan alami? Well,
semua zat yang ada di muka bumi ini ya alami, terbuat dari alam. Atau
mungkin parasetamol (yang katanya tidak alami) merupakan bahan
dari akherat? Wallahu A'lam.
Begini deh, MSG itu terbuat dari tebu, tapi apakah MSG tidak
berbahaya?

-Jaket Warsito lebih murah


Nah, coba berapa juta biaya yang harus anda keluarkan buat beli jaket
dan selimut warsito?
Lalu anda bandingkan dengan biaya biopsi, operasi, dan kemoterapi.
Anda cukup mengeluarkan iuran 25.500 per bulan untuk BPJS (Gratis
kalau anda tidak mampu), serta 10 ribu rupiah, 2 ribu untuk biaya
fotokopi, dan 8 ribu untuk beli satu potong donat di Dunkin Donuts
gedung A RSCM :D

-Konspirasi Yahudi
Mirip-mirip dengan kaum antivaksin, biasanya kalau alasan udah abis,
akan menyalahkan konspirasi Yahudi dan Zionis sehingga jaket warsito
dilarang namun operasi dan kemoterapi diperbolehkan. Pelarangan ini,
tujuannya agar umat Islam nggak bisa berkembang.
Delusi paling hebat inilah yang paling susah. Karena lama-lama
semunya bakal disalahin, konspirasi wahyudi, amerika, jionis,
freemason. CIA, FBI, Ultraman, power rangers, McD, KFC, Starbucks,
sampe pecel lele lela :D

Jadi kesimpulannya gimana? Setiap orang mungkin memiliki hak


pribadi dalam memilih pengobatan, tapi masalahnya sampai kapan
rakyat Indonesia harus menderita karena hal-hal konyol seperti ini?
Lagipula, BPJS masih menanggung biaya pengobatan yang mahal
pada pasien-pasien kanker yang terlambat datang (karena Warsito,
Herbal dll). Sama seperti BPJS yang masih membiayai pengobatan
sirosis hati pada pasien yang doyan minum alkohol atau pasien PPOK
pada pasien yang merokok 3 bungkus sehari, mau sampai kapan uang
negara (dan pajak kita) digunakan untuk hal-hal seperti ini?
Regards

Anda mungkin juga menyukai